Sebutkan dan jelaskan 4 sikap yang harus dihindari dalam mengembangkan nasionalisme Indonesia

tirto.id - Nasionalisme merupakan suatu paham yang menganggap bahwa kesetiaan tertinggi atas setiap pribadi harus diserahkan kepada negara.

Adapun menurut Hans Kohn dalam Modul Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Dasar Bela Negara, nasionalisme merupakan suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan individu tertinggi harus diserahkan kepada negara. Memiliki perasaan yang mendalam akan ikatan terhadap tanah air sebagai tumpah darah.

Paham nasionalisme pertama kali dikenal di Indonesia sejak awal abad ke-20, yakni saat berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1980. Dengan berdirinya Budi Utomo itu merupakan awal dari kebangkitan nasional dan awal dari kesadaran nasional.

Terdapat tiga hal yang harus dilakukan untuk membina nasionalisme di Indonesia, yaitu,

1. Mengembangkan persamaan di antara suku-suku dan penghuni nusantara

2. Mengembangkan sikap toleransi antar suku, ras, agama, budaya, dan lainnya

3. Memiliki rasa senasib dan sepenanggungan di antara sesama bangsa Indonesia.

Dikutip kembali dari Modul Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Dasar Bela Negara, berikut merupakan empat hal yang harus dihindari dalam memupuk semangat nasionalisme,

1. Sukuisme, merasa dan menganggap bangsa sendiri yang paling baik

2. Chauvinisme, menganggap bangsa sendiri yang paling unggul

3. Provinsialisme, suatu sikap yang ingin selalu berkutat dengan provinsi atau daerah sendiri

4. Ekstrimisme, sebuah sikap yang mempertahankan pendirian dengan menghalalkan berbagai cara bahkan dengan kekerasan dan senjata.

Pengertian patriotisme

Patriotisme merupakan sikap kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, untuk kepentingan kemanusiaan, dan untuk kepentingan pembangunan. Patriotisme juga merupakan salah satu unsur nasionalisme.

Sikap patriotisme dapat diterapkan dalam kehidupan berkeluarga, masyarakat, sekolah, serta bangsa dan negara.

Patriotisme mengandung konotasi etika yang berarti tanah air merupakan satu nilai moral. Bersedia mengorbankan harta benda maupun jiwa raga demi menjaga kemajuan dan kemakmuran tanah air.

Mengutip dari buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (2017), berikut merupakan ciri-ciri dari sikap patriotisme :

1. Mencintai tanah air

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara

3. Mengutamakan persatuan, kesatuan, serta keselamatan bangsa, dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan

4. Memiliki jiwa pembaharu

5. Tidak kenal putus asa

Berikut 4 sikap yang tidak sesuai dengan patriotisme :

1. Egoisme, yaitu sikap yang mementingkan diri sendiri tanpa memedulikan kepentingan orang lain

2. Ekstrimisme, yaitu sikap keras mempertahankan pendirian dengan cara menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan pribadi

3. Terorisme, yakni sebuah tindakan yang bertujuan membuat kepanikan, suasana tidak aman, dan kepanikan dalam masyarakat.

4. Separatisme, yaitu suatu sikap yang ingin memisahkan diri dari suatu kelompok.

Blank dan Schmidt berpendapat seperti yang tercatat pada penelitian skripsi yang berjudul Patriotisme Dalam Serat Wira Wiyata (2011) bahwa nasionalisme tidak sama dengan patriotisme.

Nasionalisme lebih bernuansa dominasi, superioritas atas kelompok bangsa lain. Tingkat nasionalisme suatu bangsa atau kelompok ditekankan pada adanya perasaan ‘lebih’ atas bangsa lain. Sedangkan patriotisme lebih menekankan rasa ‘cinta’ terhadap bangsa sendiri.

Baca juga:

  • Sejarah Perkembangan Nasionalisme di Indonesia dan 5 Prinsipnya
  • Novel Burung-burung Manyar & Nasionalisme Orang-orang Kalah

Baca juga artikel terkait NASIONALISME atau tulisan menarik lainnya Yunita Dewi
(tirto.id - ynt/wta)


Penulis: Yunita Dewi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari
Kontributor: Yunita Dewi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Selasa, 2020-11-10 - 00:14:53 WIB

Pandemi Covid-19 harus menjadi perhatian semua pihak dan setiap warga negara Indonesia dengan memahami langkah yang harus dilakukan. Dibutuhkan kesadaran protokol kesehatan dalam setiap melakukan aktivitas. Disisi lain juga harus dibangun kesadaran warga untuk menjaga stabilitas ekonomi keluarga dan menjadi pelopor kepedulian bagi orang-orang terdekat. 

Dosen Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Widya Mataram (UWM), Nany Noor Kurniyati, SE., MM., M.Sc menuturkan, semangat Hari Pahlawan yang selalu diperingati pada tanggal 10 November menjadi motivasi masyarakat Indonesia untuk lebih meningkatkan jiwa patriotik dan nasionalisme yang tinggi. Selama pandemi Covid-19 diperlukan tindakan yang bernilai kepahlawanan seperti semangat pantang menyerah, semangat pengorbanan, dan mengutamakan kepentingan bangsa. 

“Saling memahami untuk tolong-menolong dan menanggung beban kesulitan orang-orang disekitar diharapkan selalu muncul dalam situasi pandemi Covid 19,” ucap Nany pada Senin (9/11/2020). 

Salah satu yang menjadi kebanggaan kita, lanjut Nany, masih terjaganya semangat kebersamaan dan gotong-royong sebagai jatidiri bangsa Indonesia. Hal itu tampak dari kebersamaan melakukan pengamanan lingkungan, penyemprotan disinfektan, kampanye menyerukan pola hidup sehat dengan melakukan cuci tangan, menggunakan masker dan menjaga jarak. 

“Salah satu hal penting yang harus menjadi perhatian disamping kesehatan adalah menjaga pertumbuhan ekonomi agar tetap stabil. Sektor ekonomi harus segera bangkit setelah banyak sektor usaha yang terpuruk yang bermuara pada terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Upaya yang dapat terus didorong adalah menciptakan kewirausahaan baru,” ungkapnya. 

Dosen Manajemen itu menjelaskan, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan untuk memotivasi diri dalam berbagai aktivitas, baik dalam aktivitas kerja maupun berwirausaha. Warga harus mengubah pola pikir subyektif agar menjadi pribadi terbuka, menerima perbedaan, toleransi dan dapat berbaur serta bersosialisasi dalam lingkungannya. 

“Mengubah pola pikir yang subyektif ini mencakup tiga hal diantaranya keseimbangan antara melakukan hal-hal besar dan hal-hal yang sepele, mengubah pola pikir dari memenuhi kebutuhan diri sendiri menjadi memenuhi kebutuhan orang lain, dan fokus pada pelaksanaan tanggung jawab,” kata Nany.

©HumasWidyaMataram


JAKARTA - Ada beberapa sifat yang harus dihindari dalam melakukan kerja sama. Sebagai masyarakat yang majemuk, pasti selalu ada perbedaan antara individu satu dengan individu yang lain.

Hal tersebut terjadi karena setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda. Namun, manusia tetap harus ingat akan kodratnya sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan kerja sama dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhannya.

Lantas, hal yang perlu dilakukan agar tidak timbul perpecahan?

BACA JUGA:Pancasila sebagai Satu Kesatuan yang Utuh

BACA JUGA:Hubungan Sila-Sila Dalam Pancasila

Dikutip dari buku PPKN terbitan Kemendikbud tahun 2007, dalam mengembangkan sikap kerja sama yang baik dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, setiap warga negara harus menghindari sikap yang tidak terpuji dalam bekerja sama seperti di bawah ini:

1. Sikap fanatik sempit, yaitu sifat yang merasa diri sendiri paling benar. Ia akan beranggapan bahwa diri atau kelompoknya sebagai superior, merasa jadi yang paling benar.

2. Sikap individualis, yaitu sifat yang lebih mendahulukan kepentingan sendiri. Sikap individualis akan membuat kita selalu mementingkan ego diri sendiri ketimbang kepentingan kelompok.

3. Sikap eksklusivisme, yaitu sikap selalu memisahkan diri dari kehidupan sosial di masyarakat karena adanya jurang pemisah akibat perbedaan suku bangsa, adat istiadat, agama, dan bahasa daerah.

4. Sikap primordialisme, yaitu perasaan kesukuan yang berlebihan. Sikap primordialisme akan cenderung mementingkan kepentingan kelompoknya dan beranggapan bahwa kebudayaan kelompoknya lah yang terbaik dari yang lain.

Maka dari itu, kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan terwujud apabila setiap anggota masyarakat dapat mengembangkan sikap saling menghormati, saling menghargai antar suku, agama, ras, dan antargolongan.

  • #ppkn
  • #Pancasila
  • #Sifat yang Harus Dihindari dalam Melakukan Kerja S