Seberapa jauh para pemimpin ikut bertanggung jawab atas terjadinya penderitaan di masyarakat

Republika/Daan

Yudi Latif

Red: M Irwan Ariefyanto

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Yudi LatifBencana banjir yang melanda Jakarta dan kota-kota lain di Tanah Air mestinya menyadarkan para pemimpin bangsa, betapa rapuh perlindungan keamanan bangsa ini dengan potensi ancaman dari berbagai sumber.Sebagian besar akar masalah dari keriskanan ini justru bermula dari mentalitas penyelenggara negara yang lebih mengutamakan kepentingan dirinya daripada melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dalam mentalitas pemimpin yang lebih mencintai kekuasaan ketimbang kesukaan untuk mencintai, pemimpin berpesta pora di tengah penderitaan rakyatnya.

Bagi para pemimpin sejati, hujan yg membawa banjir air mata kali ini mengingatkan pentingnya kredo Agus Salim, “leiden is lijden” (memimpin adalah menderita). Dengan kredo tersebut, segera terbayang penderitaan Jenderal Soedirman, yang memimpin perang gerilya di atas tandu. Setabah gembala ia pun berpesan, “Jangan biarkan rakyat menderita, biarlah kita (prajurit, pemimpin) yang menderita.”

Zaman sudah terjungkir. Suara-suara kearifan seperti itu terasa asing untuk cuaca sekarang. Kredo pemimpin hari ini, “memimpin adalah menikmati.” Menjadi pemimpin berarti berpesta di atas penderitaan rakyat. Demokrasi Indonesia seperti baju yang dipakai terbalik: mendahulukan kepentingan lapis tipis oligarki penguasa-pemodal, ketimbang kepentingan rakyat kebanyakan (demos).Banyak orang berkuasa dengan mental jelata; mereka tak kuasa melayani, hanya bisa dilayani. Bagi pemimpin bermental jelata, dahulukan usaha menaikkan gaji dan tunjangan pejabat berlipat-lipat; bangun gedung dan ruangan mewah agar wakil rakyat tak berpeluh-kesah; transaksikan alokasi anggaran untuk memperkaya penyelenggara negara dan partai; pertontonkan kemewahan sebagai ukuran kesuksesan; utamakan manipulasi pencitraan, bukan mengelola kenyataan.Cukup rakyat saja yang menanggung beban derita. Biarkan rakyat Lebak Banten tetap hidup mengenaskan seperti zaman Multatuli, terus meniti jembatan gantung Ciwaru yang reyot menantang maut. Biarkan jutaan harapan hidup terampas oleh perangkap narkoba yang kian menggurita.Biarkan petani tergusur dan terbunuh oleh keculasan aparatur negara, seperti kebiadaban pangreh praja yang menyerahkan tanah dan rakyatnya kepada tuan-tuan perkembunan kolonial di zaman tanam paksa. Biarkan petani, nelayan, perajin terus merugi: menjual murah sebagai produsen dan membeli mahal sebagai konsumen.Biarkan rakyat di sekitar pertambangan mengalami kerusakan ekologis, kehilangan penghidupan, dan kelumpuhan sosial-budaya. Biarkan kekerasan agama berlangsung dengan menolerir segolongan pemeluk agama menikam kebebasan berkeyakinan kelompok lain asal tidak mengganggu kekuasaan.Seperti suasana kehidupan nusantara pascaperang Jawa, kelas penguasa tersedot pusaran kolonialisme-kapitalisme, membiarkan rakyat hidup tanpa kepemimpinan. Rakyat yang menderita tanpa gembala menanti juru selamat. Maka, ketika Sarekat Islam muncul dengan pembelaannya terhadap kaum tani dan buruh yang terempas dan terputus, pemimpin utamanya seperti Tjokroaminoto sontak disambut sebagai ratu adil.

Sekarang, dari manakah sumber kepemimpinan itu bisa diharapkan? Partai-partai politik yang berkembang bukanlah solusi melainkan sumber masalah. Bung Karno berkata, “Sebuah partai harus dipimpin oleh ide, menghikmati ide, memikul ide, dan membumikan ide.” Adapun partai-partai hari ini dipimpin oleh uang, menghikmati uang, memikul uang, dan membumikan uang.

Tak ada partai yang sungguh-sungguh memperjuangkan aspirasi kolektif kewargaan demi kemasalahatan hidup bersama. Partai-partai gagal melahirkan kepemimpinan yang dapat mengemban amanat hati nurari rakyat. Hubungan politik digantikan oleh hubungan konsumtif. Politik mengalami proses konsumerisasi dan privatisasi.Dengan konsumerisasi, branding recognition lewat manipulasi pencitraan menggantikan kualitas dan jati diri. Dengan privatisasi, modal menginvasi demokrasi dengan menempatkan aku dan kami di atas kita yang menimbulkan penolakan atas segala yang civic dan publik.Kepentingan oligarki penguasa-pemodal nyaris selalu dimenangkan ketika nilai kebajikan sipil dan ideal kewargaan tak memiliki sarana yang efektif untuk mengekspresikan diri. Ketika politik terputus dari aspirasi kewargaan, pemimpin tercerabut dari suasana kebatinan rakyatnya. Pemimpin asyik meluncurkan album nyanyian keberhasilan, sementara rakyat kebanyakan meratapi penderitaan.

Mereka lupa, tak ada kemajuan bangsa tanpa pengorbanan kepemimpinan. Dari keterpurukan ekonomi Amerika Serikat, begawan ekonomi Jeffrey Sachs menulis buku The Price of Civilization (2011). Ia mengingatkan bangsa-bangsa lain agar tidak meniru jalan sesat yang membawa kemunduran AS.

Menurutnya, pada akar tunjang krisis ekonomi AS saat ini terdapat krisis moral: pudarnya kebajikan sipil di kalangan elite politik dan ekonomi. Suatu masyarakat pasar, hukum, dan pemilu tidaklah memadai bila orang-orang kaya dan berkuasa gagal bertindak dengan penuh hormat, kejujuran, dan belas-kasih terhadap sisa masyarakat lainnya dan terhadap warga dunia. “Tanpa memulihkan etos tanggung jawab sosial, tidak akan pernah ada pemulihan ekonomi yang berarti dan berkelanjutan.”

Bagi para pemimpin Indonesia, yang menjadi epigon setia fashion Amerika, kesimpulan Sachs itu bisa menjadi dering pengingat, tak ada kemajuan tanpa jangkar moral. Pilihan-pilihan kebijakan politik dan ekonomi harus dijejakkan pada kesanggupan para pemimpin mengorbankan kepentingan egosentrismenya, demi memuliakan nilai-nilai moral kenegaraan, yang menekankan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.

  • resonansi
  • yudi latif
  • pemimpin
  • mendertita
  • bung karno

Seberapa jauh para pemimpin ikut bertanggung jawab atas terjadinya penderitaan di masyarakat

sumber : Resonansi

Top 1: Tolong ya 1.Apakah hubungan antara kepemimpinan dengan penderitaan ...

Pengarang: brainly.co.id - Peringkat 106

Ringkasan: . 2. Berikan contoh nyata Indonesia, benar-benar menerapkan geopolitik dan geostrategi? 3. Bandingkan Ideologi Pancasila dengan Ideologi Liberalisme, Ko. … munisme, Sekulerisme? 4. Jelaskan dan tuliskan kronologis perumusan pancasila sebagai dasar filsafat negara?​ bantuin teman teman,soalnya ada di gambar​ . Nilai juang ’45 adalah heroisme (kepahlawanan) dan pantang menyerah. Kemerdekaan bangsa Indonesia didapatkan dengan susah payah. Diwarnai dengan perju. ….

Hasil pencarian yang cocok: Apakah hubungan antara kepemimpinan dengan penderitaan masyarakat.? 2.seberapa jauh para pemimpin ikut bertanggung jawab atas terjadinya ... ...

Top 2: Bukan Sekedar Cerimanan, Pemimpin adalah Sosok yang Tangguh

Pengarang: jagoanhosting.com - Peringkat 153

Ringkasan: Sosok Pemimpin Adalah Cerminan Masyarakatnya. Pemimpin adalah cerminan masyarakatnya, tentunya hal tersebut yang diinginkan oleh setiap masyarakat kepada sosok pemimpin yang di idamkan dan di inginkan untuk memimpin negeri tercinta ini. Bagaimana tidak seorang pemimpin juga harus bertanggung jawab atas semua hal yang terjadi di negerinya. Bukan mudah untuk menjadi seorang pemimpin, karena begitu banyak sekali hal yang harus dilakukan dan juga dipertimbangankan. Kesemua hal tersebut te

Hasil pencarian yang cocok: 15 Jun 2017 — Bagaimana tidak seorang pemimpin juga harus bertanggung jawab atas semua hal yang terjadi di negerinya. Bukan mudah untuk menjadi seorang ... ...

Top 3: Pemimpin yang Bertanggung Jawab - Kompasiana.com

Pengarang: kompasiana.com - Peringkat 146

Ringkasan: Sumber: infotipsbermanfaat Manusia adalah makhluk sosial yang menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan menjadi pemimpin bagi orang lain. Menjadi pemimpin berarti menjadi seseorang yang memiliki tanggung jawab lebih dalam hidup. Ada ungkapan dari Warren G. Bennisseorang pelopor studi kepemimpinan kontemporer mengatakan bahwa mitos kepemimpinan yang paling berbahaya adalah “bahwa pemimpin dilahirkan, bahwa ada faktor genetik yang untuk kepemimpinan. Itu hanya omong kosong yang pada kenyataannya k

Hasil pencarian yang cocok: 19 Okt 2016 — Selain cerdas dan berinisatif, seorang pemimpin yang ideal tentunya perlu memiliki sifat bertanggung jawab. Pengambilan keputusan terhadap cara ... ...

Top 4: Hubungan Kepemimpinan dan Kekuasaan

Pengarang: badanpendapatan.riau.go.id - Peringkat 95

Hasil pencarian yang cocok: 16 Agu 2016 — Refleksi dari kepemimpinan yang efektif, bertanggungjawab, dan terbalutnya ... dan setiap pemimpin bertanggungjawab terhadap pimpinannya, ... ...

Top 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan bagi setiap ...

Pengarang: bphn.go.id - Peringkat 147

Hasil pencarian yang cocok: oleh I BAB — hanya gejala (symptoms) terjadinya disorganisasi dalam masyarakat. Masyarakat seharusnya ikut bertanggung jawab dalam upaya pembinaan narapidana. ...

Top 6: TANGGUNG JAWAB DALAM KEPEMIMPINAN - My life is beautifull

Pengarang: imeldablogadress.blogspot.com - Peringkat 144

Ringkasan: .    Tugas Mandiri                                                                     .           

Hasil pencarian yang cocok: 21 Jan 2016 — Seorang pemimpin tentunya memiliki tanggung jawab terhadap sesuatu yang menjadi kewajiban atau tugasnya dan juga harus bertanggung jawab atas ... ...

Top 7: Thinking, Fast and Slow (Cover Baru)

Pengarang: books.google.co.kr - Peringkat 325

Hasil pencarian yang cocok: Haruskah investasi ditentukan oleh seberapa banyak ketakutan orang terhadap ... pemerintahan di Eropa. beberapa tahun lalu masih belum, dalam masyarakat ... ...

Top 8: Pemimpin Bertanggung Jawab Atas Terjadinya Perang

Pengarang: umy.ac.id - Peringkat 120

Ringkasan: Pemimpin negara memang memiliki tanggung jawab besar pada rakyatnya. Bahkan, pemimpin negara juga bertanggung jawab atas terjadinya perang. Meski begitu, perang bukanlah jalan untuk mewujudkan perdamaian dunia. Sebab perang hanya akan menimbulkan kerugian-kerugian, baik pada negara maupun rakyatnya.. Demikian disampaikan mantan Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Muhammad saat menjadi keynote speaker dalam acara opening ceremony Mahathir Global Peace School (MGPS) di Kampus Terpadu Univers

Hasil pencarian yang cocok: 4 Jun 2013 — Untuk mewujudkan perdamaian dunia dibutuhkan kerjasama dari semua pihak, baik itu rakyat, pemerintah, aparat keamanan, komunitas, dan agama. Din ... ...

Top 9: GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT - UKM KSR-PMI

Pengarang: ksr-pmi.ukm.unair.ac.id - Peringkat 97

Hasil pencarian yang cocok: 16 Mar 2020 — Gerakan ini dibentuk untuk melindungi hidup dan kesehatan manusia, serta mencegah penderitaan manusia akibat adanya konflik bersenjata atapun ... ...

Top 10: ARAH PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL MENURUT UNDANG ...

Pengarang: fh.umj.ac.id - Peringkat 168

Ringkasan: . oleh: Dr. Patrialis Akbar, SH. MH.. Pendahuluan. Salah satu tuntutan yang paling mendasar dalam gerakan reformasi 1998 adalah pembenahan sistem hukum yang kemudian menghasilkan adanya 4 (empat) kali perubahan atau amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945). Hal ini menunjukkan bahwa rakyat Indonesia pada saat itu merasakan bahwa faktor manusia bukanlah satu-satunya penyebab absolutisme kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan. Absolutisme telah d

Hasil pencarian yang cocok: Fenomena tersebut di atas dapat terjadi karena lemahnya kontrol sosial dan ... Namun, proses penyelenggaraan pemerintahan dapat dikatakan jauh lebih baik ... ...