Mengapa manusia praaksara membuat lukisan di gua-gua

Iveta Rahmalia Minggu, 6 Agustus 2017 | 08:30 WIB

Mengapa manusia praaksara membuat lukisan di gua-gua

Cara manusia purba melukis di dinding gua. (Iveta Rahmalia)

Para arkeolog sering menemukan lukisan manusia purba di dinding-dinding gua. Bagaimana cara manusia purba itu menggambar di dinding gua, ya? Padahal di zaman dulu, kan, belum ada pensil warna, cat, atau alat lukis.

 Ini dia caranya:

  1. Manusia purba membuat garis-garis lukisan dengan bulu hewan atau batang pohon yang mereka celupkan ke dalam mangkuk dari tulang atau batu berisi bubuk warna.
  2. Mereka membuat warna dengan menghancurkan bebatuan yang ditemukan di alam sekitarnya. Warna-warna yang dihasilkan adalah kuning, cokelat, jingga, hitam, dan merah.
  3. Media untuk melukisnya adalah jari, kuas dari bulu hewan, atau daun.
  4. Manusia purba sering membuat lukisan bergambar tangan. Mereka membuat lukisan cetakan tangan dengan menempelkan tangan ke dinding, lalu meniupkan “cat” lewat batang yang dilubangi seperti sedotan, mengikuti bentuk tangan.
  5. Untuk melukis dinding gua yang tinggi, mereka membangun tangga susun dari kayu.
  6. Karena membuat lukisannya di dalam gua yang jauh dari sinar Matahari, mereka juga menyediakan alat penerangan sederhana, yaitu kayu sebagai obor dan lemak binatang yang terbakar untuk lampunya.

Itu dia cara manusia purba menggambar di dinding gua. Kreatif, ya!

Buku Esiklopedia Pintar 1, Penerbit BIP.

Lukisan di dinding gua Mereka umumnya menggunakan metode ini untuk menceritakan pengalaman kegiatan berburu dan menggambarkan binatang hasil buruannya. Selain itu, para ahli menduga bahwa tujuan manusia purba membuat lukisan di gua adalah untuk memberi tahu orang lain tentang hewan yang aman untuk dimakan.

Gambar di dinding gua menggambarkan tentang apa?

Lukisan gua adalah coretan, lukisan, atau cap yang terdapat di dinding gua atau tebing yang dibuat oleh orang-orang purba sebagai medium untuk menyampaikan pesan atau catatan-catatan peristiwa. Bentuk visual yang terdapat di dinding-dinding gua merupakan alat komunikasi antarmanusia pada zaman dahulu.

Lukisan tertua ditemukan dimana?

Gua Leang Tedongnge, Sulawesi Selatan, Indonesia Siapa sangka, ternyata lukisan gua tertua di dunia berada di Indonesia? Tepatnya, di gua Leang Tedongnge di kawasan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Diyakini, lukisan ini dibuat 45.500 tahun yang lalu.

Apa kaitan lukisan pada dinding gua dengan sistem kepercayaan pada zaman praaksara?

masa pra aksara adalah masa di mana manusia blum mangenal tulisan,jadi di masa itu manusia hanya menggambar lukisan pada dinding gua karena gua adalah tempat tinggal mereka,dan mereka meyakini bahwa lukisan itu adalah kepercayaan mereka.

Apa makna cap telapak tangan manusia purba di dinding dinding gua?

Lukisan cap tangan pada dinding gua bagi Van Heekeren, itu berhubungan dengan sebuah ritual kelahiran, kematian dan juga menggambarkan sebuah perjalanan dari arwah yang tengah meraba-raba untuk menuju ke alam yang selanjutnya.

Lukisan tangan di dinding gua yang ditinggalkan pada masa prasejarah mempunyai makna apa?

Lukisan yang ditinggalkan di bebatuan di dalam gua bisa jadi merupakan suatu cara untuk menyatakan keberadaan mereka pada satu waktu agar dapat ditemukan oleh generasi selanjutnya, dan bahwa kelompok, spesies atau suku tertentu pernah ada dan menghuni area di sekitar gua tersebut.

Karya seni apakah yang tertua di dunia?

Karya seni di tulang rusa yang diprediksi berusia 51 ribu tahun. Sebuah tulang misterius dengan lekukan miring yang ditemukan di sebuah gua di Jerman diyakini sebagai salah satu karya seni tertua di dunia.

Apa yang dimaksud dengan masa pra aksara?

Masa praaksara disebut juga dengan masa pra-sejarah, yaitu suatu masa dimana manusia belum mengenal tulisan.

Apa yang dimaksud dengan gaya Kubisme?

Kubisme adalah sebuah gerakan seni avant-garde abad ke-20 yang dirintis oleh Pablo Picasso dan Georges Braque. Gerakan seni ini membuat revolusi dalam lukisan dan pahatan Eropa, dan menginspirasi gerakan sejenis dalam musik dan sastra.

Apakah lukisan yang terdapat di gua-gua?

Sebagaimana telah disebut pada bagian atas bahwa lukisan yang terdapat pada dinding gua-gua di Sulawesi Selatan tidak hanya cap tangan. Namun, yang sangat menarik perhatian para peneliti prasejarah adalah cap tangan. Kosasih mengatakan bahwa tujuan pembuatan lukisan itu ada kaitannya dengan kepercayaan mereka (bersifat religius).

Apakah lukisan gua merupakan cara berkomunikasi dengan manusia purba lainnya?

Ada teori yang menyatakan bahwa lukisan gua ini merupakan cara berkomunikasi manusia purba dengan manusia purba lainnya.

Apakah lukisan gua memiliki fungsi religius?

1. Fungsi Spiritual Lukisan gua umumnya dianggap memiliki fungsi simbolis dan religius atau terkadang keduanya. Tujuan orang prasejarah melukis di dinding gua dianggap oleh beberapa ahli yang berpikir bahwa lukisan mungkin dibuat dibawah kepercayaan dan praktek perdukunan.

Mengapa lukisan gua pertama kali dibuat?

Selama milenia awal ketika lukisan gua pertama kali dibuat, seperti pada gua Chauvet Pon’t de-Arc di Perancis yang dianggap paling hebat adalah hewan – hewan yang sudah lama punah seperti singa gua, mammoth, badak purba dan beruang gua.

KOMPAS.com - Gua adalah galeri seni pertama umat manusia. Nenek moyang kita membuat peta bintang, adegan berburu, dan jalur hewan zaman es di tempat tersebut.

Namun, gua bukanlah studio yang bagus, tak ada cahaya alami dan manusia tak dapat melihat dalam gelap.

Padahal, beberapa karya seni ditemukan di lorong sempit atau jauh di dalam sistem gua yang gelap.

Lalu bagaimana nenek moyang kita ini menaklukan gelapnya gua untuk membuat lukisan-lukisan kuno itu?

Baca juga: Terkuak, Manusia Purba Bikin Lukisan di Gua Sambil Berhalusinasi

Dikutip dari CNN, Selasa (22/6/2021) untuk menjelaskan bagaimana seniman Zaman Batu ini bekerja di ruang gelap yang sulit diakses ini, para arkeolog di Spanyol menjelajahi catatan arkeologi untuk mencari bukti, bagaimana manusia purba menggunakan kayu dan zat lain untuk membuat obor dan lampu yang dapat menerangi 'studio' mereka.

"Kami sangat tertarik dengan semua proses produksi di balik gambar-gambar ini," kata Diego Garate, penulis studi dan juga peneliti di Institut Internasional untuk Penelitian Prasejarah di University of Cantabria Santander, Spanyol.

Menurut Garate, sisa-sisa arang di situs seni cadas dapat memberi tahu kita banyak hal mengenai bagaimana para seniman di masa lalu bekerja.

Namun sisa-sisa peralatan yang mereka gunakan ini, sering diabaikan dan belum dipelajari secara mendalam.

Berdasarkan bukti arkeologis yang ditemukan di gua-gua Paleolitik, para peneliti membuat simulasi dengan membuat obor prasejarah dan lampu minyak versi mereka sendiri.

Lima obor kayu dibuat peneliti dengan menggunakan kombinasi kayu juniper kering, kulit kayu birch, ivy, getah pinus, dan sumsum dari tulang rusa.

Sementara untuk lampu minyak diisi dengan kayu juniper kering, resin, dan sumsum tulang dari sapi.

Bahan-bahan yang digunakan untuk obor kayu dan lampu minyak tersebut berdasarkan pada bukti arkeologis yang ditemukan di gua-gua Paleolitik serupa.

Baca juga: Lukisan Goa Tertua Sulawesi, Ungkap Migrasi Manusia Purba di Indonesia

Selanjutnya, tim kemudian menguji seberapa baik, benda tersebut bekerja di dalam Gua Isuntza 1 di wilayah Basque, Spanyol.

"Kami berjalan selama 20 menit di dalam gua sampai cahaya mulai redup. Cukup mencolok bahwa cahaya dari obor benar-benar berbeda dari cahaya buatan yang biasa kami gunakan," kata Garate.

Menurutnya, obor kayu yang terdiri dari banyak kayu bekerja paling baik untuk menjelajahi gua atau melintasi ruang yang lebih luas karena memproyeksikan cahaya ke segala arah-hampir hingga 6 meter.

Ditambah lagi, obornya mudah dibawa dan lima kali lebih terang dari lampu minyak. Sedangkan untuk pembakaran obor terpendek berlangsung selama 21 menit dan terlama selama 61 menit.

Baca juga: Pithecantropus, Manusia Purba Paling Banyak di Indonesia

Namun, obor tak dapat diprediksi dan seringkali harus dinyalakan kembali dengan memindahkannya dengan cepat dari sisi ke sisi. Obor juga menghasilkan banyak asap.

Di sisi lain, lampu minyak bekerja kurang baik untuk menerangi ruang kecil dalam waktu lama juga kurang pas untuk dibawa berjalan karena tak menerangi lantai.

Sedangkan, pencahayaan yang berasal dari perapian mengasilkan banyak asap dan terbakar dengan cepat.

Garate dan tim kemudian menyimpulkan bahwa manusia purba yang melukis jauh di dalam sistem gua ini bukan hanya seniman tetapi juga penjelajah gua.

“Mereka tahu bagaimana bergerak dalam gua yang sangat sulit bagi kami, bahkan dengan helm dan tali. Pada saat itu tentu jelas lebih sulit. Mereka harus bergerak dengan obor di tangan mereka dan membuat gambar," kata Garate.

"Mereka bisa saja membuat gambar di pintu masuk gua tanpa masalah tetapi mereka ingin melakukannya di tempat sempit dan masuk ke dalam gua," tambah Garate.

Studi ini dipublikasikan di jurnal PLOS One.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.