Pada siklus hidup Plasmodium penyebab malaria Plasmodium kembali ke tubuh nyamuk dalam bentuk

11. Bensin: MotorO(A) Pensil: Buku TulisO (B) Saku: BajuO (C) Makan Piring(D) Atap: Rumah(O (E) Angin: Kipas​.

Sepasang kembar dilahirkan. Seorang lelaki dan seorang perempuan. Pernyataan yang manakah adalah benar mengenai campuran genetik mereka?.

Air memiliki volume sebesar 30 cm³ dengan massa benda dalamnya 50 gram. Berapakah massa jenis benda tersebut?​

14 * Bagian dari bunga yang berfungsi untuk memproduksi spermatozoa disebut.... mikrofil stamen antera stilus stigma A О в О с O D OE a. ته لهم b. C. … d. e. 4 poin​

Salah satu teknik pencetakan yang diperlukan untuk pembuatan GTC yaitu​.

tuksikan organ organ ekskresi pada manusia beserta fungsinya masing-masing​

Volume sebuah kubus kayu ialah 6 cm³. Apabila kayu ini memiliki massa jenis 80 g/cm³, berapakah gram massa kayu itu?​

Slat pernapasan yang benar secara berturut turut adalah....​

Jelaskan perbedaan antara Depth vernier caliper dan vernier height tauge​.

Jelaskan hubungan antara pembuluh darah dan syaraf terhadap timbulnya penyakit​.

MALARIA MASIH MENGANCAM

Oleh :

Avia Purnama Saputri, Dina Maulidia, Ummu Hikhmatus Sholikhah, Adinda Rizki Ramadhanti, Akhowarizmi Avisienna Kindi Muhamad, Raras Ahlul Widawati

A. Pengertian

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Malaria merupakan masalah kesehatan di daerah tropis dan subtropik seperti Brazil, seluruh sub sahara Afrika dan Asia Tenggara termasuk Indonesia (Hakim, 2011; Gusra dkk, 2013).

B. Penyebab

Penyakit malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium. Species Plasmodium pada manusia diantaranya adalah:

  1. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika.
  2. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.
  3. Plasmodium malariae, penyebab malaria malariae (quartana)
  4. Plasmodium ovale, penyebab malaria ovale. (Putra, 2011)

C. Morfologi dan Siklus Hidup Penyakit

Parasit malaria Plasmodium spp. merupakan jenis protozoa yang memiliki beberapa bentuk fase dalam siklus hidupnya. Bentuk fase-fase tersebut adalah sporozoit yang merupakan bentuk infektif, skizon yang berisi banyak calon merozoit, merozoit sebagai bentuk infektif pada sel darah merah, serta tropnozoit sebagai bentuk perkembangan di dalam sel darah merah yang nantinya membentuk fase skizon, kemudian mengeluarkan bentuk merozoit kembali.

Sebagian bentuk merozoit juga berperan sebagai pembentuk gametosit jantan dan betina. Selain itu, terdapat bentuk zigot yang merupakan hasil dari pembuahan gametosit jantan dan betina, serta ookinet dan ookista sebagai bentuk fase lanjutan dari zigot. Bentuk dari sekian banyak macam fase pada Plasmodium spp. tersebut, sebagian besar memiliki bentuk seperti sel yang membulat atau tidak rata, serta pada bentuk gametnya memiliki struktur seperti flagel untuk bergerak.

Sedangkan morfologi dari nyamuk Anopheles dapat berupa fase-fase dalam siklus hdupnya, yaitu telur yang memiliki bentuk lonjong, memiliki pelampung, dan kedua ujungnya melancip. Pupa memiliki tabung pernafasan dan bercelah. Serta bentuk nyamuk dewasa yang umumnya berwarna kehitaman dan bersegmen pada bagian abdomennya. Selain itu juga memiliki antena, palpi, dan proboscis yang berfungsi untuk menghisap darah manusia (Gimba & Idris, 2014).

Next Page >> Siklus Hidup

Siklus hidup dari penyakit malaria ini tidak terlepas dari proses transmisi parasit Plasmodium spp. dari tubuh nyamuk ke tubuh manusia atau sebaliknya. Siklus hidup dari penyakit ini adalah sebagai berikut :

Pada saat nyamuk infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang terdapat di bagian kelenjar liur nyamuk akan masuk melalui peredaran darah manusia menuju sel hati. Sporozoit kemudian berkembang menjadi tropozoit hati. Tropozoit hati berkembang menjadi skizon hati. Skizon hati kemudian pecah mengeluarkan merozoit dengan jumlah mencapai 10.000-30.000 merozoit. Siklus ini disebut sebagai siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih 2 minggu.

Merozoit yang berasal dari skizon hati kemudian masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah (eritrosit). Di dalam eritrosit, parasit tersebut mengalami perkembangan lagi dari stadium sporozoit hingga skizon. Skizon yang telah menginfeksi eritrosit tersebut kemudian pecah dan merozoit dari skizon yang pecah tersebut akan keluar (jumlah 8-30 merozoit) sehingga menginfeksi sel darah merah (eritrosit) lainnya. Siklus ini disebut sebagai siklus eritroser. Secara keseluruhan, proses perkembagan secara aseksual ini disebut sebagai skizogoni. Setelah sampai 2-3 siklus skizogoni, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah akan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina) (Putra, 2011).

  • Siklus pada nyamuk Anopheles

Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah manusia yang mengandung gametosit Plasmodium spp., nyamuk akan terinfeksi oleh gametosit tersebut. Di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Ketika ookinet sudah berada di luar dinding lambung nyamuk, ookinet berkembang menjadi ookista. Ookista selanjutnya menjadi bentuk sporozoit yang bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia (Putra, 2011).

Pada siklus hidup Plasmodium penyebab malaria Plasmodium kembali ke tubuh nyamuk dalam bentuk
Gambar 1. Siklus hidup Plasmodium spp. penyebab penyakit malaria (Putra, 2011).

Lamanya waktu yang diperlukan sejak sporozoit masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis (demam), merupakan masa inkubasi dari Plasmodium spp. Masa inkubasi ini berbeda-beda tergantung dari spesiesnya misalnya pada P. falciparum memiliki masa inkubasi sekitar 9-14 hari, P. vivax 12-17 hari, P. ovale 16-18 hari, dan P. malariae 18-40 hari (Putra,2011).

D. Penularan Malaria

Nyamuk di golongkan ke dalam beberapa jenis berdasarkan kebiasaan makan dan tempat istirahatnya. Beberapa jenisnya yaitu seperti jenis nyamuk endofili yang menyukai tinggal dalam rumah ataupun sebuah bangunan. Jenis nyamuk eksofili yang memiliki sifat yang lebih suka berada di luar rumah atau bangunan. Jenis nyamuk endofagi yang menggigit ketika berada dalam rumah dan yang terakhir adalah jenis nyamuk eksofagi yang sifatnya lebih suka mengigit di luar rumah.

Penyakit malaria juga termasuk ke dalam jenis penyakit yang dapat ditularkan kepada orang lain. Pada dasarnya penyakit malaria ini dapat terjadi akibat adanya beberapa faktor yang mendukung perkembangan parasit plasmodium, faktor-faktornya yaitu yang pertama adalah faktor parasit yang melibatkan parasit plasmodium yang menjadi penyebab utama adanya penyakit malaria, faktor kedua adalah faktor manusia yang dapat menjadi sebuah wadah penyebaran penyakit malaria dengan cara menyebarkan sel darah merah yang telah terinfeksi ke tubuh yang sehat.

Penyakit malaria dapat di tularkan oleh mahluk hidup. Nyamuk Anopheles berperan penting dalam penyebaran parasit Plasmodium dalam cara penularan secara alamiah ini. Parasit Plasmodium yang terjadi akibat gigitan nyamuk Anopheles memiliki 2 fase daur hidup yang dapat terjadi secara terus menerus dan akan terjadi berulang-ulang.

Previous page >> Pengertian              Next page >> Patologi

Gambar 1. Siklus Hidup Plasmodium

Sumber gambar: dr. Saphira Evani, 2020

Saat menggigit manusia, nyamuk Anopheles sp. betina yang terinfeksi Plasmodium akan menginokulasi sporozoit dari air ludahnya ke sirkulasi darah manusia.[1]

Siklus Eksoeritrositik

Pada siklus eksoeritrositik, sporozoit akan menginvasi hepatosit, bereplikasi secara aseksual dan mengalami maturasi menjadi skizon. skizon kemudian ruptur melepaskan merozoit ke peredaran darah. Pasien asimtomatik selama siklus eksoeritrositik. Siklus eksoeritrositik berlangsung selama 8–25 hari untuk Plasmodium falciparum, 8–27 hari untuk Plasmodium vivax, 9–17 hari untuk Plasmodium ovale, dan 15–30 hari untuk Plasmodium malariae.[1,2,10]

Sejumlah sporozoit Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale tidak segera berkembang menjadi merozoit dalam siklus eksoeritrositik, melainkan menjadi hipnozoit. Hipnozoit mampu bertahan (dorman) di hepatosit dalam waktu panjang, yakni beberapa minggu hingga beberapa tahun. Setelah fase dorman tersebut, hipnozoit dapat kembali aktif dan menghasilkan merozoit untuk dilepaskan ke sirkulasi darah. Hipnozoit yang menyebabkan kasus malaria relaps.[10]

Siklus Eritrositik

Merozoit kemudian menginfeksi eritrosit yang menandai awal siklus eritrositik. Merozoit kemudian berkembang menjadi trofozoit imatur (cincin), trofozoit matur, terakhir menjadi skizon yang ketika ruptur kembali melepaskan merozoit dan kembali menginfeksi eritrosit normal.[1,2]

Sebagian parasit dalam bentuk trofozoit imatur berdiferensiasi menjadi mikrogametosit (jantan) atau makrogametosit (betina). Gametosit tersebut akan ikut masuk ke dalam tubuh nyamuk Anopheles sp. saat menggigit manusia.[1,2]

Durasi siklus eritrositik berbeda-beda tergantung pada spesies Plasmodium yang berimplikasi pada gejala demam yang muncul setiap 24 atau 48 jam.[2,3]

Siklus Sporogenik

Siklus sporogenik terjadi dalam tubuh nyamuk. Parasit berkembang biak secara seksual, yang diawali dengan mikrogametosit mempenetrasi makrogametosit dan menghasilkan zigot. Kemudian, zigot berubah menjadi ookinet yang motil dan menginvasi dinding saluran pencernaan tengah (midgut) nyamuk dan berkembang menjadi oocyst. Oocyst kemudian akan ruptur dan melepaskan sporozoit yang akan masuk ke kelenjar ludah nyamuk.[1,2]

Patofisiologi Malaria

Patofisiologi munculnya gejala pada malaria berkaitan dengan siklus eritrositik parasit. Parasitemia meningkat setiap kali terjadi lisis eritrosit dan ruptur skizon eritrosit yang melepaskan ribuan parasit dalam bentuk merozoit dan zat sisa metabolik ke sirkulasi darah. Tubuh yang mengenali antigen tersebut kemudian melepaskan makrofag, monosit, limfosit, dan berbagai sitokin, seperti tumor necrosis factor alpha (TNF- α).[2,3,11]

Sitokin TNF-α dalam sirkulasi darah yang sampai ke hipotalamus akan menstimulasi demam. Demam bertahan selama 6–10 jam, lalu suhu tubuh kembali normal, dan meningkat kembali setiap 48–72 jam saat siklus eritrositik lengkap. Selain TNF-α, ditemukan juga sitokin proinflamasi lainnya, seperti interleukin 10 (IL-10) dan interferon γ (IFN- γ). Pada fase infeksi lanjutan, tubuh memproduksi antibodi yang membantu proses pembersihan parasit melalui jalur makrofag-sel T-sel B.[2,3,12-15]

Parasitemia pada malaria falciparum lebih hebat dibandingkan parasitemia spesies lain. Hal ini disebabkan karena Plasmodium falciparum dapat menginvasi semua fase eritrosit, sedangkan Plasmodium vivax lebih dominan menginfeksi retikulosit dan Plasmodium malariae menginvasi eritrosit matur. Tingkat parasitemia biasanya sebanding dengan respons tubuh manusia dan keparahan gejala klinis.[9,16,17]

Anemia pada malaria terjadi akibat proses hemolisis dan fagositosis eritrosit, baik yang terinfeksi maupun normal oleh sistem retikuloendotelial pada limpa. Peningkatan aktivitas limpa menyebabkan splenomegali. Anemia berat juga dipengaruhi oleh gangguan respons imun monosit dan limfosit akibat hemozoin (pigmen toksik hasil metabolisme Plasmodium), sehingga terjadi gangguan eritropoiesis dan destruksi eritrosit normal.[15,18]

Hemolisis dapat juga diinduksi oleh kuinin atau primaquine pada orang dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) herediter. Pigmen yang keluar ke dalam sirkulasi saat hemolisis dapat terakumulasi di sel retikuloendotelial limpa, sehingga folikelnya menjadi hiperplastik dan kadang-kadang nekrotik. Pigmen juga dapat mengendap dalam sel Kupffer hati, sumsum tulang, otak, dan berbagai organ lain.[15]

Hemolisis dapat meningkatkan serum bilirubin sehingga menimbulkan jaundice. Malaria falciparum dapat disertai hemolisis berat yang menyebabkan hemoglobinuria (blackwater fever).[15]

Malaria dalam Kehamilan

Plasmodium falciparum dapat menimbulkan berbagai kelainan pada kehamilan, melalui kemampuan parasit untuk melakukan sekuestrasi dan berikatan dengan molekul plasenta, seperti kondroitin sulfat. Protein PfEMP1 parasit memproduksi gen var2CSA (variant surface antigen 2-CSA) yang berikatan dengan kondroitin sulfat saat parasit menembus plasenta, sementara parasit yang tidak berikatan tetap beredar di sirkulasi darah.[15]

Antibodi maternal yang terbentuk dari infeksi sebelumnya akan merusak parasit yang tidak berikatan dengan kondroitin sulfat, sedangkan parasit yang sudah menembus plasenta tidak dapat dirusak dan dapat berkembang biak. Gambaran patologi yang ditemukan pada plasenta berupa fibrin berpigmen (infeksi lama) atau parasit dengan atau tanpa sel mononuklear (infeksi aktif).[15]