Mengapa sumber daya alam di indonesia belum dapat dimanfaatkan secara optimal?

Indonesia merupakan negara maritim. Kekayaan sumber daya laut sangat melimpah, mulai dari bahan baku pangan hingga sumber daya energi. Kelimpahan sumber daya laut di Indonesia tidak sebanding dengan pemanfaatannya. Penggunaan sumber daya laut Indonesia masih kurang efektif sehingga banyak kegiatan perekonomian masih mengandalkan sumber energi konvensional seperti minyak bumi dan batu bara.

Jadi, jawaban yang tepat adalah D. 

Mengapa sumber daya alam di indonesia belum dapat dimanfaatkan secara optimal?

Peneliti Oseanologi Ekologi Lingkungan LIPI, Puji Rahmadi.



Jakarta: Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan potensi dan kekayaan laut yang juga besar. Sayangnya, peneliti Oseanologi Ekologi Lingkungan LIPI, Puji Rahmadi menilai potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Puji mengatakan kekayaan laut Indonesia saat ini berkisar Rp 1.768 triliun. Jumlah tersebut ia hitung berdasarkan metode yang sudah ada dari peneliti pendahulu. Hingga saat ini, Puji mengaku tengah menyelesaikan metode penghitungan kekayaan laut Indonesia versinya. "Sampai saat ini saya belum menghitung dengan metode saya sendiri, tapi kalau saya rangkum kekayaan laut Indonesia sekitar Rp1.768 triliun atau sekitar 95 persen dari APBN 2018," ujar Puji di acara pengumuman penyelenggaraan Indonesia Science Expo 2019. Puji menyebut menggunakan dua metode penghitungan, yaitu modelling ekologi dan energi, guna menghitung siklus energi pada suatu sistem. Hasil penelitian ini akan menjadi data yang bisa dituangkan dalam bentuk nilai uang. Hasil penelitian yang dapat ditampilkan dalam nilai uang disebut Puji ditujukan agar masyarakat dan pihak terkait lebih mengetahui kekayaan laut Indonesia, sehingga dapat mendorong kesadaran dalam mengoptimalkan pemanfaatan kekayaan laut. Hingga saat ini, Puji mengaku baru menyelesaikan perhitungan kekayaan laut, mencakup perikanan, pariwisata, terumbu karang, hutan mangrove, dan lainnya, di dua wilayah, yaitu Sabang dan Papua. Puji juga menyebut setiap sektor di bidang kekayaan laut memiliki tantangan masing-masing untuk dapat dimanfaatkan secara optimal. Sebagai contoh di bidang perikanan, data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebut potensi ikan di Indonesia mencapai 12,5 juta. Sementara itu, potensi perikanan ini disebut Puji baru dimanfaatkan nelayan sebanyak lima hingga enam juta ton. Meskipun demikian, Puji menyebut perhitungan juga diperlukan untuk menentukan batas pemanfaatan dari kekayaan laut, salah satunya ikan, tersebut. Hal ini ditujukan guna menjaga kelestarian alam, dan menjaga sumber daya alam tidak mengalami penurunan jumlah dan kualitas. Perhitungan ini yang diakui tengah ia upayakan, sebab saat ini belum tersedia.

Puji turut menyebut optimalisasi kekayaan laut Indonesia membutuhkan sinergi berbagai pemangku kepentingan. Tidak hanya pemerintah, nelayan, perusahaan iklan, perusahaan penambang dan lainnya turut menjadi pihak yang harus bersinergi menyoal pemanfaatan kekayaan laut secara optimal.

Editor : Mohammad Mamduh

Prof. Iryanti Fatyasari Nata, ST,MT,Ph.D, alumni Teknik Kimia ITN Malang saat memberi materi seminar di Kampus 2 ITN Malang, Sabtu (14/12/2019). (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)

Malang, ITN.AC.ID — Indonesia kaya akan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM). SDA Indonesia mencakup kekayaan alam mulai dari darat, laut, bumi dengan aneka bahan tambang. Namun, sayangnya sampai saat ini seluruh sumber daya tersebut belum sepenuhnya tersentuh oleh teknologi sehingga belum bisa dikelola secara maksimal. Hal inilah yang kemudian di bahas di Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.

Rini Kartika Dewi, ST,MT, Sekretaris Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang turut menyoroti kekayaan alam Indonesia saat membuka seminar nasional Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HMTK) ITN Malang, di Kampus 2 ITN Malang, Sabtu (14/12/2019). Menurutnya pengelolaan sumber daya alam tidak lepas dari penggunaan teknologi yang memadai serta dampaknya terhadap lingkungan.

“Kalau kita berbicara sebuah alam setidaknya kita mengarah ke teknologi. SDA Indonesia yang nantinya diproses harus menghasilkan produk yang tidak menimbulkan sampah, polusi, dan harus zero waste,” ujar Rini. Ia berharap dengan mendapat pencerahan dan masukan dari narasumber, nantinya mahasiswa sebagai generasi muda ikut berperan dalam pemanfaatan SDA tersebut.

Mengapa sumber daya alam di indonesia belum dapat dimanfaatkan secara optimal?
Rini Kartika Dewi, ST,MT, Sekretaris Jurusan Teknik Kimia, ITN Malang memberikan sambutan pada HMTK. (Foto: Yanuar/Humas ITN Malang)

Mengusung tema ‘Pengelolaan Sumber Daya Alam Sebagai Eksplorasi dan Revitalisasi Masa Depan Bangsa’ seminar nasional menghadirkan Prof. Iryanti Fatyasari Nata, ST,MT,Ph.D, dosen Universitas Lambung Mangkurat.

Prof. Iryanti pun mengatakan hal senada, bahwa Indonesia memiliki prasyarat sebagai negara yang mampu dalam perekonomian. Tapi, kenyataannya Indonesia dengan kekayaan biodiversitas kedua di dunia ini masih belum sepenuhnya mampu mengelola.

Baca juga: Ajak Anak Sukai Sayuran, Mahasiswa Teknik Kimia Menjadi Wisudawan Terbaik ITN Malang

Peneliti di bidang katalis ini juga menyoroti sampah organik yang berpotensi menjadi biomassa. Sisa kelapa sawit, jagung, pisang, dan singkong dapat diproduksi menjadi Solid Acid Catalyst berbasis biomassa. Material ini semuanya waste, jadi hasilnya enviromental friendly. Selama ini katalis komersial relatif mahal, tapi ternyata katalis dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan yang tidak terpakai.

“Solid Acid Catalyst berpotensi tinggi jika diproduksi. Bahan baku juga relatif mudah didapat. Untuk ke arah sana para akademisi, perlu dukungan dari pemerintah dalam penelitian maupun komersialisasi,” kata guru besar yang juga alumnus Teknik Kimia ITN Malang angkatan 1993 ini. (me/humas)

Baca juga: Dua Paper Mahasiswa ITN Malang Lolos Seleksi Kongres Indonesianis

Mengapa sumber daya alam di indonesia belum dapat dimanfaatkan secara optimal?
Mengapa sumber daya alam di indonesia belum dapat dimanfaatkan secara optimal?

Mengapa sumber daya alam di indonesia belum dapat dimanfaatkan secara optimal?

Mengapa sumber daya alam di indonesia belum dapat dimanfaatkan secara optimal?

Kondisi geografis Indonesia yang memiliki lebih dari 17 ribu pulau, berada di kawasan iklim tropika, dan dijaga oleh arus laut dari 2 samudra besar menyebabkan biodiversitas di Indonesia sangat tinggi, unik, dan endemik, atau sering disebut sebagai negara megabiodiversitas. Namun, tingginya kekayaan sumber daya hayati belum banyak dieksplorasi dan dimanfaatkan secara bijak.

Guna menghimpun cendekiawan dan pemerhati keanekaragaman hayati di Indonesia, Fakultas Biologi dan Program Pascasarjana Fakultas Biologi UGM menyelenggarakan Seminar Naasional Biologi Tropika 2017 pada Sabtu (15/7). Seminar bertajuk “Biodiversitas Tropika Indonesia: Kekayaan dan Pemanfaatannya” ini dihadiri oleh setidaknya 67 hadirin dari lebih dari 10 institusi di Indonesia.

“Baru 10 persen kekayaan alam yang sudah dieksplor. Bagaimana dengan yang 90 persen lagi? Jangan sampai sebelum kita kenali itu sudah lebih dulu hilang,” ujar Dekan Fakultas Biologi, Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., saat membuka seminar ini.

Dalam seminar ini, dihadirkan 3 orang pakar yang memberikan paparan sesuai bidang mereka masing-masing dalam sesi pleno. Mereka adalah Prof. Dr. Jatna Supriatna, M.Sc., Pakar Biologi Konservasi dan Ekologi, FMIPA UI, Juswono Budisetiawan, M.Si., Project Leader WWF Indonesia Program Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC) Papua yang juga Kepala Kantor WWF di Kabupaten Teluk Wondama Direktorat Papua, serta Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc.

Dalam kesempatan ini, Jatna memberikan pemaparan seputar kekayaan biodiversitas tropika Indonesia beserta pemanfaatannya. Fenomena ini, ujarnya, perlu dilihat sebagai aset yang memiliki keuntungan komparatif dan kompetitif untuk memajukan dan menyejahterakan bangsa.

Meski bangsa Indonesia secara turun-temurun telah memanfaatkan biodiversitas untuk pangan, obat-obatan, dan kebutuhan lainnya, namun pemanfaatan sumber daya yang ada masih belum maksimal karena belum mengikuti perkembangan teknologi. Dalam hal ini, menurutnya, pakar biologi di perguruan tinggi harus memberikan inovasi untuk mengembangkan cara pemanfaatan dan konservasi biodiversitas sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi global.

“Dengan teknologi dan ilmu pengetahuan yang sekarang sudah sangat mumpuni kita harus merubah paradigma dan pemahaman tentang biodiversitas dari pertelaan morfologi dan sifat-sifat biologi kepada pertelaan tentang DNA melalui sequuencing  dan sekarang beralih lagi dari membaca ke menulis gen dan editing,” jelasnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, ia menekankan perlunya dukungan politik dan investasi secara sungguh-sungguh dari negara, ilmuwan, masyarakat madani, serta pelaku bisnis sehingga dapat terbentuk N-helix yang mengarusutamakan isu dan tantangan biodiversitas ke arah pembangunan berkelanjutan.

Usai pemaparan oleh Jatna, sesi pleno dalam seminar ini dilanjutkan oleh Juswono yang menyampaikan pengalamannya dalam konservasi hiu paus di kawasan ekowisata, TNTC. Sementara itu, Dr. Budi menekankan pada peran genetika dan pemuliaan dalam upaya konservasi sumber daya hayati yang berkelanjutan.

Dalam seminar ini diadakan pula pemaparan hasil penelitian 28 pemakalah dari berbagai perguruan tinggi dalam 3 Sesi Panel. Seluruh makalah yang diterima ini nantinya juga akan dimuat dalam Journal of Tropical Biodiversity and Biotechnology (JTBB) yang diterbitkan oleh Fakultas Biologi UGM.

“Harapannya, kegiatan ini bisa menjadi ajang diskusi dan bertukar pikiran mengenai informasi-informasi keanekaragaman hayati Indonesia dan juga memperkuat jejaring antar peneliti Biologi di Indonesia”, harap Dr. MiftahulIlmi, M.Si., selaku Ketua Panitia Seminar Nasional, yang juga merupakan pengelola JTBB. (Humas UGM/Gloria)