Mengapa permukaan canting cap menggunakan Bahan lempengan tembaga

Posted by butikbagus on November 22, 2015 at 4:45 AM

Batik Cap adalah sebuah teknik pembuatan baju batik yang saat ini cukup banyak digemari oleh masyarakat luas. Motif yang ada pada permukaan kain batik cap ini diperoleh dari hasil bentukan canting cap. Canting cap memiliki perbedaan dengan teknik pembuatan baju batik tulis baik dari segi kualitas maupun dari bentuk motif batik yang dihasilkan. Proses pembuatan batik cap yang pertama adalah membuat pola dengan cara digambarkan pada selembar kertas sebagai sebuah panduan. Setelah itu tahap yang selanjutnya akan dilakukan dengan memotong lembaran tembaga dan di lengkung kan dengan mengikuti pola yang ada pada kertas tersebut. Apabila tidak ada tembaga lembaran , maka kabel tembaga tersebut akan dilakukan proses tempa sehingga menjadi bentuk yang pipih. Untuk mendapatkan pola batik cap yang berbentuk titik, maka hal yang perlu dilakukan adalah tembaga tersebut dipotong terlebih dahulu seperti bentuk sisir. Tahapan selanjutnya adalah sisir tersebut kemudian dibentuk melengkung seperti bentuk motif batik yang diinginkan. Setelah semua potongan tembaga yang dibutuhkan tersebut jadi maka tahapan selanjutnya adalah menyatukan lempengan tembaga tersebut dengan menggunakan patri dan diletakkan pada lempengan tembaga. Patri yang dipakai dibuat menggunakan bahan yang berasal dari boraks dan seng. Setelah itu permukaan dari canting cap batik ini akan di halus kan dengan cara merendam canting cap tersebut dalam genangan getah gondorukem panas. Setelah itu kemudian lempengan tembaga tersebut di angkat dan dibiarkan sampai dingin dan menjadi kering. Setelah itu canting cap yang telah memiliki lapisan getah gondorukem tersebut akan di halus kan dengan menggunakan amplas dan juga kikir sehingga memiliki bentuk permukaan yang halus. Setelah proses pembentukan tersebut selesai dan canting cap telah halus maka tahapan akhir pembuatan alat canting cap batik ini akan dioles dan juga digosok dengan bara arang sehingga menjadi mengkilat. Bahan untuk membuat baju batik cap ini sama dengan pembuatan batik tulis. Kebanyakan batik yang dibuat dengan batik cap ini menggunakan kain mori prima dan sementara untuk batik cap halus dengan kualitas yang terbaik pada umumnya menggunakan kain mori primissima. Perbedaan lain adalah dari campuran bahan malam yang dipakai untuk batik cap ini, perbandingan malam yang dipakai berbeda dari batik tulis. Pembuatan batik cap ini tidak membutuhkan malam dengan kualitas yang baik karena pada umumnya pembuatan batik cap pada umumnya lebih singkat dari pembuatan baju batik tulis.

Categories: None

Batik Cap Batik di Indonesia memang selalu mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pada awalnya hanya terdapat batik tulis yang dikerjakan oleh para pengrajin wanita menggunakan canting. Sekitar pertengahan abad ke-19, “canting cap” (biasanya disebut hanya“cap” saja) mulai dikembangkan. Masih ingat dengan batik Cap ? Batik cap adalah batik yang pembuatannya atau penempelan lilin malamnya menggunakan canting cap. Cara kerja canting cap adalah seperti ketika kita menggunakan stempel. Dalam pembahasan kali ini kita akan mencoba berlatih membuat batik cap dengan alat dan bahan sederhana. Canting cap ini kta ganti dengan bahan alam seperti pelepah pisang, ketela, belimbing, daun-daunan, tangkai daun pepaya dan sebagainya. Untuk pengganti lilin malamnya kita gunakan cat air atai pewarna makanan. Dan sebagai ganti wajan kita gunakan tatakan yang diberi kapas atau kain. Motif yang dapat kita buat untuk cap sederhana ini umumnya lebih banyak ke motif buketan. Apa itu motif buketan ? Motif buketan adalah motif yang berbentuk rangkaian bunga. Motif ini sangat terkenal sebagai salah satu motif batik Pekalongan. Sangat mudah bukan ?? Berikut adalah contoh hasil batik cap sederhana PENGERTIAN BATIK CAP Batik Cap adalah batik yang proses pembatikannya menggunakan canting cap. Canting cap dibuat dengan lempengan kecil bahan tembaga membentuk corak atau motif pada salah satu permukaannya. Pembuatan canting cap dilakukan oleh orang yang memang ahli dalam hal tersebut. Permukaan canting cap menggunakan bahan lempengan tembaga tipis dengan alasan bahwa tembaga memiliki sifat lentur, mudah dibuat pola dan tahan terhadap panas. Permukaan canting cap tersebut dirangkaikan dengan struktur plat dari besi tipis dan kuat. Cara kerja canting cap ini sama dengan ketika menggunakan stempel. Hanya saja kita tidak menggunakan tinta sebagai jejak perintangnya, namun yang digunakan adalah cairan lilin (malam). Pada perkembangannya canting cap banyak mendapat pengaruh dari India dan Cina, bahkan sekarang sebagaian orang ada yang menggunakan cukilan kayu sebagai canting cap. Tentu dengan pertimbangan keunikan efek yang dihasilkan pada corak atau motif yang dihasilkan. Pada awalnya canting cap hanya digunakan untuk pola-pola atau motif pinggiran, namun kini canting cap juga digunakan untuk mencetak pola pada seluruh permukaan kain. Hal ini karena dengan cara seperti ini akan dihasilkan pekerjaan yang lebih cepat, efektif dan efisien. Proses pemalaman (pengecapan) atau perintangan ini tentu saja tidak sesederhana yang diterangkan di atas. Pemalaman (pengecapan) dapat dilakukan beberapa kali tergantung jumlah warna yang dikehendaki. Setiap perajin yang ingin menghadirkan warna tertentu dalam batik maka bagian lain yang tidak akan diwarnai harus ditutup dengan malam. Proses pemalaman ini akan diikuti dengan proses pelorodan, yaitu proses melepaskan malam dari permukaan kain. Proses pembatikan dengan canting cap sama dengan proses menggunakan canting tulis. Makin banyak warna yang dibutuhkan makin sering pula proses pemalaman, pencelupan, dan pelorodan dilakukan. Namun dalam hal kerumitan, ketelitian, dan kesinambungan keseluruhan coraknya, hasil batikan canting cap tidak sebaik dan sehalus batik yang dikerjakan dengan canting tulis. Proses membatik terbagi atas tahap pemalaman, pewarnaan, dan penghilangan malam. Tahap-tahap tersebut didahului oleh persiapan kain yang harus memenuhi kualitas kehalusan, daya serap serat kain terhadap zat warna, daya tahannya terhadap zat kimia dan perubahan suhu. Kelebihan batik cap ini selain pengerjaannya lebih cepat, juga dapat membuat batik dengan motif yang sama secara massal atau bersama-sama dalam jumlah yang banyak. Dan hal tersebut tidak dapat dilakukan dalam batik tulis. Selain itu batik cap memiliki harga yang lebih murah jika dibandingkan dengan batik tulis. Canting cap merupakan sebuah alat berbentuk semacam stempel besar yang telah digambar pola batik. Pada umumnya pola pada canting cap ini dibentuk dari bahan dasar tembaga, tetapi ada pula yang dikombinasikan dengan besi. Dari jenis produksi batik cap ini, pembatik bisa menghemat tenaga, dan tak perlu menggambar pola atau desain di atas kain. Batik cap juga mengalami pekembangan, dengan dikenalnya cap kayu. Cap yang terbuat dari kayu ini lebih ekonomis dan lebih mudah pembuatannnya. Pola pada kayu diukir dan dibentuk seperti stempel sama halnya dengan cap tembaga. Batik menggunakan cap kayu ini dapat dibedakan dari cap tembaga karena kayu tidak menghantarkan panas sebaik tembaga sehingga malam (lilin) yang menempel pada kayu lebih tipis, dan hasil pengecapannya yang terbentukpun memiliki kekhasan tersendiri, biasanya terdapat sedikit warna yang meresap pada batik karena lilin yang menempel terlalu tipis, sehingga terlihat gradasi warna pada pola antara pinggir motif dan tengahnya. Terdapat beberapa macam batik dengan cara pembuatannya yang beragam namun pada kenyataanya terdapat dua cara pembatikkan yang digemari yaitu Batik Tulis dan Batik Cap. Batik tulis sendiri digemari karena adanya suatu nilai dibalik pembuatannya sedangkan batik cap digemari karena cara pembuatannya lebih mudah dengan motif yang dapat dikatakan hampir sama dengan batik tulis. Tetapi karena prosesnya tersebut maka harga batik model ini di pasaran cenderung lebih murah ketimbang batik tulis. Terlepas dari itu semua ada baiknya bila dapat memahamimemahami sedikit mengenai batik cap itu sendiri. Batik cap adalah karya batik yang gambar/motifnya dihasilkan oleh cap/penera/klise menggunakan malam. Batik cap menyangkut cetak-mencetak/cap-capan maka harus diperhitungkan sambungan sisi-sisnya. Dalam istilah batik disebut sanggit. Batik cap dibuat dengan menggunakan klise/penera. Penera ini dibuat dari lempengan-lempengan tembaga yang dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk motif tertentu. Umumnya berukuran 20cmx20cm atau 24cmx24cm atau menurut bentuk motifnya. Beberapa macam klise/penera dalam membuat batik cap diantaranya: 1. Penera Sanggit Tumpuk Klise ini adalah klise dengan sisi bagian bawah ada sambungan/hubungannya dengan sisi bagian atas. Demikian juga sisi kiri memiliki sambungan/hubungan dengan sisi bagian kanan. 2. Penera Sanggit Natabata Klise dengan sisi bagian kiri ada sambungannya dengan ½ sisi bagian kanan dan sisi bagian kanan ada sambungannya dengan ½ sisi bagian kiri. 3. Penera Sanggit Kitiran Klise yang memiliki sisi-sisi yang dapat saling berhubungan atau dapat dikatakan semua sisi bermotif sama. 4. Penera Lepas/Bebas Klise yang sisi-sisinya tidak ada sambungan/hubungannya sama sekali. Sehingga dalam pembatikkan cap juga dituntut ketelitian dalam pembuatannya. Apabila satu sisi saja kurang pas dengan sisi yang lain maka karya batik tersebut gagal. Penera dibuat dua buah satu untuk sisi kain bagian atas dan satu lagi untuk sisi bagian bawah. Jadi kalau kedua buah penera ini disatukan aka terbentuk satu keplok. Namun ada juga penera yang dapat digunakan bolak-balik. Penera ini dibuat dua agar pada hasinya nanti optimal tidak ada bagian-bagian yang kabur sehingga diperlukan pengulangan proses pengecapan dengan penera untuk sisi bagian bawah, proses ini disebut nerusi. Batik Cap adalah salah satu jenis hasil proses produksi batik yang menggunakan canting cap. Canting cap yang dimaksud di sini mirip seperti stempel, hanya bahannya terbuat dari tembagadan dimensinya lebih besar, rata-rata berukuran 20cm X 20cm. PERLENGKAPAN BATIK CAP Batik tidak lepas dengan perkembangan daya piker manusia dan juga teknologi. Dalama pembuatannya pun mulai mengenai nilai ekonomis yakni dengan munculnya teknik pembuatan menggunakan cap. Pembuatan batik dengan teknik ini sekilas tampak sama dengan batik tulis namun jika dilihat lebih lanjut sangant berbeda dari batik produksi tangan langsung (handmade). Walaupun begitu dalam kesempatan ini saya mencoba menyampaikan beberapa peralatan yang dibutuhkan dalam mebuat batik cap. a. Kasur (Bantalan) Bantalan Kasur ini terbuat dari kapas yang dibungkus dengan kain, berfungsi sebagai lapisan bantalan kain mori yang akan dicap. b. Taplak Taplak ini terbuat dari kain katun yang berfungsi untuk lapisan kasur c. Kompor Tebuat dari besi dengan menggunakan sumbu, berfungsi untuk perapian saat melelehkan lilin malam d. Anglo Besar Anglo ini terbuat dari gerabah yang berfungi untuk tungku yang didalamnya diletakkan kompor untuk perapian. Penggunaan Anglo ini untuk melindungi api dari angin sehingga api dapat menyala lebih tenang. e. Meja Meja ini terbuat dari kayu yang berfungsi untuk meletakkan kasur bantalan. f. Loyang Loyang terbuat dari besi dan berbentuk seperti wajan dengan dasar datar dan berdiameter 40 cm, loyang ini berfungsi untuk tempat lilin malam saat dipanaskan. g. Angsang Angsang ini terbuat dari tembaga dengan permukaan berupa anyaman strimin yang diletakkan pada loyang. Angsang ini berfungsi untuk lapisan dasar pada permukaan loyang. h. Serak Kasar dan Serak Halus Serak kasar dan serak halus ini terbuat dari kain katun dengan bentuk seperti kain kasa berfungsi sebagai lapisan diatas angsang untuk meletakkan cap saat pengambilan lilin malam yang sudah meleleh. i. Londo Berupa jambangan kecil yang berisi air dan abu yang berfungsi untuk dipergunakan membasahi kasur agar tetap basah saat akan dipergunakan untuk meletakkan mori saat akan dicap. j. Alat Cap Alat cap ini terbuat dari tembaga dengan kombinasi besi dengan pemukaan untuk berupa motif batik. Cap ini berfungsi untuk meletakkan lilin malam dengan motif batik pada permukaan kain mori Proses Pembuatan       Kain mori diletakkan di atas meja datar yang telah dilapisi dengan bahan yang empuk Malam direbus hingga mencair dan dijaga agar suhu cairan malam ini tetap dalam kondiri 60° s/d 70° Celcius Canting Cap lalu dimasukkan kedalam cairan malam tadi (kurang lebih 2 cm bagian bawah canting cap yang tercelup cairan malam) Canting Cap kemudian di-cap-kan (di-stempel-kan) dengan tekanan yang cukup di atas kain mori yang telah disiapkan tadi Cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain mori hingga tembus ke sisi lain permukaan kain mori Setelah proses pengecapan pada kain selesai dengan berbagai kombinasi canting cap yang digunakan, selanjutnya kain mori akan dilakukan proses pewarnaan, dengan cara mencelupkan kain mori ini ke dalam tangki yang berisi warna yang sudah dipilih.        Kain mori yang permukaannya telah diresapi oleh cairan malam, tidak akan terkena dalam proses pewarnaan ini. Setelah proses pewarnaan, proses berikutnya adalah penghilangan berkas motif cairan malam melalui proses merebus kain. Sehingga akan nampak 2 warna, yaitu warna dasar asli kain mori yang tadi tertutup malam, dan warna setelah proses pewarnaan tadi. Jika akan diberikan kombinasi pewarnaan lagi, maka harus dimulai lagi dari proses pengecapan kain sampai proses perebusan kain. Hal yang menarik dari batik cap adalah pada proses perkawinan warna, karena permukaan kain mori yang telah diwarna sebelumnya akan diwarna lagi pada proses pewarnaan berikutnya, sehingga perlu keahlian khusus dalam proses pemilihan & perkawinan warna. Oleh karena proses pewarnaan yang berulang-ulang dan menyeluruh pada setiap pori-pori kain mori, maka warna pada batik cap cenderung lebih awet dan tahan lama dibandingkan dengan batik yang lain. Proses terakhir dari pembuatan batik cap adalah proses pembersihan dan pencerahan warna dengan soda. Selanjutnya dikeringkan dan disetrika.  Ciri-ciri     Warna batik kedua belah sisi kain adalah sama Warna batik lebih mengkilap Motif tidak terlalu detail Biasanya warna dasar adalah warna tua / gelap Langkah-langkah Proses Pembuatan Batik Cap Seperti yang kita ketahui bahwa batik ada beberapa jenis diantaranya yaitu batik tulis, batik cap dan batik printing/sablon. Pada artikel kali ini akan dijelaskan bagaimana proses pembuatan batik cap. Tidak seperti batik tulis yang proses pembuatannya menggunakan canting, pada proses pembuatan batik cap alat yang digunakan yaitu cap (semacam stempel besar yang terbuat dari tembaga) yang sudah didesain dengan motif tertentu dengan dimensi 20cm X 20cm. Berikut adalah proses pembuatan batik cap: Kain mori diletakkan di atas meja dengan alas dibawahnya menggunakan bahan yang empuk. 1. Malam direbus hingga suhu 60 – 70 derajat Celsius. 2. Cap dicelupkan ke malam yang telah mencair tadi tetapi hanya 2cm saja dari bagian bawah cap. 3. Kemudian kain mori di cap dengan tekanan yang cukup supaya rapih. Pada proses ini, cairan malam akan meresap ke dalam pori-pori kain mori. 4. Selanjutnya adalah proses pewarnaan dengan cara mencelupkan kain mori yang sudah di cap tadi ke dalam tangki yang berisi cairan pewarna. 5. Kain mori direbus supaya cairan malam yang menempel hilang dari kain. 6. Proses pengecapan>pewarnaan>penggodogan diulangi kembali jika ingin diberikan kombinasi beberapa warna. 7. Setelah itu, proses pembersihan dan pencerahan warna dengan menggunakan soda. 8. Penjemuran kemudian disetrika supaya rapih. Proses pembuatan batik cap ini lebih cepat dibandingkan dengan proses pembuatan batik tulis karena pembuatan motifnya dengan menggunakan cap (stempel) yang lebar. Bandingkan dengan batik tulis yang menggunakan guratanguratan canting. Walaupun begitu, kedua jenis batik ini mempunyai keunikan tersendiri. Baca jugaciri-ciri batik cap. Mesin Cetak Batik | Cara Membuat Batik Tradisional By Novaro on December 19, 2009 Cara kerja Mesin Cetak Batik (membatik) pada dasarnya adalah menutup permukaan kain batik dengan malam batik cair (wax) agar ketika kain dicelup kedalam cairan pewarna, kain yang tertutup malam batik tersebut tidak ikut kena warna. Teknik cetak batik seperti ini dalam bahasa inggris dikenal dengan nama Wax-Resist Dyeing. Jika proses membuat motif batik dilakukan dengan cara “ditulis” dengan menggunakan alat cetak yang disebut canting, maka batik tersebut dinamakan batik tulis. Istilah Batik berasal dari kosa kata bahasa Jawa yaitu Amba dan Titik. Amba artinya kain dan titik adalah cara memberi motif pada kain dengan menggunakan malam batik cair dengan cara di titik-titik. Ada juga jenis batik tradisional yang pembuatan motif batiknya menggunakan mesin cetak khusus batik yang terbuat dari logam dengan motif-motif batik tertentu. Batik yang dibuat dengan cara mirip stempel / cap seperti ini disebut sebagai batik cap atau batik stempel. Seiring dengan perkembangan jaman, dewasa ini ada juga batik yang dibuat dengan cara dicetak sablon dan dengan cetak masal menggunakan mesin cetak batik otomatis yang modern. Batik yang dihasilkan dengan cara seperti ini disebut sebagai batik printing. Jadi, berdasarkan teknik pembuatannya batik dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu: a. Batik tulis b. Batik cap / cetak c. Batik Printing Diluar teknik yang telah disebutkan diatas, ada juga teknik pembuatan batik dengan cara mengecatkan langsung pewarna pada kain dengan menggunakan kuas untuk membuat motif batikatau citra-citra tertentu, bahkan belakangan ini ada juga beberapa orang yang mencoba memperkenalkan teknik atau cara membuat batik dengan cara menyemprotkan langsung tinta ke kain dengan menggunakan alat yang disebut Air Brush. Atau ada juga teknik membatik dengan cara sablon, bisa menggunakan mesin sablon otomatis atau juga mesin sablon rotary manual. Biasanyamotif batik yang dihasilkan adalah motifmotif batik ala Pop dan kontemporer. Salah satu tokoh batik kontemporer Indonesia adalah Amri Yahya. Beliau memperkenalkan batik kontemporer itu sebagai karya seni lukis dengan warna-warna cerah dan dinamis yang muncul dari efek-efek sapuan dan cipratan kuas yang spontan di kain batik. Untuk batik tradisional, ada beberapa bahan yang biasa dipergunakan, yaitu: a. Kain Batik. Kain yang digunakan untuk batik tradisional adalah yang memiliki bahan dasar dari kapas (kain katun, kain mori), dan kain sutra. b. Malam Batik (Wax). Yang dimaksud dengan malam batik adalah sejenis parafin/lilin yang tidak mengandung zat pembakar. Ada beberapa macam malam (wax, lilin) yang biasa digunakan untuk membuat batik ini yaitu: malam kuning, malam coklat, dan malam putih. - Malam kuning memiliki sifat yang lebih liat/kenyal yang cocok untuk memunculkan efek gambar yang menutup kain secara utuh/sempurna. - Malam coklat memiliki sifat yang mudah retak, sehingga akan memunculkan efek urat-urat pada hasil lukisan batiknya. - Malam putih atau parafin bersifat sangat rapuh dan akan memunculkan efek retak-retak pada gambar batiknya. c. Pewarna.Pewarna batik bisa dihasilkan dari bahan alami yang berasal dari tanaman bisa juga dari bahan kimia. Bahan pewarna alami yang pernah digunakan sebagai bahan pewarna alami adalah daun jambu, daun mangga, dan lain-lain dimana warna tersebut akan semakin kuat/tua jika ditambahkan ke dalamnya larutan tawas. Salah satu pewarna yang pernah populer digunakan adalah pewarna yang berasal dari air rebusan kulit pohon mahoni. Di Jawa tengah kita mengenal adanya batik sogan yang populer di kalangan keraton Yogyakarta dan Solo. Batik ini menggunakan pewarnanya dari rebusan kulit pohon Soga Tingi. Pewarna kimia yang sudah umum digunakan oleh para pengrajin batik adalah berbagai jenis Napthol dan garam Diazo. Naptol ini merupakan pewarna dasar dan garam Diazo sebagai pembangkit warnanya. Ada beberapa jenis napthol yang bisa kita pilih yaitu; AS, ASD, ASG, ASBS, ASGR, dan ASLB. Sedangkan jenis garam diazo yang bisa kita gunakan sebagai pembangkit warnanya adalah; Biru B, Merah B, Merah R, Oranye G.C, dan Violet B. Berikut adalah contoh warna yang dihasilkan dari pencampuran napthol dengan garam diazo tersebut: Garam Diazo Napthol Biru B Merah B Merah R Oranye G.C Violet B ASASDA biru merah merahmerahkuni oranyeoranyekuning ungulavenderkuning SG tuabirukrem tuamerah ng muda muda muda merah oranye pink abu2-merah abu2 kotor abu-abu merah bata coklat muda coklat ungu tuakuning ASBS biru merah muda ASGR hijau abu-abu ASLB coklat tua merah bata Kita dapat melakukan beberapa percobaan dengan mencampur naptol dan garam diazo ini untuk mengahasilkan warna warna tertentu, misalnya dengan mencampurkan salah satu jenis naptol dengan salah satu jenis garam diazo. d. Canting atau Cap. Canting adalah alat yang digunakan untuk membuat motif / gambar pada kain batik yang memiliki beberapa nama sesuai dengan fungsinya, yaitu: - Canting Cecek, yang memiliki lubang kecil biasa digunakan untuk membuat motif gambar yang detil. - Canting Klowong, adalah canting yang memliki lubang berukuran sedang dan biasa digunakan untuk membuat garis utama pada motif, dan - Canting Tembok, yaitu canting yang memiliki ukuran lubang besar yang biasa digunakan untuk menutup bidang motif yang agak luas. Langkah-langkah teknik pembuatan batik. a. Siapkan kain yang sudah dicuci bersih dan disetrika lebih dahulu, agar proses pewarnaannya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. b. Dalam sebuah wadah mangkok plastik, buatlah larutan Napthol dan garam Diazol, dengan perbandingan 1 sendok makan napthol dicampur 2-3 sendok TRO (Turkish Red Oil), aduk hingga rata dan mengental. Setelah itu tuangkan sedikit air mendidih dan aduk hingga tercampur rata lalu masukkan 1 sendok teh soda api sampai ada reaksi larutan menjadi jernih. Larutan yang sudah jernih tersebut tuangkan ke dalam ember plastik berukuran sedang (ukuran 20 liter) yang sudah berisi air 1/3 nya, lalu aduk hingga rata. Buatlah larutan garam dengan cara mencampurkan 1 sendok makan garam diazo ke dalam 200 ml air, aduk sampai larut lalu masukkan ke dalam ember yang berukuran seperti di atas yang sudah berisi air 1/3 bagian nya. Air sebanyak ini cukup untuk mencelup kain sepanjang 4 meter. c. Buatlah sketsa motif batik pada kain tersebut dengan menggunakan pensil yang memiliki tingkat kekerasan sedang, misalnya pensil jenis B. Jika akan membuat motif yang sama pada kain yang lain, sebaiknya kita membuat gambar motif tersebut pada selembar kertas agar dapat dijadikan sebagai acuan untuk menjiplaknya berulang-ulang. d. Panaskan malam batik dalam wadah yang berbentuk seperti wajan kecil (kenceng) diatas api kompor kecil, dan setelah malam batik itu cair tutup motif batik yang telah dibuat tadi dengan malam cair ini dengan menggunakan canting. Gunakan canting yang memiliki ukuran lubang yang sesuai dengan ukuran garis motif tadi. e. Setelah selesai menutup motif pertama, celup kain tersebut ke dalam pewarna kain yang paling cerah / warna paling muda hingga rata, selanjutnya keringkan dengan cara direntangkan ditempat terbuka tapi tidak terkena sinar matahari langsung untuk menghindari pemudaran warna celupan. f. Lanjutkan proses pembuatan motif kedua seperti pada langkah c, lalu lanjutkan dengan langkah d dengan catatan: warna celupan ke dua harus lebih gelap dari warna pertama. g. Setelah proses pencelupan dan pengeringan dianggap selesai, maka proses selanjutnya adalah melakukan pelorodan. Pelorodan adalah proses untuk menghilangkan malam batik yang menempel di kain tersebut dengan cara mencelupkannya dalam air mendidih yang sudah dicampur soda abu. Usahakan agar kain dicelup berulang kali hingga malam batik-nya benar-benar hilang. Untuk membuat larutan pelorodan ini adalah dengan cara mencampurkan 2-3 sendok soda abu ke dalam 4-5 liter air mendidih. Jadi, jika pengrajin batik ingin sukses secara kuantitas dengan produksi massal, ada baiknya memakaimesin cetak otomatis. ALAT MEMBATIK CAP Pada dasarnya alat dan bahan membatik cap dengan membatik tulis hampir sama. Perbedaannya hanya pada alat cantingnya dan wajan. Kalau dalam batik cap digunakan canting yang cara kerjanya mirip dengan stempel. Wajan yang digunakan pada batik cap mempunyai bentuk pipih dan datar, tidak seperti wajan pada batik tulis yang mempunyai bentuk cekung dan bundar. Canting Cap Kompor dan Wajan Cap Kompor termasuk alat utama dalam proses membatik dengan canting cap maupun tulis. Kompor berfungsi untuk mencairkan atau melelehkan lilin (malam). Selanjutnya pada wajan yang digunakan untuk membatik cap diletakkan kain goni di atas permukaannya, tujuannya agar cairan lilin malam dapat menempel secara merata pada penampang canting cap. Meja Cap Meja cap yang digunakan dalam membuat batik cap terbuat dari kayu, yang pada bagian permukaan meja dilapisi dengan busa (spoon) yang sudah dilapisi dengan plastik perlak untuk mengoptimalkan hasil cap-capan dan sekaligus menghindari agar malam tidak lengket pada meja maka busa (spoon) harus dalam keadaan basah. STRUKTUR CANTING CAP Sebagaimana di awal sudah dijelaskan mengenai canting cap. Pada awal sejarahnya canting cap (penera) yang dipakai bahannya terbuat dari kayu atau cukilan kayu. Namun dalam perkembangannya canting cap dari cukilan kayu tidak digunakan lagi hal ini dikarenakan kayu tidak bisa tahan lama dan mudah rusak. Maka sebagi gantinya digunakan tembaga yang ternyata memiliki daya tahan lama dan kuat baik terhadap panas maunpun zat kimia. Umumnya ukuran canting cap adalah 20 cm x 20 cm, atau 24 cm x 24 cm (menurut bentuk motifnya).Canting cap atau penera ini dibuat rangkap 2, satu untuk sisi bagian atas kain dan dua untuk sisi bagian belakang kain. Jadi ketika dilakukan pekerjaan nerusi maka digunakan canting cap yang pola motifnya kebalikan (terbalik) dari canting yang ke satu. Ini biasanya diterapkan pada canting cap yang memiliki pola motif non geometris ( hewan dan tumbuhan). Sebaliknya ada juga canting cap yang bisa digunakan bolak-balik pada kedua sisi kain. Dan ini umumnya canting cap yang memiliki pola motif geometris (memiliki bentuk berupa bidangbidang). Gambar berikut adalah bagian-bagian canting cap : KETERANGAN : 1. Permukaan / penampang canting cap 2. Penahan permukaan canting cap 3. Konstruksi Penguat 4. Gagang canting cap 5. Kayu pegangan canting cap CARA MENJALANKAN CAP Disain pola canting cap selalu dirancang berdasar raportnya. Yang dimaksud raport di dalam pembuatan batik cap adalah susunan pola agar satu sisi canting cap menyambung dengan sisi lain bila dicapkan. Sehingga nantinya pola batik yang dibuat bisa menyambung (menyatu). perhatikan raport canting cap sederhana di bawah ini. Gambar dibawah ini adalah penampang (permukaan) canting cap. Masing-masing sudut kita beri nama misalnya A, B, C, dan D. Di dalam merancang pola canting cap kita harus memperhitungkan bahwa sisi A-B harus bisa disambung dengan sisi C-D. Demikian pula sisi A-C harus bisa disambung dengan sisi B-D. Cara menjalankan canting cap (lampah) ada beberapa macam yaitu : 1. Tubrukan yaitu bergeser satu langkah ke kanan dan satu langkah ke depan. 2. Onda onde yaitu satu langkah ke depan dan setengah langkah ke kanan. 3. Lereng yaitu dengan langkah bergeser satu langkah ke kiri depan mengikuti garis miring. 4. Mubeng yaitu dengan langkah berputar seperempat lingkaran dengan salah satu sudut sebagai titik pusat. 5. Mlampah Sareng yaitu apabila dua cap membentuk satu motif dengan keduanya berjalan bersama satu langkah ke depan. RAPORT MOTIF CAP Raport (Sanggit : bahasa Jawa) adalah susunan dari pola motif batik yang saling menyambung sisi-sisinya ada 5 macam sesuai dengan cara menjalankan canting cap diantaranya adalah : 1. Raport Tubrukan 2. Raport Onda onde 3. Raport Lereng 4. Raport Mubeng 5. Raport Mlampah Sareng. Berikut adalah beberapa contoh raport dalam batik cap : TEKNIK MENGECAP Pada awal pembahasan telah dijelaskan bahwa ada beberapa cara menjalankan canting cap, sesuai dengan raport yang dikehendaki. Ada yang disebut dengan tubrukan, onda-onde, Lereng, mlampah sareng dan yang lainnya. Secara teknis disini akan dijelaskan bagaimana tahapan atau langkah yang harus diperhatikan pada saat mengecap secara urut sebagai berikut : 1. Sebelum untuk mengecap canting cap ditempelkan pada lembaran kain goni yang telah dipenuhi lelehan cairan lilin malam. Fungsi kain goni disini adalah agar cairan lilin malam dapat menempel pada penampang atau permukaan canting cap secara merata. Sebagai catatan usahakan agar nyala api kompor tidak terlalu besar atau panas yang dapat mengakibatkan lilin malam terlalu panas dan mudah menetes atau mleber pada kain sebelum dilakukan pengecapan. 2. Agar cairan lilin malam tidak banyak yang terangkat dalam permukaan canting cap yang dapat mengakibatkan hasil capcapan kurang sempurna maka canting cap dikibaskan ke atas wajan. Denga demikian cairan lilin malam yang berlebihan tersebut akan kembali ke wajan. 3. Bantalan yang terbuat dari busa dilapisi plastik tebal atau perlak yang selalu dibasahi agar lembab. Pada jaman dulu bantalan ini terbuat dari karung goni yang diisi sekam (dedak) dan di atasnya dilapisi kupasan batang pohon pisang sebagai peredam panas, sehingga cairan lilin malam cepat mengering. 4. Proses membuat batik dengan canting cap adalah menyusun motif berdasarkan raport canting cap yang dipakai. 5. Untuk memberi tekanan agar motif canting cap menempel pada kain mori secara merata, perajin sering memukul dengan tangan kirinya. Kekuatan tekanan ini didasarkan pada penghalaman. Batik Cap Dari Dusun Tarudan Keberadaan kain batik sudah merata di segala lapisan masyarakat. Pada awalnya, kain batik identik dengan kain khusus keluarga kerajaan ataupun kaum berada. Namun kini sudah tidak berlaku lagi. Batik kini sudah menjadi milik semua golongan dan mudah didapatkan, bahkan di beberapa instansi maupun sekolah sudah menerapkan aturan untuk mengenakan pakaian batik di setiap hari tertentu. Bila dahulu kain batik dianggap sebagai barang mewah dan mahal, apakah kini sudah menjadi barang yang murah? Kain batik tulis masih menjadi barang yang eksklusif. Namun karena perkembangan jaman dan lajunya perkembangan teknologi, kini sudah banyak beredar teknik membatik dengan biaya yang lebih murah, yaitu teknik printing dan cap. Dalam teknik batik printing, pola telah dicetak di atas alat sablon, sehingga pembatikan dan pewarnaan bisa dilakukan secara langsung. Bisa dikerjakan dengan cepat dan massal, sehingga biaya produksi dan harga jual menjadi lebih murah. Sedangkan dalam batik cap masih menggunakan metode yang digunakan dalam batik tulis, yaitu menggunakan malam (lilin panas) yang dicapkan dengan alat semacam stempel di atas kain. Berbagai corak cap/stempel yang terbuat dari tembaga tersimpan rapi di dalam rak. Kerajinan batik cap menjadi salah satu media alternatif dalam menterjemahkan kreatifitas disain kain batik. Salah satu pengrajin kain batik cap adalah Musa, yang tinggal di rumah sekaligus menjadi workshop di dusun Tarudan Kulon, Bangunharjo, Sewon, Bantul. Pada awalnya, Musa hanya membantu ayahnya memproduksi batik cap, namun sejak tahun 2005 dia mencoba membuka workshopnya sendiri hingga sekarang. Menurut Musa, membuat batik cap tidak bisa dilakukan dengan sambil lalu. Diperlukan ketekunan dan ketelitian dalam mengerjakannya. Proses ini tidak bisa dikerjakan dengan cepat. Peralatan yang dibutuhkan pun juga tidak sederhana. Ada tahapan-tahapan yang harus dilewati menggunakan alat-alat tertentu untuk menghasilkan batik yang baik. Yang pertama tentu saja gambar disain. Disain ini digunakan sebagai acuan pewarnaan dan dipakai sebagai pola pembuatan stempel. Cap atau stempel ini terbuat dari plat tembaga yang dicetak berdasarkan gambar disain yang nantinya digunakan untuk mengecap pada kain dengan malam. Ada kalanya kain yang sudah dicap masih perlu dibatik lagi, dengan cap atau tulis. Proses pengecapan kain dilakukan di atas meja khusus yang dilapisi plastik, busa basah, kertas semen dan kertas mika. Disiapkan pula kompor menyala dengan wajan datar terbuat dari tembaga di atasnya untuk memanaskan malam supaya mencair. Setelah semuanya siap, kain digelar di atas meja. Stempel yang sudah dicelupkan ke dalam cairan malam kemudian dicapkan ke atas kain. Setelah selesai, kain diganti dengan yang baru dan proses tersebut dilakukan lagi hingga lembaran kain terakhir. Proses ini bisa dilakukan dengan satu atau lebih stempel/cap, sesuai disain. Tahap berikutnya adalah pewarnaan. Kain yang telah dicap kemudian dicelupkan ke dalam bak yang berisi cairan pewarna. Kain direndam dan diaduk hingga warna merasuk dan rata pada kain. Setelah itu kain diangin-anginkan hingga kering. Ada kalanya, kain yang sudah dicap masih perlu dibatik lagi, dengan cap atau tulis. Fungsinya untuk mengisi bidang yang akan dipertahankan warnanya. Atau bisa juga dengan tambahan mencoletkan beberapa warna tambahan kemudian ditutup dengan malam/dibatik. Setelah dibatik, kembali dilakukan pewarnaan. Proses ini sama seperti pewarnaan sebelumnya. Apabila pewarnaan dan pengeringan telah selesai, dilakukan proses Pelorodan atauNglorod, yaitu menghilangkan lilin/malam yang sebelumnya dicapkan dan dibatikkan pada kain. Proses ini dilakukan dengan cara mencelupkan kain dan diaduk-aduk dalam air mendidih yang telah dicampur dengan zat yang memudahkan malam atau lilin yang menempel terlepas. Setelah selesai, kain dicuci hingga bersih dan dijemur. Akhirnya selesailah sudah proses pembuatan batik cap dan kain siap dipakai. Musa, anak muda dari dusun Tarudan ini secara konsisten mengerjakan proses batik cap hingga hari ini. Ia menyadari, sudah tidak banyak generasi muda yang mau melakukan pekerjaan seperti yang ia lakukan saat ini. Hal itu setidaknya tertangkap sebagai sebuah peluang bagi Musa, semakin sedikit peminat yang bermain, secara bisnis bisa menguntungkan bagi usaha dan kreatifitasnya. Melihat kreatifitas dan kesabaran dalam setiap proses karya batik yang dibuat, harga mahal atau murah itu menjadi sangatlah relatif. Salam Kratonpedia. Kain polos disiapkan untuk dibatik. Jenisnya ada bermacam-macam. Wajan datar terbuat dari tembaga berisi malam/lilin cair. Pengecapan dilakukan di atas meja dilapisi plastik, busa basah, kertas semen dan kertas mika. Kain sutra yang telah melewati tahap pengecapan. Musa melakukan proses pewarnaan. Bak yang digunakan untuk mewarnai kain. Kain yang sudah diwarna kemudian diangin-anginkan hingga kering.

Kreasi batik cap yang sudah jadi.