Nilai-nilai yang terkandung dalam tiap-tiap sila pancasila harus dihayati dan diamalkan oleh

Siaran Pers Nomor: B-192/Set/Rokum/MP 01/08/2020

Jakarta (11/8) Di tengah arus globalisasi yang kuat, ancaman intoleransi dan perpecahan, ideologi militan, serta ketidakadilan menjadikan tantangan tersendiri dalam menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila kepada anak-anak. Tidak hanya sebagai hapalan semata, seyogyanya setiap sila Pancasila harus mampu dihayati dan diamalkan oleh anak-anak Indonesia sejak dini. Oleh karenanya, dibutuhkan peran orangtua dan institusi pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan contoh keteladanan pada anak demi mewujudkan anak Indonesia sebagai generasi Pancasila.

“Selain memastikan hak-hak anak-anak terpenuhi, terutama di masa pandemi, membekali mereka dengan nilai-nilai luhur Pancasila juga penting untuk dilakukan. Dalam memberi pemahaman nilai-nilai Pancasila kepada anak-anak kita, alangkah baiknya jika kita bisa memberi contoh konkret kepada mereka. Untuk mempraktikkan pemahaman yang sudah anak-anak miliki, buka kesempatan seluas-luasnya bagi mereka untuk ikut berperan dalam aksi-aksi nyata. Mulailah libatkan anak sebagai mitra yang sejajar dengan kita, yang suaranya kita dengar dan pertimbangkan,” ujar Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga pada Webinar “Pancasila dalam Tindakan: Anak Indonesia, Generasi Pancasila” yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila RI (BPIP RI) (10/08).

Dalam memberikan contoh konkret pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kepada anak-anak, Menteri Bintang juga mengajak agar kita menyertakan tiap sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menyertakan Sila Pertama, kita tanamkan kepada anak-anak untuk menyertakan Tuhan dalam setiap langkah. Untuk menyertakan Sila Kedua, ajaklah anak untuk meningkatkan rasa persaudaraan, saling membantu, dan bergotong royong. Untuk menyertakan Sila Ketiga, marilah pahami bahwa Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya slogan semata, melainkan harus kita pegang erat, agar kita tidak mudah dipengaruhi oleh orang yang ingin memecah belah. Untuk menyertakan Sila Keempat, ajak anak untuk menjunjung tinggi demokrasi dan hargai pendapat sekecil apapun karena semua mempunyai kesempatan yang sama. Terkait Sila Kelima, ajak anak untuk ikut merangkul semua pihak untuk bisa maju bersama-sama. 

Sepakat dengan Menteri Bintang, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto mengatakan bahwa Pancasila selain harus dihapalkan oleh anak-anak, harusnya juga mampu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dengan contoh keteladanan. Penanaman nilai-nilai Pancasila juga dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan dan kreatif, diantaranya dengan membacakan dongeng rakyat, atau membuat permainan tebak lagu nasional dan daerah.

Terkait praktik nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan, Peraih Ikon Prestasi Pancasila sekaligus Duta Perkumpulan Sepak Bola Uni Papua, Gabriel Edoway bercerita bahwa nilai gotong royong sangat ia tanamkan dalam kehidupan sehari-harinya, terutama dalam permainan sepak bola. Gabriel juga berharap agar semangat gotong royong yang ada dalam Pancasila dapat ditanamkan dalam karakter setiap individu.

“Menurut saya, sila ke-3 (tiga) Pancasila, yakni Persatuan Indonesia sangat tepat jika dipraktikkan dalam permainan sepak bola. Dari sila tersebut, saya menanamkan pada diri saya bahwa saya harus bisa bekerja sama dan hidup bergotong royong. Gotong royong adalah cerminan filosofi permainan sepak bola. Dalam permainan sepak bola, setiap pemain harus saling membantu untuk memperlancar skema menyerang dan bertahan agar mencapai kemenangan. Dalam sepak bola, kita semua harus bermain secara sosial atau bersama-sama. Oleh karenanya, nilai gotong royong juga harus ditanamkan dalam karakter setiap individu di Indonesia agar bisa menjadi bangsa yang maju,” cerita Gabriel Edoway.

Anak-anak Indonesia memang diharapkan dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Namun, hal tersebut tidaklah mudah. Kepala BPIP RI, Yudian Wahyudi mengatakan banyak tantangan baru yang dihadapi oleh anak-anak di generasi saat ini. 

“Kami berharap, anak-anak Indonesia dalam sikap dan perilakunya mampu mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Namun, saat ini anak-anak kita mengalami beberapa tantangan dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Tantangan tersebut diantaranya kurangnya spiritualitas dan moralitas, intoleran, perpecahan, sifat kesewenang-wenangan atau egois, dan ketidakadilan,” ujar Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila BPIP RI, Yudian Wahyudi.

Selain menjadi tanggung jawab orangtua, institusi pendidikan juga berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila pada anak-anak. 

“Di sekolah, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) saat ini dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang penting dibandingkan mata pelajaran lainnya. Situasi itu membuat Pancasila menjadi semakin terpinggirkan di sekolah. Bahkan, ada tenaga pendidik yang terpapar ideologi militan selain Pancasila. Bagaimana dengan anak-anak kita? Apalagi, dengan kuatnya arus globalisasi, maka generasi bangsa saat ini yang belum paham Pancasila akan lebih mudah dimasuki dengan ideologi-ideologi militan lainnya. Hal inilah yang dikhawatirkan. Jika sejak dini mereka tidak paham mengenai Ideologi Pancasila, maka mereka akan mudah terpengaruh dengan ideologi lainnya. Bagaimana pun juga, institusi pendidikan sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada anak-anak kita,” tutur Deputi Bidang Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) BPIP, Baby Siti Salamah.

Deputi Bidang Pengkajian dan Materi BPIP RI, F.X. Adji Samekto menambahkan bahwa tantangan yang dihadapi oleh kita saat kecil dulu berbeda dengan anak-anak generasi saat ini. 

“Ini era milenial. Tantangan yang kita hadapi adalah bagaimana menghadirkan Pancasila di era yang sudah berubah ini. Tantangan pembumian nilai-nilai Pancasila untuk anak-anak diantaranya penguasaan teknologi informasi yang cepat oleh anak, substansi yang dihadirkan harus relevan dengan era kekinian, globalisasi dan kosmopolitan, pemahaman terkait konstruksi berpikir anak, serta metode pembinaan yang menarik dan mengasyikkan tetapi tepat sasaran,” ujar Adji.
 

PUBLIKASI DAN MEDIA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN                

DAN PERLINDUNGAN ANAK                                                    

Telp.& Fax (021) 3448510,                                                

e-mail :                                      

 www.kemenpppa.go.id

By : Ricky Fattah Raharjo, NIM : 2301936076, PPTI 7 / 26

Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia mempunyai nilai nilai yang wajib diterapkan dalam kehidupan sehari – hari.Kandungan dari sila – sila Pancasila secara garis besar terbagi atas beberapa tingkatan yang pertama adalah nilai dasar , instrumental dan praktis . Pancasila juga mengandung nilai moral dan norma yang harus diterima oleh seluruh warga negara karena hal tersebut menjadi landasan bagi kehidupan bersama di Indonesia.Meskipun Pancasila terdiri dari lima sila berbeda tetapi semua saling melengkapi dan menjadikan Pancasila sebagai satu kesatuan yang utuh untuk jadi pedoman kehidupan Bersama di Indonesia.

Setiap negara pasti ingin tetap kokoh dan tidak mudah terjadi perselisihan diantara warganya , hal tersebut membuat pentingnya kita memiliki dasar negara dan ideologi yang kuat dan disusun dengan seksama. Pancasila tidak mengadopsi ideologi dari manapun sehingga nilai – nilai Pancasila kita lebih unggul dan juga lebih cocok karena berdasarkan kebiasaan dan sifat warga negara Indonesia sendiri. Alasan Pancasila sangat dibutuhkan karena kita memiliki banyak sekali suku , budaya , agama dan juga secara demografis kondisi wilayah Indonesia sangat besar dan terdiri dari pulau – pulau yang dipisahkan oleh laut yang sangat luas , ini bisa membuat Indonesia sangat cepat berkembang tetapi juga dapat membuat kehidupan di Indonesia menjadi banyak pandangan sehingga dapat menimbulkan perpecahan.

Oleh karena itu norma – norma yang terkandung dalam Pancasila dapat kita gunakan dalam dasar kehidupan bangsa agar tidak mudah timbuil perpecahan . DIantara lain norma – norma yang terkandung didalam Pancasila yakni :

Norma agama disebut juga norma kepercayaan ini ditunjukkan kepada semua rakyat Indonesia untuk dapat beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa . Dengan adanya norma ini diharapkan setiap rakyat Indonesia dapat berpegang teguh kepada agama nya masing – masing dan saling menghargai.

  1. Norma Moral atau Norma Kesusilaan

Norma Moral adalah norma yang paling dasar dalam mengatur budi pekerti kita atau etika kita.Norma moral ini menentukan bagaimana cara kita dapat menilai lingkungan masyarakat maupun di dalam rumah . Norma ini berasal dari diri sendiri bagaimana kita menyikapi lingkungan agar kita dapat diterima dan mudah untuk bersosialisasi.

Norma ini juga disebut norma sopan santun , tata krama maupun kadang juga disebut norma adat . Norma ini didasarkan kebiasaan rakyat Indonesia dalam berlaku dimasyarakat , pada suatu daerah dengan daerah lain berbeda dasar – dasar norma kesopanannya . Sanksi dari norma ini biasanya berasal dari masyarakat setempat.

Norma hokum berasal dari luar rakyat, biasanya norma hukum dibuat oleh negara atau pihak setempat yang mendapatkan kekuasaan penuh dalam mengatur dan juga memaksa setiap rakyat . Contohnya adalah negara membuat sebuah peraturan perundang – undangan tentang lalu lintas untuk mengatur rakyatnya agar lalu lintas jadi lebih teratur. Sanksi yang didapat dari norma ini biasanya didapatkan pada persidangan resmi yang dipimpin hakim.

Di era modern ini juga  ditandai dengan kemajuan teknologi  yang menimbulkan beberapa perubahan  dalam kebiasaan masyaratakat, salah satu contoh dampak akibat dari era modern ini masyarakat yang mengikuti trend dari negara lain dan transformasi budaya .Dalam kondisi ini masyarakat sudah tidak memperdulikan nilai – nilai Pancasila sebagai ideologi dan pedoman hidup bagi rakyat Indonesia dalam perkembangan zaman tersebut. Sehingga banyaknya kasus – kasus yang membuat kehidupan Bersama di Indonesia menjadi tidak teratur . Dengan adanya pengaruh dunia luar , rakyat Indonesia sudah mulai merubah dasar dalam kehidupan Bersama mereka seperti :

  • Mulai hidup secara individualisme
  • Tidak menghargai orang – orang disekitar
  • Berpakaian seperti orang barat
  • Melakukan kegiatan – kegiatan dan kebiasaan orang luar

Dengan adanya perkembangan zaman tersebut , penerapan Pancasila sebagai dasar kehidupan Bersama di Indonesia wajib untuk diupdate dan diupgrade agar penyuluhan dan juga penerapan Pancasila di lingkungan masyarakat menjadi lebih fleksibel dan juga sesuai dengan adanya perkembangan zaman.Dalam hal ini biasanya para pemuda harus tetap menerapkan berbagai hal – hal positif yang terkandung dalam Pancasila agar Pancasila tidak hilang dan tetap menjadi bagian dari perkembangan zaman meskipun pada masa sekarang banyak sekali anak – anak muda yang selalu mengikuti perkembangan budaya barat dan juga lebih konsumtif daripada orang pada zaman dahulu.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam era modern yang tidak sesuai dengan kehidupan rakyat Indonesia sehari – harinya :

  1. Budaya berpakaian orang luar

Budaya berpakaian yang selalu terupdate dengan style luar bahkan dengan harga yang sangat tinggi juga dapat membuat kehidupan Bersama di Indonesia menjadi terganggu, dengan update update hal tersebut biasanya menyebabkan kesenjangan dengan orang- orang disekitar sehingga norma norma yang berlaku dilingkungan masyarakat tersebut diabaikan.

  1. Kebiasaan – kebiasaan orang luar

Orang – orang luar yang biasanya melakukan hal – hal yang diperlukan pada lingkungannya seperti minum – minuman keras untuk menghangatkan tubuh , tetapi beberapa orang di Indoneseia menyalahi dan meminum minuman keras tersebut tanpa alasan yang jelas sehingga membuatnya mabuk dan dapat membuat perilakunya di lingkungan masyarakat tidak terkontrol.

Orang luar berbicara tanpa adanya adat dan istiadat sehingga mereka biasanya berbicara dengan hal yang sama terhadap orang tua bahkan teman tanpa adanya perbedaan bahasa yang digunakan

Karena hal tersebut kita sebagai warga negara Indonesia yang baik dan anak muda yang merupakan pilar dari bangsa ini harus tetap menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari – harinya di Indonesia.

REFERENSI

Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen diterjemahkan oleh Drs. Soejono Soemargono, 1990. Pengantar Filsafat Ilmu. PT. Tiara Wacana Yogya, Yogyakarta

 Franz Magnis-Suseno, 1992, Filsafat-Kebudayaan-Politik, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

 H.M. Tama Sembiring, Prof., Drs., SH, MM., dkk, Manur Pasaribu, SH., dan H. Chairul Alam, Drs., MM., 2012. Filsafat dan Pendidikan Pancasila. Yatama Printing, Jakarta.

 Saswinadi Sasmojo dkk (eds.), 1991. Menerawang Masa Depan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni. Penerbit ITB, Bandung

 Sulaiman, A. (2015). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. (T. Redaksi, Ed). Bandung:cv. Arfino Raya

 https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-sebagai-norma-bernegara/