Sebutkan 20 titik awal rekonstruksi Jalur Rempah Nusantara

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tidak hanya dikenal karena panorama alam yang indah memesona, tapi juga kekayaan rempahnya. Sebagai penghasil rempah terbesar di dunia, membuat bangsa Eropa menghidupkan jalur perdagangan di tanah air.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia menggagas rekonstruksi perdagangan rempah bernama Jalur Rempah. Hal itu agar masyarakat ingat bahwa rempah mempunyai peran penting sebagai identitas bangsa. 

Sudah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi, perburuan rempah terbesar di dunia baru terjadi di abad ke-15. Perjalanan ini dimulai oleh bangsa Eropa seperti Spanyol, Portugis, Inggris dan Belanda yang berlomba-lomba mencari pusat penghasil rempah.

Manfaat yang diburu, bukan hanya sebagai penyedap rasa tapi juga mengawetkan bahan pengawet, obat, hingga pewangi ruangan. Oleh karena itu, persaingan sengit hingga rela terlibat perang dengan menghabiskan dana dan waktu berlayar bertahun-tahun untuk mendapatkan rempah.

Pencarian rempah oleh bangsa Eropa awalnya dipelopori oleh Christopher Colombus, tapi baru Vasco Da Gama asal Portugis yang berhasil menjadi pelaut yang mencatatkan tinda emas di abad ke-15. Jalur komoditas rempah ini pun melintasi berbagai area dan pelabuhan di dunia, terutama di Asia, Afrika hingga Eropa.

Indonesia pun dikenal sebagai surganya beberapa jenis rempah karena posisinya yang strategis. Seperti cengkih yang tumbuh di Pulau Ternate dan Tidore, pala yang tumubuh alami di Pulau Banda atau Sumatra yang dikenal sebagai penghasil kemenyan, kayu manis dan lada. Di masa lalu,  Jalur Rempah bahkan jadi cikal bakal perdagangan komoditas yang melibatkan beragam suku dan membentuk Nusantara.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sebutkan 20 titik awal rekonstruksi Jalur Rempah Nusantara

Perbesar

Rempah Indonesia masih berpeluang sangat besar ke depan (Liputan6.com/Komarudin)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berupaya ikut menggaungkannya melalui program Jalur Rempah sebagai koridor interaksi antarbudaya dalam lintas daerah di Indonesia dan lintas negara. Program ini ingin menghidupkan jalur rempah dengan kerjasama, sinergi, gerak serentak dalam memajukan kebudayaan bersama ribuan orang yang memiliki ketersambungan budaya di ratusan titik rempah, mulai dari pemberdayaan komunitas budaya rempah, pengembangan eduwisata jalur rempah, hingga pertunjukan seni, gastronomi, pengetahuan dan pengobatan tradisional, residensi pelaku budaya, workshop, dan lainnya.

Program ini bukan hanya berperan dalam kemajuan kebudayaan, tapi juga mendongkrak perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Setidaknya ada 20 titik awal rekonstruksi Jalur Rempah yang tersebar dari Raja Ampat hingga Pesisir Selatan (Mandeh).

Pemerintah lewat berbagai kementerian pun membuat berbagai program, seperti Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang menawarkan paket pariwisata Jalur Rempah, Kementerian Pertanian yang akan melakukan peremajaan ladang-ladang rempah, juga Kementerian Kesehatan yang mendorong industri obat yang mengolah rempah-rempah asli Indonesia.

Begitu juga pengembangan industri kreatif, seperti fashion berbasis rempah yang diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Pentingnya posisi Jalur Rempah, Indonesia akan mengusulkan Jalur Rempah ke UNESCO sebagai world heritage atau warisan dunia pada November 2020. Apabila program Jalur Rempah berhasil mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai warisan dunia, maka dapat memperkuat diplomasi Indonesia, sekaligus meneguhkan Indonesia sebagai poros maritim dunia (Adv).

Sebutkan 20 titik awal rekonstruksi Jalur Rempah Nusantara

Perbesar

Infografis Cara Aman Pesan Makanan via Online dari Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Lanjutkan Membaca ↓

ACEH menjadi ujung tombak jalur rempah dunia. Saat ini Aceh sedang dipersiapkan untuk diusulkan sebagai warisan budaya dunia kepada Unesco pada 2024.

"Secara historis Aceh pernah memimpin memimpin jalur perdagangan rempah di masa lalu dan kini Aceh juga adalah ujung tombak dari 20 titik awal rekonstruksi jalur rempah," kata Ketua Komite Program Jalur Rempah Ditjen Kebudayaan, Kemendikbud, Ananto K. Seta di Banda Aceh, Selasa (17/11).    Pernyataan itu disampaikannya di sela-sela pertemuan dengan Pemerintah Aceh, yang berlangsung di Gedung Biro Isra, Setda Aceh, Banda Aceh. Ananto menjelaskan dari 20 titik awal rekonstruksi jalur perdagangan rempah nasional di seluruh Indonesia, dua di antaranya berada di Aceh, yaitu Aceh Utara dan Banda Aceh. Menurut Ananto, hasil yang diharapkan dari program jalur rempah ini adalah sebagai paltform budaya bersama untuk menumbuhkan kebanggaan akan jati diri daerah-daerah di Indonesia dan memperkuat jejaring interaksi budaya antardaerah, pulau dan bangsa.    Selain itu juga meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan, mengemban dan memanfaatkan warisan budaya jalur rempah untuk pembangunan Indonesia. Ananto mengatakan hasil yang diharapkan dari jalur rempah itu adalah untuk mendapatkan pengakuan Unesco sebagai warisan dunia untuk memperkuat diplomasi Indonesia sekaligus meneguhkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.    

Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Aceh T Ahmad Dadek mengatakan Pemerintah Aceh mendukung upaya mengusulkan jalur rempah sebagai warisan budaya dunia kepada Unesco. Pemerintah Aceh akan menindaklanjuti hal itu dengan membuat Qanun Kebudayaan, melakukan pengkajian ilmiah terkait jalur rempah, mengangkat jalur rempah sebagai tema Pekan Kebudayaan Aceh Tahun 2022, serta melakukan kampanye dan promosi jalur rempah.

baca juga: Masyarakat Harus Gunakan Produk UMKM    Pemerintah Aceh juga akan membentuk tim pendukung program jalur rempah dengan melibatkan Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar.   

"Pihak Kemendikbud melalui UPT Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh dan Balai Pelestarian Cagar Budaya akan mensinergikan kegiatan-kegiatan untuk mendukung program jalur rempah di Aceh," kata Ahmad Dadek dalam kegiatan yang turut dihadiri Kepala Biro Humas dan Protokol, Muhammad Iswanto. (Ant/OL-3)

Merdeka.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia menggagas program rekonstruksi perdagangan rempah bernama Jalur Rempah. Ini untuk mengingatkan betapa pentingnya peran rempah sebagai identitas bangsa yang sekarang banyak dilupakan.

Program ini mengingatkan juga betapa pentingnya menumbuhkan kesadaran jika Indonesia adalah negara yang kaya. Bukan hanya memiliki beragam suku dan budaya, harus diingat juga apabila Nusantara merupakan penghasil rempah-rempah terbesar di dunia. Inilah yang menjadi motivasi bangsa Eropa di masa dulu untuk menghidupkan perdagangan di Nusantara.

Sudah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi, perburuan rempah terbesar di dunia baru terjadi di abad ke-15. Perjalanan ini dimulai oleh bangsa Eropa seperti Spanyol, Portugis, Inggris dan Belanda yang berlomba-lomba mencari pusat penghasil rempah.

Persaingan sengit hingga rela menghabiskan banyak dana untuk berlayar selama bertahun-tahun hingga terlibat perang, demi mendapatkan rempah-rempah yang nilainya lebih tinggi daripada emas. Manfaatnya yang diburu, bukan hanya sebagai penyedap rasa tapi juga mengawetkan bahan pengawet, obat, hingga pewangi ruangan.

Pencarian rempah oleh bangsa Eropa awalnya dipelopori oleh Christopher Colombus, tapi baru Vasco Da Gama asal Portugis yang berhasil menjadi pelaut yang mencatatkan tinta emas di abad ke-15. Jalur komoditas rempah ini pun melintasi berbagai area dan pelabuhan di dunia, terutama di Asia, Afrika hingga Eropa.

Punya posisi yang strategis, Indonesia pun dikenal sebagai surganya beberapa jenis rempah. Seperti cengkeh yang tumbuh di Pulau Ternate dan Tidore, pala yang tumbuh alami di Pulau Banda atau Sumatra yang dikenal sebagai penghasil kemenyan, kayu manis dan lada. Bukan hanya itu saja, Jalur Rempah di masa lalu ini pun jadi cikal bakal perdagangan komoditas yang melibatkan beragam suku dan membentuk Nusantara.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berupaya ikut menggaungkannya melalui program jalur rempah sebagai koridor interaksi antarbudaya dalam lintas daerah di Indonesia dan lintas negara. Program ini ingin menghidupkan jalur rempah dengan kerjasama, sinergi, gerak serentak dalam memajukan kebudayaan bersama ribuan orang yang memiliki ketersambungan budaya di ratusan titik rempah, mulai dari pemberdayaan komunitas budaya rempah, pengembangan eduwisata jalur rempah, hingga pertunjukan seni, gastronomi, pengetahuan dan pengobatan tradisional, residensi pelaku budaya, workshop, dan lainnya.

Tak ketinggalan, pemerintah lewat berbagai kementerian pun membuat berbagai program. Seperti Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang menawarkan paket pariwisata Jalur Rempah, Kementerian Pertanian yang akan melakukan peremajaan ladang-ladang rempah, juga Kementerian Kesehatan yang mendorong industri obat yang mengolah rempah-rempah asli Indonesia. Begitu juga pengembangan industri kreatif, seperti fashion berbasis rempah yang diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Pada bulan November ini, Indonesia akan mengusulkan Jalur Rempah ke UNESCO sebagai world heritage atau warisan dunia. Harapannya, program ini bukan hanya berperan dalam kemajuan kebudayaan, tapi juga mendongkrak perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Setidaknya ada 20 titik awal rekonstruksi Jalur Rempah yang tersebar dari Raja Ampat hingga Pesisir Selatan (Mandeh). Apabila program Jalur Rempah berhasil mendapatkan pengakuan UNESCO sebagai warisan dunia, maka dapat memperkuat diplomasi Indonesia, sekaligus meneguhkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. (mdk/fik)

Baca juga:
Guru Honorer Kemendikbud dan Kementerian Agama Bakal Terima Subsidi Gaji
Berkunjung ke Palu, Mendikbud Pastikan Pemulihan Sekolah Terdampak Gempa 2018 Lancar
Kemendikud Sebut Program Merdeka Belajar Episode Keenam untuk Mewujudkan SDM Unggul
Ini Kata Kemendikbud Soal Siswi di Gowa Bunuh Diri Gara-Gara Tugas Daring
Kemendikbud Beri Bonus Rp500 Miliar ke PTN Indikator Kinerja Utama Terbanyak 2021
Mendikbud Nadiem Puji Kontribusi Para Pemuda Ikut Perangi Covid-19 di Tanah Air