Mendefinisikan bahwa komik adalah gambar-gambar dan lambang-lambang yang

1

BAB II TEORI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN KOMIK

II.1. Pengertian Komik

Kata komik berasal dari bahasa Inggris “comic” yang berarti segala sesuatu yang lucu serta bersifat menghibur Kamus Lengkap Inggris –Indonesia, 1991 Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, kata komik dijabarkan sebagai cerita yang dilukiskan dengan gambar- gambar dan dibawah gambar itu dituliskan ceritanya sesuai dengan yang tampak dalam gambar Badudu h.156 Sedangkan didalam kamus umum berbahasa Indonesia dimana kata komik secara umum diartikan sebagai bacaan bergambar atau cerita bergambar dalam majalah , surat kabar, atau berbentuk buku Poerwadarminta h.517 “Sequential Art” seni yang berurutan, demikian pakar komik Will Eisner menyebut komik. Gambar-gambar jika berdiri sendiri dan dilihat satu persatu tetaplah hanya sebuah gambar, akan tetapi ketika gambar tersebut disusun secara berurutan, meskipun hanya terdiri dari dua gambar, seni dalam gambar tersebut berubah nilainya menjadi seni komik Scott McCloud, Understanding Comics, 1993, h.5. Dalam konteks ini menurut McCloud, pengertian “Sequential Art” oleh Eisner untuk komik masih terlalu umum. Kata “Sequential Art” juga bisa dipakai untuk animasi, mengingat animasi juga merupakan rangkaian gambar atau seni yang berurutan dan menjadi satu kesatuan utuh. Disini McCloud menggarisbawahi perbedaan mendasar antara komik dan animasi film adalah bahwa rangkaian animasi berurutan oleh waktu sedangkan komik dipisahkan oleh panel yang tersusun saling berdampingan juktaposisi. Animasi dan film ditampilkan secara bersamaan pada satu frame yang sama dengan urutan waktu tertentu. Sedangkan komik harus ditampilkan pada frame yang berbeda dengan member jarak pada masing-masih frame atau panel. Jarak pada komik 2 berfungsi sama dengan waktu pada film Scott McCloud, Understanding Comics, 1993, h.7. Selanjutnya McCloud 1993 mendefinisikan komik sebagai berikut, “komik adalah gambar-gambar dan lambang-lambang lain yang terjukstaposisi saling berdampingan dalam urutan tertentu, bertujuan untuk memberikan informasi dan atau mencapai tanggapan estetis dari pembaca.” Gambar 2.1. Sequential Art Sumber : Scott McCloud. Understanding Comics 1993 Gambar 2.2. Manual Guide Sumber : Scott McCloud. Understanding Comics 1993 3 II..2. Sejarah dan Perkembangan Komik Dunia Bila mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh Mcloud, komik sudah ada sejak ratusan ratusan tahun yang lalu, bahkan ribuan tahun lalu. Namun “komik” yang ada dimasa itu belum seperti komik yang dijumpai dewasa ini. Manusia mengenal gambar jauh sebelum manusia mengenal bahasa maupun tulisan. Hal itu diyakini melalui banyaknya temuan gambar-gambar prasejarah. Baik dari coretan-coretan manusia primitif di dinding gua yang ditemukan sekitar 10.000 tahun SM di Eropa Barat, hieroglif dan lukisan bangsa mesir kuno hingga relief-relief pada dinding candi. Semua gambar tersebut merupakan gambar berurutan sequential art yang menceritakan suatu kisah tertentu, yang notabene memiliki fungsi tidak jauh berbeda dari komik di masa kini. Gambar 2.3. Lukisan Gua Sumber : Irmansyah Lubis, Sejarah Komik : Menuju Masa Depan Pada tahun 1519 seorang penakluk asal Spanyol bernama Hernan Cortes menemukan lipatan manuskrip bergambar dan berwarna, yang menceritakan tentang seorang pahlawan bernama 8- Deer “Tiger’s Claw”Understanding Comics, Harper Perennial, 1993. 4 Gambar pada manuskrip yang panjangnya sekitar 36 kaki tersebut tersusun secara berurutan sehingga dapat dibaca menjadi sebuah kisah cerita, persis sama seperti yang terdapat pada komik modern dewasa ini. Gambar 2.4. Oselot’s Claw Sumber : Scott McCloud. Understanding Comics 1993 Ratusan tahun sebelum Cortes menemukan manuskrip di Meksiko, di Eropa tepatnya di Perancis ditemukan sebuah karya yang mirip dengan temuan Cortes, yang dikenal dengan Bayeux Tapestry. Merupakan hamparan serupa permadani sepanjang 230 kaki, yang bergambarkan detail tentang penaklukan bangsa Normandia terhadap Inggris di tahun 1066 Understanding Comics, Harper Perennial, 1993, h.12. Permadani tersebut merupakan karya yang menggambarkan urutan kronologis kejadian dari peristiwa peperangan. Adegan peperangan tersebut dapat dijabarkan dalam beberapa bagian, antara lain ; pertarungan sedang berlangsung, Uskup Odin menyemangati pasukannya, Duke William membuka helm bajanya dan memberi aba-aba pada pasukannya untuk berkumpul, pasukan Harold dikalahkan dan seterusnya. 5 Gambar 2.5. Bayeux Tapestry Sumber : Irmansyah Lubis, Sejarah Komik : Menuju Masa Depan Jika lebih jauh mundur kebelakang dan mengacu pada pengertian menurut McCloud, lukisan yang dibuat oleh bangsa Mesir kuno dapat juga dikategorikan sebagai komik. Sebuah lukisan yang dibuat sekitar 32 abad yang lalu dalam kuburan “Menna”, seorang penulis dijaman Mesir kuno. Keunikan dari lukisan yang berkisah tentang kehidupan bercocok tanam bangsa Mesir kuno ini adalah lukisan tersebut tidak dibaca dari kiri ke kanan seperti kebanyakan komik dewasa ini, namun dibaca secara zig zag dari bawah ke atas. Gambar 2.6. Lukisan Mesir Kuno Sumber : Scott McCloud. Understanding Comics 1993 Perkembangan komik sesungguhnya mulai bermula ketika di Eropa mulai ditemukan dan dikembangkannya teknologi mesin cetak. Yang telah merubah posisi seni di eropa saat itu. Pada awalnya seni hanya bisa dinikmati oleh kaum penguasa dan kaya, akhirnya bisa dinikmati 6 oleh semua kalangan. Demikian halnya dengan komik yang mulai bisa dinikmati khalayak. Lima abad setelah karya tentang penyiksaan Santo Erasmus 1460 , perkembangan komik di eropa mencapai puncak tertinggi melalui tangan dingin William Hogarth. Karya Hogarth merupakan 6 lembar karya yang berjudul “A Harlot Progress” yang diterbitkan tahun 1731. Karya Hogarth adalah karya yang kaya akan detail serta kisah yang terilhami dari kepedulian sosial. Karya Hogarth awalnya dipamerkan sebagai rangkaian seri lukisan dan kemudian dijual dalam bentuk karya ukir. Dan dipajang secara berurutan sehingga dapat dibaca sebagai suatu kisah cerita. Setelah “A Harlot Progress” munculah kisah lanjutan yang berjudul “ A Rake’s Progress”. Karena kepopuleran karya tersebut, maka untuk melindungi keseluruhan karya disahkanlah undang-undang hak cipta untuk pertama kalinya Understanding Comics, Harper Perennial, 1993, h.16- 17. Gambar 2.7. The Tortures of Saint Erasmus Sumber : Scott McCloud. Understanding Comics 1993 7 Gambar 2.8. A Harlot ’s Progress Sumber : Irmansyah Lubis, Sejarah Komik : Menuju Masa Depan Bapak dari seni komik modern menurut McCloud adalah Rudolphe Topffer, yang terkenal dengan cerita satir bergambarnya sejak pertengahan tahun 1800. Topffer adalah yang membuat gambar kartun pada sekat-sekat panel dan juga yang pertama kali memperkenalkan kombinasi antara gambar dan tulisan sehingga saling mendukung satu sama lain. Sayangnya Topffer sendiri gagal menyadari seluruh potensi temuannya dan hanya menganggapnya sebagai hiburan, sebagai hobi yang sepele Understanding Comics, Harper Perennial, 1993, h.17. Gambar 2.9. Komik Karya Topffer Sumber : Irmansyah Lubis, Sejarah Komik : Menuju Masa Depan 8 Majalah karikatur asal Inggris terus menjaga tradisi komik ini terus bertahan hingga pada awal awad 20, hingga komik yang kita kenal sekarang mulai bermunculan. Di Amerika Serikat perkembangan komik tumbuh dengan pesat. The Kanzenjammer Kids karya Rudolf Dirks tahun 1897 dalam American Humorist, suplemen surat kabar New York Journal merupakan komik pertama yang menggunakan balon kata. Gambar 2.10. The Kanzenjammer Kids Sumber : Irmansyah Lubis, Sejarah Komik : Menuju Masa Depan Pada tahun 1929 munculah The Adventure of Tin Tin oleh Herge pada sebuah surat kabar Belgia dalam bentuk komik strip. Setelah Tin Tin, di Eropa komik untuk anak-anak semakin banyak bermunculan, seperti Smurf, Johan Pirlouit, Siprou, Asterix dan banyak lagi. Sementara di Amerika sekitar tahun 1930-an Walt Disney membawa tokoh Mickey Mouse dan kawan-kawan kehadapan publik dunia melalui Mickey Mouse Magazine dan mendapat sambutan hangat. Pada Juni 1938 menjadi awal kebangkitan bagi komik-komik bertemakan pahlawan atau superhero dengan debut pemunculan tokoh Superman dan Batman. Komik ini berhasil merebut hati para membaca dan meledak luar biasa. Hal ini disebabkan karena pada masa itu sedang terjadi Perang Dunia II, dan masyarakat Eropa dan Amerika yang jiwa 9 nasionalisme mereka sedang membara saat itu sangat mengidolakan sosok pahlawan super yang mampu menghapus tirani dan penderitaan dari muka bumi. Komik-komik superhero tersebut turut membentuk ciri khas komik Amerika, yakni banyak menyajikan cerita dan adegan yang mengandung kekerasan. Pada era tahun 1940-an masyarakat Amerika dan Eropa mulai khawatir akan dampak komik terhadap generasi muda dikarenakan makin banyaknya muata kekerasan dan kriminal di dalam komik. Kekhawatiran mereka mendorong munculnya gerakan penentangan terhadap komik baik di Amerika dan Inggris, yang akhirnya mengakibatkan munculnya sensor terhadap komik pada tahun 1950-an. Ditengah sentimen tersebut munculah Peanuts, komik dengan tokoh utama seekor anjing bernama Snoopy. Kehadiran komik ini merubah wajah komik dunia menjadi lebih intelektual. Pada awal tahun 1960 komik bertemakan pahlawan super kembali bangkit dengan terbitnya Fantastic Four dan Spiderman. Di tahun ini pula muncul genre baru dalam dunia komik yaitu graphic novel novel grafis. Tokoh yang terkenal dan banyak mengeluarkan karya-karya novel grafis pada masa itu adalah Will Eisner, yang sering disebut sebagai bapak novel grafis dunia. Setelah Perang Dunia II, komik Jepang yang dikenal dengan istilah manga mulai beranjak menuju era modernisasi. Salah satu karya muncul saat itu dan menjadi karya yang sangat terkenal dan diakui oleh dunia adalah Astro Boy oleh Osamu Tezuka.

II.3. Sejarah dan Perkembangan Komik Indonesia