Persamaan membangun kesepakatan kelas pada pembelajaran daring dan tatap muka

JAKARTA - Ada banyak perdebatan mengenai penggunaan kelas berbasis online atau kelas dengan pengajaran yang biasa. Ada banyak variabel yang bisa mempengaruhi efektivitas dari kelas online maupun kelas biasanya pada siswa.

Berikut ini empat perbedaan antara belajar di kelas online dan di kelas biasa, seperti dilansir laman Hub Pages, Jumat (3/4/2015).

1. Membangun kemampuan interpersonal

Tidak bisa dibantahkan bahwa interaksi secara langsung di kelas bisa membantu para siswa untuk belajar bagaimana bekerja secara grup dan membuka kesempatan untuk bisa melanjutkannya pada dialog.

Sedangkan pada kelas online, akan memberikan pengalaman yang tertunda bagi siswa. Bagaimanapun juga, hal itu tidak akan berpikir secara kritis.

Bahasa dan organisasi menjadi kunci agar bisa profesional ketika berbicara langsung. Melakukan percakapan di dalam kelas online hanya bisa dilakukan dengan satu atau dua cara.

2. Kekurangan ingatan, pengembangan dan motivasi

Walau online bisa membuat kita bisa mengakses informasi dengan mudah, tapi kelas online tidak akan bertanggung jawab akan pengembangan pembelajaran siswa.

3. Kompetensi siswa dan guru

Siswa bertanggung jawab pada tingkat kompetensinya, apakah itu dengan kelas online maupun kelas tradisional. Siswa yang kompeten tidak akan menyontek, melainkan akan terlibat dengan pendidikannya dan memahami pembelajaran dengan serius.

Berdiskusi secara online hanya bisa dilakukan di kelas. Walaupun interaksi secara langsung bisa memperbaiki nilai siswa, secara online pun juga demikian. Intinya, timbal balik bisa membantu siswa untuk membangun kemampuan sosial bahkan secara online.

4. Mana pilihan yang lebih cermat?

Kelas tradisional:

Interaksi secara langsung bisa membuat diskusi menjadi aktif, kelas ini memberikan kesempatan untuk bertemu di tempat yang sama dengan waktu yang sama dan lebih aktif untuk mendiskusikan topik yang dibicarakan. Hal ini juga memberi kesempatan bagi siswa untuk lebih interaktif ketika melakukan presentasi.

Kelas online:

Kelas ini juga memiliki keuntungan. Walaupun tidak bisa melakukan semuanya secara online, kelas ini memberikan siswa kesempatan untuk membaca apa yang orang lain harus sampaikan dan meluangkan waktu untuk meresponsnya, berpikir kritis dan membuat solusi dari masalah tersebut.

Jadi, Anda lebih suka yang mana? (fsl)

Persamaan membangun kesepakatan kelas pada pembelajaran daring dan tatap muka

ARTIKEL REFLEKSI AKSI NYATA MODUL 1.4
Budaya Positif

MEMBUAT KESEPAKATAN KELAS DAN MENERAPKAN

3s (Senyum Salam Sapa) DAN 3M (Memakai Masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak)

SEBAGAI BUDAYA POSITIF SEKOLAH

Oleh

DEVI KURNIA FITRA, S.Pd

Calon Guru Penggerak

Kabupaten Indragiri Hilir 

A. LATAR BELAKANG

    Budaya sekolah yang positif menjadi tempat bagi para guru, murid, serta setiap lapisan komponen sekolah untuk merasakan atmosfer positif yang membangun dan memperkuat karakter. Ketika sekolah sudah memiliki budaya positif dengan menerapkan disiplin positif, guru akan bersemangat untuk bekerja, karena mereka melihat gambaran yang lebih besar dan murid berada dalam posisi yang lebih baik (secara mental dan emosional) untuk belajar. Untuk menciptakan budaya positif di sekolah, maka dimulai dari kelas.

    Salah satu contoh penerapan budaya positif yang bisa dikembangkan disekolah adalah pembuatan kesepakatan kelas oleh wali kelas, yang bertujuan untuk menumbuhkan tanggung jawab dan kepedulian siswa di kelas. Kesepakatan yang dibuat dapat menampung aspirasi antar siswa. Kolaboratif antara siswa dan guru untuk saling bertukar ide-ide posistif dan membangun sebagai dasar landasan aturan di kelas. Konsekuensi yang ditimbulkan menjadi bagian kesepakatan yang harus diikuti. Apabila kesepakatan ini dijalankan maka budaya positif akan nampak nyata terlihat dalam diri siswa dan guru. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif di kelas. Hal ini juga dapat membantu proses belajar mengajar yang lebih mudah dan tidak menekan.

    Di masa pandemi ini, kesepakatan bersama itu tidak kalah penting terutama untuk menjalankan protokol kesehatan yang diantaranya 3M (Mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak), agar warga sekolah terutama guru dan murid saling mengigatkan. Namun, demikian tidak memberikan kesan adanya pemisah antara guru dan murid, maka diimbangi dengan adanya3S ataupun 5S (Senyum,Salam, Sapa, Sopan dan Santun). Oleh karena itu, tiga hal ini dinggap penting untuk diterapkan di SMP Negeri 1 Tembilahan, dan dijadikan sebagai budaya positif sekolah.

B. DESKRIPSI AKSI NYATA 

    Pada awal kegiatan dalam perencanaan aksi nyata calon guru penggerak adalah proses komunikasi dan koordinasi dengan kepala sekolah, sebagai pemegang kebijakan sekolah dalam setiap pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan sekolah. Maka dari itu,  setiap kegiatan positif dan bermanfaat bagi sekolah selalui disetujui dan diijinkan untuk dilaksanakan oleh kepala SMP Negeri 1 Tembilahan bapak Deswanto S.Pd, M.Pd. 

    Aksi nyata yang dilaksanakan oleh CGP dilanjutkan dengan kegiatan sosialisasi kepada para guru dan wali kelas, pentingnya membuat kesepakatan kelas dan cara membuat suatu kesepakatan kelas. Oleh karena itu, kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Aula SMP Negeri 1 Tembilahan, pada bulan Desember 2020, agar dapat diterapkan pada awal pertemuan di semester genap Tahun Pelajaran 2020/2021.

   Penerapan budaya positif sekolah melalui kesepakatan kelas yang memasukan butir 3M dan 3S merupakan upaya mewujudkan kepedulian murid dan guru untuk menjaga kesehatan dan lingkungan, serta pembentukan karakter. Melalui kesepakatan kelas yang terbentuk, walaupun pembelajaran yang dilaksanakan bukan tatap muka, melainkan secara  daring atau luring dapat mengikat hubungan antara murid dan guru. Kesepakatan kelas  sebagai budaya posistif sekolah, sebagai representatif kedisiplinan dan kepedulian warga sekolah sebagai makhluk intelektual yang berbudi.

   Kesepakatan kelas yang berisikan nilai-nilai positif merupakan sesuatu hal baru di SMP Negeri 1 Tembilahan, meskipun sebelumnya ada landasan aturan kelas yang berisikan aturan dan larangan yang berkonotasi negatif. Oleh karena itu, antusias murid  terhadap kelas impian, baik suasana belajar daring dan tatap muka,  sarana prasarana penunjang pembelajaran dan karakter guru merupakan hal menarik untuk didiskusikan bersama murid.

    Aksi nyata ini dilaksanakan pada bulan januari 2021 di awal semester genap tahun pelajaran 2020/2021.  Kegiatan diskusi dalam menyusun kesepakatan kelas antara wali kelas dan murid sebagian besar terjadi secara online melalui whatsapp dan ada tatap muka di rumah murid. Hasil musyawarah mufakat warga kelas akan melahirkan butir kesepakatan kelas yang akan dijalankan oleh guru dan murid, sebagai landasan peraturan kelas dan ditanda tangani oleh murid.

C. HASIL AKSI NYATA 

     Hasil dari aksi nyata 1.4 tentang budaya positif  membentuk kesepakatan kelas dan menerapkan perilaku 3S dan 3M  antara lain:

  1. Terjalinya komunikasi positif antara guru dan murid dalam bermusyawarah membentuk kesepakatan kelas, dalam mewujudkan kelas impian.
  2. Dihasilkannya kesepakatan kelas dengan memasukkan butir penerapan 3S dan 3M yang menjadi budaya positif sekolah.
  3. Timbulnya kesadaran baik guru dan murid untuk menjalankan kesepakatan kelas

D. REFLEKSI AKSI NYATA

   Sebagai Calon Guru Penggerak saya telah memberikan sosialisasi cara menyusun kesepakatan kelas dan menginisiasi untuk membuat kesepakan kelas tersebut. Namun, dalam proses pelaksanaan penyusunan kesepakatan kelas  sebagai bentuk budaya positif sekolah, tidak sepenuhnya berjalan sesuai dengan harapan, hal dikarenakan masih ada kelas yang belum membuat kesepakatan kelas, dikarenakan beberapa alasan antara lain kesibukan, keterbatasan waktu di masa pandemi dan sebagainya.

    Sedangkankan untuk menerapkan 3M ( Memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) serta 3S (Senyum, Salam, Sapa) sudah masuk menjadi bagian kesepakatan kelas dan mulai diterapkan sebagai budaya posistif, meskipun dalam pembiasaan tersebut masih ada hal yang terlupakan. Namun, saya sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) meyakini bahwa hal  baru tersebut membutuhkan proses,  untuk memulai, melaksanakan dan menjadikannya sebagai budaya positif.

   Dalam menyusun kesepakatan kelas murid menunjukkan respon yang positif dan sikap antusias sehingga terjadi komunikasi dua arah, meskipun masih ada murid yang kurang percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya. Keterampilan dan ide atau gagasan yang dikemukakan oleh  murid telah menunjukkan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai profil Pancasila. Semakin terbiasanya peserta didik berperilaku positif semakin kuat nilai budaya berkarakter melekat dalam diri mereka dan guru teruslah menuntun dan memberi teladan.

 E. RENCANA PERBAIKAN DI MASA MENDATANG

    Adapun rencana perbaikan di masa mendatang antara lain: komitmen saya selaku CGP untuk tetap berbagi informasi positif demi kemajuan pendidikan dan pembelajaran, mendorong murid untuk lebih percaya diri untuk mengemukakan pendapat, meningkatkan interaksi antara guru dan murid di luar jam pembelajaran, melakukan refleksi dan evaluasi secara rutin dan berkala.

 F. DOKUMENTASI DAN TESTIMONI

Persamaan membangun kesepakatan kelas pada pembelajaran daring dan tatap muka

Persamaan membangun kesepakatan kelas pada pembelajaran daring dan tatap muka

Persamaan membangun kesepakatan kelas pada pembelajaran daring dan tatap muka

Persamaan membangun kesepakatan kelas pada pembelajaran daring dan tatap muka

Video Dokumentasi dan Testimoni Aksi Nyata 1.4. https://youtu.be/RJxHus7zeFU

Persamaan membangun kesepakatan kelas pada pembelajaran daring dan tatap muka

30 Aug 2020

Persamaan membangun kesepakatan kelas pada pembelajaran daring dan tatap muka

29 Jul 2021

Persamaan membangun kesepakatan kelas pada pembelajaran daring dan tatap muka

16 Jun 2022