Mengapa asia barat disebut sebagai wilayah timur tengah

A.    Sejarah Penamaan Timur Tengah

Sampai saat ini belum dicapai kesepakatan mengenai definisi Timur Tengah, Para jurnalis, negarawan, dan sarjana terkadang menyebut wilayah itu dengan Asia Muka, Timur Dekat, kadang-kadang dengan Timur Tengah bahkan juga Dunia Arab ataupun Dunia Islam. Namun walaupun ada berbagai istilah, ada satu hal yang patut dicatat bahwa kesemuanya bersumber pada sudut pandang orang Eropa (European-centric). Hal ini diilhami oleh pemahaman orang-orang Eropa yang menganggap bahwa wilayahnya terdapat di belahan bumi bagian barat, sehingga daerah lain yang berada di luar dari wilayahnya  saat itu disebut sebagai bumi belahan timur. Pola serupa juga dipakai untuk menyebut kawasan lain sebagai  muka atau belakang, dekat atau jauh, dan sebagainya.

1. Asia Muka (Frontier Asia) adalah istilah yang sudah mengemuka sejak Yunani Kuno karena dua alasan. Pertama, wilayah Yunani Kuno, sebagian ada di daratan benua  Eropa (Athena, Sparta, Macedonia) dan sebagian juga di Asia (Troya). Kedua, pada era tersebut  Yunani Kuno sebagai kekuatan adidaya memiliki pesaing yang sangat tangguh dari daratan Asia yaitu Persia. Mereka menyebut kawasan benua Asia yang berhadapan langsung dengan Yunani sebagai Asia Muka.

Tatkala  Alexander Yang Agung  dari Macedonia (356 – 323 SM) melakukan perluasan wilayah hingga Mesir, Persia dan India bagian barat; maka istilah Asia Muka digunakan untuk menyebut bagian benua Asia yang berbatasan langsung dengan Laut Tengah (Mediterania) hingga Sungai Indus(India). Sedangkan kawasan sebelah timur Sungai Indus disebut sebagai Asia Belakang atau Anak Benua Asia.

2. Timur Dekat (Near East) adalah istilah lain yang berkembang untuk menyebut  kawasan itu  di awal abad Masehi. Hal itu antara lain dipertegas oleh kian  berkembangnya Jalur Sutera (Silk Road) sebagai  jalur  perdagangan internasional yang terbentang antara Eropa (Roma, Venesia), Mesir(Alexandria), Iraq (Bagdad  & Basrah), India, Nusantara hingga Cina. Istilah Timur Jauh kian mengemuka setelah seorang pedagang dan penjelajah Italia bernama Marco Polo  pada tahun 1254 hingga 1324 pergi ke Cina semasa berkuasanya Dinasti Mongol.         

Ketika para penjelajah Eropa akhirnya mencapai kawasan negeri China, mereka saat itu  menganggap bahwa ujung terjauh dari belahan dunia bagian timur telah tercapai. Oleh karena itulah mereka menamai wilayah kekaisaran China dan sekitarnya sebagai “Timur Jauh” (Far East). Sedangkan kawasan jazirah Arabia dan sekitarnya, yang terletak diantara daratan Eropa dan Negeri China, disebut sebagai “Timur Dekat” (Near East). Selain mencakup Asia Barat Daya, istilah Timur Dekat juga mencakup wilayah-wilayah Eropa Tenggara yang pada masa lampau pernah berada dalam kendali kekuasaan Imperium Turki Uthmaniyah.

3. Timur Tengah (Middle East) sebagai sebuah istilah, semula diungkapkan oleh ahli strategi perang Amerika Serikat pada Perang Dunia I (1914-1918) Alfred Thayer Mahan yang   mengungkapkan bahwa apa yang dimaksud dengan  “Timur Tengah” adalah wilayah zona pertahanan Tentara Sekutu yang membentang dari Sungai Nil di sebelah Barat hingga ke sungai Oxus di sebelah Timur (from Nile To Oxus ). Timur Tengah juga sering dipakai untuk menyebut negara-negara di Asia Barat Daya, dari Iran (Persia) ke Mesir.

Beberapa kalangan telah mengkritik istilah ‘Timur Tengah’ karena dianggap terlampau Eropasentris.  Penggunaan kata ‘Tengah’ juga telah menyebabkan kebingungan bagi sebagian orang.  Memang, wilayah ini terletak di timur Eropa. Namun, bagi bagi Russia dia terletak di selatan. Bagi bangsa  India, dia terletak di barat.[1] Sebelum Perang Dunia I, ‘Timur Dekat’ digunakan Inggris untuk menunjuk ke daerah Balkan dan Kerajaan Ottoman, sedangkan ‘Timur Tengah’ untuk Persia, Afganistan, dan Asia Tengah, Turki, dan Kaukasus. Sedangkan ‘Timur Jauh’ menunjuk ke  berbagai negeri ‘Asia Timur’, seperti Tiongkok, Jepang, Hong Kong, dll.

Dengan hilangnya Kerajaan Ottoman pada 1918, maka istilah  ‘Timur Dekat’ hampir hilang dalam penggunaan umum, sedangkan ‘Timur Tengah’ digunakan untuk menunjuk ke negara-negara Islam. Namun penggunaan ‘Timur Dekat’, dalam  beberapa kesempatan masih digunakan oleh beberapa disiplin akademi, termasuk arkeologi dan sejarah kuno.

Sejak Perang Dunia I(1914-1918)  dan Perang Dunia II(1939-1945), istilah Timur Tengah kian mengengemuka karena dipakai kelompok Sekutu  untuk menunjuk sebuah wilayah yang secara politis dan budaya merupakan bagian dari benua Asia, atau Afrika-Eurasia.  Meliputi daratan di antara Laut Mediterania (termasuk Siprus),  Anatolia (Turki), Afrika Utara di sebelah barat sampai dengan Pakistan di sebelah timur dan Kaukasus dan/atau Asia Tengah di sebelah utara.

4. Istilah Dunia Arab (Arab World) bagi kawasan Timur Tengah bisa dikatakan sebagai istilah yang salah kaprah. Memang mayoritas penduduk Timur Tengah adalah berasal dari suku Arab. Namun dalam kenyataan banyak juga kelompok non Arab di Timur Tengah. Misalnya, suku Arya/Persian (Iran); Turk (Turkey); Yahudi/ Jews (Israel); Yunani/Greece (di Siprus Bagian Selatan); Kurdi (Turki, Iran, Suriah, Iraq); Berber (Afrika Utara);  Negro (Sudan Selatan).

5. Istilah Dunia Islam bagi kawasan Timur Tengah juga bisa dikatakan sebagai istilah yang salah kaprah.  Mayoritas penduduk Timur Tengah memang beragama Islam. Namun dalam kenyataan banyak juga kelompok non-Moslem di sana. Misalnya, pemeluk agama  Yahudi (Israel dan Mesir); Kristen Phalangist (Lebanon), Kristen Coptic (di Mesir), Katholik Orthodox (di Siprus bagian Selatan); Paganisme (di kaum Negro Sudan selatan); Druze Lebanon; dan sebagainya.

[1]. Bagi bangsa Indonesia, Indiabisa jadi  dapat disebut sebagai “Barat Tengah”, sementara kawasan yang dikenal luas sebagai Timur Tengah selama ini, lebih tepat disebut sebagai  “Barat Jauh”.

    

       Timur Tengah adalah suatu kawasan yang membentang dari Maroko di sebelah barat, Iran disebelah Timur, serta Turki hingga Yaman di sebelah utara dan selatan. Wilayah ini dibagi menjadi beberapa negara yaitu Maroko, Tunisia, Aljazair, Libya, Mesir, Arab Saudi, Oman, Qatar, Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, Suriah, Lebanon, Iraq, Iran, Yaman, Bahrain, Palestina, dan Turki. Kondisi geografis Timur Tengah amat didominasi oleh padang gurun yang luas sehingga tidak memungkinkan untuk pertanian. Namun, ada juga wilayah tertentu yang dapat dijadikan sebagai ladang pertanian seperti lembah sungai Nil, Mesopotamia ( Sungai Eufrat dan Tigris), serta daerah tepi Laut Merah dan Mediterania. Penduduk yang mendiami kawasan ini bermacam-macam seperti bangsa Arab, Turki, Kurdi, Persia, Berber, dll. Agama yang paling banyak dianut adalah Islam dimana sebagian kecil lainnya menganut Kristen Koptik, Yahudi, Assyrian, dan Yazidis. Hal ini yang kemudian menjadikan Timur Tengah sebagai daerah yang heterogen baik dari segi penduduk maupun wilayahnya.

            Namun, kondisi ini justru membawa dampak negatif bagi perdamaian di daerah ini. Kawasan Timur Tengah sering diidentikkan sebagai wilayah konflik dengan banyaknya peperangan yang terjadi seperti Perang Persia-Romawi, Perang Salib, Perang Palestina-Israel, dan sebagainya. Konflik-konflik tersebut telah menimbulkan instabilitas kawasan dan perebutan dominasi tiada henti. Salah satu faktor yang melatarbelakanginya adalah adanya sikap kesukuan dan etnosentrisme yang kuat di kalangan masyarakat Timur Tengah sehingga menimbulkan diskriminasi dan intoleransi terhadap etnis lain. Bahkan, kondisi ini juga diperparah dengan permasalahan sektarianisme yang seringkali dijadikan sebagai dasar logis dalam menjalankan praktek-praktek tersebut. Belum lagi, kekuasaan diktator yang dijalankan oleh sering menghambat kemajuan dan kebebasan berpendapat bagi penduduknya. Itu sebabnya upaya perdamaian di wilayah ini amatlah sulit dan membutuhkan waktu yang lama.

            Tapi, bukan berarti mustahil perdamaian dapat dijalankan di Timur Tengah. Perlu adanya upaya bersama untuk dapat menampung pandangan yang berbeda. Toleransi dilakukan dengan porsi dan tempat yang sewajarnya. Sikap diskriminatif terhadap etnis tertentu mesti dihindari. Kembangkan rasa kasih sayang dan kerukunan diantara kelompok-kelompok masyarakat. Keadilan terhadap semua lapisan masyarakat tanpa memandang ras, suku, bangsa, dan agama yang dimiliki. Maka, dengan melakukan cara-cara tersebut dapat menberikan keamanan dan perdamaian di Timur Tengah.