Rabu, 01 Jun 2022 18:00 WIB
Menyoal kepercayaan terhadap ramalan, dukun, atau pembacaan nasib melalui zodiak dan berbagai metode lainnya bagaimana hukumnya dalam Islam? (miradeshazer/Pixabay) Jakarta, CNN Indonesia --Beberapa waktu lalu, ramalan yang diungkap oleh Pawang Hujan Rara soal nasib putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Emmeril Kahn Mumtadz (Eril) yang hilang di Sungai Aare di Swiss menyita perhatian warganet. Banyak warganet yang menyayangkan penerawangan yang dilakukan Rara karena dianggap kurang empati. Selain itu Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra meminta media dari berbagai platform tidak membuat berita yang berkaitan dengan prediksi atau ramalan terkait sebuah peristiwa tragedi kemanusiaan. Namun, buat banyak orang, dunia ramalan bukanlah hal yang baru. Tengok saja ramalan zodiak sampai tarot yang banyak bermunculan saban hari. Menyoal kepercayaan terhadap ramalan, dukun, atau pembacaan nasib melalui zodiak dan berbagai metode lainnya bagaimana hukumnya dalam Islam? Kyai Haji (KH) Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur dari PBNU mengatakan dalam islam hal ini sama dengan musyrik dan hukumnya dosa. "Mempercayai ramalan dukun tentang nasib masa depan dan hal gaib diharamkan karena sesungguhnya tidak ada yang tahu masa depan dan hal ghaib kecuali Allah, Rasulullah sudah melarang untuk mendatangi dukun tukang ramal-meramal," kata Gus Fahrur saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (30/5). Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَّرَ أَوْ سُحِّرَ لَهُ "Bukan termasuk golongan kami, siapa saja yang beranggapan sial atau membenarkan orang yang beranggapan sial dengan semacam burung, atau siapa saja yang mendatangi tukang ramal atau membenarkan ucapannya, atau siapa saja yang melakukan perbuatan sihir atau membenarkannya." ( HR Al Bazzar ) Semua hal yang berbau ghaib dan sihir, kata Gus Fahrur, sama saja dengan menyekutukan Allah SWT. Orang-orang muslim yang percaya pada ramalan harus segera bertaubat dan memohon pengampunan kepada Allah. Hanya saja, tak semua ramalan harus dihindari. Dia mengungkapkan ramalan cuaca boleh saja dipercayai. Ramalan cuaca yang berdasar kepada penelitian ilmiah dan diyakini sebagai takdir Allah tidak akan dosa untuk diyakini. Sebab ramalan cuaca misalnya digunakan untuk memberi informasi tentang perkiraan turunnya hujan, badai atau gempa pada waktu tertentu yang berdasarkan hasil penelitian atau pengamatan dengan alat canggih tidak sama dengan menyekutukan Allah SWT. "Ini tidak termasuk ramalan ilmu ghaib yang dilarang, karena dia mengacu pada indikator lahiriyah sesuai kebiasaan di masa lalu atau sunnatullah dan diyakini terjadi atas kehendak Allah SWT," kata dia. Saksikan Video di Bawah Ini:
TOPIK TERKAIT Selengkapnya
Ilustrasi serba-serbi peralatan peramal. /PIXABAY/ PR BEKASI - Salah satu yang sering dilakukan masyarakat dan tanpa sadar mengikutinya adalah persoalan ramalan. Dalam hal ini umat islam perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan ramalan dan juga ramalan seperti apa yang dilaran oleh islam, sehingga bisa mendekatkan kepada kesyirikan. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali melakukan ramalan-ramalan. Tentunya ramalan sendiri bukan hal yang harus 100 persen dipercaya secara mutlak dan dijadikan sebagai pegangan utama dalam kehidupan. Baca Juga: Amankan Pelantikan Joe Biden, AirBnb Batalkan Semua Pesanan di Washington pada 20 Januari 2021 Ramalan bisa bersifat reference atau malah bahkan diharamkan ketika masuk ke dalam ranah syirik atau menduakan kebesaran Allah SWT. Padahal Allah telah berfirman dalam Al-Quran "Katakanlah (hai Muhammad) tidak ada seorang pun yang ada di langit dan di bumi mengetahui perkara gaib kecuali Allah saja" (QS : An-Naml: 65). Dengan mengetahui seluk beluknya secara detail, maka umat islam tidak akan terjebak dalam ramalan yang menyesatkan dan menjerumuskan manusia pada kesyirikan. Baca Juga: FPI Desak Raffi Ahmad Cs Ikut Diproses Hukum, Teddy Gusnaidi: Woi! HRS Dipidana karena Penghasutan Dalam pengertiannya ramalan bersifat prediksi atau perkiraan yang akan datang. Secara umum, ramalah terdiri dari dua jenis. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis-jenis ramalan. Ramalan adalah usaha-usaha untuk memperoleh pengetahuan atas pertanyaan atau situasi melalui cara-cara okultisme atau ritual tertentu. Ramalan digunakan juga untuk mengetahui masa depan melalui cara-cara yang umumnya dipandang tidak rasional.[1] Orang yang melakukan ramalan biasa disebut sebagai peramal, tukang/juru ramal, atau ahli nujum.
Tenung terdapat dalam banyak bentuk, digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu tenaga batin dan dengan memakai alat. Pertenungan batin ialah ilham kesurupan seperti dukun, atau penglihatan kedua; pertenungan macam kedua menggunakan alat nyata, umpamanya pasir, tongkat, isi perut binatang korban, terutama hati; atau dalam zaman sekarang daun teh. Penggolongan itu tidak mutlak, karena pemakaian alat tersebut dapat menimbulkan kemampuan melihat:[2] Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, beberapa cabang ilmu memakai istilah ramalan:
Beberapa bentuk ramalan telah berkembang menjadi semacam permainan:
Perbedaan ramalan dengan sihir adalah (ilmu) sihir berusaha mempengaruhi orang dan keadaan-keadaan dengan daya supra alami atau ilmu gaib. Hal itu bisa saja disertai ramalan, walaupun ramalan berarti usaha memakai daya supraalami untuk mengetahui peristiwa-peristiwa tanpa mempengaruhinya.[3] Perbedaan ramalan dengan nubuatan adalah nubuat disampaikan oleh seorang nabi yang mengaku sebagai utusan (berbicara atas nama) Allah, oleh sebab itu lekat dengan agama-agama yang mengakui kedudukan para nabi. Seorang peramal melakukan ramalan bukan karena perintah Allah, melainkan karena alasan-alasan lain, mis. faktor ekonomi (dibayar), dsb.
|