Sahabat nabi yang mempunyai kemampuan dalam mengajarkan bahasa asing adalah

Home Gaya Hidup Gaya Lainnya

KISAH SAHABAT NABI

tim | CNN Indonesia

Minggu, 25 Apr 2021 16:58 WIB

Sahabat nabi yang mempunyai kemampuan dalam mengajarkan bahasa asing adalah

Zaid bin Tsabit adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang mendapat tugas menulis wahyu dan menghimpun Al-Qur'an.(Foto: CNNIndonesia/Fajrian)

Jakarta, CNN Indonesia --

Nama Zaid bin Tsabit sangat terkenal pada zaman kenabian. Zaid bin Tsabit adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Dia mendapat kepercayaan penuh dari Rasulullah menjadi penulis wahyu dan surat-surat Nabi.

Sebelum mendapat tugas menulis wahyu dan menghimpun Al-Qur'an, Zaid Bin Tsabit merupakan seorang sahabat Anshar dari Madinah.

Pertemuan pertamanya dengan Rasulullah terjadi saat usia Zaid masih 11 tahun. Ketika itu Rasulullah datang berhijrah ke Madinah. Zaid dan keluarganya masuk Islam. Rasulullah pun mendoakan keberkahan untuk dirinya.


Zaid terkenal sebagai anak yang pemberani dan bersemangat. Ketika perang Uhud, Zaid dan kawan-kawannya menemui Rasulullah supaya bisa diikutkan dalam peperangan. Namun, Rasul menolak karena umur mereka masih terlalu kecil.

Saat itu, Rasul menjanjikan kepada Zaid dan teman-temannya bahwa mereka akan diajak pada perang yang akan datang.

Zaid kecil tumbuh sebagai muslim yang cerdas. Zaid mampu menghafal Alquran, menulis wahyu untuk Rasulullah, serta menguasai ilmu hikmah.

"Zaid bin Tsabit di Madinah adalah orang terdepan di bidang kehakiman, fatwa, qira'ah dan fara'idh," kata salah seorang sahabat Nabi, Qabishah, dikutip dalam buku Biografi 60 Sahabat Rasulullah SAW karya Khalid Muhammad Khalid.

Sahabat nabi yang mempunyai kemampuan dalam mengajarkan bahasa asing adalah
Zaid bin Tsabit adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang mempunyai tugas menulis wahyu, menghimpun Al-Qur'an, serta menulis surat-surat Nabi.(Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)

Suatu hari Rasullulah mendapat tugas untuk menyampaikan dakwah ke dunia luar dan mengirimkan surat kepada para Kaisar dan Raja di seluruh penjuru dunia.

Kecerdasan, keterampilan, dan kecakapan Zaid, membuat Rasulullah memintanya untuk mempelajari berbagai bahasa asing termasuk aksara Yahudi.

Tugas dari baginda Rasul untuk belajar bahasa dan aksara tersebut disanggupi Zaid hingga dia fasih secara lisan maupun tulisan dalam waktu singkat.

Sejak saat itulah, Zaid berperan sebagai penerjemah dan menulis balasan surat-surat ketika Nabi hendak mengirim surat atau menerima surat dari para Kaisar. Zaid pun kerap disebut sebagai tangan kanan Rasulullah.

Kepintaran Zaid juga membuatnya dipercaya mengemban salah satu tugas paling mulia dalam sejarah Islam yaitu menghimpun Al-Qur'an.

Zaid mulai melaksanakan tugas itu secara perlahan dan berhati-hati. Dia menghafal satu per satu wahyu yang turun kepada Rasulullah selama kurang lebih 21 tahun.

Sahabat nabi yang mempunyai kemampuan dalam mengajarkan bahasa asing adalah
ibin, Ambarawa, Jawa Tengah, Kamis (1/6). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/17." title="GEMA RAMADAN DARI RUMAH PENCARI TAUBAT" />Zaid bin Tsabit adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang mempunyai tugas menulis wahyu, menghimpun Al-Qur'an, serta menulis surat-surat Nabi. (Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Pasca Rasulullah wafat, Umar bin Khattab meminta Khalifah Abu Bakar menghimpun Al-Qur'an secepat mungkin. Abu Bakar pun beristikharah. Kemudian dia memanggil Zaid untuk segera menghimpun Al-Qur'an.

"Demi Allah, andai mereka menugaskan ku memindahkan gunung dari tempatnya, niscaya itu lebih mudah dibanding menghimpun Al-Qur'an," kata Zaid saat itu.

Zaid tetap melakukan tugas itu dengan baik hingga Al-Qur'an berhasil dihimpun menjadi sebuah kitab yang dibaca hingga saat ini. Dalam tiap lembar Al-Quran yang kita baca saat ini, terdapat goresan tinta Zaid bin Tsabit, sahabat Nabi yang menulis wahyu dan surat Rasulullah.

(avd/ptj)

Saksikan Video di Bawah Ini:

TOPIK TERKAIT

Selengkapnya

Dari sejumlah kisah sukses pemerolehan bahasa asing yang saya baca, kisah satu ini yang akan saya ceritakan kepada kamu pasti sangat mengejutkan. Jadi, saya membaca bahwa salah satu sahabat Nabi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yakni Zaid bin Tsabit radiallahu anhu sanggup menguasai bahasa Parsi hanya dalam tempo waktu 2 (dua) bulan! Beliau dipercaya sebagai sekretaris Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan penghimpun ayat Al Qur’an dalam sebuah mushaf.

Luar biasa bukan?

Dari fakta inspiratif di atas tentunya semakin membuat kita para pembelajar bahasa asing terus bersemangat untuk meraih kesuksesan pemerolehan bahasa asing yang kita inginkan. Saya kemudian mengembangkan suatu pemikiran mengenai fakta di atas. Satu hal menarik yang menjadi awal mula pemikiran saya ialah seharusnya kita mampu untuk menguasai bahasa asing lebih cepat dari tempo waktu 2 (dua) bulan tersebut. Kalian pasti berucap, “Bagaimana mungkin?!”. Kemudian, saya langsung menimpali, “Loh, mengapa tidak?”

Menurut saya hal itu sangat memungkinkan karena alasan yang saya sampaikan ini sangat logis, yakni kita saat ini berada di era teknologi digital yang membuat segala aspek kehidupan kita menjadi lebih mudah. Karena itu, saya memulai pengembangan pemikiran dari kisah sahabat Nabi tersebut untuk membuat suatu ‘Language Solutions Hub’ yang terintegrasai dengan teknologi. Istilah ini selanjutnya saya singkat menjadi LSH.

Dasar pertimbangan saya tertarik untuk membuat LSH ialah sebagai salah satu kecintaan dan minat saya dalam ranah pemerolehan Bahasa asing dan penggunaan teknologi dalam pendidikan. LSH ini merupakan suatu cara atau terobosan yang ingin saya wujudkan untuk menjembatani kebutuhan siswa dalam pemerolehan Bahasa asing mereka dengan cara yang mereka anggap tepat dan efektif.

Saya melihat suatu masalah yang sangat menarik mengenai pemerolehan Bahasa asing ini, yakni bahwa pemerolehan Bahasa asing belum selalu tepat tersampaikan dari segi pemahaman teori pada penerapan metode atau cara belajar kepada siswa pemelajar Bahasa. Karena itu, saya membuat cara yang mengedepankan sinergi atau integrasi teknologi ke dalam cara memeroleh Bahasa asing.

Sebelum itu, saya harus mencari tahu terlebih dahulu mengenai rahasia bagaimana sahabat nabi dengan sukses memeroleh Bahasa asing secara sempurna, fasih dalam tempo waktu dua bulan. Arti dari memeroleh Bahasa asing tersebut secara sempurna ialah bahwa sahabat nabi ini tidak hanya mampu berkomunikasi dalam Bahasa asing tersebut, tetapi juga menyerap budaya yang ada atau melekat di dalam penggunaan Bahasa ini. Menariknya adalah budaya yang erat kaitannya dengan cara perilaku dan kebiasaan masyarakatnya tidak lantas membawa sahabat nabi untuk mengikuti budaya tersebut atau meninggalkan identitas dirinya, namun tetap mampu menyerap Bahasa asing ini secara sempurna. Hal atau faktor apakah yang memengaruhinya? Jawaban atas pertanyaan ini sungguh sangat menarik.

Anggapan masyarakat awam mengenai belajar bahasa asing ialah akan mengubah karakter, jati diri atau identitas pembelajar bahasa tersebut dari budaya yang telah dimilikinya ke budaya bahasa asing yang sedang dipelajari. Artinya, memunculkan suatu kekhawatiran bahwa belajar bahasa asing akan menghilangkan akar jati diri, karakter atau pembiasaan yang disebut dengan budaya ini, apabila kita nanti sudah mahir berbahasa asing tersebut. Meskipun tidak sepenuhnya berubah, ada nilai-nilai atau suatu pembiasaan yang akan terbawa dari budaya bahasa asing tersebut kepada diri pembelajar bahasa asing ini.

Akan tetapi, hal itu tidak berlaku kepada sahabat nabi, Zaid bin Tsabit radiallahu anhu. Bagaimana ia mampu memeroleh Bahasa asing secara sempurna berikut dengan budaya yang menyertainya sekaligus memahami hingga ke akar bahasanya: karakter, jati diri dan identitas Bahasa ini tanpa sekali pun mengorbankan atau mengubah akidah agama Islam yang dimilikinya. Lantas, bagaimana cara ia belajar atau memeroleh Bahasa asing tersebut?

Pertanyaan tersebut di atas kemudian akan mendorong untuk dilakukannya penelitian. Tentu saja, hal mula-mula yang harus dilakukan ialah banyak membaca literatur berkenaan dengan Second Language Acquisition / Foreign Language Acquisition (SLA / FLA). Dari sejumlah pemahaman menyeluruh mengenai teori SLA ini, maka peneliti dapat memetakan, memfokuskan atau membuat suatu hipotesis-hipotesis yang dapat diajukan untuk kelanjutan proses penelitian ini berikutnya.

Sederhananya, masalah penelitian ini tetaplah sesederhana tentang bagaimana mengungkap dan menyediakan ramuan ajaib yang ampuh dalam menyukseskan pemerolehan Bahasa asing bagi pemelajar bahasa. Jadi, inti masalahnya itu ialah mengapa pemelajar Bahasa sulit sekali memeroleh Bahasa asing secara sempurna? Apa kendalanya? Apa sebab atau faktor yang menghambatnya? Apa saja yang memengaruhi pemelajar Bahasa untuk meningkatkan kapasitas dan minat mereka untuk semakin giat memeroleh Bahasa asing tersebut?

Satu hal yang dapat dipelajari sebagai dasar tentang kisah sahabat nabi yang mampu menguasai Bahasa asing secara sempurna selama dua bulan ialah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sangat melihat urgensi yang luar biasa bagi umat muslim untuk mengetahui secara benar dan akurat tentang hal apa pun yang orang kafir bicarakan di depan kaum muslim sehingga tidak terkelabui dan terjebak pada faktor kontekstual atau implikatur Bahasa mereka. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesempurnaan pemerolehan Bahasa asing sahabat nabi ini sudah sampai ditingkatan linguistik tidak lagi hanya sekadar komunikatif. Sungguh luar biasa! Bagaimana cara atau metodenya?

Salah satu mahasiswa yang saya pernah ajak dialog sepintas mengenai hal ini mengatakan bahwa hal itu dapat terjadi karena sahabat nabi ini berada di lingkungan mereka, sehingga jelas bahwa ia mampu memerolehnya dengan sangat cepat.

Kemudian kasus lainnya yang dapat diambil pelajaran mengenai pemerolehan Bahasa asing ialah dilihat dari keberadaan kampung Inggris di Pare. Kampung Pare dinilai berhasil menghasilkan siswa yang mampu memeroleh Bahasa Inggris secara cepat karena mereka yang mendaftar ke Kampung Inggris Pare ini sudah memiliki motivasi dan keinginan bulat untuk mampu berbahasa Inggris secara fasih.

Kekurangan dari Kampung Inggris Pare yang dapat dilengkapi oleh LSH adalah dari segi metode atau cara yang juga memampukan mereka untuk memeroleh Bahasa asing dengan sempurna, yakni memiliki juga kemampuan linguistik dan khasanah budaya bahasa asing tersebut, tidak hanya bagus dari aspek komunikatifnya.

Karena itu, langkah pertama dalam membuat model LSH ini, sistem yang digunakan ialah dengan membentuk kelompok atau grup kecil dengan tidak banyak peserta untuk efektivitas temuan atau luaran yang diharapkan, sebagaimana cara kerja penelitian bidang IPTEK atau lembaga sains di laboratorium. Jadi, mula-mula saya harus mampu menyeleksi peserta atau siswa yang memang sudah memiliki kemauan kuat atau motivasi yang besar dalam mengikuti pemodelan Bahasa Inggris LSH ini.

Akan tetapi, saya pun harus memerhatikan washback dari pengajarnya itu sendiri mengingat pengalaman mengajar saya, yang telah menjadi pengalaman berharga dan sangat relevan untuk pemikiran lebih lanjut. Pengalaman mengajar yang saya maksudkan ialah saya sudah mendapatkan siswa yang termotivasi untuk memeroleh atau mahir menguasai Bahasa Inggris secara sempurna, tetapi sayangnya, saya tidak dapat meneruskan ini menjadi motivasi yang terus terpelihara positif. Ketika pengajar tidak mampu memelihara motivasi mereka terhadap pembelajaran Bahasa Inggris yang mereka lakukan, maka mereka pun tidak akan mencapai keinginan yang diharapkan. Sehingga, model yang dibawakan ini akan mendapatkan washback dari pengajar itu sendiri.

Secara dini dapat disimpulkan bahwa model apa pun yang selalu berkembang dari waktu ke waktu tidak dapat memiliki signifikan apa pun yang maksimal apabila dari sang pengajarnya tidak mampu memelihara atau malah merusak motivasi siswa yang sudah dibangun sebelumnya.

Akan tetapi, hal menarik lainnya lagi, apakah sahabat nabi ini memiliki seorang guru yang bagus walau toh sebenarnya ia belajar secara independen? Semua itu dapat terjawab jelas, yakni sahabat nabi ini memiliki sosok guru yang tiada bandingnya karena memiliki guru ialah Nabi sendiri, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Meskipun ia menjadi pembelajar mandiri, tetapi sosok Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan motivator luar biasa memampukan sahabat nabi memeroleh Bahasa asing dalam tempo dua bulan.

Dengan ini, saya telah mendapatkan hipotesis kuat bahwa memang sosok guru, pembimbing, mentor atau apa pun yang mendasari keinginan atau motivasi awal kita adalah sosok luar biasa yang selalu dapat atau mampu memelihara motivasi atau keistiqomahan niat untuk tetap berada di jalannya. Toh, meskipun motivasi siswa bukan berangkat dari sosok seseorang, maka jadilah sosok tersebut. Maka, LSH tetaplah harus memiliki atau memunculkan sosok atau seorang figur yang berpengaruh. Sosok atau figur ini yang tidak hanya hanya sebagai ciri atau ambassador, tetapi juga menjadi seorang panutan yang luar biasa sebab ia kunci kesuksesan orang-orang yang mengikutinya.

Berdasarkan uraian pemikiran di atas, maka kunci kesuksesan LSH telah didapatkan dan sudah terbuka, selanjutnya adalah bagaimana peran teknologi yang diusung oleh LSH ini unggul daripada metode yang sudah dipakai oleh sabahat nabi tersebut?

Sebenarnya kesimpulan yang dapat dihasilkan tentang rahasia kesuksesan pemerolehan Bahasa asing ialah hanya tiga faktor, di antaranya faktor sosok panutan, faktor pada diri pemelajar dan faktor lingkungan. Memang hanya ada tiga pondasi dasar itu saja. Kemudian, dari tiga pondasi dasar itu kita dapat menguraikan lebih lanjut dengan berlandaskan pada kesuksesan sahabat nabi, Zaid bin Tsabit radiallahu anhu. Sahabat nabi memiliki ketiga pondasi tersebut secara langsung. Pondasi terakhir, yakni faktor lingkunganl, langsung menjadi bagian dari lingkungan yang sahabat nabi pelajari.

Tidak diragukan, kesuksesan pemerolehan Bahasa Parsi oleh sahabat nabi, bahasa yang dikenal sebagai salah satu Bahasa tersulit untuk dipelajari beserta dengan budaya atau linguistik yang menyertainya itu, karena ia memiliki sosok panutan nomor satu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Lalu, dilanjutkan dengan motivasi yang tidak mudah dipatahkan karena landasan iman (karena Allah SWT) dan terakhir karena akses langsung di lingkungan yang bersangkutan.

Mashaa Allah, inilah salah satu jawaban kenapa apa pun bidang, terutama ilmu tidak dapat dipisahkan dengan agama. Allahu Akbar! Bagaimana agama mengawal dan memastikan semua sistem kehidupan untuk kebaikan dapat berjalan dengan sempurna. Perkuat iman, maka baguslah semuanya.

Lalu bagaimana dengan rahasia kesuksesan orang-orang kafir yang bahkan mampu mencapai kesuksesan luar biasa yang sempurna? Tetapi, coba bandingkan terlebih dahulu kesuksesan mana yang lebih spektakuler dan mengguncang dunia di antara kaum muslim dan kaum kafir. Jelas muslim!

Lalu kesuksesan kaum kafir yang memeroleh pencapaian luar biasa di dunia karena mereka memiliki dasar pondasi, mengejar batas maksimum kesuksesan dengan level dunia. Akan tetapi, kaum muslim tidak hanya mengejar batas maksimum level dunia mereka pun mengejar sampai dengan level akhirat. Oleh karena itu, muslim dituntut untuk meminta kebaikan di dunia dan akhirat. Kaum muslim yang idak hanya mengejar dunia, tetapi juga akhirat akan mendapatkan kemuliaan yang luar biasa, tidak tertandingi. Allahu Akbar!

Islamisasi adalah ruh dari LSH. Bagaimana pun niat yang diusung oleh model ini, maka inilah konsep sejati yang melibatkan agama sebagai pondasi dasar paripurna. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah saya mendapatkan inti dari model yang ingin saya buat. Saya peruntukkan dan saya persembahkan untuk seluruh umat manusia yang kebaikannya untuk semesta alam. Bismillahirrahmaannirrahiim.

Rasanya, rasa hampa yang saya rasakan terjawab sudah. Bagaimana rasa hampa yang menyelimuti hati secara perlahan-lahan melemahkan hati dan dapat membunuh karakter secara pelan-pelan. Akan tetapi, ketika pertanyaan mengenai kegelisahan ini ingin diobati dengan pendekatan agama, maka sucikanlah. Sucikanlah terlebih dahulu diri ini dari segala apa pun yang membuat kotor. Jernihkanlah, upayakanlah. Perhatikan makananmu, pakaianmu. Buatlah diri ini tenang dalam penghambaan diri kepada Allah SWT.

LSH harus menjadi sistem yang memang memiliki worldview Islam. Islam itu adalah rahmat bagi semesta alam. Karena itu, apa pun bentuk segala kegiatan atau bidang yang sedang dijalankan harus berlandaskan pada konsep Islam.

Mau tidak mau, kita sebenarnya dapat menyimpulkan bahwa industri-industri kafir yang dijalankan saat ini mereka menjalankannya dengan prinsip Islam, hanya mereka tidak beriman. Itu saja. Dan masyarakat muslim yang teperdaya, yang sudah banyak terkontaminasi dengan media yang anti-Islam, maka negara-negara berkembang terutama yang negara muslim terpengaruh oleh mereka. Padahal sesungguhnya realitanya tidak seperti itu. Sebagai contoh, film-film Barat itu bukan representasi budaya Barat sesungguhnya. Begitu pun kalau kita lihat yang ada di sinetron Indonesia apakah merupakan representasi budaya Indonesia sesungguhnya?

Hal yang dapat kita telaah dan pelajari mengenai apa yang terjadi di dunia Barat mengenai cara hidup dan budaya mereka yang tidak baik dan menyimpang dari tuntunan keagamaan ialah suatu bentuk gerakan masif yang sedang mereka jalankan supaya mereka menjadi kiblat bagi negara-negara lainnya terutama bangsa Muslim untuk meniru mereka.

Orang-orang yang ada dibalik semua ini ialah orang-orang yang sedang membentuk tatanan dunia baru, yang sebenarnya orang-orang ini telah hidup dalam konsep Islami, tetapi mereka tidak beriman. Mereka sedang berencana untuk menghancurkan dan menghilangkan konsep Islami dalam diri masyarakat muslim. Orang-orang itu mengetahui bahwa kaum muslim yang beriman dan yang mampu menerapkan konsep Islami dengan paripurna, kekuatan muslim tidak akan pernah terkalahkan oleh siapa pun. Orang-orang muslim yang beriman, mereka memiliki Allah Yang Maha Kuat sebagai Tuhan yang mengatur segala urusan mereka dan melindungi mereka.

Sangat ironis, bahwa ketika semua pihak sedang mencari formulasi yang tepat untuk menyelamatkan dunia, kita justru memincingkan mata dan tidak mau sama sekali untuk memercayai atau memegang kitab Al Qur’an sebagai kitab suci rujukan dari segala apa pun aturan. Saya berpikir bahwa makna dari Al Qur’an akan hilang dan benar-benar hilang adalah ketika Al Qur’an sama sekali tidak digunakan untuk semua aturan bidang atau apa pun itu.

Memang akan hancur sekali dunia yang tidak berlandaskan pada Al Qur’an dan As Sunnah. Lagipula hati ini harus selalu bersih, hati ini harus selalu berlandaskan pada manisnya iman. Berada di posisi sekarang sebagai pemimpin menjadi hal yang luar biasa berat. Saya harus menyadari bahwa tanggung jawab ini akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di hari pembalasan. Terngiang-ngiang bahwa posisi ketua ini berarti tidak hanya membawahi teman-teman dosen, tetapi juga mahasiswa. Dengan kata lain, saya harus memastikan bahwa semua ini harus berdasarkan atas keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah SWT.

Alhamdulillah, untuk membuat LSH saya memulai dengan berpegang pada aturan Al Qur’an dan As Sunnah. Keilmuan yang dilakukan harus melalui proses Islamisasi ilmu. Sahabat nabi secara total belajar seluruh aspek Bahasa asing yang ingin ia peroleh dengan pemahaman yang utuh sebagaimana Bahasa dan budaya tersebut dilakukan dan dijalankan di lingkungan yang sesungguhnya. Tidak ada kerisauan untuk mengikuti hal-hal yang negatif karena ia memilki filter keimanan kepada Allah SWT. Apa pun hal  negatif yang ia pelajari tentu saja juga sangat berguna, tetapi sebatas sebagai pelajaran dan peringatan untuk menghindari dan tidak melakukan hal tersebut. Apabila ditemui hal-hal negatif mengenai apa pun yang sudah ia pelajari, maka ia dapat mengenalinya dan mampu menolak serta menghindarinya. Ia mampu melindungi diri darinya.

Sedikit demi sedikit harus ada perubahan dalam diri. Bagaimana pun seorang pemimpin ialah contoh bagi bawahannya. Karena itu, saya harus mampu untuk menjadi contoh atau panutan bagi rekan-rekan dosen, juga mahasiswa saya seluruhnya yang berada di bawah naungan institusi ini.

Ada dua tanggung jawab saya saat ini sebagai hamba Allah, yakni terus-menerus memperbaiki diri, berhijrah di jalan Allah dan beribadah kepada Allah secara paripurna dengan menjalankan segala apa pun bidang kehidupan dengan ruh Islam. Buatlah Islamisasi di semua lini. Karena kehidupan ini tidak bisa dipisahkan dari agama. Saya harus mampu berdiri sendiri untuk mampu menjalankan konsep Islam yang sesungguhnya.

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Berlomba-lombalah dalam kebaikan. Bersegeralah memohon ampunan.

Saya harus menjalankan LSH dengan semangat yang luar biasa, yakni memerhatikan niat pribadi terlebih dahulu, yang jauh dari urusan dunia semata, tetapi untuk urusan dunia dan akhirat. Setelah memiliki kemantapan hati dari niat pribadi yang sudah lurus dan mantap, kemudian dilanjutkan dengan melihat, menilai dan mengevaluasi diri ini apakah sebagai figur atau sosok dibalik LSH mampu menjadi sosok panutan para siswanya? Apakah diri ini mampu meminimalkan risiko washback dari merusak motivasi kuat yang sudah dimiliki oleh masing-masing siswa? Semua itu harus saya lewati terlebih dahulu untuk kelancaran dalam mewujudkan LSH menjadi nyata.

Tentu saja, setelah tahap I telah berhasil saya lewati, maka saya harus mampu dalam menunjang input yang dibutuhkan untuk kelancaran proses penerapan tiga pondasi dasar di atas, yakni sosok panutan, diri pribadi dan lingkungan. Seleksi mula-mula dimulai dari diri saya sendiri sebelum kepada peserta didik ini nantinya.

Kemudian, dua pondasi dasar yang telah kokoh tersebut dilanjutkan dengan memikirkan pondasi dasar yang ketiga, yaitu lingkungan. Bagaimana menghadirkan lingkungan yang sesungguhnya di Bahasa target untuk para siswa nantinya.

Dari sana dapat ditelaah mengenai pengertian lingkungan yang dimaksud dalam kondisi sebagaimana sahabat nabi lalui dalam memeroleh Bahasa Parsi. Sahabat nabi ini berada langsung di lingkungan yang memang menggunakan Bahasa Parsi, karena itu untuk menjembatani atau menciptakan lingkungan yang demikian, maka teknologi dapat membantu atau berperan untuk mewujudkan lingkungan tersebut.

Hanya saja kita perlu hati-hati dalam mendefinisikan secara detail lingkungan seperti apa yang akan menyukseskan pemerolehan Bahasa asing siswa. Lingkungan ini juga dapat dipelajari dari teori SLA yang bisa secara sederhana dapat dijelaskan bahwa keterpaparan lingkungan Bahasa target yang massif akan memengaruhi hasil pemerolehan Bahasa asing kita.

Saya sendiri di sini dengan lingkungan yang kesehariannya memang tidak intens dalam Bahasa daerah tertentu tetap saja tidak memeroleh Bahasa asing yang baru kecuali jika saya memang kemudian memulainya dari pondasi dasar, yakni mencari sosok panutan terlebih dahulu dan kemudian memiliki niat serta motivasi yang kuat untuk itu.

Pekerjaan rumah saya selanjutnya ialah yang perlu saya tuliskan, mengenai hasil baca saya berkenaan teori SLA secara menyeluruh sebelum berlanjut pada teori atau tulisan mengenai integrasi teknologi.

•••

Karin Sari Saputra