Salah satu pelaksanaan kesusilaan yang lima Pancasila krama yaitu

Dokumen sejarah yang mengungkap kata Pancasila pertama kali ditemukan di kitab yang ditulis oleh Empu Tantular bernama Sutasoma berbahasa Sansekerta. Kitab tersebut ditulis ketika kerajaan Majapahit berkuasa, kira-kira abad 14 masehi. Tidak ada dokumen sebelumnya yang memuat istilah tersebut, setidaknya yang ditemukan sampai saat ini.

Dalam kitab Sutasoma, Pancasila merupakan istilah yang menunjukkan sebuah batu dengan lima sendi. Pengertian tersebut tidak populer karena hanya merupakan penjelasan dari kata benda. Selain itu, kitab sutasoma juga menjelaskan Pancasila sebagai kata kerja, yaitu pelaksanaan norma kesusilaan yang terdiri dari lima poin.

Kelima norma kesusilaan tersebut sebagai berikut:

  • Dilarang melakukan kekerasan
  • Dailarang mencuri
  • Dilarang mendengki
  • Dilarang berbohong
  • Dilarang mabuk minuman keras

Sebenarnya istilah Pancasila dalam kitab Sutasoma hanyalah bagian kecil dari pembahasan yang lebih umum. Secara umum, kitab tersebut berisi tentang gambaran kehidupan rakyat di bawah kekuasaan Majapahit yang hidup damai, tentram dan sejahtera.

DILANSIR DARI://sosiologis.com/sejarah-pancasila

Sekitar abad ke-14 pada zaman Majapahit, Pancasila sudah dikenal melalui kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca dan kitab Sutasoma karangan Empu Tantular. Pada kitab Negarakertagama tertulis:

“Yatnanggegwani Pancasyila Kertasangkarabhisekakakakrama”
Kalimat tersebut berarti, “Raja menjalankan dengan khidmat kelima pantangan [Pancasila], demikian juga dalam berbagai upacara ibadah dan dalam berbagai penobatan.“

Adapun dalam kitab Sutasoma, Pancasila lebih diartikan secara etimologis. Terdapat dua arti yang berbeda berdasarkan cara pembacaannya. Pancasila dengan huruf i dibaca pendek [Pancasila] bermakna berbatu sendi yang lima dengan panca yang berarti lima dan sila yang berarti batu sendi. Sedangkan, Pancasila dengan huruf i yang dibaca panjang [Pancasiila] berarti lima tingkah laku yang utama atau pelaksanaan kesusilaan yang lima. Lima tingkah laku utama ini disebut dengan Pancasila Krama. Isi dari Pancasila Krama adalah sebagai berikut:

• Tidak boleh melakukan kekerasan. • Tidak boleh mencuri. • Tidak boleh berjiwa dengki. • Tidak boleh berlaku bohong.

• Tidak boleh minum minuman keras yang memabukkan.

Pancasila yang umum dikenal dewasa ini merupakan hasil dari rancangan konsep dasar negara yang dibahas dalam sidang BPUPKI. Pancasila lahir atas usulan dari Mr. Mohammad Yamin [29 Mei 1945], Mr. Soepomo [31 Mei 1945], dan Ir. Soekarno [1 Juni 1945]. Pidato Ir. Soekarno menjelaskan tentang filosofi Pancasila sebagai dasar negara beserta dengan kelima sila yang terkandung di dalamnya. Pada akhirnya, tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila.

Pada mulanya, Pancasila muncul dari perenungan Ir. Soekarno di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Saat itu, Ir. Soekarno berada dalam masa pengasingan pada tahun 1934-1939. Belanda mengasingkan Ir. Soekarno karena merasa terancam dengan pergerakannya. Di bawah pohon sukun pada sebuah taman, Ir. Soekarno duduk dan merenung hingga Pancasila terlintas dalam pikirannya.

Saat ini, taman tersebut dikenal sebagai Taman Renungan Pancasila atau Taman Renungan Bung Karno. Sedangkan, pohon sukun yang terdapat di taman itu diberi nama Pohon Pancasila sejak tahun 1980. Selain itu, dibuat patung Ir. Soekarno yang sedang duduk di bawah Pohon Pancasila dan menghadap ke arah laut untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut.

Seperti yang kita ketahui, lambang negara Indonesia, yakni burung Garuda Pancasila, merupakan lambang yang terinspirasi dari burung Garuda tunggangan Dewa Wisnu. Dalam mitologi Hindu, seekor burung yang gagah [Garuda] sedang mencari amertha sari untuk membebaskan ibunya dari seekor naga. Dalam perjalanannya, Garuda bertemu dengan Dewa Wisnu dan dijanjikan mendapat amertha sari apabila Garuda bersedia menjadi tunggangan-Nya.

Pancasila boleh jadi memiliki lambang agung serta filosofi melangit, tetapi akan menjadi tiada arti apabila anak bangsa luput untuk memaknainya dalam hati. Kita sebaiknya tidak hanya mengetahui dan mempelajari seluk beluk Pancasila sebagai dasar negara, tetapi juga menghayati dan melaksanakan Pancasila sebagai jati diri warga negara Indonesia. Dengan demikian, kita turut ikut dalam pembangunan karakter bangsa.

“Aku tidak mengatakan bahwa, aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi kami, tradisi-tradisi kami sendiri, dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah.”

– Ir. Soekarno [dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, halaman 240, oleh Cindy Adams]

Data dan tulisan oleh Wahyu Setyaningsih
Gambar oleh Rifki Fadhilah

harirayaIndonesiapancasila

Sejumlah siswa SDN Jati Rahayu IV mencatat nama-nama jenderal di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, Kamis [1/10/2015]. Kegiatan pembelajaran yang didampingi guru tersebut bertujuan untuk menanamkan sikap hormat para siswa dan menghargai jasa pahlawan sejak dini. [TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN]

Oleh: Dody Susanto
Direktur Klinik Pancasila

TRIBUNNEWS.COM  -  Pancasila berasal dari bahasa sansekerta yang berarti lima batu karang atau lima prinsip moral. Dalam sejarah Indonesia kuno, perkataan Pancasila terdapat dalam buku "Negarakertagama",  suatu buku yang mencatat tentang sejarah kerajaan Majapahit [1296-1478], ditulis oleh Mpu Prapanca yang merupakan penulis dan penyair istana.

Nilai-nilai Pancasila dalam buku Sutasoma, istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad XIV yaitu terdapat dalam buku Negarakertagama karangan Mpu Prapanca dan buku Sutasoma karangan Mpu Tantular.

Dalam buku Sutasoma ini, Pancasila selain memiliki arti "Berbatu sendi yang lima" juga mempunyai arti "Pelaksanaan kesusilaan yang lima [Pancasila karma]" yaitu :

1. Tidak boleh melakukan kekerasan.
2. Tidak boleh mencuri.
3. Tidak boleh berjiwa dengki.
4. Tidak boeh berbohong.
5. Tidak boleh mabuk dan minuman keras.

Menurut sejarah, bahwa kira-kira abad Vll-Xll masehi, bangsa Indonesia telah mendirikan kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan dan kemudian sekitar abad Xll-XVl masehi berdiri kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Pada kedua zaman tersebut bangsa Indonesia telah memenuhi syarat sebagai bangsa yang mempunyai negara. Baik Sriwijaya maupun Majapahit pada zaman itu telah menjadi bangsa yang berdaulat, bersatu dan mempunyai wilayah sendiri. Unsur-unsur yang terdapat pada Pancasila yakni Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Musyawarah dan Keadilan telah dimiliki bangsa Indonesia pada saat itu, namun belum dirumuskan secara konkrit.

Diskusi tentang Pancasila sendiri bermula ketika pihak Jepang membentuk Dokuritsu Jumbi Cosakai, panitia penyelidik persiapan kemerdekaan Indonesia pada Mei 1945 yang ketuanya adalah dr.KRT Radjiman Wedyodiningrat dan wakilnya R.P Soeroso dengan jumlah anggota sebanyak 60 orang termasuk di dalamnya Ir. Soekarno dan M.Yamin.

Panitia itu disahkan pada 28 Mei 1945 dan memulai sidangnya pada 29 Mei 1945. Pada sidang pertamanya M. Yamin membawakan sebuah pidato mengenai "Azas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia". Materi yang diajukan adalah 5 buah azas atau dasar, yakni :

1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusiaan
3. Peri ketuhanan
4. Peri kerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat

Pada sidang hari keempat pada 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengucapkan pidatonya mengenai "Dasar Indonesia Merdeka". Dalam pidatonya itu Ir. Soekarno mengajukan 5 dasar bagi negara yang akan dibentuk, yaitu :

Lihat Foto

KOMPAS

Ilustrasi

KOMPAS.com - Pancasila yang menjadi dasar negara dan idiologi bangsa Indonesia memiliki sejarah panjang.

Jika dilihat dari sejarah Nusantara, khusus pada masa kerajaan. Untuk pertama kalinya istilah Pancasila dipergunakan pada zaman Kerajaan Majapahit.

Sejarah Istilah Pancasila

Dalam buku Memahami Pancasila [2019] karya Fais Yonas Bo'a dkk, Istilah Pancasila sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit sekitar abad 14.

Di mana yang tertuang pada kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca pada 1365 dan Kitab Sutasoma karya Empu Tantular.

Baca juga: Jumlah Bulu pada Garuda Pancasila dan Maknanya

Pada kitab Negarakertagama tertulis "Yatnanggegwani Pancasyila Kertasangkarabhisekakakakrama".

Di mana artinya, raja menjalankan dengan khidmat kelima pantangan [Pancasila] itu, demikian juga dalam berbagai upacara ibadah dan dalam berbagai penobatan.

Sementara dalam Kitab Sutasoma karya Empu Tantular, secara bahasa [sansekerta] istilah Pancasila mengandung dua arti.

Pancasila dengan huruf i yang dibaca pendek [Pancasila] berati berbatu sendi yang lima.

Sedangkan Pancasila dengan huruf i yang dibaca panjang [Pancasiila] berati lima tingkah laku yang utama atau pelaksanaan kesusilaan yang lima [Pancasila Krama], yakni:

  • Tidak boleh melakukan kekerasan
  • Tidak boleh mencuri
  • Tidak boleh berjiwa dengki
  • Tidak boleh berlaku berbohong
  • Tidak boleh meminum minuman keras yang memabukkan.

Baca juga: Makna yang Terkandung pada Perisai Garuda Pancasila

Pada kitab Sutasoma terdapat juga ungkapan Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa.

Video yang berhubungan

Dhafi Quiz

Find Answers To Your Multiple Choice Questions (MCQ) Easily at cp.dhafi.link. with Accurate Answer. >>

Ini adalah Daftar Pilihan Jawaban yang Tersedia :

  1. Tidak boleh melakukan kekerasan
  2. Tidak boleh mencuri
  3. Tidak boleh berbohong
  4. Tidak boleh marah
  5. Tidak boleh mabuk minuman keras
Klik Untuk Melihat Jawaban

Kuis Dhafi Merupakan situs pendidikan pembelajaran online untuk memberikan bantuan dan wawasan kepada siswa yang sedang dalam tahap pembelajaran. mereka akan dapat dengan mudah menemukan jawaban atas pertanyaan di sekolah. Kami berusaha untuk menerbitkan kuis Ensiklopedia yang bermanfaat bagi siswa. Semua fasilitas di sini 100% Gratis untuk kamu. Semoga Situs Kami Bisa Bermanfaat Bagi kamu. Terima kasih telah berkunjung.

Istilah “Pancasila” pertama kali dapat ditemukan dalam buku Sutasoma karangan Mpu Tantular yang ditulis pada zamn Majapahit (abad ke-14). Dalam istilah tersebut Pancasila diartikan sebagai lima perintah kesusilaan (Pancasila Krama), yang berisi lima larangan sebagai berikut.

  1. Tidak boleh melakukan kekerasan.
  2. Tidak boleh mencuri.
  3. Tidak boleh berjiwa dengki.
  4. Tidak boleh berbohong.
  5. Tidak boleh meminum minuman keras yang memabukkan.

Dengan demikian, jawaban yang tepat adalah C.

Dalam buku Sutasoma istilah Pancasila diartikan sebagai pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama) yang isinya adalah sebagai berikut, kecuali?

  1. Tidak boleh mabuk minuman keras
  2. Tidak boleh melakukan kekerasan
  3. Tidak boleh berbohong
  4. Tidak boleh marah

Kunci jawabannya adalah: D. Tidak boleh marah.

Menurut ensiklopedia, dalam buku sutasoma istilah pancasila diartikan sebagai pelaksanaan kesusilaan yang lima (pancasila krama) yang isinya adalah sebagai berikut, kecuali tidak boleh marah.

Kemudian saya sarankan Anda untuk baca pertanyaan selanjutnya yaitu Masa pergerakan nasional dibagi menjadi 3 tahapan. Salah satunya Masa Radikal non kooperatif. Pada masa itu organisasi apa yang terbentuk? beserta kunci jawabannya.

Dalam buku Sutasoma istilah Pancasila diartikan sebagai “pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama)” yang isinya adalah sebagai berikut, kecuali?

  1. Tidak boleh melakukan kekerasan
  2. Tidak boleh mencuri
  3. Tidak boleh berbohong
  4. Tidak boleh marah
  5. Tidak boleh mabuk minuman keras

Jawaban: D. Tidak boleh marah.

Dilansir dari Ensiklopedia, dalam buku sutasoma istilah pancasila diartikan sebagai “pelaksanaan kesusilaan yang lima (pancasila krama)” yang isinya adalah sebagai berikut, kecuali tidak boleh marah.

Berikut jawaban yang paling benar dari pertanyaan: Dalam buku Sutasoma istilah Pancasila diartikan sebagai “pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama)” yang isinya adalah sebagai berikut, kecuali?

  1. Tidak boleh melakukan kekerasan
  2. Tidak boleh mencuri
  3. Tidak boleh berbohong
  4. Tidak boleh marah
  5. Tidak boleh mabuk minuman keras

Jawaban: D. Tidak boleh marah

Jadi……….

dalam buku sutasoma istilah pancasila diartikan sebagai “pelaksanaan kesusilaan yang lima (pancasila krama)” yang isinya adalah sebagai berikut, kecuali tidak boleh marah.

Secara singkat, jawaban dari pertanyaan Dalam buku Sutasoma istilah Pancasila diartikan sebagai “pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama)” yang isinya adalah sebagai berikut, kecuali? tidak ada penjelasan pembahasannya.

Namun, saya bisa memberikan kepastian bahwa jawaban mengenai pertanyaan Dalam buku Sutasoma istilah Pancasila diartikan sebagai “pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama)” yang isinya adalah sebagai berikut, kecuali? akurat dan tepat (benar).

Kenapa? Karena jawaban tentang pertanyaan Dalam buku Sutasoma istilah Pancasila diartikan sebagai “pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama)” yang isinya adalah sebagai berikut, kecuali? diambil dari berbagai sumber referensi terpercaya.

Selain itu, jawaban atas pertanyaan Dalam buku Sutasoma istilah Pancasila diartikan sebagai “pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama)” yang isinya adalah sebagai berikut, kecuali? sebelum dipublikasikan dilakukan verifikasi oleh para tim editor.

Verifikasi jawaban pada pertanyaan Dalam buku Sutasoma istilah Pancasila diartikan sebagai “pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama)” yang isinya adalah sebagai berikut, kecuali? melalui sumber buku, artikel, jurnal, dan blog yang ada di internet.

Jadi, jawaban dari pertanyaan Dalam buku Sutasoma istilah Pancasila diartikan sebagai “pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama)” yang isinya adalah sebagai berikut, kecuali? tidak perlu diragukan lagi.

Dalam buku Sutasoma istilah Pancasila diartikan sebagai ‚¬Å›pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama)‚¬Å¥ yang isinya adalah sebagai berikut, kecuali?

  1. Tidak boleh melakukan kekerasan
  2. Tidak boleh mencuri
  3. Tidak boleh berbohong
  4. Tidak boleh marah
  5. Tidak boleh mabuk minuman keras

Berdasarkan pilihan diatas, jawaban yang paling benar adalah: D. Tidak boleh marah.

Dari hasil voting 987 orang setuju jawaban D benar, dan 0 orang setuju jawaban D salah.

Dalam buku Sutasoma istilah Pancasila diartikan sebagai ‚¬Å›pelaksanaan kesusilaan yang lima (Pancasila Krama)‚¬Å¥ yang isinya adalah sebagai berikut, kecuali tidak boleh marah.

Pembahasan dan Penjelasan

Jawaban A. Tidak boleh melakukan kekerasan menurut saya kurang tepat, karena kalau dibaca dari pertanyaanya jawaban ini tidak nyambung sama sekali.

Jawaban B. Tidak boleh mencuri menurut saya ini 100% salah, karena sudah melenceng jauh dari apa yang ditanyakan.

Jawaban C. Tidak boleh berbohong menurut saya ini juga salah, karena dari buku yang saya baca ini tidak masuk dalam pembahasan.

Jawaban D. Tidak boleh marah menurut saya ini yang paling benar, karena kalau dibandingkan dengan pilihan yang lain, ini jawaban yang paling pas tepat, dan akurat.

Jawaban E. Tidak boleh mabuk minuman keras menurut saya ini salah, karena setelah saya cari di google, jawaban tersebut lebih tepat digunkan untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan diatas, bisa disimpulkan pilihan jawaban yang benar adalah D. Tidak boleh marah

Jika masih punya pertanyaan lain, kalian bisa menanyakan melalui kolom komentar dibawah, terimakasih.

dalam kitadalam Kitab yang ditulis oleh titik-titik, yaitu kitab.; tertulis Kalimat Bhinneka Tunggal Ika ​

agresi suatu negara yang mengancam kedaulatan suatu negara keutuhan wilayah dan keselamatan disebut dengan

apa realisasi nyata atas komitmen kalian sebagai pelajar dan warga negara secara umum untuk menjaga NKRI

apakah berebut mencerminkan sikap bersatu dalam keberagaman

bagaimana perbedaan peran tni dan polri menurut tap mpr...

bagaimana sikapmu jika memiliki teman-teman yang berbeda cita-cita denganmu jelaskan

contoh keberhasilan pelaksanaan asas wawasan nusantara bidang hukum

dalam sistem pemerintahan presidensial di indonesia apabila dpr tidak menyetujui rancangan anggaran yang diajukan oleh pemerintah maka pemerintah

hak warga negara terhadap lingkungan hidup diatur dalam

hubungan proklamasi kemerdekaan republik indonesia dengan pembukaan uud 1945 adalah

Video yang berhubungan