Tempat pertama nabi muhammad melakukan dakwah adalah di

Nabi Muhammad Saw. menjadi nabi dan rasul terakhir yang menjadi penutup masa kenabian. Al-Quran menjadi kitab suci yang diwahyukan Allah Swt. kepadanya sebagai pedoman hidup umat manusia hingga akhir zaman. Ustaz Ahmad Arif Rif’an, S.H.I., M.S.I. memberikan tausiah tentang mengenang peristiwa-peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw. di awal dakwahnya di Makkah.

“Rasulullah Saw. memulai dakwahnya secara sembunyi-sembunyi di awal kenabiannya agar menjaga keselamatan umat Islam dari kekejaman orang kafir. Hampir tiga tahun lamanya Nabi Muhammad Saw. melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi. Pada tahun keempat, Nabi menerima wahyu agar melakukan dakwah secara terang-terangan,” ungkap Ustaz Ahmad dalam Kajian Rutin Ahad Pagi Masjid Islamic Center UAD yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube Masjid Islamic Center UAD (05-09-2021).

Kisah perjuangan hijrah Nabi Muhammad Saw. mengalami berbagai penganiayaan, ancaman, hingga kekerasan secara terang-terangan. Bahkan paman Rasulullah Saw., Abu Jahal sangat menolak ajaran yang dibawa baginda Rasul. Dakwah Nabi Muhammad Saw. di Makkah selama tiga belas tahun penuh dengan rintangan dan Allah Swt. dalam Q.S. An-Najm ayat 62 pernah memerintahkan Rasul agar hijrah ke Abasya pada tahun keempat kenabiannya.

“Nabi Muhammad Saw. melakukan dakwah secara terang-terangan di Makkah selama sepuluh tahun. Rintangan dan tantangan yang Nabi Muhammad Saw. hadapi memberikan kita cerminan untuk senantiasa teguh dalam memperjuangkan ajaran Islam. Meskipun penganiayaan, hinaan, dan ancaman silih berganti, Nabi Muhammad Saw. tetap meneguhkan hati untuk mempertahankan ajaran Allah Swt.”

Hijrah ke berbagai negara tersebut menjadi salah satu bukti cinta Allah Swt., kepada Rasulullah Saw. dan pengikutnya agar senantiasa dalam keislaman, keimanan, dan ketakwaan memperjuangkan ajaran Islam. (Chk)

NABI Muhammad ﷺ diangkat menjadi Rasul Allah saat ia berusia 40 tahun dan memantapkan hatinya untuk berdakwah sampai akhir hayat. Perjalann Nabi Muhammad ﷺ tentu jauh dari kata mulus, banyak rintangan dan cobaan yang banyak dilalui Rasulullah selama berdakwah. Bahkan penolakan berupa hinaan dan celaan dari Kafir Quraisy kerap beliau dapatkan.

Rasulullah ﷺ berdakwah selama 23 tahun sampai akhir hayatnya, dari 23 tahun masa kersulannya 13 tahun dihabiskan rasulullah dengan berdakwah dikota kelahirannya yaitu Mekkah, sedangkan 10 tahun sisanya dihabiskan dengan berdakwah di kota Madinah. Dalam tiga tahun awal masa dakwahnya di Mekah, Rasulullah ﷺ berdakwah dengan cara sembunyi-sembunyi, ia mendakwahi beberapa orang terdekatnya yang diyaini bisa merahasiakan pesan yang dibawanya.

BACA JUGA: Kisah Kelahiran Nabi Muhammad ﷺ, Muslim Harus Tahu

Adapun mereka yang pertama masuk Islam diperiode ini ialah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khathab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Az-Zubair bin Al-Awwam, Abudurrahman bin Auf, Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Said bin Zaid. Orang-orang ini kemudian mendapatkan julukan As-sabiqun Al-awwalun, yaitu orang-orang yang pertama masuk islam. Nabi Muhammad ﷺ terus melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi, sampai kemudian turun wahyu dari Allah SWT.

فَٱصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ

“Maka sampaikanlah olehmu (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QA Al-Hijr : 94)

Nabi Muhammad ﷺ kemudian memulai dakwah dengan terang-terangan dimulai dari keluaga terdekat yakni kalangan Bani Hasyim. Namun diantara keluarga Bani Hasyim hanya Ali bin Abu thalib yang mau beriman kepada Allah. Sementara itu Abu Thalib melindungi dakwah Muhammad namun belum mengucap syahadat. Dakwah terang-terangan Nabi Muhammad selalu mendapat pertentangan dari kaum Quraisy.

Bahkan para pemuka Quraisy menuduh Nabi Muhamad ﷺ gila dan sempat melemparkan kotoran ke tubuh Nabi Muhammad. Termasuk sang paman yang menentang dakwah Nabi Muhammad, Abu jahal dan Abu Lahab. Mereka melakukan segala cara untuk menolak ajaran yang dibawa Rasulullah bahkan mereka berencana unutk membunuh Rasulullah ﷺ.

BACA JUGA: 11 Mukjizat Nabi Muhammad ﷺ

Abu Talib pun diberikan sejumlah uang tebusan oleh kaum Quraisy untuk membiarkan Rasulullah ﷺ dibunuh, rencana pembunuhan dilakukan dengan melibatkan orang diluar suku Quraisy sehingga tidak akan memecah perang saudara. Abu talib yang mendengar itu melihat keseriusan Quraisy dalam memerangi dakwah Nabi Muhammad ﷺ, ia pun langsung bergegas memanggil semua keluarga Bani Hasyim dan memberi tahu rencana suku Quraisy.

Mereka berupaya melindungi Rasulullah dari segala teror yang direncanakan. Kesulitan yang dihadapi oleh Rasulullah ﷺ ternyata juga terjadi pada keluarga Bani Hasyim. Kaum Quraisy diketahui memaksa orang untuk tidak melakukan bisnis (memboikot) segala jual-beli, pernikahan dan hubungan sosial dengan Bani Hasyim sehingga mengakibatkan mereka kesulitan mendapatkan bahan pangan.

Kaum Quraisy berharap dengan adanya pemboikotan tersebut bisa membuat Bani Hasyim menyerahkan Rasulullah ﷺ untuk dibunuh. Untuk itu, Abu Thalib memerintahkan seorang dari Bani Hasyim tidur di ranjang Rasulullah agar menyerupai Nabi Muhammad ﷺ.

Syeikh Tawfique menjelaskan pada masa tersebut Makkah telah menjadi pusat peribadatan. Hal itu dikarenakan Ka’bah menjadi tempat bagi berhala-berhala milik berbagai suku dan kaum. Para pemimpin Quraisy khawatir suku-suku dan kaum-kaum tersebut berhenti mengunjungi berhala-berhala mereka di Makkah jika konsep ketuhanan yang esa diterima oleh masyarakat Arab.

BACA JUGA: 11 Mukjizat Nabi Muhammad ﷺ

Dan akhirnya turun perintah Allah SWT untuk hijrah ke Negri Habasyah, dimana ada raja yang adil disana, raja itu disebut-sebut tidak akan membiarkan rakyatnya di tindas dan dianiaya.namun kemudian turun lagi perintah dari Allah untuk hijrah ke kota Madinah. Kemudian Rasulullah ﷺ beserta para sahabatnya hijrah ke Madinah dan membangun Masjid Quba. Masjid ini dijadikan sebagai tempat shalat dan tempat menyusun tugas-tugas dakwah.

Pembangunan masjid Quba berjalan lancar dan Nabi Muhammad ﷺ pun turut mengulurkan tangan dalam menyelesaikan pembangunannya.Rasulullah berdakwah sampai akhir hayatnya,Hingga Rasulullah ﷺ wafat pada hari senin, 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriyah diusianya yang ke-63 tahun.semua perjuangan Rasulullah ﷺ telah membawa Islam dari jaman jahiliyah menuju peradaban Islam yang cerah. []

Oleh: Andika Murdanto

SUMBER: REPUBLIKA

Ada sisi lain dari bukit shofa. Selain sebagai tempat bagi Rasul menggembleng para sahabat, ternyata juga sebagai tempat dakwah Rasul pertama kali secara terbuka. Setelah berdakwah di kalangan kerabat, dan mendapat jaminan dari pamannya, Abu Thalib, yang akan melindunginya dalam tugasnya menyampaikan wahyu Rabbnya, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam suatu hari berdiri di atas bukit Shafa seraya berteriak, “Ya Shabahah!” (seruan untuk menarik perhatian orang agar berkumpul di waktu pagi dan biasa digunakan untuk perang). Lalu berkumpullah suku-suku Quraisy. Kemudian Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengajak mereka untuk bertauhid (kepada Allah), beriman kepada risalah yang dibawanya dan Hari Akhir. 

Imam al-Bukhari telah meriwayatkan satu sisi dari kisah ini, yaitu hadits yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu'anhu, dia berkata:

“Tatkala turun ayat, 

وَأَنذِرْ‌ عَشِيرَ‌تَكَ الْأَقْرَ‌بِينَ 

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” [Qs. Asy-Syu'ara': 214] 

Nabi ke atas bukit Shofa, lalu menyeru, “Wahai Bani Fihr! Wahai Bani ‘Adi! Seruan ini diarahkan kepada marga-marga Quraisy. Kemudian tak berapa lama, mereka pun berkumpul. Karena begitu pentingnya panggilan itu, seseorang yang tidak bisa keluar memenuhinya, mengirimkan utusan untuk melihat apa gerangan yang terjadi? 

Maka, tak terkecuali Abu Lahab dan kaum Quraisy pun berkumpul juga. Kemudian Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam berbicara, 

“Bagaimana menurut pendapat kalian kalau aku beritahukan bahwa ada segerombolan pasukan kuda di lembah sana yang ingin menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayaiku?” 

Mereka menjawab, “Ya! kami tidak pernah tahu dari dirimu selain kejujuran.” 

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berkata, “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepada kalian akan azab yang amat pedih.” 

Quraisy tidak percaya sama sekali pada pidato yang disampaikan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, bahkan mendustakan dan mengejeknya. Diantara yang mendustakan itu adalah Abu Lahab dan istrinya. Mendapat ajakan dari keponakannya tersebut Abu Lahab menanggapi dengan ketus; “Celakalah engkau sepanjang hari ini! Apakah hanya untuk itu engkau kumpulkan kami? 

Maka Allah langsung membalas hinaan Abu Lahab dengan menurunkan ayat: 

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ 

“Binasalah kedua tangan Abu Lahab…” [Qs. al-Masad: 1] 

(Kisah bagaimana hancurnya kedua tangan Abu Lahab akan diceritakan pada tulisan tersendiri) 

Sedangkan Imam Muslim meriwayatkan satu sisi yang lain dari kisah tersebut, yaitu riwayat dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu dia berkata: 

“Tatkala ‘ayat wa andzir ashiir takal aqrabiina’ turun, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mendakwahi mereka, sesekali bersifat umum, dan sesekali yang lain bersifat khusus. Beliau berkata, “Wahai kaum Quraisy! Selamatlah diri kelian dari api neraka. Wahai Fathimah binti Muhammad! Selamatlah dirimu dari api neraka. Demi Allah! Sesungguhnya aku tidak memiliki sesuatu pun (untuk menyelamatkan kalian) dari azab Allah, hanya saja kalian memiliki ikatan kerabat (denganku) yang senantiasa akan aku sambung.” 

Sungguh bukit Shofa menjadi saksi bisu tentang dakwah terbuka Rasul. Dakwah yang langsung diserukan oleh Rasul kepada seluruh kaum Quraisy. Dan peristiwa ini menjadi awal mula intimidasi dan siksaan yang akan diterima oleh Rasul dan kaum muslimin. Sebuah cobaan yang berat akan terus mendera. Namun, karena perjuangan dan kesabaran Nabi serta pertolongan Allah semata akhirnya dakwah Islam bisa menang. 

Walhasil, ketika melewati bukit shofa seyogyanya kita terbayang bagaimana hinaan dan cacian yang diberikan oleh kafir quraisy. Dan terbayang bagaimana tegarnya Rasul menyampaikan dakwah Islam. Dengan begitu, kita akan menitikkan air mata, merasakan orang yang paling kita kasihi, orang yang menjadi tuntunan kita dan orang yang kita tunggu-tunggu shafaatnya diperlakukan hina oleh kaum kafir quraisy. 

Walhasil, tatkala keluar dari bukit shofa maka selayaknya kita membuat ikrar diri melakukan apa yang dilakukan oleh Rasul, menjadi ‘pengemban dakwah islam’. Menjadi duta-duta islam. Menjadi orang yang senantiasa mengajak orang lain untuk memeluk dan mengamalkan islam dengan sebaik-baiknya. Atau dengan kata lain menjadi seorang da’i dengan ragam profesi yang kita tekuni. Menjadi da’i tidak harus menjadi ustadz dulu. Ketika kita jadi guru, dosen, bankir, bisnismen dan beragam profesi lainnya maka disaat itu pula kita bisa melakukan apa yang dilakukan Rasul di bukit Shofa, yakni berdakwah. Berjuangan dan berkorban untuk kejayaan Islam. 

Oleh : Gus Uwik #Makkah