Salah satu faktor internal yang memicu munculnya pergerakan nasional di Indonesia adalah

Faktor internal munculnya rasa kebangsaan di Indonesia. Dok. Unsplash

Meski hidup sebagai warga negara Indonesia, bukan berarti hal itu membuat rasa kebangsaan dan nasionalisme muncul dengan sendirinya.

Untuk memunculkan rasa tersebut, diperlukan tekad yang kuat dan semangat juang tinggi. Dengan begitu, rasa kebangsaan itu bisa dirasakan sekaligus juga tertanam di dalam diri sendiri.

Melihat hal tersebut, tentunya tidak bisa dipungkiri bahwa memang ada beberapa faktor baik internal dan eksternal yang memicu munculnya rasa kebangsaan tersebut.

Melansir jurnal Nasionalisme dari Pusat dan Pelatihan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, beberapa unsur yang mempengaruhi munculnya rasa kebangsaan adalah perasaan nasional, bahasa, dan agama.

1. Lahirnya kaum terpelajar

Di tahun 1908 hingga 1928 banyak pemuda Indonesia yang memiliki visi meningkatkan kesadaran nasional. Salah satunya adalah kelompok pelajar STOVIA yaitu, dr. Soetomo yang kompak mendirikan organisasi pergerakan nasional, yakni Boedi Oetomo.

Berdirinya Boedi Oetomo menjadi tonggak rakyat Indonesia untuk bangkit menumbuhkan rasa kebangsaan. Hal ini yang menjadi sebab mengapa kaum terpelajar menjadi salah satu faktor internal dari rasa kebangsaan.

2. Adanya penderitaan yang dialami oleh seluruh rakyat Indonesia

Ilustrasi rakyat Indonesia melakukan romusha. Dok. flickr.com

Di masa penjajahan Jepang, rakyat Indonesia mengalami penderitaan dan kesengsaraan yang cukup panjang karena gerakan romusha. Romusha adalah sistem yang membuat rakyat Indonesia, seperti petani harus bekerja secara paksa di tahun 1942 hingga 1945.

Kenangan dari penderitaan yang dialami rakyat Indonesia ini otomatis membangun rasa kebangsaan di dalam dirinya. Tujuannya agar rakyat Indonesia bisa mengerti arti dari rasa bela negara.

3. Pengaruh golongan peranakan

Selain masyarakat Indonesia, ada juga pengaruh dari golongan peranakan atau ras campuran seperti Tionghoa-Indonesia atau Indonesia-Melayu.

Di Pemalang saat awal revolusi, berdiri Laskar Pemuda Tionghoa (LPT) yang diketuai oleh Tan Jiem Kwan. Peran LPT sendiri sangat penting untuk memerdekakan Indonesia. Salah satunya berhasil merebut beberapa senjata Jepang yakni 2 pistol, 2 karaben, dan beberapa granat.

Bahkan, beberapa orang dari LPT juga ikut memasok makanan serta senjata untuk para tentara Indonesia di masa penjajahan. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh golongan peranakan juga penting dalam memunculkan rasa kebangsaan.

4. Adanya keinginan melepaskan diri dari imperialisme

Imperialisme adalah perluasan kekuasaan suatu negara. Saat masa penjajahan, ada berbagai dampak yang dirasakan akibat dari imperialisme.

Salah satu dampak yang cukup dirasakan, yaitu di bidang sosial. Misalnya saja perubahan pelapisan sosial dalam masyarakat pada masa kolonial, munculnya golongan buruh dan majikan, hingga terjadinya pemerasan serta penindasan di masyarakat.

Dampak-dampak tersebut yang membuat masyarakat Indonesia ingin melepaskan diri dari imperialisme. Selain bisa menciptakan kedamaian di antara masyarakat, hal ini juga menumbuhkan rasa kebangsaan.

Faktor internal yang melatarbelakangi munculnya pergerakan nasional, Sekarang Ananda akan mempelajari berbagai kejadian di dalam negeri atau faktor internal yang melatarbelakangi munculnya pergerakan nasional atau nasionalisme Indonesia. Kejadian itu antara lain:

1. Perluasan Pendidikan

Perluasan pendidikan ini adalah akibat dari kebijakan baru pemerintah Hindia Belanda melalui Politik Etis (Politik Balas Budi). Balas budi yang diusulkan adalah dengan melakukan edukasi/pendidikan, emigrasi/perpindahan penduduk, dan irigasi/pengairan.

Kebijakan ini memungkinkan berdirinya sekolahan-sekolahan di berbagai daerah di Indonesia. Pendidikan sangat besar.

Pendidikan sangat besar peranannya dalam menumbuhkembangkan nasionalisme, menyebabkan terjadinya tranformasi ide dan pemikiran yang mendorong semangat pembaharuan rakyat.

Bercermin dari penyebab kegagalan perjuangan kemerdekaan pada masa lalu, memasuki abad XX perjuangan bangsa Indonesia berubah dari sifat kedaerahan menuju perjuangan yang bersifat nasional.

Corak perjuangan nasional bangsa Indonesia ditandai dengan diikrarkannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

3. Rasa Senasib Sepenanggungan

Tekanan dan siksaan pemerintah kolonial Hindia Belanda pada bangsa Indonesia telah memunculkan perasaan kebersamaan rakyat Indonesia sebagai bangsa terjajah. Hal inilah yang mendorong untuk bersatu, bersama dalam pergerakan kebangsaan Indonesia.

4. Perkembangan Organisasi Etnis, Kedaerahan, dan Keagamaan serta Berkembangnya Berbagai Paham Baru

(ilustrasi foto/kompaspedia-kompas.id)

Sebelum muncul pergerakan nasional di Indonesia, muncul terlebih dahulu organisasi-organisasi etnis, kedaerahan, dan keagamaan. Contoh dari organisasi etnis ini yaitu Serikat Pasundan, Perkumpulan Kaum Betawi.

Organisasi kedaerahan yang ada antara lain Trikoro Darmo (1915), Jong Java (1915), dan Jong Sumatranen Bond (1917). Organisasi bernafaskan keagamaan juga banyak muncul di awal abad XX, antara lain Jong Islamiten Bond, Muda Kristen Jawi, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, PERSIS (Persatuan Umat Islam), dan Al-Jamiatul Washiyah.

Beberapa paham barupun menjadi salah satu faktor pendorong pergerakan nasional Indonesia. Paham baru itu antara lain pan-Islamisme, nasionalisme, liberalisme, sosialisme, dan demokrasi.

Beberapa tokoh pejuang wanitapun aktif berperan dalam berbagai organisasi, baik organisasi sosial maupun politik. Mereka antara lain RA. Kartini, Dewi Sartika, dan Maria Walanda Maramis.

Baca juga Menentukan peran dan fungsi keragaman budaya Indonesia

Referensi : MODUL PEMBELAJARAN JARAK JAUH PADA MASA PANDEMI COVID-19 UNTUK JENJANG SMP/MTs Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas VIII Semester Gasal. Direktorat Sekolah Menengah Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA