Sebutkan judul lagu anak anak yang dipakai sunan giri dalam berdakwah

Sunan Giri adalah nama salah seorang Walisongo dan pendiri kerajaan Giri Kedaton, yang berkedudukan di daerah Gresik, Jawa Timur. Sunan Giri membangun Giri Kedaton sebagai pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa yang pengaruhnya bahkan sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.

Raden Joko Samudro
(Sunan Giri)Walisongo

Angkatan Ke-6

Berkuasa1404–1419PenerusSunan Kudus

Lahir1442 M
Banyuwangi, IndonesiaWafat1467 M
Gresik, IndonesiaNama lengkap
Raden Joko Samudro
AyahMaulana IshaqIstri

  • Dewi Sekardadu

AgamaIslam

Sunan Giri memiliki beberapa nama panggilan, yaitu Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin dan Joko Samudro. Ia lahir di Banyuwangi tahun 1442 dan dimakamkan di desa Giri, Kebomas, Gresik.

 

Tangga dan candi bentar masuk ke pemakaman Sunan Giri pada tahun 1932

Beberapa babad menceritakan pendapat yang berbeda mengenai silsilah Sunan Giri. Sebagian babad berpendapat bahwa ia adalah anak Maulana Ishaq, seorang mubaligh yang datang dari Asia Tengah. Maulana Ishaq diceritakan menikah dengan Dewi Sekardadu, yaitu putri dari Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan pada masa-masa akhir kekuasaan Majapahit.

Pendapat lainnya yang menyatakan bahwa Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW, yaitu melalui jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja'far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad an-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali' Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar), Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandy (Ibrahim Asmoro), Maulana Ishaq, dan Ainul Yaqin (Sunan Giri). Umumnya pendapat tersebut adalah berdasarkan riwayat pesantren-pesantren Jawa Timur, dan catatan nasab Sa'adah BaAlawi Hadramaut.

Dalam Hikayat Banjar, Pangeran Giri (alias Sunan Giri) merupakan cucu Putri Pasai (Jeumpa?) dan Dipati Hangrok (alias Brawijaya VI). Perkawinan Putri Pasai dengan Dipati Hangrok melahirkan seorang putera. Putera ini yang tidak disebutkan namanya menikah dengan puteri Raja Bali, kemudian melahirkan Pangeran Giri. Putri Pasai adalah puteri Sultan Pasai yang diambil isteri oleh Raja Majapahit yang bernama Dipati Hangrok (alias Brawijaya VI). Mangkubumi Majapahit masa itu adalaha Patih Maudara.

Menurut Hoesein Djajadiningrat dalam Sadjarah Banten (1983), Nyai Pinatih adalah janda kaya raya di Gresik, bersuami Koja Mahdum Syahbandar, seorang asing di Majapahit. Nama Pinatih sendiri sejatinya berkaitan dengan nama keluarga dari Ksatria Manggis di Bali (Eiseman, 1988), yang merupakan keturunan penguasa Lumajang, Menak Koncar, salah seorang keluarga Maharaja Majapahit yang awal sekali memeluk Islam.[1]

Bayi yang tersangkut di kapal itu diambil oleh awak kapal dan diserahkan kepada Nyai Pinatih yang kemudian memungutnya menjadi anak angkat. Karena ditemukan di laut, maka bayi itu dinamai Jaka Samudra. Setelah cukup umur, Jaka Samudra dikirim ke Ampeldenta untuk berguru kepada Sunan Ampel. Menurut Babad Tanah Jawi, sesuai pesan Maulana Ishak, oleh Sunan Ampel nama Jaka Samudra diganti menjadi Raden Paku.

Setelah tiga tahun berguru kepada ayahnya, Raden Paku atau lebih dikenal dengan Raden 'Ainul Yaqin kembali ke Giri kemBabad Tanah Jawi dikisahkan bahwa Raden Paku dan Raden Mahdum Ibrahim pernah bermaksud pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu sekaligus berhaji. Namun, keduanya hanya sampai di Malaka dan bertemu dengan Maulana Ishak, ayah kandung Raden Paku. Keduanya diberi pelajaran tentang berbagai macam ilmu keislaman, termasuk ilmu tasawuf. Di dalam sumber yang dicatat pada silsilah Bupati Gresik pertama bernama Kyai Tumenggung Pusponegoro, terdapat silsilah tarekat Syathariyah yang menyebut nama Syaikh Maulana Ishak dan Raden Paku Sunan Giri sebagai guru Tarekat Syathariyah, yang menunjuk bahwa aliran tasawuf yang diajarkan Maulana Ishak dan Raden Paku adalah Tarekat Syathariyah.udian mendirikan sebuah pesantren giri di sebuah perbukitan di desa Sidomukti, Kebomas. Dalam bahasa Jawa, giri berarti gunung. Sejak itulah, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri.

Pesantren Giri kemudian menjadi terkenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa, bahkan pengaruhnya sampai ke Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera (terutama bagian selatan) dan Maluku. Pengaruh Giri terus berkembang sampai menjadi kerajaan kecil yang disebut Giri Kedaton, yang menguasai Gresik dan sekitarnya selama beberapa generasi sampai akhirnya ditumbangkan oleh Sultan Agung.

Terdapat beberapa karya seni tradisional Jawa yang sering dianggap berhubungkan dengan Sunan Giri, diantaranya adalah permainan-permainan anak seperti Jelungan, dan Cublak Suweng; serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmaradana dan Pucung.

  1. ^ Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Depok: Pustaka Iman, 2016, 206.

 

Artikel bertopik Ulama ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

 

Artikel bertopik biografi Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "//id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sunan_Giri&oldid=20901846"

CNN Indonesia

Selasa, 20 Apr 2021 09:00 WIB

Ilustrasi Sunan Giri. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Jakarta, CNN Indonesia --

Sosok yang pernah dimasukkan ke dalam peti saat bayi, lalu dilarungkan ke sungai bukan hanya Nabi Musa atau Kumbakarna dalam Babad Mahabharata. Sunan Giri merupakan salah satu Wali Songo yang memiliki jalan hidup terbilang dramatis dengan masa kecil yang pahit.

Sunan Giri Lahir di Blambangan (Banyuwangi, Jawa Timur) pada 1442 Masehi. Susilarini dalam bukunya Mengenal Sembilan Wali menyebut Sunan Giri memiliki banyak nama panggilan. Beberapa di antaranya yang populer adalah Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, Raden 'Ainul Yaqin, dan Joko Samudra.

Dikisahkan, pelarungan bayi Sunan Giri dilatarbelakangi politik.


Kala itu, Patih kerajaan Blambangan tidak mau Pangeran Giri menjadi pewaris kerajaan. Prabu Menak Sembuyu menyiapkan sebuah peti besi untuk kelahiran Giri kecil. Bayi mungil itu kemudian dilarung ke lautan Selat Bali.

Singkat cerita, Sunan Giri dewasa berguru kepada Sunan Ampel. Sunan Ampel kemudian mengetahui asal Sunan Giri yang sebenarnya. Ia lalu mengirimkan muridnya itu untuk melanjutkan belajar Islam di Pasai, Aceh, sebelum menjalankan ibadah haji ke tanah suci Mekkah, Arab Saudi, kemudian.

Di Pasai, Sunan Giri berguru Maulana Ishaq yang tidak lain adalah ayahnya sendiri. Setelah tiga tahun belajar dengan ayahnya, Joko Samudra yang kemudian lebih dikenal sebagai Raden 'Ainul Yaqin diutus untuk menyiarkan Islam di Jawa oleh ayahnya.

Raden 'Ainul Yaqin kemudian mendirikan pesantren Giri di Gresik.

Berdakwah dengan Kesenian

Budayawan dan pengasuh Pondok Pesantren Kaliopak, Bantul, Yogyakarta, Jadul Maula mengatakan pada periode Sunan Giri, jaringan wali songo yang terdiri dari Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, dan Sunan Gunung Djati merumuskan strategi kebudayaan penyebaran Islam.

Hal itu diwujudkan dalam penggunaan medium seni budaya seperti penciptaan wayang, tembang-tembang Jawa. Ia juga menciptakan gending (lagu instrumental Jawa) seperti Asmarandana dan Pucung.

Sunan Giri juga menciptakan permainan anak-anak seperti Jelungan, Lir-ilir, Jamuran, dan Cublak-cublak Suweng. Selain itu, mereka juga merumuskan suatu tata kota.

"Era Sunan Ampel itu dasar-dasar jaringan, gerakan budaya secara lebih sistematis itu dikembangkan pada era Sunan Giri," kata Jadul saat dihubungi CNNIndonesia.com akhir pekan kemarin.

Lebih lanjut, Jadul menyebutkan bahwa Sunan Giri juga melakukan penyebaran Islam secara sistematis melalui sistem pendidikan. Ia mengirimkan murid-muridnya ke berbagai wilayah di Nusantara seperti, Nusa Tenggara, Flores, Martapura, Buton, Goa, hingga Maluku.

"Yang mengislamkan wilayah Sulawesi, Datuk Ribandang itu santri Giri juga," terang penulis buku Islam Berkebudayaan itu.

Selain itu, Jadul juga menyebutkan bahwa jaringan kerja para wali di Nusantara berporos di Giri. Dari wilayah tersebut, kemudian menyebar ke pantai utara Jawa, dan luar pulau Jawa.

"Sunan Giri punya kewibawaan rohani setelah Sunan Ampel," tuturnya.

(iam/ain)

Saksikan Video di Bawah Ini:

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA