Nama lain permainan ular kelabang adalah

Permainan Ular Naga dimainkan oleh banyak orang, sambil bernyanyi “Ular naga panjangnya bukan kepalang, menjalar-jalar selalu riang-kemari. Umpan yang lezat itulah yang dicari, ini dianya yang terperangkap”.

Cara Bermain :
Peserta harus membagi tugas, dua orang menjadi gerbang, satu orang menjadi induk naga. Dan lebih dari satu orang menjadi anak-anak naga. Permainan dimulai ketika induk naga dan anak-anaknya berputar melalui gerbang sambil bernyanyi. setiap saat kedua gerbang akan menurunkan tangannya sambil menangkap anak naga, biasanya anak-anak naga akan ketakutan untuk ditangkap, baru setelahnya gerbang akan menawarkan diri pada anak naga yang baru ditangkapnya. Bila sudah menjadi anak gerbang, anak itu akan berpegangan pada induknya, begitu terus hingga induk naga tertangkap & permainan dilanjutkan dengan induk naga yang baru. Induk naga yang baru dipilih dari gerbang yang anaknya paling banyak.

Dengan berjalan kesana kemari akan membuat tubuh kita berkeringat, sebaiknya usapkan Cap Lang Kayu Putih sebelum dan sesudah main, tubuh kita akan terhindar dari masuk angin.
 

Ilustrasi bermain permainan ular naga. Sumber: Freepik

Dewasa ini, mulai banyak anak Indonesia yang telah bergantung kepada permainan online lewat gadget untuk mengisi waktu luangnya ataupun untuk mencari hiburan yang menyenangkan. Padahal sebenarnya ada banyak jenis permainan tradisional yang lebih seru untuk dimainkan secara langsung untuk bersenang-senang lho! Misalnya saja dengan memainkan permainan ular naga bersama dengan teman-teman.

Permainan Ular Naga dan 2 Permainan Jadul yang Seru untuk Dimainkan

Permainan ular naga umumnya dapat mainkan oleh banyak orang sekaligus. Adapun cara bermainnya ialah dengan memilih dua orang sebagai penjaga gerbang, 1 orang sebagai induk naga, dan beberapa orang sisianya akan menjadi ular naga yang harus saling berbaris dan bergandengan dengan cara memedang pundak teman-temannya.

Setelah berbaris, maka ular naga tersebut akan berjalan memasuki gerbang dan berputar sambil menanyikan lagu “Ular naga panjangnya bukan kepalang, menjalar-jalar selalu riang-kemari. Umpan yang lezat itulah yang dicari, ini dianya yang terperangkap”. Tepat saat lagu selesai dinyanyikan, maka gerbang haruslah ditutup dan anak naga yang terperangkap akan menjadi pengganti penjaga gerbang tadi.

Selain memainkan permainan ular naga, terdapat pula jenis permainan tradisional lain yang bisa dimainkan sebagai sarana hiburan anak agar tidak bergantung pada gadget lho! Misalnya saja dengan bermain congklak.

Permainan tradisional congklak pada dasarnya hanya bisa dilakukan oleh dua orang saja, dimana setiap pemainnya akan mendapat giliran untuk mengambil biji-biji atau batu-batu congklak dan meletakan setiap bijinya di setiap lubang congklak sampai biji tersebut habis. Pemain yang memiliki biji congklak paling banyak, maka ia yang akan menjadi pemenangnya.

Kemudian ada pula permainan petak umpek yang bisa juga dimainkan bersama teman-teman untuk bersenang-senang. Sesuai dengan namanya, petak umpet dimainkan dengan cara memilih satu orang untuk menjadi penjaga dan bertugas mencari teman-temannya yang tengah bersembunyi. Jika pemain yang bersembunyi tertangkap, maka ia harus beralih menjadi penjaga.

Meski permainan ular naga, congklak dan petak umpet merupakan permainan tradisional jadul, namun permainan tersebut tentunya dapat dilakukan para anak untuk melakukan aktifitas seru bersama teman-temannya.

Di samping itu, mengutip dari laporan KumparanMOMS (diakses pada 26/8/21), Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, Seto Mulyadi melakukan permainan tradisional juga sangatlah bermanfaat bagi perkembangan psikomotorik, sosila, emosional, moral, dan kreatifitas para anak. Itu sebabnya, orang tua bisa mengajak anak-anaknya untuk melakukan permainan tradisional guna mendapatkan manfaat-manfaat tadi. (HAI)

Nama lain permainan ular kelabang adalah
Permainan Tradisional Jawa Tengah – Dolanan Anak Ular-ularan Kelabang Buntut

Bagaimana kabar sobat blogger Indonesia hari ini? The Jombang Taste kembali menyajikan keunikan dolanan anak Nusantara yang tampak pada permainan tradisional ular-ularan atau permainan tradisional kelabang buntut. Dolanan anak ini berasal dari masyarakat Jawa Tengah. Permainan tradisional adalah salah satu warisan budaya Nusantara yang harus kita lestarikan di tengah gempuran budaya modern. Setiap guru dan orang tua hendaknya memperkenalkan aneka dolanan anak sejak dini agar terbentuk identitas diri anak Indonesia.

Anak-anak Jawa Tengah terbiasa memainkan dolanan anak ular-ularan. Permainan tradisional ular-ularan mengambil tempat di halaman. Anda juga dapat memainkan dolanan anak ini di tanah lapang yang terbebas dari keberadaan benda-benda tajam. Anak yang bermain berjumlah sekitar 10 sampai 15 orang. Caranya anak-anak itu berbaris urut membelakang. Anak yang berada di belakangnya harus memegangi pinggang kawan di depannya dengan kedua belah tangan atau merangkul. Demikian seterusnya.

Cara Memainkan Ular-ularan

Permainan tradisional ular-ularan dimulai saat barisan peserta dolanan anak membentuk ular-ularan. Anak yang berada di paling depan adalah yang bertugas sebagai ujung ekor, yang nantinya akan dimangsa oleh kepala ular. Anak yang bertugas sebagai ekor hendaknya dipilih anak yang mempunyai kemampuan bergerak dengan lincah. Setelah semua peserta siap di posisinya masing-masing, maka si Kepala Ular berkata, “Kok, kok, kok, kok.”

Ekor Ular bertanya, “Ular apa itu?”

Kepala Ular menjawab, “Ular sawah.”

Ekor Ular bertanya lagi, “Mau apa?”

Kepala Ular menjawab, “Mau menggigit.”

Ekor Ular bertanya, “Menggigit apa?”

Kepala Ular menjawab, “Menggigit anak.”

Ekor Ular bertanya lagi, “Anak yang mana?”

Kepala Ular menjawab dengan keras, ” Anak yang berdiri di baris paling belakang.”

Setelah terjadi tanya-jawab demikian, maka si Kepala Ular lalu berlari melingkar-lingkar berusaha mencari ujung ekornya untuk digigit. Aksi ini membutuhkan energi yang tidak sedikit sekaligus kecepatan berlari. Aktifitas kejar-kejaran ular ini seringkali menimbulkan kelucuan yang tidak terduga. Selama berlari itulah Kepala Ular bersuara nyaring, “Kok, kok, kok, kok…….”

Semakin gesit  gerakan Kepala Ular, maka suasana permainan semakin menjadi ramai dan meriah. Permainan makin ramai saat kedua tim memiliki tim pendukung masing-masing. Anak-anak yang berada di bagian tengah sampai harus bergerak membantu Ekor Ular agar jangan sampai tertangkap Kepala Ular.

Permainan tradisional ular-ularan akan selesai manakala si Ekor Ular sudah ditangkap oleh si Kepala Ular. Meskipun demikian, bisa saja permainan selesai sebelum Ekor Ular tertangkap oleh Kepala Ular karena para pemainnya sudah capek dan lelah. Lama permainan ini ditentukan oleh kemampuan masing-masing anak dalam bertahan mengelak dari kejaran yang lain.

Panjang barisan dolanan anak ular-ularan bisa diperhitungkan sendiri tergantung dari keadaan dan suasana. Yang perlu dijaga adalah jangan sampai barisan itu terlalu panjang sebab akan menyulitkan gerak dan kurang lincah karena melingkar-lingkar. Akibatnya si Ekor Ular akan mudah ditangkap oleh si Kepala Ular.

Untuk kelas yang banyak muridnya, bisa dijadikan 2 atau 3 kelompok permainan dan membuat ular-ularan sendiri. Siswa wanita bermain sendiri terpisah dengan murid pria. Di Jawa Tengah, permainan tradisional jenis ini ada yang menyebut ular-ularan dan ada pula yang menyebut Kelabang Buntut.

Demikian The Jombang Taste membagikan informasi kepada Anda mengenai permainan tradisional ular-ularan, atau ada juga yang menyebut dolanan anak kelabang buntut. Semoga tulisan ini bisa memberi manfaat untuk Anda. Ayo bermain dolanan anak!

Daftar Pustaka:

Hardjana, HP. 1984. Permainan Tradisional Anak-anak dari Jawa Tengah. Pustaka Dian: Jakarta