Mengapa kebanyakan usaha kecil tersebut tidak dapat segera meningkat menjadi usaha skala besar

Kontribusi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terhadap nilai ekspor Indonesia masih cukup rendah. Per Januari 2020, Kementerian Koperasi dan UKM mencatat sumbangsih UKM terhadap total ekspor hanya ada pada kisaran 14,5%.

Angka ini masih tertinggal jauh dibanding Malaysia dan Vietnam yang masing-masing telah mencatat angka di atas 20%, sementara Thailand malah sudah mencapai 35%. Angka tersebut akan terlihat lebih kecil lagi bila dibandingkan dengan Jepang yang mencapai 55%, Korea 60%, dan Cina 70%.

Padahal peluang ekspor UKM di Indonesia masih terbuka lebar. Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2020 mencatat, nilai ekspor Indonesia mencapai US$14,09 miliar. Sebagian besar ekspor tersebut ditopang oleh ekspor non migasi yakni sekitar US$13,25 miliar, dengan pertumbuhan yang terus meningkat.

Ekspor non migas Indonesia didominasi oleh sektor pertanian yang tumbuh 6,1% pada periode tersebut. Adapun beberapa hasil ekspor yang meningkat diantaranya seperti tanaman obat, aromatik, rempah-rempah, buah-buahan, serta sarang burung. Kita tahu, sektor-sektor tersebut banyak dikembangkan oleh pelaku UKM.

Keunggulan UKM dibanding bisnis besar

Mengapa peluang untuk UKM menembus pasar ekspor dikatakan masih sangat besar? Selain pangsa pasarnya memang ada, hal ini juga tidak terlepas dari beberapa keunggulan yang dimiliki UKM.

Kecepatan inovasi

UKM memiliki kebebasan lebih dibandingkan bisnis besar. Karena struktur organisasinya masih ramping, UKM bisa menyalurkan ide-ide secara kreatif dan inovatif dengan leluasa. Produk atau ide-ide baru tersebut dapat dirancang, digarap dan diluncurkan dengan segera.

Menyerap lapangan kerja

Pemerintah dan masyarakat pun juga banyak diuntungkan oleh UKM. Usaha ini menyerap tenaga kerja secara masif. Keberadaannya pun tersebar hingga ke pelosok-pelosok. Maka dari itu tidak heran usaha kecil menengah menjadi salah satu kekuatan penggerak roda perekonomian di suatu negara. Karena kelebihan ini, banyak program-program yang sifatnya penguatan hingga bantuan ditujukan bagi UKM. Tentu saja ini menjadi peluang besar bagi pelaku usaha kecil.

Fokus dalam satu bidang

UKM tidak  perlu untuk selalu mengikuti permintaan pasar seperti layaknya perusahaan besar yang selalu mengikuti arus pertumbuhan jaman. Usaha ini dapat fokus dalam satu bidang usaha tertentu. Untuk mengembangkan usahanya, pemilik bisa menghadirkan inovasi-inovasi atau ide kreatif yang bisa diaplikasikan pada produk yang dijual.

Contohnya, sebuah usaha kerajinan rumahan bisa fokus menggarap satu model atau jenis kerajinan tertentu dan cukup melayani permintaan konsumen tertentu untuk bisa mendapatkan keuntungan.

Bebas menentukan harga

Usaha kecil menengah memiliki kekuatan lebih dalam menentukan harga barang maupun produksi jasa dibandingkan dengan usaha besar. Hal ini karena pemilik UKM sendirilah yang memegang aset dan sumber kekayaan juga hasil produksi sehingga mereka lebih leluasa dalam menentukan harga barang yang mereka jual ke pasaran.

Operasional fleksibel

Usaha kecil menengah biasanya dikelola oleh tim kecil yang masing-masing anggotanya memiliki wewenang untuk menentukan keputusan. Hal ini lah yang membuat pergerakan UKM lebih fleksibel dan membuat para karyawan yang bekerja memiliki ruang gerak dan ruang berpikir yang lebih luas. Selain itu, kecepatan reaksi bisnis ini terhadap segala perubahan seperti trend produk, selera konsumen,dll cukup tinggi, sehingga bisnis skala kecil ini lebih kompetitif.

Biaya operasional rendah

Kebanyakan usaha kecil menengah bekerja dari domisilinya masing-masing tanpa memiliki ruang perkantoran yang tetap. Meski begitu, hal ini juga dapat menjadi salah satu keuntungan bagi UKM. Mengapa?

Karena biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak terlalu besar. Apabila dilihat lebih jauh lagi, usaha kecil menengah mendapatkan biaya sokongan dari pemerintah, organisasi non-pemerintah dan bank dalam bentuk kemudahan pajak, donasi atau uang tunai secara langsung. Faktor ini menjadi dukungan besar bagi para usahawan yang menjalankan usaha kecil menengah.

Kelemahan yang harus diatasi

Namun demikian ada beberapa tantangan yang hingga saat ini menjadi membayang-bayangi perkembangan UKM di tanah air. Titik lemah tersebut menjadi tantangan yang harus segera diatasi baik oleh pelaku UKM itu sendiri maupun pemerintah sebagai pengambil kebijakan. Beberapa tantangan yang harus diatasi diantaranya:

Permodalan UKM biasanya hanya bersumber dari pemilik usaha saja. Oleh karena itu jumlahnya menjadi relatif terbatas. Untuk mengatasinya UKM perlu mengakses permodalan dari lembaga pembiayaan, seperti bank.

Manajemen SDM

Karena memiliki lingkup kerja bisnis yang lebih kecil, pemilik UKM akan kesulitan dalam pembagian kerja yang proposional pada karyawan. Hal ini terjadi karena biasanya bisnis usaha ini memiliki karyawan yang terbatas sehingga mereka terkadang harus melakukan dua atau lebih pekerjaan sekaligus hingga terkadang bekerja melewati batasan jam kerja.

Selain itu, terbatasnya pekerja juga bisa menimbulkan masalah, salah satunya adalah ketika pekerja mengundurkan diri atau berhenti secara tidak langsung akan membuat pemilik kesulitan dalam mencari pengganti pekerja. Tidak hanya itu, hal ini juga akan memakan waktu yang mana bisa menyebabkan jalannya produksi bisa terhambat.

Tekanan kompetitor

Berbeda dengan bisnis besar yang penguasaan pasarnya lebih stabil, UKM sering kali mengalami tekanan dari kompetitor bisnis yang serupa. Contohnya seperti apabila bisnisnya menerima order dalam jumlah yang besar tanpa adanya daya produksi yang mengimbangi, ada kemungkinan perusahaan lebih besar melancarkan serangan yang tidak fair demi menyingkirkan pesaing potensialnya.

Tenaga ahli profesional

Kekurangan terakhir adalah dari sisi tenaga ahli.  Usaha kecil menengah kebanyakan tidak mampu untuk membayar jasa tenaga ahli untuk mengerjakan pekerjaan tertentu yang disebabkan karena keterbatasan dana yang dimiliki. Hal ini merupakan kelemahan terbesar pelaku UKM apabila dibandingkan dengan bisnis besar yang mampu mempekerjakan orang yang sudah ahli dalam bidangnya. Akibatnya, kemampuan bersaing bisnis skala kecil di pasar yang luas menjadi sangat kecil.

Persiapan untuk menembus pasar ekspor

Pelaku UKM perlu mencermati  informasi yang berkaitan dengan perbedaaan tingkat harga antar negara. Biasanya komoditi ekspor memiliki harga yang lebih tinggi di negara tujuan dibandingkan di pasar domestik. Sehingga UKM ekspor cenderung memiliki omzet yang lebih tinggi dibandingkan UKM non-ekspor meskipun kedua perusahaan memiliki tingkat produksi yang sama.

Namun ada beberapa risiko yang perlu dipertimbangkan pelaku UKM antara lain fluktuasi mata uang dan biaya adaptasi seperti alat promosi yang mahal. Serta hambatan tarif dan non-tariff yang diberlakukan negara tujuan ekspor.

Hal-hal lain yang harus dipertimbangkan pelaku UKM dalam rangka memasuki pasar global, antara lain:

  • Ekonomi, potensi nilai pasar yang bisa menerima di negara tujuan ekspor.
  • Hukum, peraturan – peraturan untuk barang impor di negara tujuan.
  • Politik, situasi politik negara tujuan ekspor seperti kondisi keamanan, dan sanksi dari negara lain.
  • Budaya, kesamaan budaya, penerapan halal produk.

Dalam kaitan dengan kegiatan ekspor, maka sumber daya UKM perlu tambahan untuk hal-hal berikut:

  • Personel untuk administrasi dan pemasaran ekspor
  • Modal investasi untuk peralatan/permesinan khusus
  • Modal kerja untuk mengatasi masalah tenggat waktu pembayaran,
  • UKM yang melakukan ekspor memerlukan skala usaha yang lebih besar dibandingkan dengan UKM yang berorientasi pasar domestik.

Menggali informasi akses pasar

Bagaimana caranya untuk mengetahui peluang pasar ekspor?

Banyak pelaku UKM tidak memiliki akses terhadap informasi pasar ekspor. Padahal di era informasi saat ini, hal tersebut bukanlah kendala sulit. Ada banyak cara untuk mengakses informasi pasar, diantaranya:

1. Exhibition atau Expo

Ikut serta dalam exhibition atau ekspo dengan membuka booth atau menjadi visitor, Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa expo yang sangat terkenal dengan skala internasional. Contohnya, Trade Expo Indonesia (TEI), Inacraft, SIAL Interfood, dan masih banyak lainnya.

Biasanya, di dalam expo bertaraf internasional terdapat event ‘business matching’. Dalam event itu kita sebagai penjual bisa langsung menawarkan kepada buyer dari luar negeri sesuai kebutuhannya secara langsung.

2. Melalui Menteri Perdagangan

Anda dapat mendatangi kantor-kantor pemerintah terkait dan meminta secara langsung data pasar. Pelaku usaha akan banyak mendapatkan informasi kebutuhan komoditi, informasi buyer dan sebagainya.

3. Kolaborasi

Kita dapat bekerjasama dengan perusahaan lokal yang telah melakukan kegiatan ekspor sebelumnya. Namun pelaku usaha perlu hati-hati dalam memilih mitra, karena banyak juga perusahaan yang kurang baik dan berniat buruk.

4. Website direktori

Melakukan pencarian di internet dari berbagai website. Biasanya tersedia website direktori yang menayangkan kebutuhan pasar di negara tujuan. Hanya saja beberapa memerlukan proses subscribe ke website tersebut. Dan, beberapa website memerlukan akses membership yang biasanya berbayar.

5. Sosial Media

Platform sosial media seperti facebook dan instagram sangat berpotensi untuk menarik perhatian market internasional. Di facebook kita juga bisa bergabung dengan komunitas importir internasional juga, sehingga akan mempermudah masuk ke market mereka.