Peristiwa patahan yang terjadi pada kerak samudra dapat mengakibatkan brainly

indonesia merupakan negara yang terletak di antara dua Benua yakni Asia dan Australia dan antara dua Samudera yakni Pasifik dan Hindia sehingga menjadi zona pertemuan lempeng dunia. Hal ini yang menjadi penyebab kenapa Indonesia memiliki banyak gunung terutama yang berstatus masih aktif. Setiap tahun lempeng terus bergerak aktif, saling menjauhi ataupun saling menabrak satu sama lain dan terus terjadi dalam kurun waktu jutaan tahun.

Pada jaman dahulu, banyak orang yang beranggapan bahwa tsunami merupakan salah satu wujud gelombang pasang yang terjadi dalam skala besar, namun saat ilmu pengatahun sudah semakin berkembang khususnya dibidang Oseanografi, anggapan tersebut terbukti keliru dan tidak sesuai lagi. Memang secara penampakan tsunami mirip dengan gelombang pasang yakni air naik ke daratan, namun terdapat perbedaan yang begitu mencolok yakni gelombang pasang terjadi secara perlahan dan bertahap sehingga tidak merusak, sedangkan tsunami bersifat sebaliknya.Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab tsunami seperti yang akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Gempa bumi di bawah laut

Hampir 90 persen peristiwa tsunami di dunia disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di bawah laut. Gempa bumi yang terjadi di bawah laut akan menimbulkan banyak getaran yang akan mendorong timbulnya gelombang tsunami. Gempa bumi yang terjadi di bawah laut ini adalah jenis gempa tektonik yang timbul akibat adanya pertemuan atau tubrukan dari lempeng tektonik. Namun, perlu kamu ketahui bahwa tidak semua gempa bumi bawah laut akan menimbulkan tsunami.

Gempa bawah laut yang dapat menyebabkan tsunami hanya jika pusat gempa kurang dari 30 km di bawah permukaan laut, gempa minimal berkekuatan 6,5 skala richter, dan pola gempa adalah pola sesar naik atau turun. Jika ciri-ciri ini muncul maka kamu sudah wajib siaga akan datangnya tsunami.

2. Letusan gunung berapi

Letusan gunung berapi, baik itu di atas atau di bawah laut dapat menjadi penyebab tsunami. Nah, faktor inilah yang menjadi penyebab tsunami di Banten lalu, Squad. Erupsi dari Gunung Anak Krakatau diduga menjadi penyebab tsunami yang mengakibatkan gelombang air laut naik. Namun, gunung berapi yang dapat menyebabkan tsunami hanya jika kekuatan getarannya cukup besar. Efek getaran dari gunung berapi tersebut setara dengan gempa tektonik di bawah laut, lho. Indonesia sendiri merupakan negara dengan banyak gunung api sehingga dijuluki Ring of Fire.

3. Longsor bawah laut

Tahukah kamu bahwa di dasar laut terdapat struktur yang mirip dengan daratan seperti bukit, lembah, dan cekungan yang bisa longsor sewaktu-waktu? Tsunami yang disebabkan oleh longsor di bawah laut dinamakan Tsunamic Submarine Landslide. Longsor bawah laut ini biasanya disebabkan oleh gempa bumi tektonik atau letusan gunung bawa laut. Getaran kuat yang ditimbulkan oleh longsor kemudian bisa menyebabkan terjadinya tsunami. Selain itu, tabrakan lempeng di bawah laut ini juga bisa menyebabkan terjadinya longsor.

4. Hantaman meteor

Penyebab yang satu ini memang jarang sekali terjadi dan bahkan belum ada dokumentasi yang menyebutkan adanya tsunami akibat hantaman meteor. Namun, hal ini mungkin saja terjadi Squad. Sebuah simulasi dari komputer canggih menampilkan bahwa apabila ada meteor besar dengan diameter lebih dari 1 km, maka akan menimbulkan bencana alam yang dahsyat. Efeknya sama seperti saat bola atau benda berat menghantam air yang berada di sebuah kolam atau bak air.

Squad, itulah tadi empat faktor yang dapat menjadi penyebab tsunami. Terjadinya tsunami sebenarnya dapat diprediksi dengan melihat tanda-tanda seperti air laut yang surut, perilaku hewan yang tidak biasa atau aneh, hingga suara gemuruh dari dasar laut. Jika tanda-tanda ini muncul maka kamu harus waspada dan segera mengambil tindakan yang tepat.

sumber : ruang guru

Kerak Bumi adalah lapisan terluar Bumi yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu kerak samudra dan kerak benua.[1] Kerak samudra mempunyai ketebalan sekitar 5-10 km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20-70 km. Penyusun kerak samudra yang utama adalah batuan basalt, sedangkan batuan penyusun kerak benua yang utama adalah granit, yang tidak sepadat batuan basalt. Kerak Bumi dan sebagian mantel luar Bumi membentuk lapisan litosfer dengan ketebalan total kurang lebih 80 km.[1]

Dalam Geologi, kerak merupakan lapisan padat terluar dari suatu planet kebumian, planet katai, atau satelit alami yang sebagian besar material pembentuknya adalah silikat. Kerak dibedakan dengan mantel dibawahnya melalui susunan kimianya, tetapi dalam kerak yang terdapat di satelit-satelit es yang berjarak jauh dari Matahari, kerak dan mantel dibedakan melalui wujud materinya (kerak padat vs mantel cair).

Kerak di permukaan suatu planet biasanya terbentuk melalui proses pembekuan batuan, dan dapat dipengaruhi oleh peristiwa alam seperi erosi, tabrakan antar benda langit, aktivitas vulkanik, atau pengendapan lapisan (sedimentasi). Dikarenakan Bumi memiliki Samudra yang tidak ditemukan di planet lain, kerak di Bumi dibedakan menjadi dua jenis yaitu kerak samudra dan kerak benua, dimana kedua kerak ini memiliki susunan kimiawi serta proses pembentukan yang berbeda.

Suhu kerak meningkat seiring kedalamannya. Pada batas terbawahnya temperatur kerak menyentuh angka 200-400oC. Kerak dan bagian mantel yang relatif padat membentuk lapisan litosfer.[2] Karena konveksi pada mantel bagian atas dan astenosfer, litosfer dipecah menjadi lempeng tektonik yang bergerak. Temperatur meningkat 30oC setiap km, tetapi gradien panas Bumi akan semakin rendah pada lapisan kerak yang lebih dalam.

Unsur-unsur kimia utama pembentuk kerak Bumi adalah: Oksigen (O) (46,6%), Silikon (Si) (27,7%), Aluminium (Al) (8,1%), Besi (Fe) (5,0%), Kalsium (Ca) (3,6%), Natrium (Na) (2,8%), Kalium (K) (2,6%), Magnesium (Mg) (2,1%).

Para ahli dapat merekonstruksi lapisan-lapisan yang ada di bawah permukaan Bumi berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap seismogram yang direkam oleh stasiun pencatat gempa yang ada di seluruh dunia.

Kerak Bumi purba sangat tipis, dan mungkin mengalami proses daur ulang oleh lempengan tektonik yang jauh lebih aktif dari saat ini dan dihancurkan beberapa kali oleh tabrakan asteroid, yang dulu sangat umum terjadi pada masa awal terbentuknya tata surya. Usia tertua dari kerak samudra saat ini adalah 200 juta, tetapi kerak benua memiliki lapisan yang jauh lebih tua. Lapisan kerak benua tertua yang diketahui saat ini adalah berusia 3,7 hingga 4,28 miliar tahun dan ditemukan di Narryer Gneiss Terrane di Barat Australia dan di Acasta Gneiss, Kanada.

Pembentukan kerak benua dihubungkan dengan periode orogeny intensif. Periode ini berhubungan dengan pembentukan super benua seperti Rodinia, Pangaea, dan Gondwana.

Suhu kerak bumi bervariasi. Di tepi luar, suhu kerak sama dengan suhu udara. Jadi, kerak bumi di gurun bisa mencapai 35°C dan di Antartika bisa berada di bawah titik beku. Namun secara rata-rata, permukaan kerak bumi memiliki suhu di kisaran 14°C.

Suhu kerak bumi terpanas yang tercatat adalah 70,7°C (159°F), yakni kerak bumi di di Gurun Lut, Iran. Sedangkan suhu terdingin yang pernah tercatat sepanjang sejarah adalah -89,2°C di Stasiun Vostok Soviet, Dataran Tinggi Antartika pada 21 Juli 1983. Namun rekor ini belum termasuk kerak bumi yang terletak di bawah lautan.

Semakin dalam menggali kerak bumi, semakin naik pula suhu udaranya. Misalnya, tambang terdalam di dunia saat ini adalah tambang emas TauTona di Afrika Selatan dengan kedalaman 3,9 km. Di bagian dasar tambang, suhu mencapai 55°C, yang mengharuskan adanya AC agar nyaman bagi para penambang untuk bekerja sepanjang hari.[3]

  1. ^ a b B. A., Earth Sciences. "All About the Earth's Crust, and Why It Is so Important". ThoughtCo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-01-17. 
  2. ^ Hariyanto, Sucipto (2019). Lingkungan Abiotik : Jilid 1. Surabaya: Airlangga University Press. hlm. 156. ISBN 9786027924956.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  3. ^ Williams, Matt; Today, Universe. "What is the temperature of the Earth's crust?". phys.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-10. 

  • Patchett P J dan Samso S D. 2003. Ages and Growth ot the Continental Crust from Radiogenic Isotopes. In The Crust (ed. R. L. Rudnick) volume 3, hal 321-348 of Treatise on Geochemistry (eds. H. D. Holland dan K. K. Turekian). Elsevier-Pergamon, Oxford
  • Peta Ketebalan Kerak Bumi USGS
  • Struktur dan Komposisi Bumi

 

Artikel bertopik geologi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kerak_Bumi&oldid=20554540"

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA