Perbedaan Break even Point dan shut down Point

Dalam jangka pendek, perusahaan harus segera tutup jika harga pasar produknya lebih rendah dari biaya variabel rata-rata pada tingkat output yang memaksimalkan keuntungan.

Dalam jangka panjang, perusahaan harus ditutup jika harga produknya kurang dari biaya total rata-rata.

Di artikel ini ditetapkan dua kondisi shutdown yang berbeda untuk satu perusahaan karena keputusan shutdown bergantung pada biaya mana yang dapat dihindari oleh perusahaan dengan menutupnya.

Jangka pendek didefinisikan sebagai periode waktu di mana setidaknya satu dari input perusahaan, misalnya modal, adalah tetap.

Ini berarti bahwa setidaknya beberapa biaya perusahaan akan tetap, dan akan dikeluarkan bahkan jika perusahaan ditutup.

Jangka panjang, di sisi lain, adalah periode di mana perusahaan dapat mengubah semua inputnya. Dengan kata lain, perusahaan tidak memiliki biaya tetap yang perlu dikhawatirkan dalam jangka panjang.

👉 Baca juga tentang pengertian biaya tetap.

Jika ditutup dalam jangka panjang, semua biayanya juga ikut hilang.

Pengertian apa itu shutdown point / titik penutupan adalah?

Shutdown point merupakan titik di mana seorang pengusaha berpikir bahwa tidak ada manfaatnya melanjutkan operasi bisnis dan memutuskan untuk menutup bisnis / usaha baik untuk sementara atau selamanya, kondisi ini disebut shutdown point atau titik penutupan dalam bahasa Indonesia.

Penyebab terjadinya shutdown point adalah output dan harga hasil penjualan yang diperoleh perusahaan sebagai pendapatan hanya cukup untuk menutupi total biaya variabel.

Jadi shutdown point terjadi tepat ketika keuntungan marjinal bisnis mencapai skala negatif.

Pada titik penutupan / shutdown point, tidak ditemukan manfaat ekonomi yang terlihat untuk melanjutkan produksi. Jika ada kerugian tambahan — baik kenaikan biaya variabel atau penurunan pendapatan, biaya operasi mungkin lebih besar daripada pendapatan. Dalam situasi ini, menutup bisnis adalah pilihan yang lebih baik daripada melanjutkannya. Jika situasinya terbalik, maka melanjutkan bisnis akan menjadi pilihan yang lebih baik.

Kerugian yang ditimbulkan perusahaan dalam hal ini adalah total biaya tetap, yang masih harus ditanggung jika memutuskan untuk berhenti beroperasi dalam jangka pendek.

Dengan demikian, perusahaan diharapkan untuk beroperasi dalam jangka pendek hingga mampu menutupi biaya variabelnya, meskipun mungkin juga memutuskan untuk menghentikan produksi komoditas untuk sementara waktu.

Keputusan Shutdown Jangka Pendek

Karena biaya tetap adalah biaya yang terus dikeluarkan perusahaan bahkan jika produksi turun menjadi nol, perusahaan harus melanjutkan produksi jika pendapatannya menutupi biaya variabelnya.

Sebab, bila pendapatannya lebih tinggi dari biaya variabelnya, setidaknya ada sesuatu yang tertinggal untuk menutupi sebagian dari biaya tetap yang akan dikeluarkan.

Inilah sebabnya mengapa titik penutupan atau shutdown point jangka pendek terjadi ketika harga P kurang dari atau sama dengan biaya variabel rata-rata pada titik memaksimalkan keuntungan.

Ini dapat diekspresikan secara matematis sebagai berikut:

P≤AVC

Grafik berikut menunjukkan titik penutupan perusahaan dalam jangka pendek.

Perbedaan Break even Point dan shut down Point

Tingkat output yang memaksimalkan keuntungan (optimal) terjadi ketika pendapatan marjinal sama dengan biaya marjinal. Anda dapat melihat bahwa bahkan pada tingkat optimal ini, kurva harga berada di bawah kurva biaya variabel rata-rata (AVC). Ini berarti bahwa perusahaan mengalami kerugian pada harga ini dan harus ditutup.

👉 Baca juga tentang Pengertian Dan Rumus Break Even Point (BEP).

Harga Penutupan (Shutdown Price)

Harga di mana perusahaan harus menutup bahkan dalam jangka pendek disebut harga penutupan perusahaan (firm’s shutdown price).

Harga penutupan / titik penutupan sebanding dengan biaya varibel rata-rata minimum. Ini dikarenakan perusahaan tidak dapat mencapai taraf biaya variable rata-rata yang lebih rendah dari poin penutupan.

👉 Baca juga tentang pengertian biaya variabel.

Dan jika harga pasar lebih kecil daripada biaya variabel rata-rata meski yang paling rendah, maka tidak ada tingkat output di mana perusahaan akan memperoleh margin kontribusi positif.

Tidak masuk akal bagi perusahaan untuk tetap berproduksi jika pendapatan penjualan tidak akan menutupi meski untuk menutupi biaya variabel pada output optimal perusahaan.

Keputusan Shutdown Jangka Panjang

Keputusan penghentian dalam jangka panjang berbeda dibanding jangka pendek, karena semua biaya dapat dihindari dalam jangka panjang.

Dalam jangka panjang, perusahaan harus tutup jika pendapatannya tidak menutupi total biaya.

Mari kita turunkan titik penutupan (shutdown point) jangka panjang perusahaan.

Kita tahu sebuah perusahaan harus ditutup dalam jangka panjang jika profitnya nol atau jika merugi.

Jika π adalah profit, TR adalah total pendapatan dan TC adalah total biaya, maka kondisi shutdown dapat dituliskan sebagai berikut

π ≤ TR −TC

Membagi kedua sisi dengan Q

Perbedaan Break even Point dan shut down Point

Π / Q harus nol karena pada titik penutupan, keuntungan harus nol. TR / Q sama dengan harga dan TC / Q sama dengan biaya total rata-rata (ATC).

0 ≤ P −ATC

Hanya sedikit penataan ulang (harap dicatat bahwa kami menghadapi ketidaksetaraan):

P ≤ ATC

Ini menunjukkan bahwa perusahaan harus menutup dalam jangka panjang jika harga kurang dari biaya total rata-rata.

Kesimpulan

Harga penutupan / shutdown price / shutdown point adalah harga minimum yang dibutuhkan perusahaan untuk bertahan di pasar dalam jangka pendek

Sebuah perusahaan perlu menghasilkan setidaknya keuntungan normal dalam jangka panjang untuk membenarkan tetap berada dalam industri tetapi dalam jangka pendek perusahaan akan terus berproduksi selama total pendapatan mencakup total biaya variabel atau harga per unit> atau sama dengan biaya variabel rata-rata (AR = AVC). Ini disebut harga penutupan jangka pendek.

👉 Baca juga tentang Pengertian Price Earning Ratio (PER).

Alasannya adalah sebagai berikut.

  • Biaya tetap perusahaan harus dibayar terlepas dari tingkat outputnya.
  • Jika kita membuat asumsi bahwa biaya ini tidak dapat dipulihkan jika perusahaan ditutup maka kerugian per unit akan lebih besar jika perusahaan ditutup, asalkan biaya variabel dapat dibayar.

Dalam ilmu ekonomi, sering ditemui istilah Break Even Point. Istilah ini sering ditemukan pada artikel-artikel bisnis yang mengulas tentang keadaan dan situasi yang terjadi di perusahaan. Seringkali, BEP dari sebuah perusahaan menjadi acuan bagi para investor untuk menginvestasikan uangnya.

Namun, bagi Anda yang masih awam, tentu menjadi sebuah kendala bagi pengusaha pemula untuk memahami sebuah berita dalam kolom bisnis dan keuangan. Maka dalam artikel ini akan mengulas lebih lanjut mengenai Break Even Point. Akan ada beberapa hal yang dibahas yaitu pengertian, dasar-dasar, tujuan, manfaat, pembentuk serta cara menghitung BEP.

Pengertian Break Even Point

Sering pula disebut sebagai BEP adalah titik impas di mana laba yang dihasilkan memiliki nilai yang sama dengan nilai yang dibutuhkan untuk proses produksi.

Dapat dikatakan, titik impas adalah kondisi dimana jumlah keseluruhan pendapatan sama dengan jumlah keseluruhan pengeluaran dalam setiap produksi barang atau jasa. Pada posisi ini, laba akan bernilai nol mutlak, atau orang awam menyebutnya dengan istilah balik modal.

Baca juga: Apa Itu Pajak Penghasilan Badan? Mari Kita Bahas Secara Mendalam

Dasar-Dasar Break Even Point

Dalam ilmu ekonomi, terutama ilmu akuntansi dan manajemen keuangan, mengetahui nilai BEP suatu produk itu adalah hal yang mendasar. Hal itu dikarenakan, dari BEP maka perusahaan bisa mengetahui prediksi keuangan perusahaan di periode-periode berikutnya. Maka, sebagai pengusaha perlu mengetahui konsep yang merupakan asumsi-asumsi dasar dalam penentuan BEP adalah sebagai berikut:

  • Biaya yang menjadi elemen utama dalam penghitungan BEP harus termasuk ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.
  • Nilai biaya tetap akan tetap konstan meskipun terjadi perubahan aktivitas produksi.
  • Nilai biaya variabel secara keseluruhan akan berubah sesuai dengan perubahan volume kapasitas produksi.
  • Selama periode analisis adalah harga jual per unit tetap, sehingga selama waktu tersebut tidak ada perubahan harga jual dari perusahaan.
  • Dalam penghitungan BEP, jumlah produk yang dihasilkan selalu dianggap telah habis terjual.
  • Perhitungan BEP bisa berlaku untuk satu produk, namun jika perusahaan memproduksi banyak produk maka diperlukan perimbangan hasil penjualan pada setiap produk.

Asumsi dasar ini akan membantu Anda dalam pengimplentasian rumus perhitungan Break Even Point. Bisa dikatakan bahwa dasar-dasar ini merupakan aturan tetap untuk menghitung BEP yang benar. Jika mengabaikan hal ini, maka akan terjadi kesalahan dalam perhitungan nilai BEP.

Baca juga: Apa Itu Pajak Penghasilan Badan? Mari Kita Bahas Secara Mendalam

Tujuan Analisa Break Even Point

Setelah mengetahui dasar-dasar titik impas ini, perlu juga Anda mengetahui tujuan dari analisa BEP ini. Terdapat beberapa fungsi dari BEP bagi perusahaan. Berikut empat fungsi dari mengetahui nilai BEP.

  • Mengetahui nilai BEP membantu pengusaha dalam menentukan volume kapasitas produksi yang tersisa setelah tercapainya BEP. Dengan mengetahui nilai BEP tersebut, maka Anda akan mendapatkan proyeksi laba maksimum yang dapat diperoleh.
  • Dengan adanya nilai BEP, maka perusahaan bisa menentukan langkah efisiensi kerja yang bisa dilakukan. Sebagai contoh, penggantian tenaga kerja dengan mesin. Saat terjadi otomatisasi produksi, maka akan terjadi perubahan pada biaya tetap dan biaya variabel. Hal ini dikarenakan biaya variabel yang semula berasal dari biaya kerja digantikan oleh biaya tetap berupa mesin.
  • Nilai BEP membantu pengusaha untuk mengetahui perubahan nilai laba jika terjadi perubahan harga produk. Hubungan antara nilai BEP, harga produk serta laba adalah hubungan sejajar, maka jika salah satu nilai dari elemen tersebut meningkat maka elemen yang lain juga akan mengalami peningkatan, begitu pula sebaliknya.
  • Karena BEP berfungsi untuk mengetahui perubahan laba, maka BEP juga bisa menentukan kerugian yang terjadi. Bagi pengusaha, dengan mengetahui nilai BEP maka pengusaha bisa mengantisipasi nilai kerugian ketika terjadi penurunan pada penjualan.

Baca juga: Barang Substitusi: Definisi, Contoh, dan Bedanya dengan Barang Komplementer

Manfaat Analisa Break Even Point

Penerapan penggunaan konsep BEP dapat diimplementasikan pada semua jenis bidang usaha baik usaha kecil hingga berskala besar. Ada tiga manfaat dari analisa BEP dalam sebuah bisnis. Berikut tiga manfaat dari BEP adalah sebagai:

  • Pedoman bagi pengusaha untuk memberikan nilai investasi yang tepat sehingga bisa mengimbagi biaya produksi awal.
  • Bahan analisis bagi perusahaan untuk mengetahui nilai jual beli saham, perencanaan anggaran dan proyeksi keuangan perusahaan.
  • Patokan dalam menentukan margin, agar perusahaan memperoleh keuntungan bukan kerugian.

Pada dasarnya dengan mengetahui nilai ini maka akan lebih mudah bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan pada periode berikutnya. Selain itu, dengan adanya BEP ini maka pengusaha akan dituntut lebih jeli dan berinovasi di berbagai bidang agar usahanya tetap eksis.

Baca juga: Sistem Ekonomi: Pengertian, Fungsi dan Jenisnya

Pembentuk Break Even Point

Dalam mendapatkan sebuah nilai BEP, terdapat empat elemen pembentuk. Keempat elemen pembentuk tersebut adalah biaya tetap, biaya variabel, harga jual, dan laba. Berikut penjelasan masing-masing elemen pembentuk BEP:

Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap atau lebih sering disebut fixed cost adalah biaya yang nilainya akan tetap dan konstan walaupun terjadi perubahan pada proses produksi. Perubahan yang dimaksud adalah beroperasi atau tidak beroperasinya suatu perusahaan untuk memproduksi barang pada periode tertentu. Biaya tetap bisa berupa biaya penyusutan mesin, biaya tenaga kerja, biaya sewa gedung atau gudang, dsb.

Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel atau biaya tidak tetap yang lebih dikenal dengan istilah variable cost adalah biaya yang nilainya dapat berubah-ubah per unit nya. Perubahan ini disebabkan oleh volume kapasitas produksi yang bisa meningkat atau menurun sesuai dengan permintaan pasar.

Hubungan sejajar antara biaya variabel dan kapasitas produksi akan saling berkaitan karena jika salah satu terjadi peningkatan maka yang lain akan mengikuti. Contoh dari biaya variabel adalah biaya listrik, biaya baku, biaya transportasi, dsb.

Harga Jual (Price)

Harga jual adalah harga yang diperoleh dari seluruh biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah barang ditambah dengan nilai keuntungan atau margin yang ingin diperoleh. Biasanya, harga jual akan dihitung per unit setelah diproduksi.

Pendapatan (Revenue)

Pendapatan atau penghasilan yang didapatkan dari semua penjualan produk. Jumlah pendapatan diperoleh dari harga jual dikalikan dengan jumlah produk yang terjual di pasar. Nilai dari pendapatan dibutuhkan untuk memproyeksikan pendapatan periode berikutnya dengan nilai margin dan/atau jumlah unit dan harga yang berbeda.

Metode dan Cara Perhitungan Break Even Point

BEP di dunia akuntansi akan sangat berguna bagi pengusaha. Karena dengan mengetahui nilai BEP, maka Anda sebagai pengusaha mampu menentukan langkah strategis bagi perusahaan dalam menentukan harga jual, metode produksi, dsb. Berikut terdapat tiga rumus yang digunakan dalam menghitung BEP:

BEP Unit = (Biaya Tetap) / (Harga per unit – Biaya Variable per Unit)

BEP diperoleh dari biaya tetap dibagi dengan margin kontribusi per unit. Nilai margin kontribusi per unit diperoleh dari selisih antara harga jual per unit dengan biaya variabel per unit. Selain itu, nilai margin kontribusi bisa diperoleh dari hasil pembagian antara total penjualan keseluruhan dengan biaya variabel.

BEP = Biaya Tetap / (1 – (Biaya Variabel/Harga))

BEP dapat dihitung berdasarkan hasil nilai penjualan. Nilai BEP diperoleh dari biaya tetap dibagi dengan hasil selisih antara 1 dengan hasil pembagian variabel dan harga penjualan.

BEP Mata Uang = (Biaya Tetap) / (Kontribusi Margin per unit / Harga per Unit)

BEP diperoleh dari harga jual satuan per unit dikalikan dengan BEP per unit. Maka, dari hasil perkalian tersebut akan diperoleh nilai BEP dengan satuan mata uang yang digunakan.

Ketika menghitung BEP dengan satuan mata uang , Anda harus menentukan mata uang mana yang akan digunakan, jika terdapat perbedaan mata uang maka salah satu mata uang nilainya harus dikurskan terlebih dahulu.

Contoh dan Cara Analisis Break Even Point

Budi adalah akuntan manajerial yang bertanggung jawab atas Perusahaan A, yang menjual botol air. Dia sebelumnya menetapkan bahwa biaya tetap Perusahaan A terdiri dari pajak properti, sewa, dan gaji eksekutif, yang jumlahnya mencapai 100.000 dolar.

Biaya variabel yang terkait dengan produksi satu botol air adalah  2 dolar per unit. Botol air ini dijual dengan harga premium 12 dolar. Untuk menentukan brak even point atau titik impas botol air premium Perusahaan A:

BEP = 100.000 / (12 – 2) = 10.000

Oleh karena itu, mengingat biaya tetap, biaya variabel, dan harga jual botol air, Perusahaan A perlu menjual 10.000 unit botol air untuk mencapai titik impas.

Penggambaran Grafis Break Even Point

Representasi grafis dari penjualan unit dan penjualan dolar yang diperlukan untuk mencapai titik impas disebut sebagai grafik titik impas atau grafik Cost Volume Profit (CVP). Di bawah ini adalah grafik CVP dari contoh di atas:

Perbedaan Break even Point dan shut down Point

Penjelasan:

  • Satuan ada di sumbu X (horizontal) dan jumlah dolar ada di sumbu Y (vertikal).
  • Garis merah menunjukkan total biaya tetap sebesar 100.000 dolar
  • Garis biru menunjukkan pendapatan per unit yang terjual. Misalnya, menjual 10.000 unit akan menghasilkan pendapatan 10.000 x  12 = 120.000 dolar.
  • Garis kuning menunjukkan biaya total (biaya tetap dan variabel). Misalnya, jika perusahaan menjual 0 unit, maka perusahaan akan mengeluarkan $ 0 untuk biaya variabel, tetapi 100.000 dolar untuk biaya tetap dengan total biaya 100.000 dolar. Jika perusahaan menjual 10.000 unit, perusahaan akan memerlukan 10.000 x  2 =  20.000 dolar untuk biaya variabel dan 100.000 dolar untuk biaya tetap dengan total biaya 120.000 dolar.
  • Titik impasnya adalah 10.000 unit. Pada titik ini, pendapatan akan menjadi 10.000 x 12 =  120.000 dolar dan biaya akan menjadi 10.000 x 2 = 20.000 dolar dalam biaya variabel dan  100.000 dolar dalam biaya tetap.
  • Jika jumlah unit melebihi 10.000, perusahaan akan mendapat untung dari unit yang terjual. Perhatikan bahwa garis pendapatan lebih besar dari garis biaya total kuning setelah 10.000 unit produksi. Begitu juga jika jumlah unit di bawah 10.000, perusahaan akan merugi. Dari 0-9,999 unit, garis biaya total berada di atas garis pendapatan.

Faktor-faktor yang Meningkatkan Break Even Point Perusahaan

Penting untuk menghitung titik impas perusahaan untuk mengetahui target minimum mereka untuk menutupi biaya produksi. Namun, ada kalanya BEP meningkat atau menurun, bergantung pada faktor-faktor tertentu. Berikut beberapa faktornya:

1. Peningkatan penjualan pelanggan

Ketika ada peningkatan penjualan pelanggan, itu berarti ada permintaan yang lebih tinggi. Perusahaan kemudian perlu memproduksi lebih banyak produknya untuk memenuhi permintaan baru ini yang, pada gilirannya, menaikkan BEP untuk menutupi biaya tambahan tersebut.

2. Kenaikan biaya produksi

Bagian tersulit dalam menjalankan bisnis adalah ketika penjualan pelanggan atau permintaan produk tetap sama sementara harga biaya variabel meningkat, seperti harga bahan baku.

Ketika itu terjadi, BEP juga naik karena adanya biaya tambahan. Selain biaya produksi, biaya lain yang mungkin meningkat antara lain sewa gudang, kenaikan gaji karyawan, atau tarif utilitas yang lebih tinggi.

3. Perbaikan peralatan

Dalam kasus di mana jalur produksi terputus-putus, atau bagian dari jalur perakitan rusak, BEP meningkat karena jumlah target unit tidak diproduksi dalam kerangka waktu yang diinginkan. Kegagalan peralatan juga berarti biaya operasional yang lebih tinggi dan, oleh karena itu, impas yang lebih tinggi.

Perbedaan Break even Point dan shut down Point

Cara Mengurangi BEP

Agar bisnis menghasilkan keuntungan lebih tinggi, BEP harus diturunkan. Berikut cara paling efektif untuk menguranginya.

1. Naikkan harga produk

Ini adalah sesuatu yang tidak semua pemilik bisnis ingin lakukan tanpa ragu-ragu, karena takut kehilangan beberapa pelanggan.

2. Lakukan outsourcing

Profitabilitas dapat meningkat ketika bisnis memilih outsourcing, yang dapat membantu mengurangi biaya produksi ketika volume produksi meningkat.

Baca juga: Globalisasi Ekonomi : Pengertian, Bentuk dan Pengaruhnya pada Bisnis

Kesimpulan

Itulah dari penjelasan lengkap bagi Anda yang ingin memahami Break Even Point atau titik impas. Harapannya, dengan mengetahui BEP ini Anda bisa memperoleh untung lebih besar. Serta Anda mampu menentukan langkah strategis bagi perusahaan Anda.

Anda memiliki banyak produk dan kesulitan dalam menghitung break even point pada bisnis? Gunakanlah software akuntansi yang memiliki fitur penghitungan transasksi dan pelaporan keuangan terlengkap seperti Accurate Online.

Accurate Online adalah software akuntansis berbasis cloud yang sudah digunakan oleh lebih dari 300 ribu pengguna dari berbagai jenis bisnis dan memiliki fitur terbaik dan cocok untuk setiap bisnis yang ada di Indonesia. Jadikanlah bisnis lebih mudah dengan pembukuan yang lebih baik bersama Accurate Online.

Anda bisa mencoba menggunakan Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalui tautan pada gambar di bawah ini: