Lihat Foto KOMPAS.com – Benda dapat berubah wujud dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Contoh dari perubahan wujud benda dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, seperti es yang mencair atau air yang menguap. Terjadinya perubahan wujud benda disebabkan oleh adanya aksi terhadap benda tersebut. Misal, air yang dipanaskan atau air yang dibekukan. Dilansir dari Rumah Belajar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), berikut adalah 6 macam perubahan wujud benda: 1. Menguap Menguap adalah peristiwa perubahan zat cair menjadi gas. Terdapat empat cara untuk mempercepat terjadinya penguapan, yakni memanaskan, memperluas permukaan, meniup udara di atas permukaan, dan mengurangi tekanan di atas permukaan. Prinsip penguap dipakai sebagai cara kerja beberapa benda yang sering digunakan sehari-hari, yakni sebagai dasar untuk membuat kulkas dan AC. Baca juga: Apa Itu Bintang dan Bagaimana Benda Langit Ini Terbentuk? 2. Mencair Mencair merupakan peristiwa perubahan zat padat menjadi zat cair. Suatu benda dapat mencair karena adanya kenaikan suhu menjadi lebih panas. Contoh perubahan zat padat menjadi zat cair adalah es batu di dalam air yang semakin lama akan berubah menjadi air. Mentega yang dipanaskan di atas wajah dan menjadi minyak juga merupakan contoh proses perubahan zat padat menjadi zat cair.
Pernahkah anda merasakan merasakan suhu di luar rumah anda terasa begitu dingin seperti di pegunungan saat anda bangun di pagi hari dan membuka jendela kamar? Apakah anda pernah bertanya mengapa akhir-akhir ini suhu di pagi hari lebih dingin dari biasanya? Ya, beberapa minggu belakangan ini sebagian wilayah di Indonesia terasa lebih dingin di pagi dan malam hari dari hari-hari biasanya. Hal ini lumrah terjadi ketika hendak menuju puncak musim kemarau. Fenomena perubahan suhu ini pun ramai dibicarakan warganet. Beberapa dari mereka mempertanyakan apakah fenomena ini wajar atau bertanda suatu bencana? Menjawab hal itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui akun Instagramnya @infobmkg menjelaskan bahwa fenomena perubahan suhu menjadi lebih dingin ini disebut “bediding”. Bediding berasal dari bahasa Jawa yang ditulis dengan bedhidhing yang merujuk pada istilah perubahan suhu yang mencolok khususnya pada musim kemarau. Tentu saja tidak perlu khawatir, karena bediding ini adalah fenomena alamiah yang biasa terjadi ketika musim kemarau mencapai puncaknya di bulan Juni- September. BACA JUGA: Inilah 4 Politisi Indonesia yang Peduli Lingkungan dan Krisis Iklim Saat ini beberapa wilayah di Indonesia seperti Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara Timur (NTT) sedang berada pada periode puncak kemarau. Mengutip dari Tirto.id, periode ini terjadi oleh pergerakan angin yang bertiup dominan dari arah timur yang berasal dari benua Australia. Hal ini lantaran Australia sedang mengalami musim dingin sehingga angin yang bertiup juga memengaruhi suhu udara wilayah yang dilalui. Secara ilmiah, angin ini disebut monsun dingin Australia. Fenomena ini berarti pola tekanan udara yang lebih tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia. Perjalanan angin monsun Australia menuju Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu relatif lebih dingin dibanding perairan lainnya sehingga, mengakibatkan suhu di beberapa wilayah Indonesia, khususnya bagian selatan khatulistiwa seperti Bali, NTB, NTT terasa lebih dingin pada malam dan pagi hari. Wilayah yang sering mengalami fenomena bediding merupakan wilayah yang tipe hujannya monsunal, yaitu pola hujannya mengalami puncak di sekitar Desember – Februari dan mengalami kondisi kering dengan hujan minimal pada Agustus – Oktober, seperti yang banyak terjadi di Indonesia bagian selatan, yaitu Sumatera Selatan, Lampung dan Jawa. Selain pengaruh angin, cuaca dingin saat ini juga disebabkan oleh pelepasan panas ke permukaan bumi. BMKG menyebutkan, perubahan suhu yang cenderung lebih dingin terjadi saat malam hari, karena saat malam hari pelepasan suhu panas ke atmosfer berada pada titik maksimal. Cuaca cerah juga mendukung transfer panas ke atmosfer, karena tidak adanya awan yang menghalangi proses pelepasan panas dari bumi. Fenomena bediding ini dalam pengetahuan tradisional masyarakat Jawa dapat diprediksi lewat Pranata Mangsa, yaitu kalender tradisional pertanian Jawa. Dengan memperhatikan tanda-tanda alam, petani dapat menentukan waktu yang tepat untuk memulai dan melaksanakan kegiatan pertaniannya. Namun seiring dengan pergeseran musim karena adanya perubahan iklim, pranata mangsa mulai kehilangan relevansinya. BACA JUGA: Pembangunan Ekonomi Tanpa Merusak Lingkungan? Yok, bisa yok! Fenomena udara dingin atau bediding adalah hal wajar, namun, kewaspadaan harus tetap dijaga. Hal ini juga merupakan peringatan dari alam bahwa masyarakat harus bersiap untuk menghadapi musim paceklik atau kemarau. Saat musim kemarau, kesulitan air bersih akan terjadi yang menyebabkan gagal panen yang tentu berdampak pada ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi kondisi buruk pada musim kemarau ini, salah satunya adalah menghemat air dan memastikan stok pangan untuk beberapa bulan ke depan. Tidak dapat dimungkiri juga, musim kemarau yang makin parah ini disebabkan oleh perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan.[ ]
Banyak hal yang memengaruhi perubahan suhu tubuh manusia. Salah satunya dan yang paling sering berpengaruh adalah lingkungan atau ruangan. Lingkungan atau ruangan yang bersuhu ekstrem, seperti terlalu dingin atau terlalu panas, dapat mengubah suhu tubuh Anda. Misalnya, pergi ke luar rumah saat cuaca sedang dingin atau berangin atau berada di dalam ruangan dengan suhu AC yang sangat rendah. Selain itu, berada di cuaca yang terlalu panas dan terik atau di dalam ruangan yang pengap dan panas tanpa AC juga bisa menyebabkan perubahan suhu ini. Namun, melansir laman Cleveland Clinic, tubuh yang sehat umumnya cukup baik dalam menjaga suhunya pada tingkat yang nyaman. Artinya, ketika suhu di luar terlalu dingin atau panas, tubuh bisa beradaptasi. Ini terjadi berkat peran dari bagian otak bernama hipotalamus. Ketika Anda merasakan suhu luar terlalu dingin, hipotalamus akan memberi sinyal untuk mempertahankan panas dengan mengecilkan pembuluh darah dan menghasilkan panas dengan cara menggigil. Sementara ketika suhu di luar terlalu panas, hipotalamus akan memberi sinyal kepada tubuh untuk membuat keringat. Di sisi lain, kondisi lainnya juga bisa menyebabkan perubahan suhu pada tubuh, misalnya aktivitas fisik atau gangguan pada tiroid. Aktivitas fisik diketahui dapat mengubah suhu tubuh karena proses produksi energi dan pembakaran kalori yang sedang terjadi dalam tubuh. Adapun hipotiroidisme dapat memperlambat metabolisme sehingga dapat menyebabkan penurunan suhu tubuh. Sebaliknya, hipertiroidisme justru dapat meningkatkan suhu tubuh Anda.
Halo Sobat SMP! Pernahkah kalian memerhatikan kabel di tiang listrik yang terkadang memanjang hingga menjuntai ke bawah dan terkadang memendek sehingga terlihat mengencang? Kira-kira apa yang menyebabkan hal ini bisa terjadi ya? Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya pengaruh suhu pada suatu benda. Peristiwa itu dinamakan pemuaian dan penyusutan. Pemuaian diakibatkan karena pengaruh suhu tinggi sedangkan penyusutan dipengaruhi karena suhu rendah. Pemuaian adalah sebuah peristiwa memuainya sebuah zat karena peningkatan suhu yang terjadi. Benda bisa berubah bentuknya menjadi bertambah panjang, lebar, luas, ataupun berubah volumenya. Sedangkan penyusutan merupakan peristiwa menyusutnya suatu zat karena penurunan suhu. Benda yang menyusut bisa berkurang panjang, lebar, luas, dan volumenya. Dilihat dari bentuk zatnya, terdapat tiga macam pemuaian. Ketiga macam ini adalah pemuaian zat padat, pemuaian zat cair, dan pemuaian zat gas. Kita akan bahas ketiga jenis pemuaian zat, jadi simak terus artikel ini sampai habis ya Sobat SMP! Pemuaian zat padat Partikel-partikel zat padat selalu bergerak (bergetar). Apabila zat padat menerima energi panas, gerakan partikel semakin cepat sehingga memerlukan ruangan antara partikel yang lebih besar. Jarak antara partikel pun juga semakin membesar yang pada akhirnya membuat zat padat tersebut memuai, bertambah panjang, bertambah luas, dan akhirnya bertambah volumenya. Ada bentuk pemuaian zat padat, yaitu pemuaian panjang, pemuaian luas, dan juga pemuaian volume. Pemuaian panjang terjadi saat suatu benda karena menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal sangat kecil dibandingkan dengan nilai panjang benda tersebut sehingga lebar dan tebal dianggap tidak ada. Contohnya adalah kawat kecil dan kabel listrik yang memanjang ketika menerima panas. Pemuaian luas adalah pertambahan ukuran luas suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian luas terjadi pada benda yang mempunyai ukuran panjang dan lebar, sedangkan tebalnya sangat kecil dan dianggap tidak ada. Contohnya adalah pada kusen kaca jendela. Sebenarnya, pemasangan kusen jendela diberikan ruang lebih agar kaca tidak pecah ketika memuai terkena panas. Pemuaian padat yang terakhir adalah pemuaian volume, yaitu pertambahan ukuran volume suatu benda karena menerima kalor. Pemuaian volume terjadi benda yang mempunyai ukuran panjang, lebar, dan tebal. Contohnya adalah pada kaleng minuman. Minuman di dalamnya tidak diisi penuh kaleng bisa memuai dan menyusut. Pemuaian zat cair Baca Juga Komposisi Zat dalam Pola Makanan Bergizi dan Seimbang Zat cair memiliki sifat utama yaitu menyesuaikan dengan bentuk wadahnya. Oleh sebab itu pemuaian pada zat cair tidak melibatkan muai panjang ataupun muai luas, tetapi hanya dikenal sebagai muai ruang atau muai volume saja. Semakin tinggi suhu yang diberikan pada zat cair, semakin besar pula muai volumenya. Contoh pemuaian zat cair adalah pada air raksa atau alkohol pada termometer yang memuai dan menyusut karena perubahan suhu. Pemuaian zat gas Pernahkah Sobat SMP melihat balon yang tiba-tiba meledak? Hal tersebut terjadi karena ada pemuaian gas di dalam balon akibat adanya peningkatan suhu. Contoh lainnya adalah kita tidak boleh mengisi angin ban kendaraan terlalu penuh. Jika ban mengalami peningkatan suhu, gas dalam ban akan memuai dan menyebabkan ban meletus. Itulah tadi beberapa pemuaian yang diakibatkan oleh perubahan suhu. Suhu dapat memengaruhi panjang, luas, dan volume dari zat-zat tersebut. Menarik bukan materi ini? Jika Sobat SMP ingin mempelajari materi IPA lainnya, kalian dapat mengunduh modul Pembelajaran Jarak Jauh lainnya di situs Direktorat SMP secara gratis. Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP Referensi: Modul PJJ IPA kelas VII Semester Gasal terbitan Direktorat SMP tahun 2020 |