Mengapa manusia butuh Agama adakah manusia yang tidak butuh Agama

harianmerapi.com - Kata agama berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti tradisi. Kata lain adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio yang berarti mengikat kembali. Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.

M. Abdullah Badran menjelaskan arti agama diawali dengan pendekatan kebahasaan, yaitu diin yang biasa diterjemahkan dengan agama yang menggambarkan hubungan antara dua pihak di mana yang pertama Khaliq mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada yang kedua Makhluq.

Baca Juga: Gantungkan Cita-cita Setinggi Langit 6: Meringkuk di Ruang Tahanan Kantor Polisi karena Jadi Korban Fitnah

Dengan demikian agama dapat difahami sebagai hubungan antara Makhluq dan Khaliqnya. Mahmud Syaltut menyatakan bahwa agama adalah ketetapan-ketetapan Ilahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup manusia.

Ahmad Azhar Basyir mengungkapkan ada dua alasan manusia membutuhkan agama, Pertama, karena manusia ingin bertahan diri untuk tetap menjadi makhluk Tuhan yang mulia.

Untuk itu manusia harus beriman dan beramal shaleh, yang merupakan bagian utama bagi agama Islam. Dasar jawaban ini adalah mengacu pada QS. At-Tin, (95):4-6; “Sesungguhnya telah Kami jadikan manusia itu dalam bentuk/konstrksi yang sebaik-baiknya. Kemudian kami kembalikan dia menjadi serendah-rendah makhluk yang rendah. Kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh, mereka mendapat pahala yang tidak berkesudahan”.

Kedua, untuk membimbing akal agar mampu berpihak pada panggilan hati nurani. Di dalam diri manusia terdapat kekuatan yang senantiasa mengajak hidup baik, yaitu yang sering dinamakan hati nurani.

Baca Juga: Lima Sifat yang Harus Dimiliki Orangtua dalam Mendidik Anak, Salah Satunya Ikhlas dan Rela Berkurban

Tetapi di samping itu terdapat juga kekuatan yang menarik-narik ke arah keburukan, kekuatan ini dinamakan hawa nafsu. Akal berfungsi pula antara hal-hal yang merupakan panggilan hati nurani dan yang merupakan bisikan hawa nafsu.


Page 2

Akal seharusnya senantiasa berpihak kepada panggilan hati nurani. Tetapi tidak selalu demikian halnya. Sering terjadi bahwa dalam menghadapi desakan-desakan hawa nafsu itu, akal tidak berdaya.

Hawa nafsu juga yang menang. Hati nurani terdesak. Bahkan pertimbangan akal sering tertarik untuk membenarkan ajakan-ajakan hawa nafsu.

Di sinilah urgensi kehadiran agama bagi kehidupan seseorang, sebagai pedoman yang pasti untuk mengarungi kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Beramal pada Orang Kaya dan Cicak Hafal pada Anak Kecil yang Suka Mengusirnya

Senada dengan pendapat di atas, M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa setidaknya ada dua alasan juga kenapa manusia membutuhkan agama. Pertama, manusia memiliki naluri ingin tahu.

Dengan menggunakan panca indera, akal dan jiwanya, sedikit demi sedikit pengetahuannya bertambah. Namun demikian, keterbatasan panca indera dan akal menjadikan sekian banyak tanda tanya yang muncul dalam benaknya tidak terjawab.

Hal ini dapat mengganggu perasaan dan jiwanya, dan semakin mendesak pertanyaan tersebut semakin gelisah bila tidak terjawab. Hal ini antara lain karena manusia memiliki naluri ingin tahu.

Kalau demikian manusia membutuhkan informasi tentang apa yang tidak diketahuinya itu, khususnya dalam hal-hal yang sangat mengganggu ketenangan jiwanya atau syarat bagi kebahagiannya. Di sinilah informasi Tuhan itu datang (Agama itu dibutuhkan).

Baca Juga: Kurban Kambing Tiap Tahun dengan Mengumpulkan Barang Bekas dan Masuk Toko Roti Maunya Dapat Masker Gratis G

Kedua, sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendirian. Banyak kebutuhan yang tidak dapat dipenuhinya sendiri, karena berbagai keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan yang lainnya.


Page 3

Mengapa manusia butuh Agama adakah manusia yang tidak butuh Agama

Etos Kerja dalam Islam

Sabtu, 14 Mei 2022 | 05:30 WIB

Mengapa manusia butuh Agama adakah manusia yang tidak butuh Agama

Pernyataan Keimanan dalam Tuntunan Islam

Jumat, 6 Mei 2022 | 06:38 WIB

Mengapa manusia butuh Agama adakah manusia yang tidak butuh Agama

Menyongsong Idul Fitri 1443 H

Jumat, 29 April 2022 | 03:00 WIB

Mengapa manusia butuh Agama adakah manusia yang tidak butuh Agama

BincangSyariah.Com – Mengapa manusia harus beragama? Secara naluriah, manusia mengakui bahwa kekuatan dalam kehidupan ini di luar kemampuan dirinya. Hal ini bisa dilihat saat manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai bencana. Ia akan mengeluh dan minta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan itu. Hal ini dialami oleh setiap manusia.

Naluriah inilah yang membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Tuhan. Untuk itu, manusia diperintahkan mengagungkan dan mensucikan-Nya. Tapi, mengapa manusia membutuhkan agama? Bagaimana pula fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan sehari-hari?

Mengapa manusia butuh Agama adakah manusia yang tidak butuh Agama

Pertama, manusia memerlukan agama karena dalam diri manusia sudah ada potensi untuk beragama. Potensi manusia untuk beragama ini memerlukan pembinaan, pengarahan, pengembangan dengan cara mengenalkan agama kepada setiap manusia.

Kedua, ada kelemahan dan kekurangan dalam diri manusia. Quraish Shihab menyatakan bahwa dalam pandangan al-Qur’an, nafs diciptakan Allah Swt. dalam keadaan sempurna yang mempunyai fungsi untuk menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan. Karena itu, sisi dalam manusia ini dianjurkan untuk diberi perhatian lebih besar.

Quraish Shihab melanjutkan bahwa kata mengilhamkan berarti potensi agar manusia melalui nafs menangkap makna baik dan buruk. Nafs berpotensi positif dan negatif, tapi diperoleh juga isyarat bahwa pada hakikatnya potensi positif manusia ternyata jauh lebih kuat ketimbang potensi negatifnya. Sayangnya, kadangkala dorongan dan daya tarik keburukan lebih kuat dari pada daya tarik kebaikan.

Ketiga, ada tantangan dalam diri manusia. Faktor lain yang bisa menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupannya menghadapi berbagai tantangan baik yang datang dari dalam maupun tantangan yang datang dari luar.

Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan bisikan setan (Q.S. 12:5; 17:53). Sementara itu, tantangan dari luar bisa berupa rekayasa dan upaya- upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan.

Untuk itu upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajarkan mereka agar taat menjalankan agama. Godaan dan tantangan hidup tersebut sangat meningkat, sehingga upaya mengagamakan masyarakat menjadi hal yang sangat penting.

Tuhan menurunkan agama untuk kepentingan manusia. Agama bisa diartikan sebagai ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi oleh manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Ikatan tersebut berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia dan sebagai fitrah yang diberikan oleh Tuhan untuk hamba-Nya.

Agama sangat berguna dan mempunyai fungsi yang penting dalam kehidupan manusia. Mengapa bisa begitu? Sebab, agama adalah unsur mutlak dalam pembinaan karakter pribadi dan membangun kehidupan sosial yang rukun dan damai, mendidik agar mempunyai jiwa yang tenang, membebaskan dari belenggu perbudakan, berani menegakkan kebenaran, memiliki moral yang terpuji dan agama dapat mengangkat derajat manusia lebih tinggi dari makhluk Tuhan yang lain.

Mengapa Harus Agama Islam?

Dalam buku Al-Milal wa An- Nihal, Asy-Syahrastani menyatakan bahwa agama adalah ketaatan dan kepatuhan yang bisa diartikan sebagai  pembalasan dan perhitungan amal perbuatan di akhirat kelak. Sedangkan menurut Ath-Thanwi dalam buku Kasyaf Isthilahat Al-Funun disebutkan bahwa agama adalah intisari Tuhan yang mengarahkan orang- orang berakal dengan kemauan mereka sendiri untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.

Sementara itu, Maulana Muhammad Ali mendefinisikan Islam dengan merujuk pada firman Allah Swt. dalam surat al- Baqarah ayat 208 yang berarti:

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱدْخُلُوا۟ فِى ٱلسِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Sampai di sini dapat disimpulkan bahwa pengertian agama Islam adalah suatu sistem keyakinan, penyembahan dan aturan- aturan Allah Swt. yang mengatur segala kehidupan manusia dalam berbagai hubungan; baik hubungan manusia dengan Allah Swt., dengan sesama manusia dan dengan alam.

Dalam al-Qur’an antara lain dijelaskan oleh Allah Swt. yang tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 136:

قُولُوٓا۟ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَآ أُنزِلَ إِلَىٰٓ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ وَٱلْأَسْبَاطِ وَمَآ أُوتِىَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَآ أُوتِىَ ٱلنَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ

Katakanlah (hai orang-orang mukmin): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”

Agama mengambil bagian pada saat- saat yang paling penting dan pada pengalaman hidup. Agama mengesahkan perkawinan, agama berada dalam kehidupan pada saat- saat yang khusus maupun pada saat- saat yang paling mengerikan. Manusia sepanjang masa senantiasa beragama, karena manusia adalah makhluk yang memiliki fitrah beragama atau bakat beragama.[]