Salah satu alat yang digunakan dalam permainan lempar kaleng adalah

 Pendahuluan

“Gebok” adalah suara yang biasa ditimbulkan apabila bola karet yang digunakan dalam permainan ini mengenai anggota badan dari pemain, sehingga permainan ini dikenal dengan nama permainan “Gebok”

Permainan “Gebok” sudah sangat lama dikenal di Indonesia. Permainan ini terkenal diberbagai daerah di tanah air dengan nama yang berbeda-beda dengan alat yang berbeda namun pada prinsipnya aturan permainannya sama. Di daerah Sunda misalnya, permainan ini dikenal dengan nama bebencaran. Permainan bebencaran menggunakan tumpukan pecahan genting sebagai targetnya. Bencar artinya terurai atau terpecah, sehingga bebencaran menunjuk pada upaya pemain untuk selalu memencarkan potongan genteng yang semula ditumpuk rapih di atas tanah (http://bagusardisaputro.blogspot.com). Di daerah Sulawesi Selatan permainan ini dikenal dengan nama “ boy-boyan” dan menggunakan tumpukan batu yang disusun sebagai targetnya. Sedangkan di daerah Pati Jawa Tengah, permainan ini dikenal dengan nama Gaprek Kempung.

ISI

Permainan gebok menggunakan bola karet (Bola Tenis) dan beberapa kaleng susu bekas. Permainan ini dapat dimainkan oleh anak laki-laki atau perempuan dan jumlah pemain tidak ditentukan. Permainan ini umumnya dimainkan oleh anak-anak berumur 6 sampai 12 tahun. Dalam permainan ini tidak diperlukan peralatan khusus, yang dibutuhkan hanya 15 buah buah kaleng susu bekas yang disusun bertingkat dan sebuah bola karet. Permainan ini juga membutuhkan halaman yang cukup luas, biasanya anak-anak menggunakan halaman rumah sebagai tempat bermain.

Secara selintas dapat diperoleh gambarkan bahwa permainan ini adalah permainan beregu, dimana dalam satu regu minimal berjumlah 2 orang. Kelompok bermain dibagi menjadi dua yaitu regu penyusun dan regu penjaga. Setiap anggota regu penyusun akan bekerja sama dalam menyusun tumpukan kaleng secara bertingkat sedangkan regu penjaga akan bekerja sama dalam melempar bola ( bola akan dinyatakan “mati” apabila terlalu lama berada ditangan salah satu anggota regu penjaga )

Aturan Permainan :
Siswa dibagi ke dalam dua kelompok bermain, misal regu A dan regu B. Kemudian buat lingkaran kurang lebih bergaris tengah 50 cm untuk menempatkan tumpukan kaleng susu bekas atau sesuai dengan jumlah kaleng yang digunakan, dan buatlah garis batas yang berjarak 20-25 meter (sesuai kesepakatan) dari tumpukan kaleng susu bekas.

Lakukan undian antara regu A dan regu B, misal regu B menang, maka secara bergantian setiap anggota dari regu B berusaha melempar tumpukan kaleng dengan bola tenis dari luar garis batas yang ditentukan. Setiap anggota berkesempatan melakukan 1 kali lemparan. Bila semua anggota regu B tidak ada yang mengenai tumpukan, maka ganti regu A yang bermain. Bila semua anggota regu A juga tidak ada yang mengenai tumpukan, maka ganti regu B yang bermain, demikian seterusnya hingga ada salah satu regu yang dapat mengenai tumpukan kaleng (target).

Bila ada lemparan yang mengenai tumpukan kaleng, misalkan lemparan dari salah satu anggota regu A dapat mengenai tumpukan kaleng, maka dengan cepat anggota regu A yang lain berusaha untuk menyusun kembali tumpukan kaleng yang berserakan, sedang anggota dari regu B berusaha mengambil bola tenis untuk melempar anggota regu A yang sedang menyusun kembali tumpukan kaleng susu bekas. Anggota regu A berpencar, berusaha agar tidak terkena lemparan bola dari regu B, bila lemparan regu B tidak mengenai anggota badan dari regu A, maka regu Aakan terus menumpuk target sampai selesai. Jika anggota regu A selesai menumpuk target tanpa terkena lemparan dari anggota regu B, maka regu B dinyatakan kalah.

Sebagai hukuman, setiap anggota kelompok B berdiri di dalam lingkaran menggantikan targetnya, kemudian secara bergantian setiap anggota dari regu A melempar anggota regu B dengan bola tenis dari luar garis batas yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya bergantian regu A yang memegang bola dan regu B yang akan menata tumpukan kalengnya. Pada dasarnya prinsip dari permainan ini adalah salah satu regu menumpuk target, sedangkan regu yang memegang bola berusaha untuk mengganggu dengan melempar bola tenis ke salah satu regu yang menyusun kaleng (target).

PENERAPAN PERMAINAN “GEBOK” DALAM KONSEP MEMBILANG SECARA BERURUTAN

Permainan “Gebok” adalah salah satu permainan tradisional yang dapat digunakan dalam menjelaskan konsep membilang secara berurutan pada siswa kelas III SD. Pada pembelajaran matematika siswa kelas III SD/MI semester ganjil, terdapat materi Letak Bilangan Pada Garis Bilangan. Pada meteri pembelajaran tersebut salah satu tujuan yang akan dicapai adalah siswa diharapkan dapat membilang secara berurutan.

Permainan “Gebok” dapat digunakan untuk melatih siswa menentukan letak bilangan pada garis bilangan pada siswa SD/MI kelas III sebagai berikut :


Urutan bilangan pada garis bilangan di atas menunjukkan makin ke kanan bilangannya makin besar. Bilangan yang terletak di sebelah kanan lebih besar daripada bilangan yang terletak di sebelah kiri, hal tersebut dapat dilakukan dengan memberi angka pada setiap kaleng susu bekas yang digunakan dalam permainan “Gebok”. Perhatikan gambar dibawah ini:

Salah satu alat yang digunakan dalam permainan lempar kaleng adalah

Contoh kasus:
Misalkan dalam satu kelas terdapat 20 0rang siswa, maka siswa tersebut dibagi menjadi 4 regu, dimana masing-masing regu beranggotakan 5 orang siswa. Sehingga terdapat 2 kelompok pemain. Sebelum permainan dimulai, kaleng susu bekas yang sudah diberi label angka disusun dalam bentuk tumpukan seperti gambar diatas. Kemudian kedua regu di undi, anggota regu yang menang berdiri pada garis pelempar sedangkan anggota regu yang kalah berjaga di sekitar tumpukan kaleng. Misalkan regu A memenangkan undian maka anggota regu A berdiri pada garis pelempar untuk melempar tumpukan kaleng yang sudah disusun tadi dengan bola karet yang sudah disiapkan.

Penutup

Permainan tradisional seperti gebok ini dapat dijadikan alternatif atau media pembelajaran pelajaran matematika. banyak sekali permainan tradisional yang lain yang juga dapat dianfaatkan sebagai media pembelajaran matematika.

Salah satu alat yang digunakan dalam permainan lempar kaleng adalah

PENGARUH PERMAINAN PUZZLE LANTAI TERHADAP MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK B

Salah satu alat yang digunakan dalam permainan lempar kaleng adalah

PENGARUH PERMAINAN FUNGSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK AUTIS

Salah satu alat yang digunakan dalam permainan lempar kaleng adalah

PENGARUH SENAM FANTASI TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK A

PERMAINAN TRADISIONAL “LEMPAR KALENG” SEBAGAI MEDIA STIMULASI

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI

Disusun Oleh: Kelompok 11 Susi Susanti : 10013027 Gesti Aryani : 11013158 Duwi Rahmawati : 11013175 Rr. Putri Kusumadewi A : 11013178 Twiggy Rozananda : 11013203

Ismi Choirunnisa : 11013211

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

2013

A. Latar Belakang Anak usia dini seringkali dianggap sebagai manusia lemah yang tidak mampu melakukan apa-apa kecuali dengan bantuan orang lain, sehingga banyak orang memperlakukan anak sesuka hati. Padahal anak memiliki kemampuan. Kemampuan anak memang tidak sama dengan kemampuan remaja atau dewasa karena setiap anak memiliki keunikan tersendiri. Anak pada usia dini berkembang demikian pesatnya, sehingga perlu ada stimulasi untuk memaksimalkan perkembangan anak. Menurut Hebb (dalam Hergenhahn, 2012) dalam teori neurofisiologisnya, menyatakan bahwa pengalaman sensoris (indrawi) menyebabkan jaringan saraf menjadi tertata dan membantu interaksi secara efektif dengan lingkungan. Menurutnya pula, kumpulan sel adalah paket neruologis yang saling terkait yang dapat diaktifkan oleh stimulasi eksternal atau internal. Kita dapat menarik kesimpulan bahwa anak akan semakin cerdas jika salah satu syaraf menyatu dengan syaraf lain namun, memilih stimulasi juga perlu diperhatikan baik fungsi maupun resiko agar pencapaian anak sesuai dengan apa yang diharapkan. Maka salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memberikan stimulasi pada anak dan salah satu cara untuk menstimulasi perkembangan anak adalah dengan bermain. Bermain memiliki banyak fungsi yang sangat luas bagi pertumbuhan dan perkembangan psikomotorik kasar anak. Meninjau dari sisi lain, Indonesia dikenal dengan Bhinneka Tunggal Ika yang memiliki kekayaan ragam budaya. Budaya tersebut adalah harta kekayaan Bangsa Indonesia yang harus dilestarikan keberadaannya. Apa jadinya Indonesia tanpa budaya dan keberagaman tersebut. Namun seiring berjalannya waktu kemajuan zaman dan arus globalisasi membawa perubahan gaya hidup, menjadikan anak-anak tidak mengetahui peristiwa-peristiwa masa lampau yang penting dan bermakna. Sebagai contoh, banyak anak-anak yang tidak mengenal permainan tradisional daerah tempat tinggalnya. Ketika anak tidak mewarisi budaya nenek moyang, bagaimana masa depan generasi selanjutnya? Berangkat dari penjelasan diatas, penulis (kelompok kami) ingin memperkenalkan permainan yang dapat menstimulasi perkembangan motorik kasar anak usia dini sekaligus mempertahankan budaya Indonesia. Keprihatinan terhadap anak-anak pada zaman sekarang ini tidak cukup jika hanya diucapkan saja namun perlu adanya suatu wujud atas keprihatinan tersebut. Itulah sebabnya mengapa penulis tertarik untuk menyelesaikan makalah Alat Permainan Edukatif (APE) ini dengan judul “Permainan Tradisional Lempar Kaleng sebagai Media Stimulasi Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini”. Permainan tradisional Lempar Kaleng membuat anak menjadi kuat baik secara fisik maupun mental, tak mudah menyerah, bereksplorasi, dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan. Di dalam permainan tradisional Lempar Kaleng yang dilakukan oleh anak, semua bagian permainan menjadi bagian penting dan strategis yang akan membangun potensi yang dimiliki anak.

Oleh karena manfaat permainan tradisional Lempar Kaleng inilah, penulis termotivasi untuk mengupas kebermanfaatannya dalam sebuah makalah. Penulis ingin menggali lebih dalam lagi tentang manfaat permainan tradisional Lempar Kaleng yang dilakukan oleh anak . Bagaimana permainan tradisional ini akan menjadi sesuatu yang tetap hidup dan berkembang serta fungsional dalam kehidupan masyarakatnya. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pembahasan ini terfokus pada : perkembangan fisik motorik kasar anak usia dini.

B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Hakikat Anak Usia Dini Dalam batasan yang diberikan oleh The National Assosiation for The Education of Young Children (NAEYC) dikatakan bahwa anak usia dini (early childhood) adalah anak yang sejak dilahirkan sampai berusia delapan tahun (dalam Aisyah, 2008). Dalam psikologi perkembangan dan berdasarkan riset neurology, anak usia dini dikatakan sebagai anak yang berumur 0-8 tahun (Supriadi 2003). Pertumbuhan dan perkembangannya diperhatikan dengan cara memberi perlakuan yang baik berupa pendidikan usia prasekolah atau pendidikan sekolah di kelas-kelas awal Sekolah Dasar (SD). Tayler (dalam Suyadi, 2012) mengemukakan bahwa pada saat lahir otak manusia berisi sekitar 100 milyar hingga 200 milyar sel saraf. Setiap sel saraf siap berkembang sampai taraf tertinggi dari kapasitas manusia jika mendapat stimulasi yang sesuai dari lingkungan. Teori yang lain mengatakan bahwa pada masa usia dini keseimbangan badan anak relatif berkembang dengan baik karena anak semakin dapat menjaga keseimbangan badannya (paling senang berjalan di atas dinding atau pagar dan sebagainya). Penguasaan badan seperti membungkuk, melakukan macam-macam latihan serta aktivitas olah raga berkembang dalam masa anak sekolah, Juga berkembang koordinasi antara mata dan tangan (visio-motorik) yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar, dan menangkap (Monks, 2001). Hal senada juga dikemukakan oleh Piaget (dalam Suyadi, 2012) yang menyatakan bahwa anak belajar melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Guru bisa menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat. Tetapi yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, dan ia harus menemukannya sendiri. Berdasarkan beberapa teori diatas maka penulis menyimpulkan bahwa permainan tradisional Lempar Kaleng ini akan diberikan pada kelas-kelas awal sekolah dasar (SD). 2. Aspek Motorik Kasar Anak Usia Dini Perkembangan motorik adalah perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi (dalam Suyadi, 2010). Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik kasar anak seharusnya sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik kasar yang cukup gesit dan lincah.Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti berenang, berlari, main bola dan melompat (Ernawulan, 2003).

Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Perkembangan motorik kasar dengan kata lain sangat menunjang keberhasilan belajar anak di sekolah dasar. Pada masa usia dini, kematangan perkembangan motorik kasar umumnya sudah harus dicapai, karena itu anak sudah siap untuk menerima pelajaran keterampilan.

3. Hakikat Bermain Pada Anak Usia Dini Menurut Schaefer & Reid ( dalam Rusmana, 2009) bermain merupakan suatu kekuatan pendorong dalam perkembangan manusia, pada masa bayi dan masa anak-anak, bermain memiliki suatu peran kunci untuk eksplorasi, melatih otot dan pikiran, bermain juga dipandang sebagai suatu perilaku yang muncul secara alamiah yang dapat ditemukan dalam kehidupan manusia. Bermain secara intrinsic didorong oleh hasrat untuk bersenang-senang. Frank (dalam Reni, 2001) mengatakan bahwa pada masa prasekolah yang ditekankan adalah bermain karena waktu bermain dapat merangsang pertumbuhan. Anak merupakan decision maker dan play master karena dengan bermain, anak akan bebas beraksi dan juga mengkhayalkan sebuah dunia lain, sehingga dengan bermain ada elemen petualangan. Oleh karena itu, setiap anak di dunia ini memiliki hak untuk bermain. Bermain adalah kegiatan pokok anak karena dengan bermain anak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang membantu perkembangannya untuk menyiapkan diri dalam kehidupan selanjutnya. Banyak para ahli menganggap bahwa bermain sebagai kegiatan yang memiliki nilai praktis, artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak. Bermain merupakan jembatan bagi anak dari belajar informal menjadi formal karena dengan bermain, anak dapat melakukan kegiatan sehingga semua aspek perkembangan dapat berkembang secara maksimal. 4. Permainan Tradisional Lempar Kaleng Permainan tradisional Lempar Kaleng adalah permainan kelompok yang diwariskan oleh orang tua secara turun temurun sejak dahulu namun tidak semua anak mengenal permainan ini. Di zaman modern seperti saat ini seakan-akan membuat anak terpisah dari kehidupannya sendiri. Permainan Lempar Kaleng berkembang di daerah Sumatra dan sering dimainkan di lapangan atau halaman rumah. Jumlah pemain permainan Lempar Kaleng tidak dibatasi, biasanya 5-10 anak dalam satu kelompok dan permainan ini sering dilakukan oleh anak sekolah dasar.

Adapun cara bermain permainan tradisional Lempar Kaleng dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel .1. Prosedur permainan Lempar Kaleng
Tahap Permainan Aturan Permainan Keterangan

Tahap I (awal)

Pembentukan kelompok Jumlah kelompok dibagi menjadi 2. Jumlah anggota kelompok disepakati oleh anak yang akan bermain. Selama ini cara yang digunakan untuk menentukan anggota kelompok adalah dengan cara Hom Pim Paa atau dengan cara memilih teman kelompok sendiri. Dengan begitu semua anak merasa adil.

Tahap II

Undian untuk melempar kaleng dengan bola • Dua kelompok yang terbentuk menyusun kaleng bersama-sama. • Anak melakukan undian dengan menggunakan sandal. Sandal dilempar sejauh mungkin oleh salah satu perwakilan dari kedua kelompok, tapi sebelumnya dibuat batas garis. (kelompok pertama melempar sandal ditentukan dengan bersuit). Lemparan sandal yang paling jauh berhak meruntuhkan susunan kaleng dengan cara melemparnya dengan bola kasti. • Kelompok yang meruntuhkan kaleng disebut kelompok musuh

• Kelompok yang lain disebut kelompok penjaga

Tahap III

Bermain • Kelompok musuh bertugas menyusun kembali kaleng yang sudah runtuh tanpa terkena lemparan bola dengan cara berlari, meloncat, dan sebagainya. • Sedang kelompok penjaga mengambil bola lalu menghalangi kelompok musuh dalam menyusun kaleng dengan cara melemparinya bola atau mengoper ke teman lain karena setelah memegang bola tidak boleh berjalan dari tempat mengambil bola sebelumnya.

• Kelompok penjaga boleh melempari kelompok musuh dengan bola ke -bagian mana saja selain pada bagian kepala, tangan sampai ke siku dan jari kaki hingga lutut. Jika hal diatas terjadi maka kelompok penjaga tetap menjadi kelompok penjaga.

Tahap IV

Peralihan • Ketika lemparan bola penjaga mengenai paha, badan atau punggung kelompok musuh, maka kelompok musuh beralih menjadi kelompok penjaga. Kelompok penjaga beralih menjadi kelompok musuh. • Kini, kelompok penjaga harus menjaga kelompok musuh agar tidak menyelesaikan susunan kaleng.

• Ketika kelompok musuh menyelesaikan susunan kaleng tanpa terkena lemparan maka kelompok musuh mendapat skor 1 dan menjadi pemenang.

Tahap V

Tindak lanjut • Ketika kelompok musuh sudah game (menang) maka permainan dilanjutkan lagi dengan undian seperti diawal, dst. • Skor kelompok musuh tetap dihitung, sehingga akhirnya ada perbandingan skor antar kelompok.

• Permainan ini akan diulang terus menerus sampai ada kesepakatan untuk menyelesaikan permainan.

C. PEMBAHASAN Anak adalah generasi penerus bangsa. Semua kegiatan dalam permainan tradisional Lempar Kaleng tersebut secara langsung atau tidak langsung akan melahirkan kepekaan terhadap semua input yang masuk kepada anak. Hal ini akan memiliki arti yang sangat besar dan mendalam bagi anak dikemudian hari berkenaan dengan kemampuannya merespon stimulasi dari lingkungan yang lebih kompleks lagi. Permainan tradisional Lempar Kaleng mempunyai karakteristik yang berdampak positif pada perkembangan motorik kasar anak. Pertama, permainan Lempar Kaleng cenderung menggunakan atau memanfaatkan alat di lingkungan kita tanpa harus membelinya sehingga perlu daya imajinasi dan kreativitas yang tinggi. Selain itu diperlukan usaha untuk mencari bahan-bahannya, tentu membantu gerak motorik kasar pada anak. Kedua, permainan Lempar Kaleng dominan melibatkan pemain yang relatif banyak. Sebab, selain mendahulukan faktor kesenangan bersama, permainan ini juga mempunyai maksud lebih pada pendalaman kemampuan interaksi antarpemain. Interaksi antar pemain akan melatih anak untuk bergerak cepat, terampil dalam melakukan intruksi dan sebagainya. Selain itu permainan Lempar Kaleng memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang perlu dijaga keberadaannya. Pengaruh dan manfaat permainan tradisional Lempar Kaleng terhadap perkembangan motorik kasar anak usia dini, sebagai berikut; Permainan ini akan sangat bermanfaat jika digunakan sebagai stimulasi perkembangan motorik kasar anak karena dapat melatih ketangkasan, kekuatan fisik, keberanian, kegesitan, keterampilan, dan lain sebagainya. Pada saat anak bermain Lempar Kaleng, anak melakukan kegiatan yang dapat merangsang perkembangan motorik kasar anak, anak akan mendapatkan sistem keseimbangan. Misalnya, pada saat anak melompat menghindari lemparan bola. Anak juga berkesempatan untuk melakukan gerakan memutar, menyambut, menendang dan ketika anak berlari mengejar bola atau menunduk serta jongkok. Hal ini dapat membantu kemampuan anak dalam bereksplorasi.

Kemampuan anak dalam motorik kasar akan semakin berkembang ketika bermain permainan Lempar Kaleng karena setiap gerakan seperti berlari, mengoper bola, melempar kaleng atau menyambut bola akan menjadi wadah untuk anak usia dini yang ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas, sebagaimana menurut Ernawulan (2003) anak akan cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik kasar yang cukup gesit dan lincah.

D. KESIMPULAN Bermain Lempar Kaleng merupakan media ekspresi perasaan dan ide-ide anak. Anak akan belajar menghadapi kehidupan nyata, dan mengeksplor tubuhnya sehingga dapat melakukan gerakan menjadi sedemikian rupa. Hal ini akan mendorong anak untuk memahami diri sendiri (self awareness). Sekarang, tinggal pendidiklah yang menentukan. Apakah lebih memilih untuk memperkenalkan teknologi sejak dini kepada anak termasuk dalam memberikan kebutuhan bermainnya. Ataukah mengajak anak untuk lebih sering turun bermain ke tanah sehingga ia dapat bersosialisasi dengan anak yang lain.

Tentunya dalam memilih keduanya harus ada batasan-batasan atau aturan-aturan tertentu yang mesti dijalankan sehingga perkembangan anak masih dalam koridor yang baik. Permainan tradisional Lempar Kaleng tidak saja akan mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak secara parsial tetapi juga akan menentukan karakteristik anak ke depannya. Selain itu semua yang terpenting adalah bagaimana peran kita untuk turut serta mengembalikan dan mengenalkan permainan tradisional Lempar Kaleng terhadap generasi anak Indonesia atau memodernkan permainan anak tradisional ini.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, S. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka.

Monks. 2004. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Reni. 2001. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Grasindo. Rusmana, N. 2009. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah.

Bandung : RIZQI PRESS

Supriadi, D. 2003. Pendidikan Anak Usia Dini dalam UU Sisdiknas. http://www.pikiran–rakyat.com/cetak. 19 April 2013.

Suyadi, 2010. Psikologi Belajar Anak Usia Dini. Yogyakarta : Pedagogia,.

.Ariyadi W. 2009. Permainan (Tradisional) untuk Mengembangkan Interaksi Sosial, Norma Sosial dan Norma Sosiomatematik pada Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik : Seminar Nasional Aljabar. Yogyakarta. 31 Januari.

Ernawulan, S. 2003. Perkembangan Anak Usia Dini. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=aspek%20perkembangan%20anak%20usia%20dini%206-8%20tahun&source=web&cd= 3&cad=rja&ved=0CDsQFjAC&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFIP%2FJUR._PGTK%2F196510011998022-ERNAWULAN_SYAODIH%2Fperk_anak__6-8_th_.pdf&ei= 5QWWUb_MJ4r_rAe_qICoCg&usg=AFQjCNELSrQdYO8r8LNVjjLk90cAfutfpw&bvm=bv.46751780,d.bmk: 17 mei 2013.