Makara sering dipajang pada pintu candi-candi hindu. tujuan pemajangan makara adalah

Mahasiswa/Alumni Universitas Gadjah Mada

11 Mei 2022 14:54

Hai, Emran E. Kakak bantu jawab ya. Jawaban yang benar adalah A. menolak sifat keburukan Untuk lebih jelasnya mari kita simak pembahasan berikut Makara adalah unsur dari bangunan candi yang memiliki wujud mahluk mitologi kombinasi ikan dan gajah. Makara merupakan elemen dekoratif yang ditemukan hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara yang telah dipengaruhi budaya India. Pada umumnya makara ditempatkan di kompleks candi Hindu-Buddha seperti di bagian dasar tangga, ceruk pintu masuk candi, ceruk arca dewa (parswadewata), dan jaladwara (saluran air). Selain itu, makara juga digunakan sebagai hiasan pada benda lain, seperti arca, wadah logam dan terakota. Berdasarkan konsepnya, makara adalah makhluk dari dunia bawah yang berfungsi sebagai penolak bala terhadap energi-energi negatif yang akan memasuki candi. Jadi jawaban yang tepat adalah A. menolak sifat keburukan Semoga membantu.

carilah uud yang menyatakan bahwa kegiatan pramuka wajib dilaksanakan dilingkungan sekolah? ​

Berikut ini yang bukan merupakan prestasi yang diraih khalifah Ali bin Abi Tholib pada masa pemerintahannya adalah A. mengganti pejabat yang kurang ca … kap B.membenuhi keuangan negara C.memajukan bidang ilmu D.bidang pembangunan​

syawar berusaha menyerang salahuddin tapi rencananya diketahui oleh​

Jelaskan iktibar yang boleh diambil daripada kesan perjanjian london 1824

Jelaskan kelebihan dan kekurangan pemikiran ekonomi kaum skolastik dan fisiokratis

Peradaban Yunani Kuno disusun oleh 3 Kebudayaan utama yaitu???

buat tts sejarah Indonesia bab "perkembangan kehidupan politik dan ekonomi bangsa Indonesia pada masa awal kemerdekaan sampai masa demokrasi terpimpin … "​

bantu jawab kak besok di kumpul​

1. Kondisi Awal Kemerdekaan Indonesia 2. Kedatangan Sekutu di Indonesia 3. Perjuangan Mempertahankan kemerdekaan Indonesia Membuat 5 pertanyaan dari p … embahasan diatastlong yaaa kaawan bu guru dan lainnya​

mengapa disepakati jakarta sebagai ibu kota negara sedangkan jakarta jauh dari pusat bagian lain​

Makara (bahasa Sanskerta: मकर) adalah sebuah makhluk legendaris dalam mitologi Hindu yang kerap digambarkan dalam dalam seni rupa Hindu-Buddha Asia Selatan dan Tenggara. Makara merupakan hewan yang diasosiasikan dengan air dan digambarkan sebagai wahana atau kendaraan Dewa Baruna maupun Dewi Gangga. [1]

Pahatan Makara sebagai ornamen lidah tangga di Candi Bubrah, Jawa

Makara merupakan kata Sanskerta yang kurang lebih bermakna "naga laut" atau "makhluk air". Makara juga dikenal dalam sejumlah bahasa lain dengan nama yang menunjukkan pemahamannya sebagai hewan gabungan, sebagaimana dalam bahasa Bali yang kadang mengenal makara dengan nama gajah mina (ᬕᬚᬄᬫᬶᬦ, secara harfiah berarti "gajah-ikan"). Dalam perkembangannya di sejumlah tradisi India, rupa dan nama makara diasosiasikan dengan buaya dan bahkan menjadi akar kata bahasa Hindi modern untuk buaya: magar (मगर).[2]

 

Ornamen logam, Nepal. Dalam banyak tradisi, makara merupakan hewan campuran yang umum digambarkan dengan badan ikan, rahang buaya, dan belalai gajah

 

Lukisan makara sebagai wahana, atau kendaraan, Dewa Baruna dari India. Sejumlah tradisi India kerap menggambarkan makara dalam gubahan yang menyerupai buaya

Makara umumnya digambarkan sebagai hewan campuran; bagian badan dan ekor makara mengadaptasi hewan-hewan air bersisik seperti ikan atau buaya sementara bagian kepalanya merupakan campuran dari mamalia yang meliputi gajah, rusa, dan celeng.[3] Rupa makara dengan ekor ikan, rahang buaya, dan belalai gajah kemudian harinya menjadi gubahan umum yang digunakan dalam berbagai tradisi.[4] Sejumlah kajian menunjukkan bahwa hewan buaya tampaknya menjadi inspirasi awal makara[1] yang seiring waktu menjadi lebih rumit dan dicampur dengan hewan-hewan lainnya hingga menjadi sebuah hewan hibrida legendaris. Sejumlah tradisi India kerap menggambarkan makara dalam gubahan yang masih menyerupai buaya meski memiliki elemen-elemen campuran, dan pemahaman makara sebagai ekivalen buaya hingga kini masih dapat ditemui dalam sejumlah seni rupa dan sastra India.[3] Hewan nyata lainnya yang juga diduga menjadi inspirasi awal makara meliputi dugong[5] dan lumba-lumba Gangga.[2]

Sebagai makhluk air, makara dikonotasikan dengan air yang membawa kehidupan, kesuburan, serta tumbuh-tumbuhan. Namun begitu, makara tidak sepenuhnya dianggap baik dan memiliki aspek hewan buas yang liar dan mengancam. Kedua aspek ini berkembang dari asosiasi makara dengan dewa-dewi air yang memiliki aspek serupa. Sejak zaman Weda India kuno, Makara dikenal sebagai wahana atau kendaraan Dewa Baruna yang menguasai sungai, samudra, dan segala badan air. Baruna yang menguasai samudra memiliki konotasi ketidak-tahuan, alam bawah, dan kegelapan sebagai cerminan keluasan dan kedalaman air samudra yang tidak terjamah oleh masyarakat India kuno. Sebagai wahana Baruna, makara pun dikonotasikan sebagai makhluk laut misterius yang berbagai aspeknya tidak dapat dimengerti manusia biasa. Makara juga disebut sebagai wahana Dewi Gangga, personifikasi sungai suci Gangga. Meski Dewi Gangga digambarkan sebagai tokoh berwelas asih dalam sastra India, sungai Gangga sendiri kerap membawa banjir yang menghancurkan hunian manusia dan dihuni oleh banyak buaya yang ditakuti oleh masyarakat India kuno. [6]

Memasuki abad ke-2 SM, makara juga diasosiasikan sebagai simbol Pradyumna, putra Basudewa Kresna yang merupakan salah satu perwujudan Kresna. Salah satu gelar Pradyumna yang ditemukan dalam kitab Hariwangsa adalah Makaradhwaja yang kurang lebih berarti "ia dengan panji Makara".[7] Dalam beberapa bagian Mahabharata, Makara diasosiasikan dengan Pradyumna serta Kamadewa, mensugestikan bahwa keduanya merupakan tokoh yang sama.[7]

Dalam Astrologi Hindu, makara juga merupakan salah satu rasi bintang yang setara dengan zodiak kaprikornus[8] serta nama bulan dalam kalender Hindu India.[9] Terdapat kesinambungan rupa antar makara dan kaprikornus, yang dalam sejumlah depiksi sering kali digambarkan sebagai hewan campuran yang bagian belakangnya memiliki badan ikan sebagaimana makara.

Penggunaan makara sebagai motif ornamen arsitektural memiliki akar yang kuno dalam tradisi India.[1] Pada kuil Hindu, makara digunakan sebagai motif pahatan yang menghiasi relief, kepala kolom, ambang pintu, lidah tangga, talang air dan berbagai bagian bangunan lainnya. Kitab arsitektur Mānasāra, yang sering kali dijadikan rujukan dalam pembangunan arsitektural tradisional India, menspesifikasikan penggunaan makara sebagai motif ornamen ambang pintu. Dalam Mānasāra bait 133-136, bab XV mengenai kolom, dituturkan bahwa Makara sebaiknya digunakan sebagai sebagai kepala kolom di ujung lengkung (toraṇa) yang membingkai bagian atas pintu.[10] Penggunaan serupa sebagai kepala kolom dapat ditemukan pada salah satu pahatan makara tertua yang ditemukan di India, yakni pada Kolom-kolom Heliodorus yang diperkirakan dibangun pada sekitar abad 2 SM.

Ornamen Makara di India
  •  

    Salah satu kepala Kolom-kolom Heliodorus, abad 2 SM

  •  

    Makara bergulat dengan tokoh asing, relief di Torana dalam kompleks Sanchi, abad 1 SM

  •  

    Makara sebagai wahana Dewi Gangga, relief Kuil Kailasa, Ellora, abad 8 M

  •  

    Ornamen lengkung pintu di Kuil Sahastra Bahu, abad 10 M

  •  

    Lidah tangga di Kuil Airavatesvara, abad 12 M

Jawa Kuno

Penggunaan makara sebagai ornamen paling sering ditemukan pada candi. Makara umumnya digunakan pada bingkai pintu atau relung bersama ornamen kala sebagai satu kesatuan.[11][12] Makara pada candi Jawa kuno selalu digunakan di bagian bawah pintu atau relung dengan posisi kepala saling membelakangi, berbeda dengan penerapan makara di India. Makara pada pintu India digunakan di bagian atas dan umumnya saling berhadap-hadapan. Selain pada pintu, penggunaan ornamen makara juga ditemukan pada talang air atau jaladwara dan lidah tangga.[13] Makara paling sering ditemukan dengan mulut menganga dan belalai terangkat ke atas. Ditemukan juga makara dengan bentuk serupa yang di bagian tengahnya terdapat makhlus lain, seperti manusia dan singa, sebagaimana makara pada lidah tangga Candi Prambanan dan Candi Bubrah.

Ornamen Makara di Jawa Kuno
  •  

    Ornamen makara dari kompleks Kompleks Candi Dieng, abad 7 M

  •  

    Dasar ambang pintu di Candi Semar, Kompleks Candi Dieng, abad 7 M

  •  

    Dasar bingkai relung dan talang air di Candi Arjuna, Kompleks Candi Dieng, abad 7 M

  •  

    Lidah tangga di Candi Prambanan, dengan pahatan singa di belalai dan mulut makaranya, abad 9 M

  •  

    Talang Air di Candi Borobudur, abad 9 M

  •  

    Ornamen Makara di Candi Kidal, abad 13 M

  •  

    wahana Dewi Gangga, lukisan cat air, India

  •  

    Wahana Dewa Baruna, lukisan cat air, India

  •  

    Lukisan Thangka, Tibet

  •  

    Wahana Dewa Baruna, arca, India

  •  

    Ornamen lintel, Myanmar

  •  

    Ornamen lintel, Kamboja

  •  

    Lidah Tangga, Sri Lanka

  •  

    Lidah tangga di Candi Kalasan, Jawa.

  •  

    Lidah tangga di kompleks Candi Muara Jambi, Sumatra

  •  

    Lidah Tangga, Vietnam

  •  

    Lidah tangga, Tiongkok

  •  

    Teko celadon, Tiongkok

  •  

    Ornamen logam, Jawa

  1. ^ a b c Darian, Steven (1976). "The Other Face of the Makara". Artibus Asiae. 38 (1): 29–36. doi:10.2307/3250095. ISSN 0004-3648. 
  2. ^ a b Janaki Lenin (2011-01-14), "My Husband and Other Animals - The beast within", The Hindu, ARTS » HISTORY & CULTURE, Kasturi & Sons Ltd, diakses tanggal 2011-01-14 
  3. ^ a b K. Krishna Murthy (October 1985). Mythical animals in Indian art. Abhinav Publications. hlm. 37, 41, 44. ISBN 978-0-391-03287-3. Diakses tanggal 17 January 2011. 
  4. ^ Archaeological Institute of America (1970). Archaeology. Archaeological Institute of America. hlm. 41–43. Diakses tanggal 17 January 2011. 
  5. ^ Meulenbeld, Gerrit Jan (1974), The Mādhavanidāna and Its Chief Commentary, Chapters 1-10, Parts 1-10, Brill Archive, hlm. 484, ISBN 978-90-04-03892-9 
  6. ^ Darian, Steven (1976). "The Other Face of the Makara". Artibus Asiae. 38 (1): 29–36. doi:10.2307/3250095. ISSN 0004-3648. 
  7. ^ a b Austin, Christopher R. (2019). Pradyumna: Lover, Magician, and Son of the Avatara (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. hlm. 65. ISBN 978-0-19-005411-3. 
  8. ^ Bangalore V. Raman (2003). Studies in Jaimini Astrology. Motilal Banarsidass. hlm. 10–19. ISBN 978-81-208-1397-7. 
  9. ^ Robert Sewell; Śaṅkara Bālakr̥shṇa Dīkshita (1896). The Indian Calendar. S. Sonnenschein & Company. hlm. 5–11, 23–29. 
  10. ^ Acharya, Prasanna Kumar (1934). Manasara Series Vol II: Indian Architecture according to Mānasāra-Śilpaśāstra (dalam bahasa Inggris). Jakarta: Oxford University Press. hlm. 159. ISBN 0834803496. 
  11. ^ John Micsic (2002). Indonesian Heritage vol 6: Architecture. Grolier International. ISBN 9813018305. 
  12. ^ Parul Pandya Dhar (July 2018). Cultural and Civilisational Links between India and Southeast Asia. Palgrave Macmillan. hlm. 325–345. ISBN 9789811073168. 
  13. ^ Halim, Andre; Herwindo, Dr. Rahadhian Prajudi (2017). "Makna Ornamen pada Bangunan Candi Hindu dan Buddha di Pulau Jawa (Era Klasik Tua – Klasik Tengah – Klasik Muda)". RISA (Riset Arsitektur). 01 (02): 49–68. ISSN 2548-8074. 
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Makara.

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Makara&oldid=19512530"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA