Peneliti pertama yang datang di Indonesia ialah seorang dokter Belanda bernama Eugene Dubois. Di Jawa, ia berhasil menemukan fosil tengkorak manusia purba di dekat desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur (tahun 1889) yang diberi nama Pithecantropus Erectus. Penelitian Eugene Dubois ini sangat menggemparkan dunia ilmu pengetahuan, khususnya paleoantropologi dan biologi. Hasil penelitian tersebut kemudian dipublikasikan ke luar negeri, sehingga mengakibatkan studi tentang manusia purba lebih banyak lagi dilakukan oleh para ahli untuk menemukan fosil manusia purba di Indonesia. Dengan demikian, Ketika E. Dubois menemukan jenis mahkluk purba Pithecanthropus Erectus (1890), di Trinil, Ngawi lembah Bengawan Solo, penemuannya dianggap sangat penting. Sebab, makhluk ini dianggap sebagai missing link seperti yang dikemukakan oleh para ahli.
Lihat Foto KOMPAS.com - Pithecanthropus erectus atau disebut juga sebagai Manusia Jawa adalah fosil manusia purba yang ditemukan oleh Eugene Dubois pada 1890 di Trinil, tepi Sungai Bengawan Solo, Ngawi, Jawa Timur. Saat ditemukan, fosil ini diperkirakan berusia antara 700.000 hingga satu juta tahun. Pithecanthropus erectus merupakan fosil manusia purba yang paling terkenal dan paling awal ditemukan di Indonesia. Pada awalnya, Eugene Dubois memberi nama temuannya ini sebagai Anthropopithecus erectus. Nama Pithecanthropus erectus kemudian ditetapkan karena fosil-fosil yang ditemukan membentuk kerangka manusia yang menyerupai kera. Kata Pithecanthropus erectus berasal dari bahasa Yunani, fithkos yang artinya kera, anthropus berarti manusia, dan erectus berarti tegak. Pithecanthropus erectus berarti manusia kera yang berjalan tegak. Salah satu manusia pendukung masyarakat praaksara pada masa berburu dan mengumpulkan makanan adalah Pithecantropus erectus. Baca juga: Pithecanthropus Erectus, Fosil Manusia Purba Pertama yang Ditemukan di Indonesia PenemuanSebelum penemuannya di Trinil, Eugene Dubois mengawali temuan fosil Pithecanthropus erectus di Desa Kedungbrubus, Madiun. Temuannya berupa fragmen rahang yang pendek dan sangat kekar, dengan sebagian prageraham yang masih tersisa.
Prageraham itu menunjukkan ciri gigi manusia, bukan gigi kera, sehingga diyakini bahwa fragmen rahang tersebut milih rahang hominid. Penggalian yang dipimpin oleh Eugene Dubois di Trinil dilakukan pada endapan alluvial Bengawan Solo. Dari lapisan tersebut ditemukan bagian atas tengkorak, tulang rahang, dan beberapa buah tulang paha yang menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak. Baca juga: Kehidupan Sosial Manusia Purba
Tengkorak Pithecanthropus erectus yang ditemukan di Trinil sangat pendek tetapi memanjang ke belakang. Tulang keningnya sangat menonjol dan di bagian belakang mata terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum berkembang. Volume otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera (600 cc) dan otak manusia modern (1.200-1.400 cc). Pada bagian belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing, diduga pemiliknya adalah perempuan. Berdasarkan kaburnya sambungan perekatan antartulang kepala, diperkirakan individu tersebut telah dewasa. Baca juga: Mengapa Zaman Paleozoikum Belum Terdapat Manusia Purba? Ciri-ciriSebutan Pithecanthropus erectus menunjukkan ciri khusus manusia purba ini yaitu:
KontroversiEugene Dubois beralasan bahwa fosil Pithecanthropus erectus mewakili missing link atau mata rantai yang hilang antara perkembangan kera dan manusia.
Namun, pendapatnya tersebut menimbulkan banyak kontroversi. Beberapa kritikus menyatakan bahwa fosil temuannya adalah milik kera yang berjalan tegak atau milik manusia primitif. Dalam perkembangannya, kesamaan antara Pithecanthropus erectus dan Sinanthropus pekinensis (Manusia Peking) membuat Ernst Mayr menyebut keduanya sebagai Homo erectus. Fosil lain yang ditemukan pada paruh pertama abad ke-20 di Sangiran dan Mojokerto, semuanya lebih tua dari penemuan Dubois dan dianggap sebagai bagian dari spesies Homo erectus. Baca juga: Sistem Kepercayaan Manusia Purba Masa Praaksara Referensi:
Lihat Foto KOMPAS.com - Eugene Dubois adalah seorang ahli paleoantropologi (ilmu yang mempelajari asal usul dan evolusi manusia dengan menggunakan fosil) dan geologi berkebangsaan Belanda yang melakukan penelitian manusia purba di Indonesia. Namanya mulai dikenal di seluruh dunia setelah penemuan fosil pertamanya di Trinil, Jawa Timur, pada 1890. Temuan Eugene Dubois itu kemudian dinamai Pithecanthropus Erectus atau Manusia Jawa. Baca juga: Pithecanthropus Erectus: Penemuan, Ciri-ciri, dan Kontroversi PendidikanLahir pada 28 Januari 1858, Eugene Dubois juga dibesarkan di Limburg, Belanda. Ayahnya adalah seorang imigran Belgia bernama Jean Joseph Balthazar Dubois, yang bekerja sebagai apoteker. Ketika berusia 13 tahun, Dubois memutuskan untuk putus sekolah. Sebetulnya, sang ayah ingin ia mengikuti jejak sebagai apoteker. Oleh sebab itu, pada 1877, Dubois belajar kedokteran di Universitas Amsterdam. Di saat yang sama, ia juga mengajar anatomi di dua sekolah seni yang bertempat di Risjksmuseum Amsterdam. Selama masa kuliah, Dubois banyak belajar tentang anatomi komparatif dan laring vertebrata, yang kemudian membuatnya tertarik mengembangkan tentang evolusi organ. Namun demikian, minat utamanya jatuh pada anatomi manusia. Eugene Dubois menempuh sekolah kedokterannya selama tujuh tahun. Ia lulus pada 1884 dengan menyandang gelar dokter. Baca juga: Penelitian Manusia Purba di Indonesia: Tokoh, Lokasi, dan Penemuan Menemukan Pithecanthropus ErectusSetelah lulus dari sekolah dokter, Eugene Dubois mulai terjun ke lapangan untuk mencari fosil-fosil atau sisa-sisa dari apa yang ia gambarkan sebagai spesies di antara manusia dan kera. Dubois bertolak ke Indonesia pada pertengahan 1880-an untuk mengejar obsesinya dalam mencari fosil manusia purba.
Sekitar tahun 1887, ia mencari lokasi yang berpotensi ditemukannya fosil-fosil tersebut, utamanya di dekat sungai dan gua. Sungai dan gua pertama yang didatangi oleh Dubois ada di Pulau Sumatera, yang kemudian dilanjutkan ke Pulau Jawa. Pada 1889, ia mendapat kiriman sebuah fosil tengkorak yang ditemukan di Wajak, Tulung Agung, dari B.D Van Reitschotten. Fosil tersebut kemudian diteliti dan dinamai Homo wajakensis. Setelah itu, Dubois melanjutkan penelitiannya ke beberapa lokasi, seperti Trinil dan Sangiran. Namanya pun semakin terkenal setelah menemukan fosil tengkorak di Trinil pada 1890, yang kemudian dinamai Pithecanthropus erectus. Pithecanthropus Erectus merupakan spesimen pertama dari sisa-sisa hominid awal yang ditemukan di luat Afrika atau Eropa. Selama periode ini, Dubois terus melakukan kerja lapangan di berbagai situs, seperti Sangiran di Jawa Tengah dan Trinil di Jawa Timur. Antara tahun 1895-1900, Eugene Dubois tercatat menulis 19 artikel ilmiah seputar Pithecanthropus erectus. Baca juga: Situs Sangiran, Situs Manusia Purba Terpenting di Dunia Penghargaan dan akhir hidupPada 1897, Eugene Dubois dianugerahi gelar doktor kehormatan di bidang botani dan zoologi oleh Universitas Amsterdam. Dua tahun kemudian, Dubois menyandang gelar tambahannya sebagai profesor geologi.
Setelah banyak berkiprah di bidang paleontologi dan geologi, Dubois meninggal pada 16 Desember 1940 di Venlo, Belanda. Koleksi penemuan paleontologi dan arsip ilmiahnya disimpan di Naturalis di Leiden, Belanda. Selain itu, dibentuk juga bagian khusus dalam Museum Het Ursulinenconvent (Museum Internasional di Belanda) untuk sejarah keluarga, kehidupan, dan pekerjaan Dubois. Referensi:
|