Makalah PEMASARAN sosial di bidang kesehatan

(1)

MAKALAH

PENDIDIKAN KESEHATAN

PEMASARAN SOSIAL DALAM PROMOSI

KESEHATAN

Disusun oleh:

Ike Anggreini

Vivian Lusi Domela

II B Keperawatan

DOSEN PEMBIMBING: H. Rustam Aji, S.Kp, M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI KEPERAWATAN CURUP

T.A 2014

(2)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,hidayah dan karunianya yang tiada ternilai kepada penyusun.

Shalawat serta salam semoga tercurah pada Rasululloh Muhammad SAW, keluarga dan segenap sahabat-sahabatnya, hingga akhir zaman, Amin.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan do’a, semoga Allah membalas amal baik yang telah dilakukan umat-Nya atas sesame, Amin.

Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca makalah ini sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan makalah ini, karena penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna.

Akhirnya hanya kepada-Nyalah kita memohon semoga Allah SWT menjadikan berbagai amalan kita ikhlas karena-Nya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Curup, Agustus 2014

Penyusun

(3)

KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan... BAB 11 PEMBAHASAN

A. Defenisi Pemasaran Sosial...

B. Faktor Penentu dalam Pemasaran Sosial... C. Upaya-upaya Peningkatan Pemasaran Sosial...

BAB 111 PENUTUP A Kesimpulan... B Saran... DAFTAR PUSTAKA...

BAB I

PENDAHULUAN

(4)

A. Latar Belakang

Komunikasi kesehatan masyarakat saat ini sudah mengalami perubahan yang sangat pesat dan mendasar dari strategi yang bersifat partial komunikasi kesehatan telah bergeser kepada strategi komprehensif berdasarkan hasil studi empiris. Komunikasi kesehatan saat ini juga telah memanfaatkan teknologi baru yang di modifikasi dengan komunikasi pembangunan. Prinsip-prinsip pemasaran sosial. Analisis perilaku serta manejemenyang berorientasi kepada pelanggan.

Tujuan pokok dari program komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan. Dengan adanya interfensi komunikasi kesehatan juga di harapkan dapat menumbuhkan

permintaan terhadap produk atau pelayanan kesehatan yang di butuhkan seperti keluarga berencana. Kelangsungan hidup anak, pencegahan penyakit infeksi yang aman dan efektif.

Upaya menumbuhkan permintaan terhadap pelayanan kesehatan merupakan “ efek “ dari proses komunikasi kepada anggota masyarakat bahwa telah tersedia pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan muda di dapat dan di gunakan. Informasi ini dapat mengubah perilaku masyarakat yang mulanya tidak pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan karena tidak tahu kini bahkan menjadi kebutuhan.

Salah satu efek dari komunikasi kesehatan masyarakat adalah tumbuhnya motifasi masyarakat untuk mengadopsi kebiasaan atau perilaku baru dan bersikap “ fasilitasi “ terhadap masalah kesehatan yang di hadapi. Dengan tumbuhnya motifasi di kalangan masyarakat di harapkan upaya-upaya pergerakan-pergerakan masyarakat menjadi lebih dinamis untuk memperoleh kesempatan dan peluang dalam upaya baik pencegahan (prefentif) maupun promotif.

Upaya promotif tersebutlah yang dinamakn dengan pemasaran social di bidang kesehatan.

Konsep pemasaran pada mulanya di terapkan di perusahaan-perusahaan besar di Negara industri yang telah maju, dan berkembang sedemikain rupa sehingga menjadi penentu setiap usaha. Penerapan konsep tersebut saat ini sudah meluas sampai ke luar bidan, yaitu bidang politik dan social. Di bidang kesehatan, konsep pemasaran telah di terapkan di berbagai negara untuk berbagai program. Indonesia telah menggunakan pendekataan ini dalam penanggulangan diare

(5)

melalui rehidraksi oral, imunisasi, penanggulan kekurangan vitamin A, keluarga berencana dan lainnya.

Pengertian pemasaran seringkali dikacaukan dengan penjualan. Padahal kedua konsep hal tersebut sangat berbeda. Penjualan bertolak dari produk yang telah di buat, kemudian diupayakan untuk dijual pada konsumen. Sedangkan pemasaran bertolak dari kebutuhan dan keinginan konsumen, kemudian baru dibuat atau di kembangkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen itu.

Pemasaran di definisikan sebagai suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuaru yang bernilai satu sama lain. Definisi ini berdasarkan konsep inti pemasaran, yaitu; kebutuhan, keinginan, dan permintaan; produk; nilai, biaya, dan kepuasan; pertukaran, transaksi, dan hubungan; pasar serta pemasar dan calon pembeli.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kegiatan pemasaran social.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah yang dimaksud dengan pemasaran social di bidang kesehatan? 2. Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pemasaran

social?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui defenisi pemasaran social.

2. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pemasaran social.

BAB II

PEMBAHASAN

(6)

Pemasaran sosial adalah suatu bentuk di siplin untuk mengembangan kegiatan komunikasi kesehatan. Tujuannya adalah mendapat kata yang tepat di pakai untuk meyakinkan para ibu agar berbuat seperti yang di anjurkan, tokoh yang akan di pakai untuk menyampaikan pesan, saluran komunikasi (langsung dan tidak langsung), dan bagaimana memanfaatkan saluran komunikasi tersebut sebaik-baiknya.

Pemasaran Sosial adalah sebagai kegiatan yang direncanakan, dan diorganisasiknan yang meliputi pendistribusian barang, penetapan harga dan dilakukan pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang telah dibuat yang tujuannya untuk mendapatkan tempat dipasar agar tujuan utama dari pemasaran dapat tercapai.

Pemasaran sosial selalu di mulai dengan promosi tentang sikap atau kepercayaan yang dikaitkan dengan kesehatan. Kemudian di lakukan penyampaian anjuran tentang produk atau pelayanan dengan petunjuk cara pemakaian yang efektif.

Walaupun produk pemasaran sosial dapat berbentuk komoditi, seperti alat kontrasepsi atau oralit, namun tujuan utamanya adalah meningkatkan motivasi dan merangsang kegiatan masyarakat, perusahaan, agen atau pengecer serta untuk meningkatkan potensi kemandirian masyarakat. Inilah yang dijadikan ukuran keberhasilan program pemasaran sosial.

B. Faktor Penentu dalam Pemasaran Sosial

Ada beberapa faktor yang menetukan keberhasilan pemasaran sosial, yaitu; 1. Manajemen

Manajemen yang baik sangat diperlukan dalam pemasaran sosial. Kalaupun ada kelompok kerja yang dibentuk, manajer yang bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan sangat dibutuhkan. Manajer demikian perlu memiliki beberapa keterampilan khusus.

Manajer tersebut harus memahami betul pola kegiatan yang akan dilaksanakan, kendati secara teknis dia tidak harus ahli tentang produk atau pelayanan yang dipromosikan. Dia harus benar-benar mengerti sikap kelompok sasaran terhadap program yang akan dilaksanakan. Dia harus

(7)

memiliki kemampuan dan keterampilan untuk mengkoordinasikan. Dia harus bisa menulis arahan yang jelas dan mendalam untuk riset, perencanaan media, dan untuk menganalisis dan menafsirkan laporan penelitian. Dia juga akan mengawasi penggunaan biaya dan pelaksanaan kegiatan. Aneka keterampilan tersebut perlu dikembangkan agar dapat melaksanakan pemasaran sosial di tingkat nasional, propinsi, dan kabupaten untuk berbagai program kesehatan. 2. Konsumen

Adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Dan orientasi sepenuhnya pada konsumen. Penyusunan pesan untuk kelompok sasaran, bagaimana pesan itu disampaikan, saluran komunikasi mana yang dipergunakan harus berdasarkan hasil penelitian terhadap konsumen. Konsumen merupakan titik tolak semua unsur kegiatan pemasaran.

3. Kelompok Sasaran.

Semua program komunikasi yang berhasil menunjukan bahwa pesan-pesan ditujukan langsung kepada kelompok sasaran teretentu. Misalnya saja, pada usia tertentu anak-anak perlu memperoleh imunisasi. Pesan-pesan tentang imunisasi harus khusus ditujukan pada para ibu anak-anak di usia tersebut.

4. Identitas

Produk atau pelayanan yang dipromosikan harus memiliki identitas yang tegas dan jelas. “Sayuran Baik Untuk Anak-Anak” adalah suatu peryataan yang tidak memberikan identitas yang jelas pada sayuran tersebut. “Sayuran Mengandung Vitamin yang Menyehatkan” memberikan identitas yang lebih jelas pada sayuran tersebut.

5. Manfaat

Produk atau pelayanan yang dipromosikan sebagai sesuatu yang memberikan manfaat atau keuntungan yang jelas dan nyata. Poster yang berbunyi “Datanglah Ke Posyandu dan Timbanglah Anak Anda” tidak akan memberikan berpengaruh yang diharapkan. Penelitan yang cermat akan dapat membantu menunjukkan keuntungan atau manfaat yang nyata dan dapat dipercaya.

(8)

6. Biaya

Pemasaran yang baik harus mempertimbangkan agar produk pelayanan yang dipasarkan bisa dijangkau konsumen. KB misalnya, tidak akn berhasil bila konsumen tidak mampu memperoleh alat kontrasepsi.

7. Ketersediaan

Sudah tentu tidak satu promosipun akan berhasil bila produk atau pelayanan yang dipromosikan tidak bisa diperboleh. Promosi Oralit, bila Oralitnya tidak mudah diperoleh, sudah tentu hanya merupakan pemborosan biaya saja.

8. Saluran Komunikasi

Manajer pemasaran harus berusaha agar pesan disampaikan kepada kelompok sasaran melalui saluran komunikasi yang dapat dipercaya. Penelitian dibutuhkan untuk bisa menentukan saluran komunikasi yang bisa dipakai, seperti media massa, kader, kelompok masyarakat, dan lain-lain. 9. Pemantauan dan Perbaikan

Sistem pemantauan merupakan bagian dari pendekatan pemasaran sosial. Biasanya pemantauan dilaksanakan segera setelah program dilaksanakan. Dan pemantauan dilakukan untuk mengetahui apakah semua unsur komunikasi sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan perbaikan kiranya diperlukan.

10. Evaluasi

Komponen evaluasi diperlukan bagi semua kegiatan agar dampak dan hasil yang dicapai bisa diketahui. Dan penilitian evaluasi dilaksanakan untuk memperoleh hasil kuantitatif.

C. Upaya-upaya Peningkatan Pemasaran Sosial

Ada 14 langkah dalam mengembangkan kegiatan pemasaran sosial itu, yaitu: 1. Riset Formatif

Sebelum kita menganjurkan orang untuk mengubah perilakunya, kita harus tahu dulu bagaimana sekarang dan bagaimana sikapnya terhadap perilaku yang kita anjurkan. Kita tidak dapat hanya menduga atau

(9)

memperkirakan kedua hal tersebut. Kita harus menggalinya dari mereka sendiri. Kita namakan penggalian demikian riset formatif, karena dilakukan untuk menentukan format strategi kegiatan. Kita akan memilih sampel secara acak dalam jumlah, yang memadai serta melakukan wawancara dengan mereka, secara kelompok atau perorangan, dan biasanya kedua cara ini dipakai. Kita juga ingin menemukan tokoh yang paling dihormati oleh kelompok sasaran, sehingga kita dapat memanfaatkan tokoh tersebut untuk menyampaikan pesan-pesan kita. Kita akan menggali sikap mereka terhadap pelayanan yang ada, puskesmas, posyandu, kader, dan terhadap organisasi kemasyarakatan, seperti PKK, dan lain sebagainya.

Kita akan mewawancarai petugas dan berbagai instansi. Kita akan bertanya kepada ibu tentang kehidupan sehari-hari, bagaimana interaksi mereka dalam masyarakat dan kelompok masyarakat dan kelompok kemasyarakatan, ke mana mereka pergi, kalau ke luar rumah. Radio dan media massa yang mereka manfaatkan, berapa kali, kapan, dan hiburan apa serta peristiwa keagamaan atau budaya apa yang mereka hadiri. Berdasarkan kesemua itu kita kembangkan strategi kegiatan kita.

2. Penyusunan Strategi Strategi akan mencakup:

a. Berbagai kelompok sasaran yang diperoleh dari penelitian formatif dapat dibagi dalam 3 kelompok besar:

 Sasaran primer, yaitu sasaran pokok yang benar-benar kita harapkan berubah kebiasaannya. Contohnya ibu-ibu.

 Sasaran sekunder, yaitu sasaran antara yang akan terlibat dalam penyampaian produk atau pelayanan atau yang terlibat dalam penyampaian pesan-pesan secara langsung. Contohnya, kader posyandu.

 Sasaran tersier, yaitu sasaran penunjang yang terlibat secara tidak langsung, namun dukungannya sangat diperlukan. Contohnya, tokoh masyarakat, tokoh agama, dsb.

b) Berbagai perilaku yang diharapkan dari tiap kelompok sasaran. c) Sikap negatif terhadap perilaku yang diharapkan secara rinci. d) Pemecahan yang disarankan untuk mengatasi hambatan tersebut.

(10)

e) Kata-kata yang disarankan untuk dipakai guna meyakinkan kelompok sasaran untuk melakukan apa yang diharapkan.

f) Berbagai saluran komunikasi yang ada untuk analisis selanjutnya. 3. Menguji Coba Strategi

Setelah strategi disusun, kita kembali mengunjungi kelompok sasaran primer untuk menguji coba strategi tersebut pada mereka. Bila perilaku yang disarankan perlu dilaksanakan tiap hari, seperti pemberian makan anak, kita mints pars ibu melaksanakan dalam satu minggu. Bila perilaku yang dianjurkan hanya dilaksanakan sekali, seperti imunisasi atau menimbangkan anak di Posyandu, kita akan minta para ibu itu melaksanakan sekali atau dua kali.

Kita akan menggunakan kata-kata dan tokoh yang tertuang dalam strategi untuk meyakinkan ibu-ibu agar man melaksanakannya. Semua pertanyaan yang dipunyai ibu-ibu, seperti yang tergambar pads hasil riset formatif berupa sikap negatif dan hambatan yang mungkin menghalanginya untuk berbuat, hendaknya bisa terjawab.

Kendati demikian, pelaksanaan penelitian mungkin masih menjumpai bahwa kata-kata tersebut belum cukup menyakinkan ibu-ibu untuk berbuat. Dalam hal ini, petugas lapangan akan bekerja sama dengan para ibu untuk menemukan cara melakukannya sampai ibu-ibu tersebut sepenuhnya puss dan setuju untuk melaksanakannya. Petugas lapangan secara cermat menulis cara-cara yang ditemukan untuk meyakinkan ibu-ibu itu. Biasanya, setelah satu minggu petugas lapangan akan kembali mengunjungi ibu yang sama dan membicarakan hasilnya dengan mereka. Apakah mereka melaksanakannya? Apakah mereka akan melaksanakannya terus? Pembicaraan akan dilakukan hati-hati dengan para ibu yang gagal, atau hanya setengah berhasil, untuk menemukan apa masalahnya, rasa keberatan apa yang masih ada dan bagaimana masalah dan rasa keberatan itu dapat diatasi. Percakapan ini akan dicatat dengan cermat.

Berdasarkan masukan itu, strategi yang kita buat serta menggambarkan apa yang kita harapkan dilakukan ibu-ibu itu dan bagaimana melaksanakannya, sekarang sudah dapat disempurnakan.

(11)

4. Menulis Arahan Kreatif dan Media

Kini kita menulis strategi kreatif dan media. Kita menuliskan ini walaupun kita akan melaksanakan kegiatan kreatif atau melaksanakan kegiatan media kita sendiri. Arahan tertulis ini penting walau pelaksanaannya dilakukan instansi lain atau biro, iklan. Arahan ini menyimpulkan tujuan dan maksud kegiatan, gambaran rinci data ekonomi, sosial, dan geografis daerah kegiatan serta daftar kelompok sasaran primer, sekunder, dan tersier dan gambaran keadaan mereka.

Kecuali itu juga berisikan analisis semua saluran komunikasi yang mungkin dipakai untuk mencapai sasaran primer sehingga diteliti lebih lanjut serta frekuensi dan biayanya. Mungkin akan mencakup media massa, kader, kelompok masyarakat atau saluran lain seperti promosi di pasar lokal atao peristiwa budaya dan saluran lain yang muncul dalam penelitian pads ibu-ibu serta mungkin dapat dipakai. Jugs catatan bagaimana komunikasi dan motivasi sasaran sekunder dan tersier akan dilaksanakan.

Bahan komunikasi yang perlu dikembangkan mungkin meliputi TV atau slide, bahan-bahan penyuluhan bagi kader dalam bentuk kartu konsultasi, lembar balik atau poster dan pita kaset, spanduk (yang berguna untuk upaya promosi jangka, pendek) atau poster-poster (sebagai pengingat pesan-pesan yang disampaikan media massa atau kader), dan lain sebagainya. Sebagai tambahan, booklet barangkali cocok dipakai untuk mendapatkan dukungan yang diharapkan dari kelompok sasaran sekunder dan tersier. Pedoman pelatihan dan modul juga diperlukan untuk melatih kader. Pada arahan dijelaskan pula anggaran yang mungkin didapat.

Bagian kedua dari arahan itu berupa uraian tentang kelompok sasaran, dan kegiatan yang ditulukan pada tiap kelompok sasaran, pesan-pesan yang harus diterima tiap, kelompok sasaran, semua keengganan yang diketahui dan menghambat penerimaan dan bagaimana rasa keberatan itu di atasi dan tokoh yang dapat diterima kelompok sasaran.

5. Menentukan Konsultan Kreatif dan Konsultan Media

Sangat disarankan untuk menggunakan ahli kreatif dan ahli media, apakah itu orang yang berpengalaman di bidangnya, lembaga konsultan atau

(12)

biro iklan untuk membuat bahan-bahan media. Bila media massa digunakan, perencanaan media yang matang disertai pengalokasian waktu dan pemantauan sangat diperlukan. Biasanya mereka dibayar berdasarkan tarif komersial untuk produksi dan penyiarannya. Kelompok kreatif dan media harus benar-benar mendapat arahan, baik itu ahli dari luar atau tenaga yang ada di dalam sendiri.

6. Menyusun Peran dan Bahan serta Rencana Media

Para perencana kreatif dan perencana media kini dapat menyajikan rancangan lengkap termasuk tatap muka dan bentuk semua bahan cetak, naskah untuk spot radio dan bagaimana cerita untuk TV atau film. Alasan tertulis untuk semua pesan dan ilustrasi juga dikemukakan untuk membuktikan dan memastikan bahwa strategi telah dimanfaatkan sepenuhnya sebagai dasar penyusunan bahan-bahan tersebut.

Perencanaan media yang rinci dan biaya yang diperlukan juga termasuk. Rencana tersebut harus menunjukkan jangkauan yang memadai terhadap semua kelompok sasaran dengan frekuensi yang memadai dan biaya yang paling sesuai. Beberapa kemungkinan paduan media bisa diajukan dalam pembicaraan. Biro iklan khususnya merupakan sumber informasi yang baik untuk perencanaan media. Berdasarkan hasil penelitian, misalnya mereka tahu semua stasiun radio dan program yang ada dan pada waktu kapan ibu-ibu desa paling banyak mendengarkan dan berapa banyak.

Kesemua itu merupakan informasi yang berharga untuk memanfaatkan radio secara efektif. Mereka juga akan menganalisis efektivitas kader sebagai komunikator berdasarkan data yang diberikan pads waktu riset formatif, sehingga memberi gambaran berapa banyak ibu yang dapat berhubungan (kontak) dengan kader. Arahan itu akan menjadi dasar untuk menyusun rencana pelatihan bagi kader dan menentukan bahan penyuluhan siapa yang cocok digunakan kader (rancangannya dibuat kelompok, kreatif). Biaya yang diperlukan untuk jangkauan, frekuensi, juga biaya kegiatan komponen komunikasi yang dilakukan kader dibuat perkiraannya. Perkiraan yang sama juga dibuat untuk jalur komunikasi formal dan informal lain, sehingga biaya

(13)

yang diperlukan bisa dibandingkan, dan bisa diketahui paduan media mana yang efektif dan efisien.

Biro iklan juga menyarankan untuk memperkuat peran serta masyarakat dengan menggunakan bahan cetak yang menarik dan kegiatan hubungan masyarakat. Pengelola kegiatan dapat mempelajari penyajian tersebut, memperbaikinya bila diperlukan dan akhirnya mints kelompok kreatif membuat bahan untuk diuji coba.

7. Menguji Bahan dan Pesan

Semua bahan dipersiapkan untuk diuji coba. Spot radio sudah dibuat, bahan cetak sudah berwarna, atau berupa rancangan jadi, kadang-kadang sudah tercetak bila biaya memungkinkan, bahan film diperlihatkan dalam bentuk story board, bends besar seperti papan iklan atau spanduk dibuat dalam bentuk kecil. Semua bahan sekarang diuji coba untuk memastikan bahwa pesannya jelas, tidak membingungkan, bisa dimengerti, dipercaya, sejalan dengan budaya, secara emosional merangsang dan bebas dari hal-hal yang negatif. Tiap bahan media diuji coba pada wakil kelompok sasaran yang dituju, bahan untuk memotivasi petugas dan kelompok masyarakat diuji coba pads kelompok yang mewakili, bahan-bahan penyuluhan yang digunakan sebagai alai bantu kader diuji coba pada kader. Hasil uji coba dipakai untuk menyempurnakan semua bahan.

8. Memperbaiki Bahan

Kelompok kreatif sekarang diberi penjelasan tentang hasil, uji coba. Semua bahan bisa diperbanyak. Betapapun, bila diperlukan perubahan basar, uji coba ulang secara informal dibutuhkan untuk memastikan bahan perbaikan yang telah dibuat dapat diterima kelompok sasaran.

Kegiatan uji coba bahan juga merupakan kesempatan yang sangat berguna untuk memantapkan koordinasi. Proses uji coba termasuk uji coba kegiatan dan bahan pads sektor-sektor yang terkait, unit-unit program di tingkat nasional dan provinsi dan semua lembaga donor. Hal ini untuk memastikan bahwa kegiatan di daerah panduan tidak bertentangan dengan kebijakan program.

(14)

9. Penyempurnaan Program

Program pada akhirnya bisa disempurnakan. Bila mungkin kesimpulan akhir perlu dibuat secara tertulis dan bisa dilengkapi dengan slides untuk penyajian dan koordinasi.

10. Memproduksi Bahan

Semua bahan-bahan sudah diperbanyak dalam bentuk akhir. 11. Pengumpulan DataDasar dan Evaluasi

Pengumpulan data dasar dilaksanakan di daerah ujicoba dan daerah kontrol. Masa proyek sudah ditentukan dan kegiatan evaluasi dijadwalkan.

12. Orientasi dan Pelatihan

Sebelum kegiatan dilaksanakan, kader dilatih dan semua sektor serta kelompok masyarakat yang terlibat juga dilatih atau diberi orientasi tentang peran mereka.

13. Melaksanakan Kegiatan

Sebaiknya kegiatan promosi dan hubungan masyarakat langsung dilaksana-kan pada saat pencanangan. Misalnya, dalam bentuk penyuluhan atau pencanangan oleh kepala daerah yang dihadiri para pelaksana dan instansi serta media yang terlibat.

Bahan-bahan luar ruang seperti spanduk, poster atau papan iklan dipasang. Kelompok masyarakat dan kader memulai kegiatan komunikasi mereka dan media massa mulai penyiaran (sebaiknya paling tidak 10-20 spot per hari di setiap stasiun radio pada bulan pertama).

14. Memantau dan Memperbaiki

Setelah dicanangkan, semua kegiatan komunikasi harus dipantau untuk memastikan bahwa pelaksanaannya seperti yang diharapkan. Apakah spanduk

(15)

dan poster dipasang di tempat yang tepat? Apakah kader sudah dilatih? Apakah mereka sudah punya peraga yang harus dipakai? Apakah kelompok masyarakat tabu peran mereka? Apakah mereka aktiP Apakah bahan disiarkan? Untuk itu, semua dapat dilakukan peninjauan lapangan. Kelemahan dalam pelaksanaan dapat segera diperbaiki. Pemantauan harus dilakukan setiap 6 bulan. Kegiatan pemantauan seharusnya lebih dalam untuk menjajagi efektivitas pesan yang disampaikan. Apakah kelompok sasaran menerima pesan? Apakah pesannya benar dan dimengerti? Apakah ada masalah atau kesulitan, atau hambatannya yang dialami dalam menerapkan isi pesan?

Titik utama uji coba pemasaran adalah memantau dan memperbaiki kegiatan komunikasi yang diperlukan dan ditemukan dalam proses pengalaman, apa saluran komunikasi dan pesan yang paling efektif untuk mencapai tujuan program.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemasaran sosial adalah suatu bentuk di siplin untuk mengembangan kegiatan komunikasi kesehatan. Tujuannya adalah mendapat kata yang tepat di pakai untuk meyakinkan para ibu agar berbuat seperti yang di anjurkan, tokoh yang akan di pakai untuk menyampaikan pesan, saluran komunikasi (langsung dan tidak langsung), dan bagaimana memanfaatkan saluran komunikasi tersebut sebaik-baiknya.

Ada 14 langkah dalam mengembangkan kegiatan pemasaran sosial itu, yaitu: 1. Riset Formatif

2. Penyusunan Strategi 3. Menguji Coba Strategi

4. Menulis Arahan Kreatif dan Media

5. Menentukan Konsultan Kreatif dan Konsultan Media 6. Menyusun Peran dan Bahan serta Rencana Media 7. Menguji Bahan dan Pesan

(16)

8. Memperbaiki Bahan 9. Penyempurnaan Program 10. Memproduksi Bahan

11. Pengumpulan DataDasar dan Evaluasi 12. Orientasi dan Pelatihan

13. Melaksanakan Kegiatan 14. Memantau dan Memperbaiki

B. Saran

Penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini, itu sebabnya penulis sangat mengharapkan saran untuk membangun makalah ini agar lebih baik. Terima kasih atas perhatiannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://defrianonaqhsoe.blogspot.com/2012/04/pemasaran-sosial-dalam-promosi.html

http://masithamustamin.blogspot.com/2013/10/makalah-pemasaran-sosial-kesehatan.html

(17)

SOAL GANDA KOMPLEKS A. JAWABAN YANG BENAR 1,2,3

B. JAWABAN YANG BENAR 1,3 C. JAWABAN YANG BENAR 2, 4 D. JAWABAN YANG BENAR 4 E. SEMUA JAWABAN BENAR

1. Yang termasuk faktor dalam pemasaran soaial yaitu,... 1. Biaya

2. Distribusi 3. Konsumen 4. Kontribusi

2. Apa saja yang di butuhkan untuk menyusun strategi pemasaran sosial... 1. Sasaran primer

2. Sasaran sekumder 3. Sasaran tersier 4. Sasaran kelompok

3. Titik utama ui coba pemasaran sosial adalah... 1. Orientasi dan pelatihan

2. Memperbaiki 3. Evaluasi 4. Memantau

4. Pemasaran sosial dapat di salurkan melalui... 1. Tatap muka

(18)

3. Media massa 4. Naskah

5. Bagaimana cara penerapan teknik pemasaran ... 1. Ujicoba pemasaran 2. Memperbanyak konsumen 3. Memperluas wilayah 4. Memproduksi bahan JAWABAN : 1. B 2. A 3. C 4. E 5. A

SOAL PILIHAN GANDA

1. Promosi kegiatan dapat dilakukan pada saat misalnya,... a. Penelitian

b. Penyuluhan c. Pengambilan Data d. Pemantauan

2. Ada berapa langkah dalam pengembangan kegiatan pemasaran sosial... a. 7 langkah

b. 10 langkah c. 16 langkah d. 14 langkah

3. Apa saja bahan luar ruangan yang di gunakan saat promosi pemasaran.... a. Spanduk

b. Poster c. Papan iklan

d. Jawaban a, b, c benar

4.Pengumpulan data dasar dan evaluasi merupakan langkah ke....dalam kegiatan pemasaran sosial.

a. 4 b. 7 c. 11

(19)

d. 14

5. Sasaran pokok yang benar-benar kita harapkan berubah kebiasaannya, merupakan kelompok... a. Sasaran primer b. Sasaran sekunder c. Sasaran tersier d. Sasaran kelompok JAWABAN : 1.B 2.D 3.D 4.C 5.A