Memukul bagian tepi rebana dapat menghasilkan bunyi yang

Sebutkan 3 alat musik ritmis dan cara memainkannya! Pembahasan kunci jawaban soal PTS (Penilaian Tengah Semester) kelas 3 SD / MI di buku tematik siswa pada materi pembelajaran tematik 6 subtema 1 dan 2.

Pertanyaan tentang Alat Musik Ritmis kali ini merupakan lanjutan soal sebelumnya, di mana kalian telah mengerjakan soal tentang Sebutkan sumber panas geotermal dan jelaskan singkat masing-masing manfaatnya!

Sudah mengerjakannya kan? Jika belum, silahkan buka link tersebut!

Pembahasan Soal dan Jawaban:

7. Sebutkan 3 alat musik ritmis!

Jawaban: Gendang, Rebana, Tifa

Cara Memainkan Gendang : Memainkan kendang secara sederhana adalah dengan dipukul atau ditepak menggunakan telapak tangan. Bagian yang ditepak adalah sisi kanan dan kiri yang terbuat dari kulit hewan.

Cara Memaikan Rebana: Menghasilkan bunyi yang lemah pada rebana yaitu dengan memukul bagian tepi rebana. Sedangkan untuk menghasilkan bunyi yang kuat dapat dilakukan dengan cara memukul bagian tengah rebana dengan kuat. Rebana sering digunakan dalam kegiatan-kegiatan berlapaskan Islam.

Cara Memainkan Tifa : Cara memainkannya adalah dengan memukul bagian ujung tifa untuk mendengarkan bagaimana bunyi yang dihasilkan.

Demikian pembahasan kunci jawaban soal PTS (Penilaian Tengah Semester) kelas 3 SD/MI di buku tematik tema 6 subtema 1 dan 2 tentang Alat Musik Ritmis dan Cara Memainkannya. Semoga bermanfaat dan berguna bagi kalian.

Baca juga pembahasan soal dibawah ini:

9. Bagaimana cara melakukan gerakan kombinasi gerak berjalan, menekuk, dan mengayun menggunakan tongkat berpita?

Jawaban: buka DISINI.

Alat musik ritmis punya peranan penting dalam komposisi lagu dan live performance.

Dalam sebuah komposisi lagu (non-acapella), intensitas sulit dibangun tanpa fondasi beat dari alat musik ritmis. Begitu pula ketika performance, dimana komponen ritmis bisa bikin penonton ngerasain groove-nya.

Instrumen ritmis pun memegang fungsi lain secara bersamaan. Jaga tempo, membangun mood, dan memberi kode pindah dari satu part ke part lain adalah beberapa di antaranya.

Bayangin ada band rock yang drummernya telat dateng ke stage. Bunyi yang kedengeran cuma didominasi distorsi gitar sama teriakan vokalis. Jelas kopong banget, malah cenderung nggak enak banget, kan?

Belum lagi, dalam jenis musik tertentu, hadirnya alat musik ritmis menentukan warna lagu secara keseluruhan.

Alunan musik latin kurang terasa ‘latin’ tanpa bongo dan pattern clave. Musik etnis Jawa tidak bisa lengkap tanpa gamelan. Begitu juga dengan musik modern, yang butuh hentakan drum atau instrumen perkusi lainnya.

Lalu, apa aja instrumen yang banyak dipakai untuk fungsi ritmis dalam lagu-lagu kebanyakan?

Untuk menjawabnya, HOOKSpace bakal nyebutin 25 alat musik ritmis yang mungkin pernah kalian dengerin di lagu modern dan tradisional. Gak lupa, kita bahas juga cara main dan porsinya sesuai genre musik tertentu. Let’s go.

Alat Musik Ritmis Modern

Dalam bagian pertama ini, kita akan bahas instrumen ritmis apa saja yang bebunyiannya sering dijumpai dalam komposisi musik modern dan orkestra.

Drum Set

Pada dasarnya, drum adalah alat musik ritmis berbentuk silindris/tabung, terdapat membran di sisi atas (batter) dan bawah (resonance), dan dilengkapi sistem pengait kedua membran di body-nya.

Terdapat juga pelindung membran yang bernama hoops. Di bagian hoops inilah, seorang drummer melakukan tuning drum dengan mengencangkan atau mengendurkan lugs (baut). Hoops sendiri ada yang terbuat dari kayu, steel, ataupun brass.

Sebuah drum set umumnya terdiri dari bass drum, tom-tom, floor tom, dan snare. Ketiganya punya fungsi dan frekuensi bunyi yang berbeda untuk menghasilkan beat sekaligus mengakomodasi intensitas musik.

Bass drum biasanya berukuran 18-22 inch, tom-tom berkisar 8-13 inch, floor tom bervariasi dari 14 hingga 18 inch, dan snare normalnya 13-14 inch.

Drum bisa dibilang sebagai instrumen pukul yang paling sering ditemui dalam komposisi lagu modern. Dalam live performance, drum bahkan bisa terlihat sebagai instrumen yang paling atraktif berkat range bunyi yang bisa dihasilkan.

Jenis drum sendiri terdiri dari dua, yakni drum akustik dan drum elektrik.

Drum akustik biasanya berbahan dasar iron, steel, aluminium, kayu (mahogany, oak, atau maple), hingga acrylic yang tembus pandang. Dengan perbedaan jenis bahan, kelimanya punya karakter bunyi berbeda.

Selain dari bahan drum-nya sendiri, bunyi drum akustik bisa dipengaruhi oleh stik yang digunakan. Stik dengan ujung tip yang bulat misalnya, bisa membuat bunyi lebih clear.

Seiring perkembangannya, drum elektrik dibuat sebagai alternatif drum akustik. Dengan bahan ‘pad’ yang lebih kedap, bunyinya bisa didesain tidak berisik karena output suaranya tergantung setelan volume speaker/amplifier yang digunakan.

Drum elektrik bisa dimasukkan banyak sample sound drum akustik dan efek. Ini bisa jadi pilihan yang sangat bagus, terutama untuk gig venue kecil atau saat butuh banyak pilihan ketika produksi musik di studio rekaman.

Cymbal

Drum set tidaklah lengkap tanpa cymbal. Satu set cymbal dalam drum standarnya meliputi hi-hat, ride cymbal, dan crash cymbal.

Hi-hat dan ride cymbal biasa dipakai untuk pattern yang steady/stabil, sekaligus patokan tempo bagi pemain instrumen lain dalam band.

Perbedaannya, hi-hat adalah kombinasi dua cymbal dan satu pedal yang frekuensi bunyi hi-hat cenderung lebih sempit. Sedangkan, ride cymbal punya sound lebih lebar karena ukuran yang lebih besar.

Sementara itu, crash cymbal punya karakter lebih eksplosif. Sekali pukul terdengar nyaring dan punchy. Para drummer sering menggunakannya dalam perpindahan lagu atau penekanan aksen tertentu.

Masih ada banyak cymbal lain selain di atas. Mereka semua umumnya berfungsi sebagai efek.

Contohnya adalah china cymbal (eksplosif dan trashy), splash (punchy dengan frekuensi sangat tipis karena ukuran <12 inch), hingga stack (gabungan dari beberapa cymbal efek yang dipasang jadi satu).

Penggunaan cymbal tak cuma di drum set saja, tetapi juga sering dipakai di orkestra.

Dalam orkestra, cymbal berfungsi memberikan aksentuasi klimaks dan transisi part. Cara mainnya bisa crescendo (dimainkan dari pelan ke semakin kencang), decrescendo (sebaliknya), atau aksen (pukul dengan power yang lebih keras dari not lain).

Octoban

Octoban, atau yang sering disebut quarter tom, adalah jenis tom-tom yang berbentuk tabung panjang dengan diameter kecil; sekitar 5 hingga 10 inci.

Intinya, ukuran octoban lebih kecil dari tom-tom yang biasa dijumpai di drum set.

Octoban rata-rata berbahan dasar fiberglass, dilengkapi membrane/head dengan setelan agak kencang. Frekuensi dan sustain-nya jauh lebih pendek dari tom-tom biasa.

Kalau pernah lihat Mike Mangini (drummernya Dream Theater) atau Stewart Copeland (The Police) main, kamu pasti nggak asing sama instrumen yang satu ini.

Tamborin

Tamborin adalah alat musik ritmis yang terdiri dari bingkai/frame, biasanya terbuat dari plastik atau kayu, dengan isian beberapa pasang metal jingles kecil atau zills.

Buat yang nggak familiar sama tamborin, instrumen ini sering disebut ‘kecrekan’.

Cara memainkan tamborin adalah dengan menggoyangkan atau memukulnya sesuai irama musik. Sekilas membunyikannya terlihat mudah. Namun, kamu juga perlu punya ‘sense of tempo’ yang kuat biar bunyinya gak asal berisik.

Tamborin sendiri ada yang pakai membran/skin di sisi atasnya, dan ada yang gak pakai (headless). Tamborin dengan skin bentuknya menyerupai rebana.

Triangle

Sesuai namanya, bentuk triangle adalah segitiga (sama sisi), dengan salah satu ujung yang terbuka.

Triangle kebanyakan berbahan dasar metal atau steel bar. Cara memainkannya, kita tinggal memukulnya dengan metal stick kecil; yang biasanya langsung didapat satu paket dengan membeli triangle-nya sendiri.

Triangle dipakai di berbagai macam jenis musik, mulai dari lagu pop modern, orkestra, sampai kepada latin.

Penggunaan sederhananya, triangle bisa dipukul steady untuk menjaga tempo lagu.

Namun, jangan dipikir bahwa memainkan triangle akan selalu mudah. Ada juga teknik advance yang perlu dipelajari, terutama untuk mengatur sustain sekaligus power.

Pasalnya, beda sisi yang dipukul, beda kekuatan pukulan, beda juga tone bunyinya. Kamu bisa coba cari tahu bagaimana contohnya lewat video di bawah ini.

Shaker

Mengapa shaker dinamakan shaker? Jawabannya, karena instrumen ritmis ini dibunyikan dengan cara shaking, atau mengocok, atau mengerakkannya bolak-balik.

Sumber bunyi shaker ialah dari partikel kecil di dalamnya yang bergerak naik-turun ketika dikocok.

Kalo ngelihat orang-orang ngamen sih, bayangannya, kayak botol air mineral kecil yang diisi beras saja.

instrumen perkusif yang satu ini punya banyak bentuk. Ada yang berwujud seperti telur (egg shaker), ada yang punya gagang (maracas), dan bermacam-macam shaker asli Latin unik seperti ganza, caxixi, dan cabasa.

Dalam komposisi musik, shaker bisa berfungsi sebagai penjaga tempo. Sama seperti alat perkusi lain, ada tekniknya tersendiri agar bunyi kocokannya terdengar lebih merdu dan groovy.

Timpani

Timpani adalah instrumen perkusi berukuran besar, berbentuk ‘bowl’, yang umumnya terbuat dari bahan tembaga.

Dalam orkestra atau marching band, biasanya ada dua hingga empat set timpani yang dipakai.

Uniknya, timpani bisa dimainkan selayaknya alat musik melodis. Setiap ‘bowl’ timpani punya range nada yang berbeda-beda sesuai ukurannya. Untuk mengubah nada di tiap ‘bowl’, terdapat pedal di bawahnya yang bisa diinjak ke depan/belakang untuk adjustment.

Tingkat kesulitan memainkan timpani bisa dibilang cukup tinggi. Selain harus punya pukulan dinamika yang bagus, kita harus hafal posisi adjustment pedal untuk mendapatkan not yang diinginkan.

Alat musik yang ditemukan pada abad keenam ini punya banyak karakter bunyi, seperti thunderous, deep, heavy, powerful, mellow, bahkan bisa seperti genderang perang.

Baca Juga: Tempo Lagu: Jenis-jenis, BPM, Cara Mengetahui, dan Contoh Lagu Lengkap

Alat Musik Ritmis Etnik Luar

Dalam bagian ini, HOOKSpace akan sebutkan alat musik ritmis populer apa saja yang berasal dari luar Indonesia; terutama dari Amerika Latin dan Afrika. Check it out.

Cajon

Siapa yang belum tau kalau cajon asalnya dari Peru?

Cajon ditemukan oleh para budak Afro-American yang dipaksa bekerja keras di sana pada masa kolonial Spanyol.

Uniknya, cajon ini sekarang jadi alat musik sobat akustikan banget. Dari produk ‘korban penjajahan’ sampai jadi ‘alat tempur musisi modern’.

Dengan bunyinya yang gak terlalu berisik dan praktis dibawa, wajar kalau banyak banget musisi yang pake cajon. Apalagi, kita bisa niruin bunyi simple ‘dug tak’ kayak drum dengan gampangnya.

Akan tetapi, cajon tetep nggak 100% bisa dijadiin pengganti drum akustik, ya. Banyak pattern yang bisa dieksplor dan dimainin, intinya nggak cuma buat niruin ‘dug tak’-nya drum aja.

Ada yang mainin pake tangan dengan sekuat tenaga, dan ada pula yang pake stick brush biar lebih smooth (dan nggak bikin lecet).

Seiring perkembangannya, banyak pabrikan alat perkusi dunia yang meringkas bentuk cajon menjadi travel cajon. Dari yang tadinya didudukin, ini cuma dipangku dan bisa langsung main. Ada pula yang bikin pedal khusus cajon untuk mengakomodasi yang terbiasa main drum.

Conga

Memukul bagian tepi rebana dapat menghasilkan bunyi yang

Conga adalah alat musik ritmis yang dikembangkan di Karibia, tepatnya Kuba, pada awal abad ke-20.

Bentuk dari conga sendiri seperti semacam tabung, memanjang ke bawah, dan ditutup oleh membran kulit di sisi atasnya. Bunyi instrumen ini didapatkan dari memukulkan tangan ke membran atas tersebut.

Ada beberapa bunyi yang bisa didapatkan dari conga, yakni open tone, muted, bass tone, dan slap tone. Perbedaan keempatnya berasal dari posisi telapak tangan saat memukul.

Open tone, atau bunyi ‘tak’, didapatkan dengan memukulkan empat jari di sisi pinggir.

Bunyi muted dihasilkan dari memukul empat jari ke membran tengah, dengan posisi jempol tetap di atas, sehingga ada kesan bunyi teredam atau ‘mendem’.

Bass tone bisa terdengar dengan menjentikkan jempol tepat ke tengah membrane. Posisi tersebut langsung memproduksi low tone yang bisa agak ‘muted’ juga.

Adapun slapping tone adalah teknik paling sulit. Teknik ini bisa memproduksi bunyi kencang sekaligus jelas. Jika digabungkan dengan ketiga teknik sebelumnya, kamu seharusnya sudah pede memainkan groove latin dan mengiringi penyanyi.

Conga utamanya digunakan untuk musik latin. Namun, komposisi pop jazz dan kontemporer masa kini juga banyak membutuhkan sound conga, terutama jika lagunya ingin mengangkat nuansa dance.

Bongo

Sama seperti conga, bongo juga merupakan alat musik yang dikembangkan di Kuba pada akhir abad ke-19. Hanya saja, ukuran instrumen ritmis ini jauh lebih kecil.

Satu set bongo biasanya terdiri dari dua piece. Satu berukuran delapan inch, dan satunya lagi sepuluh inch.

Porsinya di lagu modern, serta cara mainnya, hampir sama dengan conga. Bedanya, karena berukuran kecil, posisi jarinya juga agak menyesuaikan.

Saat perform live, posisi letak bongo umumnya ada dua. Pertama, sesuai dalam video solo di bawah ini, posisi instrumennya dipangku.

Kedua, melihat perkusionis session, bongo biasanya dipasang di atas conga. Pemasangan tersebut beralasan karena karakter bunyi yang hampir sama, meski bongo punya pitch yang lebih tinggi.

Jadi, jangan salah sangka dan ketuker lagi. Bongo beda dengan conga meski kelihatannya ‘sepaket’. Ingat-ingat saja dari perbedaan bunyi dan bentuknya.

Timbales

Berbicara asal-usul, timbales dikembangkan di Kuba sekitar tahun 1900-an.

Perkusi latin yang satu ini bentuknya mirip tom-tom, namun body-nya lebih tipis dan spesifik terbuat dari logam. Sisi atasnya ditutupi oleh membran dan bawahnya dibiarkan kopong.

Satu set timbales terdiri dari dua pieces. Ukurannya masing-masing sekitar 12 hingga 14 inch.

Cara main timbales tidak cuma dengan memukulkan stik drum ke membran saja, tetapi juga memukul body-besinya untuk variasi ornamen bunyi.

Sama seperti conga dan bongo, timbales bisa dikatakan sebagai alat musik ritmis yang wajib ada di performance latin. Para perkusionis biasanya dominan menggunakan instrumen ini ketika mendapatkan jatah solo di tengah lagu.

Pandeiro

Memukul bagian tepi rebana dapat menghasilkan bunyi yang

Pandeiro adalah perkusi tangan yang populer di Brazil. Bentuknya nyaris sama seperti rebana, dimana ada membran di bagian atas dan tambourine di bagian body-nya.

Secara kultur, pandeiro digunakan ketika mengiringi musik samba, choro, coco, dan capoeira.

Adapun cara bermain pandeiro ialah menggenggam dengan tangan kiri; dan memukulnya pakai tangan kanan (bisa sebaliknya). Ada dua bunyi yang dihasilkan, yakni dari tamborin yang bergoyang serta dari pukulan.

Cowbell

Memukul bagian tepi rebana dapat menghasilkan bunyi yang

Cowbell adalah instrumen percussion yang bunyinya sering terdengar dalam performance musik latin. Ada yang memasangnya di atas timbales, ada juga yang dimainkan oleh seorang.

Alat musik ritmis ini dinamai cowbell karena bentuknya mirip dengan bel yang dikalungkan ke hewan ternak oleh para penggembala. Bel tersebut digunakan untuk mengidentifikasi hewan ternaknya atau milik orang lain.

Sama seperti perkusi lain, bunyi dari cowbell sangat tergantung ukurannya. Cowbell berukuran 6 inch punya pitch yang jauh lebih tinggi dari yang 14 inch, misalnya.

Cara main cowbell sendiri adalah dengan memukulnya pakai stik.

Pukulan yang diarahkan di tengah cowbell bakal menghasilkan bunyi tipis. Sedangkan, kala memukul di tepi lubangnya, akan terdengar suara nyaring.

Dalam musik latin, kedua pukulan tersebut biasanya dikombinasikan untuk menghasilkan pattern ritmis tertentu; entah itu son clave atau sekadar menjaga tempo.

Tak hanya itu, musik pop modern pun banyak menggunakan instrumen untuk variasi bunyi. Contohnya bisa kamu lihat di video berikut ini.

Woodblock/Jam Block

Woodblock adalah instrumen perkusi kecil yang terbuat dari sebatang kayu, berbentuk persegi panjang, dan dilubangi di salah satu sisi panjangnya.

Seiring berjalannya waktu, woodblock kemudian dikembangkan menjadi jam block. Nama alat yang disebut terakhir ialah versi plastik-nya, tepatnya terbuat dari plastik tebal seperti di bawah ini.

Jam block sering disebut sebagai clave block. Kenapa clave? Karena yang dimainkan pakai jam block umumnya adalah pattern clave 2-3 atau 3-2.

Belum tau gimana pattern-nya? Coba lihat video drummer di bawah ini (Horacio Hernandez). Dia maininnya pakai kaki kiri!

Jika melihat drummer modern-latin, jam block memang sering dipakai di samping kiri pedal hi-hat. Tentu butuh latihan koordinasi yang melelahkan untuk bisa main seperti ini dengan lancar. Ha ha ha.

Selain itu, jika melihat perkusionis modern, ada juga memasang jam block berbarengan dengan cowbell. Intinya, semua tergantung kebutuhan mereka-mereka saja.

Djembe

Djembe (atau sering disebut ‘jimbe’) adalah alat musik ritmis yang dikembangkan di Mali, Afrika, sejak abad ke-13 silam.

Menurut warga lokal sana, alat musik ini dinamakan djembe karena bermakna ‘menyatukan orang dalam damai’. Dari sini, kita bisa sedikit berasumsi bahwa tarian perayaan orang zaman dulu disertai iringan djembe.

Djembe terbuat dari kayu tebal, dengan ditutup membran berbahan kulit kambing di bagian atas.

Diameter djembe bagian atas biasanya mencapai 38 cm (15 inch) dan bertinggi 60 cm. Beratnya bervariasi tergantung ketebalan kayu. Djembe dengan bobot 13 kg sudah bisa dikatakan sangat berat.

Adapun body-nya semakin menyempit ke bagian tengah, lalu melebar lagi di bawahnya. Namun, diameter bawahnya tidak sebesar yang atas.

Untuk tuning membran kulit kambing di djembe, terdapat untaian tali yang bisa dikencangkan dan dikendurkan. Semakin kencang, pitch-nya akan semakin naik. Begitu pula sebaliknya.

Cara memainkannya adalah dengan dipukul, hampir serupa dengan conga. Perbedaannya mungkin terletak di kekuatan pukulan, karena diameter atasnya yang cukup besar.

Darbuka

Darbuka adalah alat musik ritmis yang berasal dari dataran Arab, terutama Mesir. Bentuknya agak mirip djembe, namun jauh lebih ringan dan membrannya tidak memakai kulit hewan.

Darbuka, atau dumbek, bisa dimainkan dengan dua cara.

Pertama, kamu bisa menggendongnya di antara lengan dan rusuk kemudian memukulnya pakai dua tangan. Kedua, kamu bisa pukul dengan posisi instrumen yang diberdirikan begitu saja.

Uniknya lagi, body dari darbuka ini biasanya dihias dengan lukisan ornamen dan berwarna-warni.

Buat yang tau marawis, kalian mungkin nggak asing sama bentuk instrumen ini. Selain dipakai untuk pukulan isian/solo, darbuka juga bisa buat ngejaga ritme dan mood lagu. Kalau kalian denger suara darbuka, pasti udah bisa bayangin gimana suasana dan kesan Arab-nya.

Darbuka bahkan nggak cuma dipake buat musik bernuansa Arab. Kalau kamu pernah nonton konsernya Sting – Live in Berlin, ada perkusionis yang main darbuka di lagu Desert Rose. Kalau belum pernah, coba play video di bawah, langsung geser ke titik 1 jam 45 menit.

Nuansa Arab-nya auto berasa.

Udu Pot

Kalau dua alat musik yang disebut sebelumnya berasal dari Mali dan Mesir, yang satu ini juga datang dari Afrika, tepatnya Nigeria. Sejarahnya, alat ini dipakai untuk seremonial.

Udu pot adalah aerofon, berbentuk seperti kendi atau ceret air, yang bisa mengeluarkan suara dengan memukul bagian body-nya.

Pernah tahu ada band pop-folk Indonesia yang pakai udu pot sebagai penjaga ritmis? Kalian coba cek Rubah di Selatan.

Alih-alih pakai cajon atau alat perkusi lain, mereka pakai udu pot dan sudah tentu memberi kesan beda untuk keseluruhan sound lagu-lagunya.

Kastanyet

Ngomongin kastanyet nggak akan pernah lepas dari memori zaman sekolah dasar dulu.

Dulu, waktu kelas 1 SD, mimin HOOKSpace pernah disuruh bawa instrumen yang satu ini pas pelajaran seni musik. Mungkin karena maininnya gampang dan ringan dibawa kali, ya.

Berbicara definisi, kastanyet adalah alat musik ritmis yang masuk ke famili ‘clapper’. Ini memang berkaitan sama cara memainkan kastanyet yang seperti bertepuk/membenturkan sepasang clackers.

Kastanyet berbentuk bulat dan ada cekungannya, serta disatukan dengan tali untuk bisa menggenggamnya di telapak tangan. Instrumen ini aslinya dibuat dari kayu, namun sekarang kebanyakan diproduksi dengan bahan plastik.

Instrumen ritmis ini bisa dibilang sebagai salah satu yang tertua di dunia. Sejak ribuan tahun lalu, kastanyet digunakan untuk mengiringi musik folklore, terutama di dataran Spanyol.

Baca Juga: Gimana Caranya Biar Bisa Laris Sebagai Perkusionis Session?

Alat Musik Ritmis Tradisional Indonesia

Di bawah ini, kita bakal bahas contoh alat musik ritmis tradisional Indonesia. Beberapa di antaranya termasuk dalam set gamelan, dan sisanya berasal dari daerah lain.

Kendang

Kendang adalah alat musik ritmis berbentuk menyerupai tabung dan kedua sisinya ditutup oleh membran kulit. Instrumen pukul ini hampir selalu masuk dalam set gamelan, entah itu gamelan Jawa atau gamelan Bali.

Bedanya, kalau di gamelan Jawa, kendangnya tidak simetris; diameter yang satu lebih besar dari satunya. Namun, di gamelan Bali, diameter kendangnya cenderung sama.

Kendang umumnya dibuat dari kayu kelapa atau cempedak. Membran-nya sendiri biasanya terbuat dari kulit kerbau (untuk diameter besar) dan kulit kambing (diameter kecil).

Cara memainkannya adalah dengan memukul kedua kulit (kanan dan kiri) dengan tangan atau stick mallet. Posisi instrumennya direbahkan horizontal sambil dipangku.

Gak cuma di gamelan, kendang ini juga sering banget dipakai di musik dangdut.

Bonang

Bonang juga termasuk alat musik ritmis yang digunakan dalam grup gamelan. Instrumen ini semacam gong namun berukuran mini.

Bonang umumnya tidak dimainkan secara satuan. Biasanya, dalam satu set bonang, terdapat 10-12 gong mini yang dipasang di atas frame kayu. Masing-masing punya ukuran dan pitch bunyi yang berbeda-beda.

Alat ini bisa juga mencakup fungsi melodis karena banyak nada. Namun, porsi bonang dalam musik gamelan sejatinya tetap bisa menjadi rhythm, karena ada pola pukulannya sendiri di setiap tembang.

Gong

Gong ialah alat musik terbesar dalam set gamelan. Instrumen ini terbuat dari tembaga, biasanya berdiameter 85-130cm.

Semakin besar ukuran gong, makin panjang sustain bunyi yang dihasilkan.

Karena bunyi sustain yang panjang, gong dalam gamelan biasanya tidak dipukul secara cepat. Gong dibunyikan dalam beberapa birama sekali. Ini sudah cukup untuk setidaknya menjaga tempo.

Jika dilihat dari kacamata budaya, gong biasanya juga dihadirkan dalam prosesi upacara penyambutan tamu, upacara ritual, atau penanda dimulainya suatu acara.

Saron

Saron masih termasuk dalam alat musik gamelan. Alat ritmis ini terdiri dari tujuh bar perunggu yang dipasang di atas frame kayu resonansi (rancak).

Tinggi alat musik yang konon sudah ada sejak abad ke-9 ini hanya 20 cm, dimana sang pemain memainkannya sambil duduk.

Untuk membunyikan, terdapat alat pukul khusus berupa stick mallet yang bentuknya menyerupai palu.

Tifa

Tifa adalah ‘single-headed’ drum, semacam alat perkusi pukul, yang berasal dari Maluku. Membran atasnya ditutup kulit, sedangkan sisi bawahnya dibiarkan terbuka.

Bentuk instrumen ritmis ini mungkin hampir serupa dengan conga atau djembe (tabung), namun ukurannya berbeda-beda sesuai distriknya. Uniknya, tifa sering dilengkapi tali agar bisa dikalungkan ketika perform.

Fungsi ritmis dari tifa sangatlah kuat. Sejarahnya, alat musik ini digunakan untuk mengiringi nyanyian dan upacara adat.

Bedug

Jangan kira bedug cuma dipakai di masjid-masjid saja buat adzan.

Bedug sudah lama menjadi instrumen musik yang masuk dalam set gamelan.

Kalau boleh meminjam istilah Bahasa Inggris, bedug adalah ‘double-headed’ drums, berbentuk tabung yang sangat besar, dengan kedua sisi dipasangi membran kulit kerbau.

Berhubung bobotnya juga sangat berat, bedug umumnya dipasang atau digantung di rangka kayu. Cara memainkannya adalah dengan memukul membrannya pakai stik kayu tebal. Pemukul bedug kadang-kadang juga mukul bagian kayunya, sih, buat variasi bunyi ‘tek-tek’.

Tak cuma tradisional, bedug juga sering dipakai grup ansambel perkusi modern untuk memberikan aksen tegas dan semangat. Jika dimainkan dengan kecepatan tinggi (accelerando), bedug bisa menghasilkan suasana seperti genderang.

Rebana

Rebana adalah contoh alat musik ritmis yang cukup populer di Indonesia dan Malaysia, khususnya untuk iringan musik Islami.

Bentuk dari rebana sendiri adalah seperti gendang, berdiameter sekitar 10 inch, namun ‘bantet’ (tingginya tidak sampai 7 cm). Dengan bentuk itu, rebana bisa digenggam tangan kiri ketika dimainkan dengan tangan kanan.

Ada beberapa produsen rebana yang membuatnya dengan dilengkapi tamborin, namun kebanyakan tidak ada; hanya frame kayu saja.

Baca Juga: Deretan Festival Musik Indonesia Terpopuler

Itulah tadi setidaknya 25 alat musik ritmis yang populer dan berasal dari seluruh penjuru dunia. Ada yang dominan dalam komposisi lagu modern, ada instrumen etnis yang pemakaiannya diadaptasi ke lagu modern, dan ada yang khusus musik tradisional Indonesia.

Masing-masing punya fungsi ritmis berbeda-beda tergantung organologi-nya. Beberapa punya range bunyi cukup lebar, dan ada yang cenderung mono-tone.

Dari sekian banyak alat musik ritmis di atas, mana sajakah yang bisa kamu mainkan? Adakah yang kelewat dan belum disebut? Kalau iya, coba sebutkan di kolom komentar!