Logo Sarekat Islam Show
Sarekat Islam (disingkat SI, sebelumnya disingkat SDI: Sarekat Dagang Islam) merupakan organisasi politik pertama di Indonesia pada awalnya adalah perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Selanjutnya keadaan politik dan sosial mendukung SI dijadikan organisasi yang tampil di perpolitikan, maka SDI berubah nama dijadikan SI atau Sarekat Islam. Sejarah awalSarekat Dagang IslamOrganisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) supaya bisa berkompetisi dengan pedagang-pedagang luhur Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah bertambah maju usahanya dan memiliki hak dan status yang bertambah tinggi dari pada penduduk Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut kesudahan menimbulkan perubahan sosial karena timbulnya kesadaran di selang kaum pribumi yang biasa dinamakan sebagai Inlanders. SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pemimpin H. Samanhudi, perkumpulan ini dijadikan bertambah sempurna pesat hingga dijadikan perkumpulan yang berpengaruh. R.M. Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia. Pada tahun 1910, Tirtoadisuryo mendirikan lagi organisasi semacam itu di Buitenzorg. Demikian pula, di Surabaya H.O.S. Tjokroaminoto mendirikan organisasi serupa tahun 1912. Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak kesudahan memegang keuangan surat kabar SI, Oetusan Hindia. Tjokroaminoto kesudahan dipilih dijadikan pemimpin, dan mengubah nama SDI dijadikan Sarekat Islam (SI). Pada tahun 1912, oleh pemimpinnya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah dijadikan Sarekat Islam (SI). Hal ini diterapkan supaya organisasi tidak hanya bangkit dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam bidang lain seperti politik. Jika ditinjau dari aturan dasarnya, bisa disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk warga Jawa dan Madura saja. Tujuan SI adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di selang muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI membuka untuk semua lapisan warga muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam aturan dasarnya tidak terlihat demikianlah keadaanya unsur politik, tapi dalam caranya SI menaruh perhatian luhur terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial. Artiannya SI memiliki jumlah anggota yang banyak sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Seiring dengan perubahan waktu, hasilnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Sesudah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah dijadikan partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, adalah HOS Tjokroaminoto; sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam CSI dijadikan anggota volksraad atas namanya sendiri berdasarkan ketokohan, dan bukan mewakili Central SI sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang dijadikan tokoh terdepan dalam Centraal Sarekat Islam. Tapi Tjokroaminoto tidak bertahan lama di lembaga yang diciptakan Pemerintah Hindia Belanda itu dan dia keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat), karena volksraad dipandangnya sebagai "Boneka Belanda" yang hanya mementingkan urusan penjajahan di Hindia ini dan tetap mengabaikan hak-hak kaum pribumi. HOS Tjokroaminoto ketika itu telah menyuarakan supaya bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak untuk mengatur urusan dirinya sendiri, yang hal ini disorongkan oleh pihak Belanda. Potret bersama rapat Sarekat Islam di Kaliwungu. Mempunyai para anggota dari Kaliwungu, Peterongan, dan Mlaten, serta anggota Asosiasi Staf Kereta Api dan Trem (VSTP)[1] Semarang. Pada tahun 1912, oleh pemimpinnya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah dijadikan Sarekat Islam (SI). Hal ini diterapkan supaya organisasi tidak hanya bangkit dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam bidang lain seperti politik. Jika ditinjau dari aturan dasarnya, bisa disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk warga Jawa dan Madura saja. Tujuan SI adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di selang muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI membuka untuk semua lapisan warga muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam aturan dasarnya tidak terlihat demikianlah keadaanya unsur politik, tapi dalam caranya SI menaruh perhatian luhur terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial. Artiannya SI memiliki jumlah anggota yang banyak sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Seiring dengan perubahan waktu, hasilnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Sesudah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah dijadikan partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917. Kongres-kongres awalKongres pertama disediakan pada bulan Januari 1913. Dalam kongres ini Tjokroaminoto menyatakan bahwa SI bukan merupakan organisasi politik, dan bertujuan untuk meningkatkan perdagangan antarbangsa Indonesia, membantu anggotanya yang merasakan kesusahan ekonomi serta mengembangkan kehidupan relijius dalam warga Indonesia. Kongres kedua disediakan pada bulan Oktober 1917. Kongres ketiga disediakan pada tanggal 29 September hingga 6 Oktober 1918 di Surabaya. Dalam kongres ini Tjokroaminoto menyatakan jika Belanda tidak memainkan reformasi sosial berskala luhur, SI akan memainkannya sendiri di luar parlemen. Masuknya pengaruh komunismeSI yang merasakan perkembangan pesat, kesudahan mulai disusupi oleh petuah sosialisme revolusioner. Petuah ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi karena petuah yang mereka anut tidak berakar di dalam warga Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang sukses. Sehingga mereka memakai taktik infiltrasi yang dikenal sebagai "Blok di dalam", mereka sukses menyusup ke dalam tubuh SI oleh karena dengan tujuan yang sama adalah membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan cara yang tidak sama. Dengan usaha yang sama berat, mereka sukses memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini menyebabkan SI pecah dijadikan "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. SI merah berdasarkan asas sosialisme-komunisme. Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI antar lain:
SI Putih (H. Agus Salim, Abdul Muis, Suryopranoto, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo) bertujuan kanan berpusat di kota Yogyakarta. Sedangkan SI Merah (Semaoen, Alimin, Darsono) bertujuan kiri berpusat di kota Semarang. Sedangkan HOS Tjokroaminoto pada mulanya adalah penengah di selang kedua kubu tersebut. Jurang selang SI Merah dan SI Putih makin melebar saat keluarnya pernyataan Komintern (Partai Komunis Internasional) yang menentang cita-cita Pan-Islamisme. Pada saat kongres SI Maret 1921 di Yogyakarta, H. Fachruddin, Wakil Ketua Muhammadiyah mengedarkan brosur yang menyatakan bahwa Pan-Islamisme tidak akan tercapai bila tetap memainkan pekerjaan sama dengan komunis karena keduanya memang bertentangan. Di samping itu Agus Salim mengecam SI Semarang yang mendukung PKI. Darsono membalas kecaman tersebut dengan mengecam beleid (Belanda: kebijaksanaan) keuangan Tjokroaminoto. SI Semarang juga menentang pencampuran agama dan politik dalam SI. Oleh karena itu, Tjokroaminoto bertambah condong ke SI haluan kanan (SI Putih). Penegakan disiplin partaiPecahnya SI terjadi sesudah Semaoen dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini benar kaitannya dengan dorongan Abdul Muis dan Agus Salim pada kongres SI yang keenam 6-10 Oktober 1921 tentang perlunya disiplin partai yang melarang keanggotaan rangkap. Anggota SI harus memilih selang SI atau organisasi lain, dengan tujuan supaya SI bersih dari unsur-unsur komunis. Hal ini dikhawatirkan oleh PKI sehingga Tan Malaka berharap pengecualian untuk PKI. Namun usaha ini tidak sukses karena disiplin partai diterima dengan mayoritas suara. Saat itu anggota-anggota PSI dari Muhammadiyah dan Persis pun ikut pula dikeluarkan, karena disiplin partai tidak memperbolehkannya. Keputusan mengenai disiplin partai diperkuat lagi dalam kongres SI pada bulan Februari 1923 di Madiun. Dalam kongres Tjokroaminoto memusatkan tentang peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan nama CSI dijadikan Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PKI bulan Maret 1923, PKI memutuskan untuk menggerakkan SI Merah untuk menandingi SI Putih. Pada tahun 1924, SI Merah berubah nama dijadikan "Sarekat Rakyat". Partai Sarekat Islam IndonesiaPada kongres PSI tahun 1929 menyatakan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemedekaan nasional. Karena tujuannya yang jelas itulah PSI ditambah namanya dengan Indonesia sehingga dijadikan Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga PSII menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Dampak keragaman cara pandang di selang anggota partai, PSII pecah dijadikan beberapa partai politik, di selangnya Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII sendiri. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangannya. Pada Pemilu 1955 PSII dijadikan peserta dan mendapatkan 8 (delapan) kursi parlemen. Kesudahan pada Pemilu 1971 di zaman Orde Baru, PSII di bawah kepemimpinan H. Anwar Tjokroaminoto kembali dijadikan peserta bersama sembilan partai politik lainnya dan sukses mendudukkan wakilnya di DPRRI sebanyak 12 (dua belas orang). Rujukan
Bacaan lanjutanTautan luar
edunitas.com Page 2Logo Sarekat Islam Sarekat Islam (disingkat SI, sebelumnya disingkat SDI: Sarekat Dagang Islam) merupakan organisasi politik pertama di Indonesia pada awalnya yaitu perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Yang belakang sekali keadaan politik dan sosial mendukung SI menjadi organisasi yang tampil di perpolitikan, maka SDI berubah nama menjadi SI atau Sarekat Islam. Sejarah awalSarekat Dagang IslamOrganisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905, dengan tujuan awal bagi menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) supaya dapat bersaingan dengan pedagang-pedagang akbar Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih tinggi dari pada masyarakat Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut yang belakang sekali menimbulkan perubahan sosial sebab timbulnya kesadaran di selang kaum pribumi yang biasa dikata sbg Inlanders. SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sbg dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat sampai menjadi perkumpulan yang berpengaruh. R.M. Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia. Pada tahun 1910, Tirtoadisuryo mendirikan lagi organisasi semacam itu di Buitenzorg. Demikian pula, di Surabaya H.O.S. Tjokroaminoto mendirikan organisasi serupa tahun 1912. Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak yang belakang sekali memegang keuangan surat kabar SI, Oetusan Hindia. Tjokroaminoto yang belakang sekali dipilih menjadi pemimpin, dan mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI). Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan supaya organisasi tidak hanya bangkit dalam anggota ekonomi, tapi juga dalam anggota lain seperti politik. Jika ditinjau dari aturan dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI yaitu sbg berikut:
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya bagi masyarakat Jawa dan Madura saja. Tujuan SI yaitu membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di selang muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI membuka bagi seluruh lapisan masyarakat muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sbg Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam aturan dasarnya tidak terlihat mempunyainya unsur politik, tapi dalam programanya SI menaruh perhatian akbar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Manfaatnya SI memiliki jumlah anggota yang jumlah sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Seiring dengan perubahan waktu, penghabisannya SI pusat diberi pengakuan sbg Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, yaitu HOS Tjokroaminoto; sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam CSI menjadi anggota volksraad atas namanya sendiri berdasarkan ketokohan, dan bukan mewakili Central SI sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang menjadi tokoh terdepan dalam Centraal Sarekat Islam. Tapi Tjokroaminoto tidak bertahan lama di lembaga yang dibuat Pemerintah Hindia Belanda itu dan beliau keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat), sebab volksraad dipandangnya sbg "Boneka Belanda" yang hanya mementingkan urusan penjajahan di Hindia ini dan tetap mengabaikan hak-hak kaum pribumi. HOS Tjokroaminoto ketika itu telah menyuarakan supaya bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak bagi mengatur urusan dirinya sendiri, yang hal ini ditolak oleh pihak Belanda. Potret bersama rapat Sarekat Islam di Kaliwungu. Ada para anggota dari Kaliwungu, Peterongan, dan Mlaten, serta anggota Asosiasi Staf Kereta Api dan Trem (VSTP)[1] Semarang. Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan supaya organisasi tidak hanya bangkit dalam anggota ekonomi, tapi juga dalam anggota lain seperti politik. Jika ditinjau dari aturan dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI yaitu sbg berikut:
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya bagi masyarakat Jawa dan Madura saja. Tujuan SI yaitu membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di selang muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI membuka bagi seluruh lapisan masyarakat muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sbg Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam aturan dasarnya tidak terlihat mempunyainya unsur politik, tapi dalam programanya SI menaruh perhatian akbar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Manfaatnya SI memiliki jumlah anggota yang jumlah sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Seiring dengan perubahan waktu, penghabisannya SI pusat diberi pengakuan sbg Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917. Kongres-kongres awalKongres pertama diadakan pada bulan Januari 1913. Dalam kongres ini Tjokroaminoto mencetuskan bahwa SI bukan merupakan organisasi politik, dan berhaluan bagi meningkatkan perdagangan antarbangsa Indonesia, membantu anggotanya yang mengalami kesusahan ekonomi serta mengembangkan kehidupan relijius dalam masyarakat Indonesia. Kongres kedua diadakan pada bulan Oktober 1917. Kongres ketiga diadakan pada tanggal 29 September sampai 6 Oktober 1918 di Surabaya. Dalam kongres ini Tjokroaminoto mencetuskan jika Belanda tidak melakukan reformasi sosial berskala akbar, SI akan melakukannya sendiri di luar parlemen. Masuknya pengaruh komunismeSI yang mengalami perkembangan pesat, yang belakang sekali mulai disusupi oleh segala sesuatu yang diajarkan sosialisme revolusioner. Segala sesuatu yang diajarkan ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi sebab segala sesuatu yang diajarkan yang mereka anut tidak berakar di dalam masyarakat Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang sukses. Sehingga mereka memakai taktik infiltrasi yang dikenali sbg "Blok di dalam", mereka sukses menyusup ke dalam tubuh SI oleh sebab dengan tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan metode yang berlainan. Dengan usaha yang tidak sewenang-wenang, mereka sukses memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini mengakibatkan SI pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. SI merah berdasarkan asas sosialisme-komunisme. Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI antar lain:
SI Putih (H. Agus Salim, Abdul Muis, Suryopranoto, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo) berhaluan kanan berpusat di kota Yogyakarta. Sedangkan SI Merah (Semaoen, Alimin, Darsono) berhaluan kiri berpusat di kota Semarang. Sedangkan HOS Tjokroaminoto pada mulanya yaitu penengah di selang kedua kubu tersebut. Jurang selang SI Merah dan SI Putih lebih melebar saat keluarnya pernyataan Komintern (Partai Komunis Internasional) yang menentang cita-cita Pan-Islamisme. Pada saat kongres SI Maret 1921 di Yogyakarta, H. Fachruddin, Wakil Ketua Muhammadiyah mengedarkan brosur yang mencetuskan bahwa Pan-Islamisme tidak akan tercapai bila tetap bekerja sama dengan komunis sebab keduanya memang bertentangan. Di samping itu Agus Salim mengecam SI Semarang yang mendukung PKI. Darsono membalas kecaman tersebut dengan mengecam beleid (Belanda: kebijaksanaan) keuangan Tjokroaminoto. SI Semarang juga menentang pencampuran agama dan politik dalam SI. Oleh sebab itu, Tjokroaminoto lebih condong ke SI haluan kanan (SI Putih). Penegakan disiplin partaiPecahnya SI terjadi setelah Semaoen dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini mempunyai kaitannya dengan desakan Abdul Muis dan Agus Salim pada kongres SI yang keenam 6-10 Oktober 1921 tentang perlunya disiplin partai yang melarang keanggotaan rangkap. Anggota SI harus memilih selang SI atau organisasi lain, dengan tujuan supaya SI bersih dari unsur-unsur komunis. Hal ini dikhawatirkan oleh PKI sehingga Tan Malaka berkeinginan pengecualian bagi PKI. Namun usaha ini tidak sukses sebab disiplin partai diterima dengan mayoritas suara. Saat itu anggota-anggota PSI dari Muhammadiyah dan Persis pun ikut pula dikeluarkan, sebab disiplin partai tidak memperbolehkannya. Keputusan mengenai disiplin partai diperkuat lagi dalam kongres SI pada bulan Februari 1923 di Madiun. Dalam kongres Tjokroaminoto memusatkan tentang peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan nama CSI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PKI bulan Maret 1923, PKI memutuskan bagi menggerakkan SI Merah bagi menandingi SI Putih. Pada tahun 1924, SI Merah beralih nama menjadi "Sarekat Rakyat". Partai Sarekat Islam IndonesiaPada kongres PSI tahun 1929 mencetuskan bahwa tujuan perjuangan yaitu mencapai kemedekaan nasional. Sebab tujuannya yang jelas itulah PSI ditambah namanya dengan Indonesia sehingga menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga PSII menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Akhir suatu peristiwa keragaman metode pandang di selang anggota partai, PSII pecah menjadi beberapa partai politik, di selangnya Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII sendiri. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangannya. Pada Pemilu 1955 PSII menjadi peserta dan mendapatkan 8 (delapan) kursi parlemen. Yang belakang sekali pada Pemilu 1971 di zaman Orde Baru, PSII di bawah kepemimpinan H. Anwar Tjokroaminoto kembali menjadi peserta bersama sembilan partai politik lainnya dan sukses menaruh wakilnya di DPRRI sejumlah 12 (dua belas orang). Rujukan
Bacaan lanjutanPranala luar
edunitas.com Page 3Logo Sarekat Islam Sarekat Islam (disingkat SI, sebelumnya disingkat SDI: Sarekat Dagang Islam) merupakan organisasi politik pertama di Indonesia pada awalnya yaitu perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Yang belakang sekali keadaan politik dan sosial mendukung SI menjadi organisasi yang tampil di perpolitikan, maka SDI berubah nama menjadi SI atau Sarekat Islam. Sejarah awalSarekat Dagang IslamOrganisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905, dengan tujuan awal bagi menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) supaya dapat bersaingan dengan pedagang-pedagang akbar Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih tinggi dari pada masyarakat Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut yang belakang sekali menimbulkan perubahan sosial sebab timbulnya kesadaran di selang kaum pribumi yang biasa dikata sbg Inlanders. SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sbg dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat sampai menjadi perkumpulan yang berpengaruh. R.M. Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia. Pada tahun 1910, Tirtoadisuryo mendirikan lagi organisasi semacam itu di Buitenzorg. Demikian pula, di Surabaya H.O.S. Tjokroaminoto mendirikan organisasi serupa tahun 1912. Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak yang belakang sekali memegang keuangan surat kabar SI, Oetusan Hindia. Tjokroaminoto yang belakang sekali dipilih menjadi pemimpin, dan mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI). Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan supaya organisasi tidak hanya bangkit dalam anggota ekonomi, tapi juga dalam anggota lain seperti politik. Jika ditinjau dari aturan dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI yaitu sbg berikut:
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya bagi masyarakat Jawa dan Madura saja. Tujuan SI yaitu membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di selang muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI membuka bagi seluruh lapisan masyarakat muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sbg Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam aturan dasarnya tidak terlihat mempunyainya unsur politik, tapi dalam programanya SI menaruh perhatian akbar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Manfaatnya SI memiliki jumlah anggota yang jumlah sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Seiring dengan perubahan waktu, penghabisannya SI pusat diberi pengakuan sbg Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, yaitu HOS Tjokroaminoto; sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam CSI menjadi anggota volksraad atas namanya sendiri berdasarkan ketokohan, dan bukan mewakili Central SI sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang menjadi tokoh terdepan dalam Centraal Sarekat Islam. Tapi Tjokroaminoto tidak bertahan lama di lembaga yang dibuat Pemerintah Hindia Belanda itu dan beliau keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat), sebab volksraad dipandangnya sbg "Boneka Belanda" yang hanya mementingkan urusan penjajahan di Hindia ini dan tetap mengabaikan hak-hak kaum pribumi. HOS Tjokroaminoto ketika itu telah menyuarakan supaya bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak bagi mengatur urusan dirinya sendiri, yang hal ini ditolak oleh pihak Belanda. Potret bersama rapat Sarekat Islam di Kaliwungu. Ada para anggota dari Kaliwungu, Peterongan, dan Mlaten, serta anggota Asosiasi Staf Kereta Api dan Trem (VSTP)[1] Semarang. Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan supaya organisasi tidak hanya bangkit dalam anggota ekonomi, tapi juga dalam anggota lain seperti politik. Jika ditinjau dari aturan dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI yaitu sbg berikut:
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya bagi masyarakat Jawa dan Madura saja. Tujuan SI yaitu membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di selang muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI membuka bagi seluruh lapisan masyarakat muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sbg Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam aturan dasarnya tidak terlihat mempunyainya unsur politik, tapi dalam programanya SI menaruh perhatian akbar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Manfaatnya SI memiliki jumlah anggota yang jumlah sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Seiring dengan perubahan waktu, penghabisannya SI pusat diberi pengakuan sbg Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917. Kongres-kongres awalKongres pertama diadakan pada bulan Januari 1913. Dalam kongres ini Tjokroaminoto mencetuskan bahwa SI bukan merupakan organisasi politik, dan berhaluan bagi meningkatkan perdagangan antarbangsa Indonesia, membantu anggotanya yang mengalami kesusahan ekonomi serta mengembangkan kehidupan relijius dalam masyarakat Indonesia. Kongres kedua diadakan pada bulan Oktober 1917. Kongres ketiga diadakan pada tanggal 29 September sampai 6 Oktober 1918 di Surabaya. Dalam kongres ini Tjokroaminoto mencetuskan jika Belanda tidak melakukan reformasi sosial berskala akbar, SI akan melakukannya sendiri di luar parlemen. Masuknya pengaruh komunismeSI yang mengalami perkembangan pesat, yang belakang sekali mulai disusupi oleh segala sesuatu yang diajarkan sosialisme revolusioner. Segala sesuatu yang diajarkan ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi sebab segala sesuatu yang diajarkan yang mereka anut tidak berakar di dalam masyarakat Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang sukses. Sehingga mereka memakai taktik infiltrasi yang dikenali sbg "Blok di dalam", mereka sukses menyusup ke dalam tubuh SI oleh sebab dengan tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan metode yang berlainan. Dengan usaha yang tidak sewenang-wenang, mereka sukses memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini mengakibatkan SI pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. SI merah berdasarkan asas sosialisme-komunisme. Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI antar lain:
SI Putih (H. Agus Salim, Abdul Muis, Suryopranoto, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo) berhaluan kanan berpusat di kota Yogyakarta. Sedangkan SI Merah (Semaoen, Alimin, Darsono) berhaluan kiri berpusat di kota Semarang. Sedangkan HOS Tjokroaminoto pada mulanya yaitu penengah di selang kedua kubu tersebut. Jurang selang SI Merah dan SI Putih lebih melebar saat keluarnya pernyataan Komintern (Partai Komunis Internasional) yang menentang cita-cita Pan-Islamisme. Pada saat kongres SI Maret 1921 di Yogyakarta, H. Fachruddin, Wakil Ketua Muhammadiyah mengedarkan brosur yang mencetuskan bahwa Pan-Islamisme tidak akan tercapai bila tetap bekerja sama dengan komunis sebab keduanya memang bertentangan. Di samping itu Agus Salim mengecam SI Semarang yang mendukung PKI. Darsono membalas kecaman tersebut dengan mengecam beleid (Belanda: kebijaksanaan) keuangan Tjokroaminoto. SI Semarang juga menentang pencampuran agama dan politik dalam SI. Oleh sebab itu, Tjokroaminoto lebih condong ke SI haluan kanan (SI Putih). Penegakan disiplin partaiPecahnya SI terjadi setelah Semaoen dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini mempunyai kaitannya dengan desakan Abdul Muis dan Agus Salim pada kongres SI yang keenam 6-10 Oktober 1921 tentang perlunya disiplin partai yang melarang keanggotaan rangkap. Anggota SI harus memilih selang SI atau organisasi lain, dengan tujuan supaya SI bersih dari unsur-unsur komunis. Hal ini dikhawatirkan oleh PKI sehingga Tan Malaka berkeinginan pengecualian bagi PKI. Namun usaha ini tidak sukses sebab disiplin partai diterima dengan mayoritas suara. Saat itu anggota-anggota PSI dari Muhammadiyah dan Persis pun ikut pula dikeluarkan, sebab disiplin partai tidak memperbolehkannya. Keputusan mengenai disiplin partai diperkuat lagi dalam kongres SI pada bulan Februari 1923 di Madiun. Dalam kongres Tjokroaminoto memusatkan tentang peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan nama CSI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PKI bulan Maret 1923, PKI memutuskan bagi menggerakkan SI Merah bagi menandingi SI Putih. Pada tahun 1924, SI Merah beralih nama menjadi "Sarekat Rakyat". Partai Sarekat Islam IndonesiaPada kongres PSI tahun 1929 mencetuskan bahwa tujuan perjuangan yaitu mencapai kemedekaan nasional. Sebab tujuannya yang jelas itulah PSI ditambah namanya dengan Indonesia sehingga menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga PSII menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Akhir suatu peristiwa keragaman metode pandang di selang anggota partai, PSII pecah menjadi beberapa partai politik, di selangnya Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII sendiri. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangannya. Pada Pemilu 1955 PSII menjadi peserta dan mendapatkan 8 (delapan) kursi parlemen. Yang belakang sekali pada Pemilu 1971 di zaman Orde Baru, PSII di bawah kepemimpinan H. Anwar Tjokroaminoto kembali menjadi peserta bersama sembilan partai politik lainnya dan sukses menaruh wakilnya di DPRRI sejumlah 12 (dua belas orang). Rujukan
Bacaan lanjutanPranala luar
edunitas.com Page 4Logo Sarekat Islam Sarekat Islam (disingkat SI, sebelumnya disingkat SDI: Sarekat Dagang Islam) merupakan organisasi politik pertama di Indonesia pada awalnya yaitu perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Yang belakang sekali keadaan politik dan sosial mendukung SI menjadi organisasi yang tampil di perpolitikan, maka SDI berubah nama menjadi SI atau Sarekat Islam. Sejarah awalSarekat Dagang IslamOrganisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905, dengan tujuan awal bagi menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) supaya dapat bersaingan dengan pedagang-pedagang akbar Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju usahanya dan memiliki hak dan status yang lebih tinggi dari pada masyarakat Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut yang belakang sekali menimbulkan perubahan sosial sebab timbulnya kesadaran di selang kaum pribumi yang biasa dikata sbg Inlanders. SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam dan perekonomian rakyat sbg dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat sampai menjadi perkumpulan yang berpengaruh. R.M. Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia. Pada tahun 1910, Tirtoadisuryo mendirikan lagi organisasi semacam itu di Buitenzorg. Demikian pula, di Surabaya H.O.S. Tjokroaminoto mendirikan organisasi serupa tahun 1912. Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak yang belakang sekali memegang keuangan surat kabar SI, Oetusan Hindia. Tjokroaminoto yang belakang sekali dipilih menjadi pemimpin, dan mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI). Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan supaya organisasi tidak hanya bangkit dalam anggota ekonomi, tapi juga dalam anggota lain seperti politik. Jika ditinjau dari aturan dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI yaitu sbg berikut:
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya bagi masyarakat Jawa dan Madura saja. Tujuan SI yaitu membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di selang muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI membuka bagi seluruh lapisan masyarakat muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sbg Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam aturan dasarnya tidak terlihat mempunyainya unsur politik, tapi dalam programanya SI menaruh perhatian akbar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Manfaatnya SI memiliki jumlah anggota yang jumlah sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Seiring dengan perubahan waktu, penghabisannya SI pusat diberi pengakuan sbg Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, yaitu HOS Tjokroaminoto; sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam CSI menjadi anggota volksraad atas namanya sendiri berdasarkan ketokohan, dan bukan mewakili Central SI sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang menjadi tokoh terdepan dalam Centraal Sarekat Islam. Tapi Tjokroaminoto tidak bertahan lama di lembaga yang dibuat Pemerintah Hindia Belanda itu dan beliau keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat), sebab volksraad dipandangnya sbg "Boneka Belanda" yang hanya mementingkan urusan penjajahan di Hindia ini dan tetap mengabaikan hak-hak kaum pribumi. HOS Tjokroaminoto ketika itu telah menyuarakan supaya bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak bagi mengatur urusan dirinya sendiri, yang hal ini ditolak oleh pihak Belanda. Potret bersama rapat Sarekat Islam di Kaliwungu. Ada para anggota dari Kaliwungu, Peterongan, dan Mlaten, serta anggota Asosiasi Staf Kereta Api dan Trem (VSTP)[1] Semarang. Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan supaya organisasi tidak hanya bangkit dalam anggota ekonomi, tapi juga dalam anggota lain seperti politik. Jika ditinjau dari aturan dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI yaitu sbg berikut:
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya bagi masyarakat Jawa dan Madura saja. Tujuan SI yaitu membangun persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di selang muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI membuka bagi seluruh lapisan masyarakat muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sbg Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam aturan dasarnya tidak terlihat mempunyainya unsur politik, tapi dalam programanya SI menaruh perhatian akbar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Manfaatnya SI memiliki jumlah anggota yang jumlah sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Seiring dengan perubahan waktu, penghabisannya SI pusat diberi pengakuan sbg Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917. Kongres-kongres awalKongres pertama diadakan pada bulan Januari 1913. Dalam kongres ini Tjokroaminoto mencetuskan bahwa SI bukan merupakan organisasi politik, dan berhaluan bagi meningkatkan perdagangan antarbangsa Indonesia, membantu anggotanya yang mengalami kesusahan ekonomi serta mengembangkan kehidupan relijius dalam masyarakat Indonesia. Kongres kedua diadakan pada bulan Oktober 1917. Kongres ketiga diadakan pada tanggal 29 September sampai 6 Oktober 1918 di Surabaya. Dalam kongres ini Tjokroaminoto mencetuskan jika Belanda tidak melakukan reformasi sosial berskala akbar, SI akan melakukannya sendiri di luar parlemen. Masuknya pengaruh komunismeSI yang mengalami perkembangan pesat, yang belakang sekali mulai disusupi oleh segala sesuatu yang diajarkan sosialisme revolusioner. Segala sesuatu yang diajarkan ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi sebab segala sesuatu yang diajarkan yang mereka anut tidak berakar di dalam masyarakat Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang sukses. Sehingga mereka memakai taktik infiltrasi yang dikenali sbg "Blok di dalam", mereka sukses menyusup ke dalam tubuh SI oleh sebab dengan tujuan yang sama yaitu membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan metode yang berlainan. Dengan usaha yang tidak sewenang-wenang, mereka sukses memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini mengakibatkan SI pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. SI merah berdasarkan asas sosialisme-komunisme. Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI antar lain:
SI Putih (H. Agus Salim, Abdul Muis, Suryopranoto, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo) berhaluan kanan berpusat di kota Yogyakarta. Sedangkan SI Merah (Semaoen, Alimin, Darsono) berhaluan kiri berpusat di kota Semarang. Sedangkan HOS Tjokroaminoto pada mulanya yaitu penengah di selang kedua kubu tersebut. Jurang selang SI Merah dan SI Putih lebih melebar saat keluarnya pernyataan Komintern (Partai Komunis Internasional) yang menentang cita-cita Pan-Islamisme. Pada saat kongres SI Maret 1921 di Yogyakarta, H. Fachruddin, Wakil Ketua Muhammadiyah mengedarkan brosur yang mencetuskan bahwa Pan-Islamisme tidak akan tercapai bila tetap bekerja sama dengan komunis sebab keduanya memang bertentangan. Di samping itu Agus Salim mengecam SI Semarang yang mendukung PKI. Darsono membalas kecaman tersebut dengan mengecam beleid (Belanda: kebijaksanaan) keuangan Tjokroaminoto. SI Semarang juga menentang pencampuran agama dan politik dalam SI. Oleh sebab itu, Tjokroaminoto lebih condong ke SI haluan kanan (SI Putih). Penegakan disiplin partaiPecahnya SI terjadi setelah Semaoen dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini mempunyai kaitannya dengan desakan Abdul Muis dan Agus Salim pada kongres SI yang keenam 6-10 Oktober 1921 tentang perlunya disiplin partai yang melarang keanggotaan rangkap. Anggota SI harus memilih selang SI atau organisasi lain, dengan tujuan supaya SI bersih dari unsur-unsur komunis. Hal ini dikhawatirkan oleh PKI sehingga Tan Malaka berkeinginan pengecualian bagi PKI. Namun usaha ini tidak sukses sebab disiplin partai diterima dengan mayoritas suara. Saat itu anggota-anggota PSI dari Muhammadiyah dan Persis pun ikut pula dikeluarkan, sebab disiplin partai tidak memperbolehkannya. Keputusan mengenai disiplin partai diperkuat lagi dalam kongres SI pada bulan Februari 1923 di Madiun. Dalam kongres Tjokroaminoto memusatkan tentang peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan nama CSI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PKI bulan Maret 1923, PKI memutuskan bagi menggerakkan SI Merah bagi menandingi SI Putih. Pada tahun 1924, SI Merah beralih nama menjadi "Sarekat Rakyat". Partai Sarekat Islam IndonesiaPada kongres PSI tahun 1929 mencetuskan bahwa tujuan perjuangan yaitu mencapai kemedekaan nasional. Sebab tujuannya yang jelas itulah PSI ditambah namanya dengan Indonesia sehingga menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga PSII menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Akhir suatu peristiwa keragaman metode pandang di selang anggota partai, PSII pecah menjadi beberapa partai politik, di selangnya Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII sendiri. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangannya. Pada Pemilu 1955 PSII menjadi peserta dan mendapatkan 8 (delapan) kursi parlemen. Yang belakang sekali pada Pemilu 1971 di zaman Orde Baru, PSII di bawah kepemimpinan H. Anwar Tjokroaminoto kembali menjadi peserta bersama sembilan partai politik lainnya dan sukses menaruh wakilnya di DPRRI sejumlah 12 (dua belas orang). Rujukan
Bacaan lanjutanPranala luar
edunitas.com Page 5Animasi saringan Eratosthenes dari 1 mencapai n=120. Daftar A (kiri) dan daftar B (kanan). Bilangan yang sudah diwarnai manfaatnya sudah dicoret. Saringan Eratosthenes adalah suatu cara untuk menemukan semua bilangan prima di selang 1 dan suatu angka n. Saringan ini ditemukan oleh Eratosthenes, seorang ilmuwan Yunani kuno. Cara ini merupakan cara paling sederhana dan paling cepat untuk menemukan bilangan prima, sebelum Saringan Atkin ditemukan pada tahun 2004. Saringan Atkin merupakan cara yang lebih cepat namun lebih melilit dibandingkan dengan Saringan Eratosthenes. Langkah-langkah saringan EratothenesMisalkan kita berhasrat menemukan semua bilangan prima di selang 1 mencapai suatu bilangan bulat n.
Setelah berakhir, semua bilangan di daftar B adalah bilangan prima. Saringan Eratosthenes dan pemrogramanSaringan Eratosthenes dapat dimanfaatkan dalam pemrograman. Sebuah program dapat menampilkan deretan bilangan prima yang benar di selang 1 mencapai n dengan memanfaatkan ide saringan Eratosthenes. Berikut ini adalah sebuah potongan kode dalam bahasa pemrograman Java yang mencetak bilangan prima di selang 1 mencapai n=120. int n=120; //batas atas n dapat diganti dengan bilangan bulat lainnyaboolean[] prima=new boolean[n+1];for(int i=0; i<=n; i++) prima[i]=true; //set seluruh array menjadi trueprima[0]=prima[1]=false; //0 dan 1 bukan bil. primadouble akarN=Math.sqrt(n); //akar kuadrat dari n//coret bilangan yang bukan primafor(int i=2; i<=akarN; i++) { if (prima[i]) { for (int j=i*i; j<=n; j=j+i) prima[j]=false; }}//tampilkan seluruh bilangan primafor(int i=0; i<n; i++) { if (prima[i]) System.out.print(i+ ""); } edunitas.comPage 6Animasi saringan Eratosthenes dari 1 mencapai n=120. Daftar A (kiri) dan daftar B (kanan). Bilangan yang sudah diwarnai manfaatnya sudah dicoret. Saringan Eratosthenes adalah suatu cara untuk menemukan semua bilangan prima di selang 1 dan suatu angka n. Saringan ini ditemukan oleh Eratosthenes, seorang ilmuwan Yunani kuno. Cara ini merupakan cara paling sederhana dan paling cepat untuk menemukan bilangan prima, sebelum Saringan Atkin ditemukan pada tahun 2004. Saringan Atkin merupakan cara yang lebih cepat namun lebih melilit dibandingkan dengan Saringan Eratosthenes. Langkah-langkah saringan EratothenesMisalkan kita berhasrat menemukan semua bilangan prima di selang 1 mencapai suatu bilangan bulat n.
Setelah berakhir, semua bilangan di daftar B adalah bilangan prima. Saringan Eratosthenes dan pemrogramanSaringan Eratosthenes dapat dimanfaatkan dalam pemrograman. Sebuah program dapat menampilkan deretan bilangan prima yang benar di selang 1 mencapai n dengan memanfaatkan ide saringan Eratosthenes. Berikut ini adalah sebuah potongan kode dalam bahasa pemrograman Java yang mencetak bilangan prima di selang 1 mencapai n=120. int n=120; //batas atas n dapat diganti dengan bilangan bulat lainnyaboolean[] prima=new boolean[n+1];for(int i=0; i<=n; i++) prima[i]=true; //set seluruh array menjadi trueprima[0]=prima[1]=false; //0 dan 1 bukan bil. primadouble akarN=Math.sqrt(n); //akar kuadrat dari n//coret bilangan yang bukan primafor(int i=2; i<=akarN; i++) { if (prima[i]) { for (int j=i*i; j<=n; j=j+i) prima[j]=false; }}//tampilkan seluruh bilangan primafor(int i=0; i<n; i++) { if (prima[i]) System.out.print(i+ ""); } edunitas.comPage 7Animasi saringan Eratosthenes dari 1 mencapai n=120. Daftar A (kiri) dan daftar B (kanan). Bilangan yang sudah diwarnai manfaatnya sudah dicoret. Saringan Eratosthenes adalah suatu cara untuk menemukan semua bilangan prima di selang 1 dan suatu angka n. Saringan ini ditemukan oleh Eratosthenes, seorang ilmuwan Yunani kuno. Cara ini merupakan cara paling sederhana dan paling cepat untuk menemukan bilangan prima, sebelum Saringan Atkin ditemukan pada tahun 2004. Saringan Atkin merupakan cara yang lebih cepat namun lebih melilit dibandingkan dengan Saringan Eratosthenes. Langkah-langkah saringan EratothenesMisalkan kita berhasrat menemukan semua bilangan prima di selang 1 mencapai suatu bilangan bulat n.
Setelah berakhir, semua bilangan di daftar B adalah bilangan prima. Saringan Eratosthenes dan pemrogramanSaringan Eratosthenes dapat dimanfaatkan dalam pemrograman. Sebuah program dapat menampilkan deretan bilangan prima yang benar di selang 1 mencapai n dengan memanfaatkan ide saringan Eratosthenes. Berikut ini adalah sebuah potongan kode dalam bahasa pemrograman Java yang mencetak bilangan prima di selang 1 mencapai n=120. int n=120; //batas atas n dapat diganti dengan bilangan bulat lainnyaboolean[] prima=new boolean[n+1];for(int i=0; i<=n; i++) prima[i]=true; //set seluruh array menjadi trueprima[0]=prima[1]=false; //0 dan 1 bukan bil. primadouble akarN=Math.sqrt(n); //akar kuadrat dari n//coret bilangan yang bukan primafor(int i=2; i<=akarN; i++) { if (prima[i]) { for (int j=i*i; j<=n; j=j+i) prima[j]=false; }}//tampilkan seluruh bilangan primafor(int i=0; i<n; i++) { if (prima[i]) System.out.print(i+ ""); } edunitas.comPage 8Animasi saringan Eratosthenes dari 1 mencapai n=120. Daftar A (kiri) dan daftar B (kanan). Bilangan yang sudah diwarnai manfaatnya sudah dicoret. Saringan Eratosthenes adalah suatu cara untuk menemukan semua bilangan prima di selang 1 dan suatu angka n. Saringan ini ditemukan oleh Eratosthenes, seorang ilmuwan Yunani kuno. Cara ini merupakan cara paling sederhana dan paling cepat untuk menemukan bilangan prima, sebelum Saringan Atkin ditemukan pada tahun 2004. Saringan Atkin merupakan cara yang lebih cepat namun lebih melilit dibandingkan dengan Saringan Eratosthenes. Langkah-langkah saringan EratothenesMisalkan kita berhasrat menemukan semua bilangan prima di selang 1 mencapai suatu bilangan bulat n.
Setelah berakhir, semua bilangan di daftar B adalah bilangan prima. Saringan Eratosthenes dan pemrogramanSaringan Eratosthenes dapat dimanfaatkan dalam pemrograman. Sebuah program dapat menampilkan deretan bilangan prima yang benar di selang 1 mencapai n dengan memanfaatkan ide saringan Eratosthenes. Berikut ini adalah sebuah potongan kode dalam bahasa pemrograman Java yang mencetak bilangan prima di selang 1 mencapai n=120. int n=120; //batas atas n dapat diganti dengan bilangan bulat lainnyaboolean[] prima=new boolean[n+1];for(int i=0; i<=n; i++) prima[i]=true; //set seluruh array menjadi trueprima[0]=prima[1]=false; //0 dan 1 bukan bil. primadouble akarN=Math.sqrt(n); //akar kuadrat dari n//coret bilangan yang bukan primafor(int i=2; i<=akarN; i++) { if (prima[i]) { for (int j=i*i; j<=n; j=j+i) prima[j]=false; }}//tampilkan seluruh bilangan primafor(int i=0; i<n; i++) { if (prima[i]) System.out.print(i+ ""); } edunitas.comPage 9Logo Sarekat Islam Sarekat Islam (disingkat SI, sebelumnya disingkat SDI: Sarekat Dagang Islam) adalah organisasi politik pertama di Indonesia pada awal mulanya adalah perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Selanjutnya keadaan politik dan sosial mendukung SI menjadi organisasi yang tampil di perpolitikan, karenanya SDI berubah nama menjadi SI atau Sarekat Islam. Sejarah awalSarekat Dagang IslamOrganisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awal mulanya adalah perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) supaya dapat berlomba dengan pedagang-pedagang akbar Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah semakin maju usahanya dan memiliki hak dan status yang semakin tinggi dari pada masyarakat Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja dibuat oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut kesudahan menimbulkan perubahan sosial sebab timbulnya kesadaran di selang kaum pribumi yang biasa dikata sebagai Inlanders. SDI adalah organisasi ekonomi yang sesuai pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai landasan penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh. R.M. Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia. Pada tahun 1910, Tirtoadisuryo mendirikan lagi organisasi semacam itu di Buitenzorg. Demikian pula, di Surabaya H.O.S. Tjokroaminoto mendirikan organisasi serupa tahun 1912. Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak kesudahan memegang keuangan surat kabar SI, Oetusan Hindia. Tjokroaminoto kesudahan dipilih menjadi pemimpin, dan mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI). Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dipertontonkan supaya organisasi tidak hanya mengadakan kampanye dalam segi ekonomi, tetapi juga dalam segi lain seperti politik. Jika ditinjau dari persangkaan landasannya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk warga Jawa dan Madura saja. Tujuan SI adalah mendirikan persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di selang muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI membuka untuk semua lapisan warga muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awal mulanya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam persangkaan landasannya tidak terlihat benarnya unsur politik, tetapi dalam aktivitas yang dipekerjakannya SI menaruh perhatian akbar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dipertontonkan oleh pemerintah kolonial. Faedahnya SI memiliki jumlah anggota yang jumlah sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Seiring dengan perubahan waktu, hasilnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, adalah HOS Tjokroaminoto; sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam CSI menjadi anggota volksraad atas namanya sendiri sesuai ketokohan, dan bukan mewakili Central SI sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang menjadi tokoh terdepan dalam Centraal Sarekat Islam. Tetapi Tjokroaminoto tidak bertahan lama di lembaga yang dibuat Pemerintah Hindia Belanda itu dan ia keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat), sebab volksraad dipandangnya sebagai "Boneka Belanda" yang hanya mementingkan urusan penjajahan di Hindia ini dan tetap mengabaikan hak-hak kaum pribumi. HOS Tjokroaminoto saat itu telah menyuarakan supaya bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak untuk mengatur urusan dirinya sendiri, yang hal ini ditampik oleh pihak Belanda. Potret bersama rapat Sarekat Islam di Kaliwungu. Mempunyai para anggota dari Kaliwungu, Peterongan, dan Mlaten, serta anggota Asosiasi Staf Kereta Api dan Trem (VSTP)[1] Semarang. Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dipertontonkan supaya organisasi tidak hanya mengadakan kampanye dalam segi ekonomi, tetapi juga dalam segi lain seperti politik. Jika ditinjau dari persangkaan landasannya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk warga Jawa dan Madura saja. Tujuan SI adalah mendirikan persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di selang muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI membuka untuk semua lapisan warga muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awal mulanya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam persangkaan landasannya tidak terlihat benarnya unsur politik, tetapi dalam aktivitas yang dipekerjakannya SI menaruh perhatian akbar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dipertontonkan oleh pemerintah kolonial. Faedahnya SI memiliki jumlah anggota yang jumlah sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Seiring dengan perubahan waktu, hasilnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917. Kongres-kongres awalKongres pertama disediakan pada bulan Januari 1913. Dalam kongres ini Tjokroaminoto menyatakan bahwa SI bukan adalah organisasi politik, dan berhaluan untuk meningkatkan perdagangan antarbangsa Indonesia, menolong anggotanya yang merasakan kesulitan ekonomi serta mengembangkan kehidupan relijius dalam warga Indonesia. Kongres kedua disediakan pada bulan Oktober 1917. Kongres ketiga disediakan pada tanggal 29 September hingga 6 Oktober 1918 di Surabaya. Dalam kongres ini Tjokroaminoto menyatakan jika Belanda tidak melaksanakan reformasi sosial berskala akbar, SI akan melaksanakannya sendiri di luar parlemen. Masuknya pengaruh komunismeSI yang merasakan perkembangan pesat, kesudahan mulai disusupi oleh petuah sosialisme revolusioner. Petuah ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi sebab petuah yang mereka anut tidak berakar di dalam warga Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang sukses. Sehingga mereka menggunakan taktik infiltrasi yang dikenal sebagai "Blok di dalam", mereka sukses menyusup ke dalam tubuh SI oleh sebab dengan tujuan yang sama adalah membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan metode yang berbeda. Dengan usaha yang adun, mereka sukses memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini menyebabkan SI pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. SI merah berdasarkan asas sosialisme-komunisme. Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI antar lain:
SI Putih (H. Agus Salim, Abdul Muis, Suryopranoto, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo) berhaluan kanan berpusat di kota Yogyakarta. Sedangkan SI Merah (Semaoen, Alimin, Darsono) berhaluan kiri berpusat di kota Semarang. Sedangkan HOS Tjokroaminoto pada mulanya adalah penengah di selang kedua kubu tersebut. Jurang selang SI Merah dan SI Putih semakin melebar saat keluarnya pernyataan Komintern (Partai Komunis Internasional) yang menentang cita-cita Pan-Islamisme. Pada saat kongres SI Maret 1921 di Yogyakarta, H. Fachruddin, Wakil Ketua Muhammadiyah mengedarkan brosur yang menyatakan bahwa Pan-Islamisme tidak akan tercapai bila tetap bekerja sama dengan komunis sebab keduanya memang bertentangan. Di samping itu Agus Salim mengecam SI Semarang yang mendukung PKI. Darsono membalas kecaman tersebut dengan mengecam beleid (Belanda: kebijaksanaan) keuangan Tjokroaminoto. SI Semarang juga menentang pencampuran agama dan politik dalam SI. Oleh sebab itu, Tjokroaminoto semakin condong ke SI haluan kanan (SI Putih). Penegakan disiplin partaiPecahnya SI terjadi setelah Semaoen dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini benar kaitannya dengan desakan Abdul Muis dan Agus Salim pada kongres SI yang keenam 6-10 Oktober 1921 tentang perlunya disiplin partai yang melarang keanggotaan rangkap. Anggota SI harus memilih selang SI atau organisasi lain, dengan tujuan supaya SI bersih dari unsur-unsur komunis. Hal ini dikhawatirkan oleh PKI sehingga Tan Malaka menanti pengecualian untuk PKI. Namun usaha ini tidak sukses sebab disiplin partai diterima dengan mayoritas suara. Saat itu anggota-anggota PSI dari Muhammadiyah dan Persis pun turut pula dikeluarkan, sebab disiplin partai tidak memperbolehkannya. Keputusan mengenai disiplin partai diperkeras lagi dalam kongres SI pada bulan Februari 1923 di Madiun. Dalam kongres Tjokroaminoto memusatkan tentang peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan nama CSI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PKI bulan Maret 1923, PKI memutuskan untuk menggerakkan SI Merah untuk menandingi SI Putih. Pada tahun 1924, SI Merah bertukar nama menjadi "Sarekat Rakyat". Partai Sarekat Islam IndonesiaPada kongres PSI tahun 1929 menyatakan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemedekaan nasional. Sebab tujuannya yang jelas itulah PSI ditambah namanya dengan Indonesia sehingga menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga PSII menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Dampak keragaman metode pandang di selang anggota partai, PSII pecah menjadi beberapa partai politik, di selangnya Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII sendiri. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangannya. Pada Pemilu 1955 PSII menjadi peserta dan mendapatkan 8 (delapan) kursi parlemen. Kesudahan pada Pemilu 1971 di zaman Orde Baru, PSII di bawah kepemimpinan H. Anwar Tjokroaminoto kembali menjadi peserta bersama sembilan partai politik lainnya dan sukses menaruh wakilnya di DPRRI sejumlah 12 (dua belas orang). Pustaka
Bacaan lanjutanTautan luar
edunitas.com Page 10Logo Sarekat Islam Sarekat Islam (disingkat SI, sebelumnya disingkat SDI: Sarekat Dagang Islam) adalah organisasi politik pertama di Indonesia pada awal mulanya adalah perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Selanjutnya keadaan politik dan sosial mendukung SI menjadi organisasi yang tampil di perpolitikan, karenanya SDI berubah nama menjadi SI atau Sarekat Islam. Sejarah awalSarekat Dagang IslamOrganisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awal mulanya adalah perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) supaya dapat berlomba dengan pedagang-pedagang akbar Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah semakin maju usahanya dan memiliki hak dan status yang semakin tinggi dari pada masyarakat Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja dibuat oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut kesudahan menimbulkan perubahan sosial sebab timbulnya kesadaran di selang kaum pribumi yang biasa dikata sebagai Inlanders. SDI adalah organisasi ekonomi yang sesuai pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai landasan penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh. R.M. Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia. Pada tahun 1910, Tirtoadisuryo mendirikan lagi organisasi semacam itu di Buitenzorg. Demikian pula, di Surabaya H.O.S. Tjokroaminoto mendirikan organisasi serupa tahun 1912. Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak kesudahan memegang keuangan surat kabar SI, Oetusan Hindia. Tjokroaminoto kesudahan dipilih menjadi pemimpin, dan mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI). Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dipertontonkan supaya organisasi tidak hanya mengadakan kampanye dalam segi ekonomi, tetapi juga dalam segi lain seperti politik. Jika ditinjau dari persangkaan landasannya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk warga Jawa dan Madura saja. Tujuan SI adalah mendirikan persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di selang muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI membuka untuk semua lapisan warga muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awal mulanya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam persangkaan landasannya tidak terlihat benarnya unsur politik, tetapi dalam aktivitas yang dipekerjakannya SI menaruh perhatian akbar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dipertontonkan oleh pemerintah kolonial. Faedahnya SI memiliki jumlah anggota yang jumlah sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Seiring dengan perubahan waktu, hasilnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, adalah HOS Tjokroaminoto; sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam CSI menjadi anggota volksraad atas namanya sendiri sesuai ketokohan, dan bukan mewakili Central SI sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang menjadi tokoh terdepan dalam Centraal Sarekat Islam. Tetapi Tjokroaminoto tidak bertahan lama di lembaga yang dibuat Pemerintah Hindia Belanda itu dan ia keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat), sebab volksraad dipandangnya sebagai "Boneka Belanda" yang hanya mementingkan urusan penjajahan di Hindia ini dan tetap mengabaikan hak-hak kaum pribumi. HOS Tjokroaminoto saat itu telah menyuarakan supaya bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak untuk mengatur urusan dirinya sendiri, yang hal ini ditampik oleh pihak Belanda. Potret bersama rapat Sarekat Islam di Kaliwungu. Mempunyai para anggota dari Kaliwungu, Peterongan, dan Mlaten, serta anggota Asosiasi Staf Kereta Api dan Trem (VSTP)[1] Semarang. Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dipertontonkan supaya organisasi tidak hanya mengadakan kampanye dalam segi ekonomi, tetapi juga dalam segi lain seperti politik. Jika ditinjau dari persangkaan landasannya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk warga Jawa dan Madura saja. Tujuan SI adalah mendirikan persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di selang muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI membuka untuk semua lapisan warga muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awal mulanya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam persangkaan landasannya tidak terlihat benarnya unsur politik, tetapi dalam aktivitas yang dipekerjakannya SI menaruh perhatian akbar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dipertontonkan oleh pemerintah kolonial. Faedahnya SI memiliki jumlah anggota yang jumlah sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Seiring dengan perubahan waktu, hasilnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917. Kongres-kongres awalKongres pertama disediakan pada bulan Januari 1913. Dalam kongres ini Tjokroaminoto menyatakan bahwa SI bukan adalah organisasi politik, dan berhaluan untuk meningkatkan perdagangan antarbangsa Indonesia, menolong anggotanya yang merasakan kesulitan ekonomi serta mengembangkan kehidupan relijius dalam warga Indonesia. Kongres kedua disediakan pada bulan Oktober 1917. Kongres ketiga disediakan pada tanggal 29 September hingga 6 Oktober 1918 di Surabaya. Dalam kongres ini Tjokroaminoto menyatakan jika Belanda tidak melaksanakan reformasi sosial berskala akbar, SI akan melaksanakannya sendiri di luar parlemen. Masuknya pengaruh komunismeSI yang merasakan perkembangan pesat, kesudahan mulai disusupi oleh petuah sosialisme revolusioner. Petuah ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi sebab petuah yang mereka anut tidak berakar di dalam warga Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang sukses. Sehingga mereka menggunakan taktik infiltrasi yang dikenal sebagai "Blok di dalam", mereka sukses menyusup ke dalam tubuh SI oleh sebab dengan tujuan yang sama adalah membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan metode yang berbeda. Dengan usaha yang adun, mereka sukses memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini menyebabkan SI pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. SI merah berdasarkan asas sosialisme-komunisme. Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI antar lain:
SI Putih (H. Agus Salim, Abdul Muis, Suryopranoto, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo) berhaluan kanan berpusat di kota Yogyakarta. Sedangkan SI Merah (Semaoen, Alimin, Darsono) berhaluan kiri berpusat di kota Semarang. Sedangkan HOS Tjokroaminoto pada mulanya adalah penengah di selang kedua kubu tersebut. Jurang selang SI Merah dan SI Putih semakin melebar saat keluarnya pernyataan Komintern (Partai Komunis Internasional) yang menentang cita-cita Pan-Islamisme. Pada saat kongres SI Maret 1921 di Yogyakarta, H. Fachruddin, Wakil Ketua Muhammadiyah mengedarkan brosur yang menyatakan bahwa Pan-Islamisme tidak akan tercapai bila tetap bekerja sama dengan komunis sebab keduanya memang bertentangan. Di samping itu Agus Salim mengecam SI Semarang yang mendukung PKI. Darsono membalas kecaman tersebut dengan mengecam beleid (Belanda: kebijaksanaan) keuangan Tjokroaminoto. SI Semarang juga menentang pencampuran agama dan politik dalam SI. Oleh sebab itu, Tjokroaminoto semakin condong ke SI haluan kanan (SI Putih). Penegakan disiplin partaiPecahnya SI terjadi setelah Semaoen dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini benar kaitannya dengan desakan Abdul Muis dan Agus Salim pada kongres SI yang keenam 6-10 Oktober 1921 tentang perlunya disiplin partai yang melarang keanggotaan rangkap. Anggota SI harus memilih selang SI atau organisasi lain, dengan tujuan supaya SI bersih dari unsur-unsur komunis. Hal ini dikhawatirkan oleh PKI sehingga Tan Malaka menanti pengecualian untuk PKI. Namun usaha ini tidak sukses sebab disiplin partai diterima dengan mayoritas suara. Saat itu anggota-anggota PSI dari Muhammadiyah dan Persis pun turut pula dikeluarkan, sebab disiplin partai tidak memperbolehkannya. Keputusan mengenai disiplin partai diperkeras lagi dalam kongres SI pada bulan Februari 1923 di Madiun. Dalam kongres Tjokroaminoto memusatkan tentang peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan nama CSI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PKI bulan Maret 1923, PKI memutuskan untuk menggerakkan SI Merah untuk menandingi SI Putih. Pada tahun 1924, SI Merah bertukar nama menjadi "Sarekat Rakyat". Partai Sarekat Islam IndonesiaPada kongres PSI tahun 1929 menyatakan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemedekaan nasional. Sebab tujuannya yang jelas itulah PSI ditambah namanya dengan Indonesia sehingga menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga PSII menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Dampak keragaman metode pandang di selang anggota partai, PSII pecah menjadi beberapa partai politik, di selangnya Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII sendiri. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangannya. Pada Pemilu 1955 PSII menjadi peserta dan mendapatkan 8 (delapan) kursi parlemen. Kesudahan pada Pemilu 1971 di zaman Orde Baru, PSII di bawah kepemimpinan H. Anwar Tjokroaminoto kembali menjadi peserta bersama sembilan partai politik lainnya dan sukses menaruh wakilnya di DPRRI sejumlah 12 (dua belas orang). Pustaka
Bacaan lanjutanTautan luar
edunitas.com Page 11Logo Sarekat Islam Sarekat Islam (disingkat SI, sebelumnya disingkat SDI: Sarekat Dagang Islam) adalah organisasi politik pertama di Indonesia pada awal mulanya adalah perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Selanjutnya keadaan politik dan sosial mendukung SI menjadi organisasi yang tampil di perpolitikan, karenanya SDI berubah nama menjadi SI atau Sarekat Islam. Sejarah awalSarekat Dagang IslamOrganisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awal mulanya adalah perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) supaya dapat berlomba dengan pedagang-pedagang akbar Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah semakin maju usahanya dan memiliki hak dan status yang semakin tinggi dari pada masyarakat Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja dibuat oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut kesudahan menimbulkan perubahan sosial sebab timbulnya kesadaran di selang kaum pribumi yang biasa dikata sebagai Inlanders. SDI adalah organisasi ekonomi yang sesuai pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai landasan penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh. R.M. Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia. Pada tahun 1910, Tirtoadisuryo mendirikan lagi organisasi semacam itu di Buitenzorg. Demikian pula, di Surabaya H.O.S. Tjokroaminoto mendirikan organisasi serupa tahun 1912. Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak kesudahan memegang keuangan surat kabar SI, Oetusan Hindia. Tjokroaminoto kesudahan dipilih menjadi pemimpin, dan mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI). Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dipertontonkan supaya organisasi tidak hanya mengadakan kampanye dalam segi ekonomi, tetapi juga dalam segi lain seperti politik. Jika ditinjau dari persangkaan landasannya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk warga Jawa dan Madura saja. Tujuan SI adalah mendirikan persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di selang muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI membuka untuk semua lapisan warga muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awal mulanya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam persangkaan landasannya tidak terlihat benarnya unsur politik, tetapi dalam aktivitas yang dipekerjakannya SI menaruh perhatian akbar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dipertontonkan oleh pemerintah kolonial. Faedahnya SI memiliki jumlah anggota yang jumlah sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Seiring dengan perubahan waktu, hasilnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, adalah HOS Tjokroaminoto; sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam CSI menjadi anggota volksraad atas namanya sendiri sesuai ketokohan, dan bukan mewakili Central SI sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang menjadi tokoh terdepan dalam Centraal Sarekat Islam. Tetapi Tjokroaminoto tidak bertahan lama di lembaga yang dibuat Pemerintah Hindia Belanda itu dan ia keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat), sebab volksraad dipandangnya sebagai "Boneka Belanda" yang hanya mementingkan urusan penjajahan di Hindia ini dan tetap mengabaikan hak-hak kaum pribumi. HOS Tjokroaminoto saat itu telah menyuarakan supaya bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak untuk mengatur urusan dirinya sendiri, yang hal ini ditampik oleh pihak Belanda. Potret bersama rapat Sarekat Islam di Kaliwungu. Mempunyai para anggota dari Kaliwungu, Peterongan, dan Mlaten, serta anggota Asosiasi Staf Kereta Api dan Trem (VSTP)[1] Semarang. Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dipertontonkan supaya organisasi tidak hanya mengadakan kampanye dalam segi ekonomi, tetapi juga dalam segi lain seperti politik. Jika ditinjau dari persangkaan landasannya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk warga Jawa dan Madura saja. Tujuan SI adalah mendirikan persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di selang muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI membuka untuk semua lapisan warga muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awal mulanya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam persangkaan landasannya tidak terlihat benarnya unsur politik, tetapi dalam aktivitas yang dipekerjakannya SI menaruh perhatian akbar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dipertontonkan oleh pemerintah kolonial. Faedahnya SI memiliki jumlah anggota yang jumlah sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Seiring dengan perubahan waktu, hasilnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917. Kongres-kongres awalKongres pertama disediakan pada bulan Januari 1913. Dalam kongres ini Tjokroaminoto menyatakan bahwa SI bukan adalah organisasi politik, dan berhaluan untuk meningkatkan perdagangan antarbangsa Indonesia, menolong anggotanya yang merasakan kesulitan ekonomi serta mengembangkan kehidupan relijius dalam warga Indonesia. Kongres kedua disediakan pada bulan Oktober 1917. Kongres ketiga disediakan pada tanggal 29 September hingga 6 Oktober 1918 di Surabaya. Dalam kongres ini Tjokroaminoto menyatakan jika Belanda tidak melaksanakan reformasi sosial berskala akbar, SI akan melaksanakannya sendiri di luar parlemen. Masuknya pengaruh komunismeSI yang merasakan perkembangan pesat, kesudahan mulai disusupi oleh petuah sosialisme revolusioner. Petuah ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi sebab petuah yang mereka anut tidak berakar di dalam warga Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang sukses. Sehingga mereka menggunakan taktik infiltrasi yang dikenal sebagai "Blok di dalam", mereka sukses menyusup ke dalam tubuh SI oleh sebab dengan tujuan yang sama adalah membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan metode yang berbeda. Dengan usaha yang adun, mereka sukses memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini menyebabkan SI pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. SI merah berdasarkan asas sosialisme-komunisme. Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI antar lain:
SI Putih (H. Agus Salim, Abdul Muis, Suryopranoto, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo) berhaluan kanan berpusat di kota Yogyakarta. Sedangkan SI Merah (Semaoen, Alimin, Darsono) berhaluan kiri berpusat di kota Semarang. Sedangkan HOS Tjokroaminoto pada mulanya adalah penengah di selang kedua kubu tersebut. Jurang selang SI Merah dan SI Putih semakin melebar saat keluarnya pernyataan Komintern (Partai Komunis Internasional) yang menentang cita-cita Pan-Islamisme. Pada saat kongres SI Maret 1921 di Yogyakarta, H. Fachruddin, Wakil Ketua Muhammadiyah mengedarkan brosur yang menyatakan bahwa Pan-Islamisme tidak akan tercapai bila tetap bekerja sama dengan komunis sebab keduanya memang bertentangan. Di samping itu Agus Salim mengecam SI Semarang yang mendukung PKI. Darsono membalas kecaman tersebut dengan mengecam beleid (Belanda: kebijaksanaan) keuangan Tjokroaminoto. SI Semarang juga menentang pencampuran agama dan politik dalam SI. Oleh sebab itu, Tjokroaminoto semakin condong ke SI haluan kanan (SI Putih). Penegakan disiplin partaiPecahnya SI terjadi setelah Semaoen dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini benar kaitannya dengan desakan Abdul Muis dan Agus Salim pada kongres SI yang keenam 6-10 Oktober 1921 tentang perlunya disiplin partai yang melarang keanggotaan rangkap. Anggota SI harus memilih selang SI atau organisasi lain, dengan tujuan supaya SI bersih dari unsur-unsur komunis. Hal ini dikhawatirkan oleh PKI sehingga Tan Malaka menanti pengecualian untuk PKI. Namun usaha ini tidak sukses sebab disiplin partai diterima dengan mayoritas suara. Saat itu anggota-anggota PSI dari Muhammadiyah dan Persis pun turut pula dikeluarkan, sebab disiplin partai tidak memperbolehkannya. Keputusan mengenai disiplin partai diperkeras lagi dalam kongres SI pada bulan Februari 1923 di Madiun. Dalam kongres Tjokroaminoto memusatkan tentang peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan nama CSI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PKI bulan Maret 1923, PKI memutuskan untuk menggerakkan SI Merah untuk menandingi SI Putih. Pada tahun 1924, SI Merah bertukar nama menjadi "Sarekat Rakyat". Partai Sarekat Islam IndonesiaPada kongres PSI tahun 1929 menyatakan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemedekaan nasional. Sebab tujuannya yang jelas itulah PSI ditambah namanya dengan Indonesia sehingga menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga PSII menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Dampak keragaman metode pandang di selang anggota partai, PSII pecah menjadi beberapa partai politik, di selangnya Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII sendiri. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangannya. Pada Pemilu 1955 PSII menjadi peserta dan mendapatkan 8 (delapan) kursi parlemen. Kesudahan pada Pemilu 1971 di zaman Orde Baru, PSII di bawah kepemimpinan H. Anwar Tjokroaminoto kembali menjadi peserta bersama sembilan partai politik lainnya dan sukses menaruh wakilnya di DPRRI sejumlah 12 (dua belas orang). Pustaka
Bacaan lanjutanTautan luar
edunitas.com Page 12Logo Sarekat Islam Sarekat Islam (disingkat SI, sebelumnya disingkat SDI: Sarekat Dagang Islam) adalah organisasi politik pertama di Indonesia pada awal mulanya adalah perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Selanjutnya keadaan politik dan sosial mendukung SI menjadi organisasi yang tampil di perpolitikan, karenanya SDI berubah nama menjadi SI atau Sarekat Islam. Sejarah awalSarekat Dagang IslamOrganisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awal mulanya adalah perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1905, dengan tujuan awal untuk menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) supaya dapat berlomba dengan pedagang-pedagang akbar Tionghoa. Pada saat itu, pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah semakin maju usahanya dan memiliki hak dan status yang semakin tinggi dari pada masyarakat Hindia Belanda lainnya. Kebijakan yang sengaja dibuat oleh pemerintah Hindia-Belanda tersebut kesudahan menimbulkan perubahan sosial sebab timbulnya kesadaran di selang kaum pribumi yang biasa dikata sebagai Inlanders. SDI adalah organisasi ekonomi yang sesuai pada agama Islam dan perekonomian rakyat sebagai landasan penggeraknya. Di bawah pimpinan H. Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan yang berpengaruh. R.M. Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia. Pada tahun 1910, Tirtoadisuryo mendirikan lagi organisasi semacam itu di Buitenzorg. Demikian pula, di Surabaya H.O.S. Tjokroaminoto mendirikan organisasi serupa tahun 1912. Tjokroaminoto masuk SI bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak kesudahan memegang keuangan surat kabar SI, Oetusan Hindia. Tjokroaminoto kesudahan dipilih menjadi pemimpin, dan mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI). Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dipertontonkan supaya organisasi tidak hanya mengadakan kampanye dalam segi ekonomi, tetapi juga dalam segi lain seperti politik. Jika ditinjau dari persangkaan landasannya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk warga Jawa dan Madura saja. Tujuan SI adalah mendirikan persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di selang muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI membuka untuk semua lapisan warga muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awal mulanya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam persangkaan landasannya tidak terlihat benarnya unsur politik, tetapi dalam aktivitas yang dipekerjakannya SI menaruh perhatian akbar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dipertontonkan oleh pemerintah kolonial. Faedahnya SI memiliki jumlah anggota yang jumlah sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Seiring dengan perubahan waktu, hasilnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, adalah HOS Tjokroaminoto; sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam CSI menjadi anggota volksraad atas namanya sendiri sesuai ketokohan, dan bukan mewakili Central SI sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang menjadi tokoh terdepan dalam Centraal Sarekat Islam. Tetapi Tjokroaminoto tidak bertahan lama di lembaga yang dibuat Pemerintah Hindia Belanda itu dan ia keluar dari Volksraad (semacam Dewan Rakyat), sebab volksraad dipandangnya sebagai "Boneka Belanda" yang hanya mementingkan urusan penjajahan di Hindia ini dan tetap mengabaikan hak-hak kaum pribumi. HOS Tjokroaminoto saat itu telah menyuarakan supaya bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak untuk mengatur urusan dirinya sendiri, yang hal ini ditampik oleh pihak Belanda. Potret bersama rapat Sarekat Islam di Kaliwungu. Mempunyai para anggota dari Kaliwungu, Peterongan, dan Mlaten, serta anggota Asosiasi Staf Kereta Api dan Trem (VSTP)[1] Semarang. Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto, nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dipertontonkan supaya organisasi tidak hanya mengadakan kampanye dalam segi ekonomi, tetapi juga dalam segi lain seperti politik. Jika ditinjau dari persangkaan landasannya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai berikut:
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk warga Jawa dan Madura saja. Tujuan SI adalah mendirikan persaudaraan, persahabatan dan tolong-menolong di selang muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat. Keanggotaan SI membuka untuk semua lapisan warga muslim. Pada waktu SI mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awal mulanya Gubernur Jendral Idenburg menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam persangkaan landasannya tidak terlihat benarnya unsur politik, tetapi dalam aktivitas yang dipekerjakannya SI menaruh perhatian akbar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dipertontonkan oleh pemerintah kolonial. Faedahnya SI memiliki jumlah anggota yang jumlah sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda. Seiring dengan perubahan waktu, hasilnya SI pusat diberi pengakuan sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917. Kongres-kongres awalKongres pertama disediakan pada bulan Januari 1913. Dalam kongres ini Tjokroaminoto menyatakan bahwa SI bukan adalah organisasi politik, dan berhaluan untuk meningkatkan perdagangan antarbangsa Indonesia, menolong anggotanya yang merasakan kesulitan ekonomi serta mengembangkan kehidupan relijius dalam warga Indonesia. Kongres kedua disediakan pada bulan Oktober 1917. Kongres ketiga disediakan pada tanggal 29 September hingga 6 Oktober 1918 di Surabaya. Dalam kongres ini Tjokroaminoto menyatakan jika Belanda tidak melaksanakan reformasi sosial berskala akbar, SI akan melaksanakannya sendiri di luar parlemen. Masuknya pengaruh komunismeSI yang merasakan perkembangan pesat, kesudahan mulai disusupi oleh petuah sosialisme revolusioner. Petuah ini disebarkan oleh H.J.F.M Sneevliet yang mendirikan organisasi ISDV (Indische Sociaal-Democratische Vereeniging) pada tahun 1914. Pada mulanya ISDV sudah mencoba menyebarkan pengaruhnya, tetapi sebab petuah yang mereka anut tidak berakar di dalam warga Indonesia melainkan diimpor dari Eropa oleh orang Belanda, sehingga usahanya kurang sukses. Sehingga mereka menggunakan taktik infiltrasi yang dikenal sebagai "Blok di dalam", mereka sukses menyusup ke dalam tubuh SI oleh sebab dengan tujuan yang sama adalah membela rakyat kecil dan menentang kapitalisme namun dengan metode yang berbeda. Dengan usaha yang adun, mereka sukses memengaruhi tokoh-tokoh muda SI seperti Semaoen, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin Prawirodirdjo. Hal ini menyebabkan SI pecah menjadi "SI Putih" yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto dan "SI Merah" yang dipimpin Semaoen. SI merah berdasarkan asas sosialisme-komunisme. Adapun faktor-faktor yang mempermudah infiltrasi ISDV ke dalam tubuh SI antar lain:
SI Putih (H. Agus Salim, Abdul Muis, Suryopranoto, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo) berhaluan kanan berpusat di kota Yogyakarta. Sedangkan SI Merah (Semaoen, Alimin, Darsono) berhaluan kiri berpusat di kota Semarang. Sedangkan HOS Tjokroaminoto pada mulanya adalah penengah di selang kedua kubu tersebut. Jurang selang SI Merah dan SI Putih semakin melebar saat keluarnya pernyataan Komintern (Partai Komunis Internasional) yang menentang cita-cita Pan-Islamisme. Pada saat kongres SI Maret 1921 di Yogyakarta, H. Fachruddin, Wakil Ketua Muhammadiyah mengedarkan brosur yang menyatakan bahwa Pan-Islamisme tidak akan tercapai bila tetap bekerja sama dengan komunis sebab keduanya memang bertentangan. Di samping itu Agus Salim mengecam SI Semarang yang mendukung PKI. Darsono membalas kecaman tersebut dengan mengecam beleid (Belanda: kebijaksanaan) keuangan Tjokroaminoto. SI Semarang juga menentang pencampuran agama dan politik dalam SI. Oleh sebab itu, Tjokroaminoto semakin condong ke SI haluan kanan (SI Putih). Penegakan disiplin partaiPecahnya SI terjadi setelah Semaoen dan Darsono dikeluarkan dari organisasi. Hal ini benar kaitannya dengan desakan Abdul Muis dan Agus Salim pada kongres SI yang keenam 6-10 Oktober 1921 tentang perlunya disiplin partai yang melarang keanggotaan rangkap. Anggota SI harus memilih selang SI atau organisasi lain, dengan tujuan supaya SI bersih dari unsur-unsur komunis. Hal ini dikhawatirkan oleh PKI sehingga Tan Malaka menanti pengecualian untuk PKI. Namun usaha ini tidak sukses sebab disiplin partai diterima dengan mayoritas suara. Saat itu anggota-anggota PSI dari Muhammadiyah dan Persis pun turut pula dikeluarkan, sebab disiplin partai tidak memperbolehkannya. Keputusan mengenai disiplin partai diperkeras lagi dalam kongres SI pada bulan Februari 1923 di Madiun. Dalam kongres Tjokroaminoto memusatkan tentang peningkatan pendidikan kader SI dalam memperkuat organisasi dan pengubahan nama CSI menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada kongres PKI bulan Maret 1923, PKI memutuskan untuk menggerakkan SI Merah untuk menandingi SI Putih. Pada tahun 1924, SI Merah bertukar nama menjadi "Sarekat Rakyat". Partai Sarekat Islam IndonesiaPada kongres PSI tahun 1929 menyatakan bahwa tujuan perjuangan adalah mencapai kemedekaan nasional. Sebab tujuannya yang jelas itulah PSI ditambah namanya dengan Indonesia sehingga menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Pada tahun itu juga PSII menggabungkan diri dengan Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Dampak keragaman metode pandang di selang anggota partai, PSII pecah menjadi beberapa partai politik, di selangnya Partai Islam Indonesia dipimpin Sukiman, PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan PSII sendiri. Perpecahan itu melemahkan PSII dalam perjuangannya. Pada Pemilu 1955 PSII menjadi peserta dan mendapatkan 8 (delapan) kursi parlemen. Kesudahan pada Pemilu 1971 di zaman Orde Baru, PSII di bawah kepemimpinan H. Anwar Tjokroaminoto kembali menjadi peserta bersama sembilan partai politik lainnya dan sukses menaruh wakilnya di DPRRI sejumlah 12 (dua belas orang). Pustaka
Bacaan lanjutanTautan luar
edunitas.com Page 13Pertemuan sela Presiden Bush dengan para sponsor Sarbanes-Oxley sebelum penandatanganan pengesahan pada 30 Juli 2002. Sarbanes-Oxley (Sarbanes-Oxley Act of 2002, Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002) atau kadang disingkat SOx atau Sarbox adalah hukum federal Amerika Serikat yang diputuskan pada 30 Juli 2002 sbg tanggapan terhadap sebanyak skandal akuntansi perusahaan agung yang termasuk di selanya melibatkan Enron, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems dan WorldCom. Skandal-skandal yang mengakibatkan kerugian bilyunan dolar untuk investor karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang keyakinan warga terhadap pasar saham nasional. Akta yang diberi nama berlandaskan dua sponsornya, Senator Paul Sarbanes (D-MD) and Representatif Michael G. Oxley (R-OH), ini disetujui oleh Dewan dengan suara 423-3 dan oleh Senat dengan suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W. Bush. Perundang-undangan ini menetapkan suatu standar baru dan semakin patut untuk seluruh dewan dan manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik walaupun tak berlanjut untuk perusahaan tertutup. Akta ini terdiri dari 11 judul atau anggota yang menetapkan hal-hal mulai dari tanggung jawab tambahan Dewan Perusahaan sampai hukuman pidana. Sarbox juga menuntut Securities and Exchange Commission (SEC) sbg menerapkan aturan persyaratan baru sbg menaati hukum ini. Perdebatan mengenai untung rugi pelaksanaan Sarbox sedang terus terjadi. Para pendukungnya merasa bahwa aturan ini diperlukan dan memegang peranan penting sbg mengembalikan keyakinan publik terhadap pasar modal nasional dengan diantaranya memperkuat pengawasan akuntansi perusahaan. Sementara para penentangnya berkilah bahwa Sarbox tak diperlukan dan campur tangan pemerintah dalam manajemen perusahaan menaruh perusahaan-perusahaan AS pada kerugian kompetitif terhadap perusahaan asing. Sarbox menetapkan suatu lembaga semi pemerintah, Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB), yang bertugas mengawasi, mengatur, memeriksa, dan mendisiplinkan kantor-kantor akuntan dalam peranan mereka sbg auditor perusahaan publik. Sarbox juga mengatur masalah-masalah seperti kebebasan auditor, atur atur perusahaan, penilaian pengendalian internal, serta pengungkapan laporan keuangan yang semakin dikembangkan. Pranala luar
edunitas.com Page 14Pertemuan sela Presiden Bush dengan para sponsor Sarbanes-Oxley sebelum penandatanganan pengesahan pada 30 Juli 2002. Sarbanes-Oxley (Sarbanes-Oxley Act of 2002, Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002) atau kadang disingkat SOx atau Sarbox adalah hukum federal Amerika Serikat yang diputuskan pada 30 Juli 2002 sbg tanggapan terhadap sebanyak skandal akuntansi perusahaan agung yang termasuk di selanya melibatkan Enron, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems dan WorldCom. Skandal-skandal yang mengakibatkan kerugian bilyunan dolar untuk investor karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang keyakinan warga terhadap pasar saham nasional. Akta yang diberi nama berlandaskan dua sponsornya, Senator Paul Sarbanes (D-MD) and Representatif Michael G. Oxley (R-OH), ini disetujui oleh Dewan dengan suara 423-3 dan oleh Senat dengan suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W. Bush. Perundang-undangan ini menetapkan suatu standar baru dan semakin patut untuk seluruh dewan dan manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik walaupun tak berlanjut untuk perusahaan tertutup. Akta ini terdiri dari 11 judul atau anggota yang menetapkan hal-hal mulai dari tanggung jawab tambahan Dewan Perusahaan sampai hukuman pidana. Sarbox juga menuntut Securities and Exchange Commission (SEC) sbg menerapkan aturan persyaratan baru sbg menaati hukum ini. Perdebatan mengenai untung rugi pelaksanaan Sarbox sedang terus terjadi. Para pendukungnya merasa bahwa aturan ini diperlukan dan memegang peranan penting sbg mengembalikan keyakinan publik terhadap pasar modal nasional dengan diantaranya memperkuat pengawasan akuntansi perusahaan. Sementara para penentangnya berkilah bahwa Sarbox tak diperlukan dan campur tangan pemerintah dalam manajemen perusahaan menaruh perusahaan-perusahaan AS pada kerugian kompetitif terhadap perusahaan asing. Sarbox menetapkan suatu lembaga semi pemerintah, Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB), yang bertugas mengawasi, mengatur, memeriksa, dan mendisiplinkan kantor-kantor akuntan dalam peranan mereka sbg auditor perusahaan publik. Sarbox juga mengatur masalah-masalah seperti kebebasan auditor, atur atur perusahaan, penilaian pengendalian internal, serta pengungkapan laporan keuangan yang semakin dikembangkan. Pranala luar
edunitas.com Page 15Pertemuan sela Presiden Bush dengan para sponsor Sarbanes-Oxley sebelum penandatanganan pengesahan pada 30 Juli 2002. Sarbanes-Oxley (Sarbanes-Oxley Act of 2002, Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002) atau kadang disingkat SOx atau Sarbox adalah hukum federal Amerika Serikat yang diputuskan pada 30 Juli 2002 sbg tanggapan terhadap sebanyak skandal akuntansi perusahaan agung yang termasuk di selanya melibatkan Enron, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems dan WorldCom. Skandal-skandal yang mengakibatkan kerugian bilyunan dolar untuk investor karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang keyakinan warga terhadap pasar saham nasional. Akta yang diberi nama berlandaskan dua sponsornya, Senator Paul Sarbanes (D-MD) and Representatif Michael G. Oxley (R-OH), ini disetujui oleh Dewan dengan suara 423-3 dan oleh Senat dengan suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W. Bush. Perundang-undangan ini menetapkan suatu standar baru dan semakin patut untuk seluruh dewan dan manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik walaupun tak berlanjut untuk perusahaan tertutup. Akta ini terdiri dari 11 judul atau anggota yang menetapkan hal-hal mulai dari tanggung jawab tambahan Dewan Perusahaan sampai hukuman pidana. Sarbox juga menuntut Securities and Exchange Commission (SEC) sbg menerapkan aturan persyaratan baru sbg menaati hukum ini. Perdebatan mengenai untung rugi pelaksanaan Sarbox sedang terus terjadi. Para pendukungnya merasa bahwa aturan ini diperlukan dan memegang peranan penting sbg mengembalikan keyakinan publik terhadap pasar modal nasional dengan diantaranya memperkuat pengawasan akuntansi perusahaan. Sementara para penentangnya berkilah bahwa Sarbox tak diperlukan dan campur tangan pemerintah dalam manajemen perusahaan menaruh perusahaan-perusahaan AS pada kerugian kompetitif terhadap perusahaan asing. Sarbox menetapkan suatu lembaga semi pemerintah, Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB), yang bertugas mengawasi, mengatur, memeriksa, dan mendisiplinkan kantor-kantor akuntan dalam peranan mereka sbg auditor perusahaan publik. Sarbox juga mengatur masalah-masalah seperti kebebasan auditor, atur atur perusahaan, penilaian pengendalian internal, serta pengungkapan laporan keuangan yang semakin dikembangkan. Pranala luar
edunitas.com Page 16Pertemuan sela Presiden Bush dengan para sponsor Sarbanes-Oxley sebelum penandatanganan pengesahan pada 30 Juli 2002. Sarbanes-Oxley (Sarbanes-Oxley Act of 2002, Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002) atau kadang disingkat SOx atau Sarbox adalah hukum federal Amerika Serikat yang diputuskan pada 30 Juli 2002 sbg tanggapan terhadap sebanyak skandal akuntansi perusahaan agung yang termasuk di selanya melibatkan Enron, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems dan WorldCom. Skandal-skandal yang mengakibatkan kerugian bilyunan dolar untuk investor karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang keyakinan warga terhadap pasar saham nasional. Akta yang diberi nama berlandaskan dua sponsornya, Senator Paul Sarbanes (D-MD) and Representatif Michael G. Oxley (R-OH), ini disetujui oleh Dewan dengan suara 423-3 dan oleh Senat dengan suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum oleh Presiden George W. Bush. Perundang-undangan ini menetapkan suatu standar baru dan semakin patut untuk seluruh dewan dan manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik walaupun tak berlanjut untuk perusahaan tertutup. Akta ini terdiri dari 11 judul atau anggota yang menetapkan hal-hal mulai dari tanggung jawab tambahan Dewan Perusahaan sampai hukuman pidana. Sarbox juga menuntut Securities and Exchange Commission (SEC) sbg menerapkan aturan persyaratan baru sbg menaati hukum ini. Perdebatan mengenai untung rugi pelaksanaan Sarbox sedang terus terjadi. Para pendukungnya merasa bahwa aturan ini diperlukan dan memegang peranan penting sbg mengembalikan keyakinan publik terhadap pasar modal nasional dengan diantaranya memperkuat pengawasan akuntansi perusahaan. Sementara para penentangnya berkilah bahwa Sarbox tak diperlukan dan campur tangan pemerintah dalam manajemen perusahaan menaruh perusahaan-perusahaan AS pada kerugian kompetitif terhadap perusahaan asing. Sarbox menetapkan suatu lembaga semi pemerintah, Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB), yang bertugas mengawasi, mengatur, memeriksa, dan mendisiplinkan kantor-kantor akuntan dalam peranan mereka sbg auditor perusahaan publik. Sarbox juga mengatur masalah-masalah seperti kebebasan auditor, atur atur perusahaan, penilaian pengendalian internal, serta pengungkapan laporan keuangan yang semakin dikembangkan. Pranala luar
edunitas.com Page 17
Saraswati (Dewanagari: सरस्वती; ,IAST: Sarasvatī, सरस्वती) yaitu salah satu dari tiga dewi utama dalam agama Hindu, dua lainnyanya yaitu Dewi Sri (Laksmi) dan Dewi Uma (Durga). Saraswati yaitu sakti (istri) dari Dewa Brahma, Dewa Pencipta. Saraswati berasal dari akar kata sr yang artiannya mengalir. Dalam Regweda V.75.3, Saraswati juga disebut bagi Dewi Sungai, disamping Gangga, Yamuna, Susoma dan lainnyanya.
Dalam agama HinduSaraswati yaitu dewi yang dipuja dalam agama weda. Nama Saraswati tercantum dalam Regweda dan juga dalam sastra Purana (kumpulan petuah dan mitologi Hindu). Ia yaitu dewi ilmu ilmu dan seni. Saraswati juga dipuja bagi dewi kebijaksanaan. Dalam saluran Wedanta, Saraswati di gambarkan bagi daya feminin dan aspek ilmu — sakti — dari Brahman. Sebagaimana pada zaman lampau, ia yaitu dewi yang menguasai ilmu ilmu dan seni. Para penganut petuah Wedanta meyakini, dengan menguasai ilmu ilmu dan seni, yaitu salah satu jalan bagi mencapai moksa, pembebasan dari lahir kembali. PenggambaranDewi Saraswati digambarkan bagi sosok wanita cantik, dengan kulit halus dan bersih, yaitu perlambang bahwa ilmu ilmu suci akan memberikan keindahan dalam diri. Ia terlihat berpakaian dengan dominasi warna putih, terkesan sopan, menunjukan bahwa ilmu suci akan membawa para pelajar pada kesahajaan. Saraswati bisa digambarkan duduk atau berdiri diatas bunga teratai, dan juga terdapat angsa yang yaitu wahana atau kendaraan suci darinya, yang mana semua itu yaitu simbol dari kebenaran sejati. Selain itu, dalam penggambaran sering juga terlukis burung merak. Dewi Saraswati digambarkan mempunyai empat lengan yang melambangkan empat aspek kepribadian manusia dalam mempelajari ilmu pengetahuan: akal, intelektual, waspada (mawas diri) dan ego. Di masing-masing lengan tergenggam empat benda yang berbeda, yaitu:
Angsa yaitu semacam simbol yang sangat populer yang berkaitan ketat dengan Saraswati bagi wahana (kendaraan suci). Angsa juga melambangkan penguasaan atas Wiweka (daya nalar) dan Wairagya yang sempurna, berkekuatan memilah susu di selang lumpur, memilah selang yang baik dan yang buruk. Angsa berenang di cairan tanpa membasahi bulu-bulunya, yang mempunyai makna filosofi, bahwa seseorang yang ahli dalam menjalani kehidupan layaknya orang biasa tanpa terbawa arus keduniawian. Hari RayaDewi Saraswati bagi Dewi Ilmu Ilmu dan Seni, dirayakan oleh umat Hindu di Bali]], yang jatuh pada hari Saniscara (Sabtu) Umanis (Legi), wuku Watugunung. Perayaan ini dilaksanakan setiap 210 hari (atau 7 bulan menurut kalender Bali), bagi penghormatan bagi dewi ilmu ilmu dan seni. Pranala luar
edunitas.com Page 18Saraswati (Dewanagari: सरस्वती; ,IAST: Sarasvatī, सरस्वती) yaitu salah satu dari tiga dewi utama dalam agama Hindu, dua lainnyanya yaitu Dewi Sri (Laksmi) dan Dewi Uma (Durga). Saraswati yaitu sakti (istri) dari Dewa Brahma, Dewa Pencipta. Saraswati berasal dari akar kata sr yang artiannya mengalir. Dalam Regweda V.75.3, Saraswati juga disebut bagi Dewi Sungai, disamping Gangga, Yamuna, Susoma dan lainnyanya.
Dalam agama HinduSaraswati yaitu dewi yang dipuja dalam agama weda. Nama Saraswati tercantum dalam Regweda dan juga dalam sastra Purana (kumpulan petuah dan mitologi Hindu). Ia yaitu dewi ilmu ilmu dan seni. Saraswati juga dipuja bagi dewi kebijaksanaan. Dalam saluran Wedanta, Saraswati di gambarkan bagi daya feminin dan aspek ilmu — sakti — dari Brahman. Sebagaimana pada zaman lampau, ia yaitu dewi yang menguasai ilmu ilmu dan seni. Para penganut petuah Wedanta meyakini, dengan menguasai ilmu ilmu dan seni, yaitu salah satu jalan bagi mencapai moksa, pembebasan dari kelahiran kembali. PenggambaranDewi Saraswati digambarkan bagi sosok wanita cantik, dengan kulit halus dan bebas sama sekali dari kotoran, yaitu perlambang bahwa ilmu ilmu suci akan memberikan keindahan dalam diri. Ia terlihat berpakaian dengan dominasi warna putih, terkesan sopan, menunjukan bahwa ilmu suci akan membawa para pelajar pada kesahajaan. Saraswati bisa digambarkan duduk atau berdiri diatas bunga teratai, dan juga terdapat angsa yang yaitu wahana atau kendaraan suci darinya, yang mana semua itu yaitu simbol dari kebenaran sejati. Selain itu, dalam penggambaran sering juga terlukis burung merak. Dewi Saraswati digambarkan mempunyai empat lengan yang melambangkan empat aspek kepribadian manusia dalam mempelajari ilmu pengetahuan: akal, intelektual, waspada (mawas diri) dan ego. Di masing-masing lengan tergenggam empat benda yang berbeda, yaitu:
Angsa yaitu semacam simbol yang sangat populer yang berkaitan ketat dengan Saraswati bagi wahana (kendaraan suci). Angsa juga melambangkan penguasaan atas Wiweka (daya nalar) dan Wairagya yang sempurna, berkekuatan memilah susu di selang lumpur, memilah selang yang adil dan yang buruk. Angsa berenang di cairan tanpa membasahi bulu-bulunya, yang mempunyai makna filosofi, bahwa seseorang yang ahli dalam menjalani kehidupan layaknya orang biasa tanpa terbawa arus keduniawian. Hari RayaDewi Saraswati bagi Dewi Ilmu Ilmu dan Seni, dirayakan oleh umat Hindu di Bali]], yang jatuh pada hari Saniscara (Sabtu) Umanis (Legi), wuku Watugunung. Perayaan ini dilaksanakan setiap 210 hari (atau 7 bulan menurut kalender Bali), bagi penghormatan bagi dewi ilmu ilmu dan seni. Pranala luar
edunitas.com Page 19Saraswati (Dewanagari: सरस्वती; ,IAST: Sarasvatī, सरस्वती) yaitu salah satu dari tiga dewi utama dalam agama Hindu, dua lainnyanya yaitu Dewi Sri (Laksmi) dan Dewi Uma (Durga). Saraswati yaitu sakti (istri) dari Dewa Brahma, Dewa Pencipta. Saraswati berasal dari akar kata sr yang artiannya mengalir. Dalam Regweda V.75.3, Saraswati juga disebut bagi Dewi Sungai, disamping Gangga, Yamuna, Susoma dan lainnyanya.
Dalam agama HinduSaraswati yaitu dewi yang dipuja dalam agama weda. Nama Saraswati tercantum dalam Regweda dan juga dalam sastra Purana (kumpulan petuah dan mitologi Hindu). Ia yaitu dewi ilmu ilmu dan seni. Saraswati juga dipuja bagi dewi kebijaksanaan. Dalam saluran Wedanta, Saraswati di gambarkan bagi daya feminin dan aspek ilmu — sakti — dari Brahman. Sebagaimana pada zaman lampau, ia yaitu dewi yang menguasai ilmu ilmu dan seni. Para penganut petuah Wedanta meyakini, dengan menguasai ilmu ilmu dan seni, yaitu salah satu jalan bagi mencapai moksa, pembebasan dari kelahiran kembali. PenggambaranDewi Saraswati digambarkan bagi sosok wanita cantik, dengan kulit halus dan bebas sama sekali dari kotoran, yaitu perlambang bahwa ilmu ilmu suci akan memberikan keindahan dalam diri. Ia terlihat berpakaian dengan dominasi warna putih, terkesan sopan, menunjukan bahwa ilmu suci akan membawa para pelajar pada kesahajaan. Saraswati bisa digambarkan duduk atau berdiri diatas bunga teratai, dan juga terdapat angsa yang yaitu wahana atau kendaraan suci darinya, yang mana semua itu yaitu simbol dari kebenaran sejati. Selain itu, dalam penggambaran sering juga terlukis burung merak. Dewi Saraswati digambarkan mempunyai empat lengan yang melambangkan empat aspek kepribadian manusia dalam mempelajari ilmu pengetahuan: akal, intelektual, waspada (mawas diri) dan ego. Di masing-masing lengan tergenggam empat benda yang berbeda, yaitu:
Angsa yaitu semacam simbol yang sangat populer yang berkaitan ketat dengan Saraswati bagi wahana (kendaraan suci). Angsa juga melambangkan penguasaan atas Wiweka (daya nalar) dan Wairagya yang sempurna, berkekuatan memilah susu di selang lumpur, memilah selang yang adil dan yang buruk. Angsa berenang di cairan tanpa membasahi bulu-bulunya, yang mempunyai makna filosofi, bahwa seseorang yang ahli dalam menjalani kehidupan layaknya orang biasa tanpa terbawa arus keduniawian. Hari RayaDewi Saraswati bagi Dewi Ilmu Ilmu dan Seni, dirayakan oleh umat Hindu di Bali]], yang jatuh pada hari Saniscara (Sabtu) Umanis (Legi), wuku Watugunung. Perayaan ini dilaksanakan setiap 210 hari (atau 7 bulan menurut kalender Bali), bagi penghormatan bagi dewi ilmu ilmu dan seni. Pranala luar
edunitas.com Page 20
Saraswati (Dewanagari: सरस्वती; ,IAST: Sarasvatī, सरस्वती) yaitu salah satu dari tiga dewi utama dalam agama Hindu, dua lainnyanya yaitu Dewi Sri (Laksmi) dan Dewi Uma (Durga). Saraswati yaitu sakti (istri) dari Dewa Brahma, Dewa Pencipta. Saraswati berasal dari akar kata sr yang artiannya mengalir. Dalam Regweda V.75.3, Saraswati juga disebut bagi Dewi Sungai, disamping Gangga, Yamuna, Susoma dan lainnyanya.
Dalam agama HinduSaraswati yaitu dewi yang dipuja dalam agama weda. Nama Saraswati tercantum dalam Regweda dan juga dalam sastra Purana (kumpulan petuah dan mitologi Hindu). Ia yaitu dewi ilmu ilmu dan seni. Saraswati juga dipuja bagi dewi kebijaksanaan. Dalam saluran Wedanta, Saraswati di gambarkan bagi daya feminin dan aspek ilmu — sakti — dari Brahman. Sebagaimana pada zaman lampau, ia yaitu dewi yang menguasai ilmu ilmu dan seni. Para penganut petuah Wedanta meyakini, dengan menguasai ilmu ilmu dan seni, yaitu salah satu jalan bagi mencapai moksa, pembebasan dari lahir kembali. PenggambaranDewi Saraswati digambarkan bagi sosok wanita cantik, dengan kulit halus dan bersih, yaitu perlambang bahwa ilmu ilmu suci akan memberikan keindahan dalam diri. Ia terlihat berpakaian dengan dominasi warna putih, terkesan sopan, menunjukan bahwa ilmu suci akan membawa para pelajar pada kesahajaan. Saraswati bisa digambarkan duduk atau berdiri diatas bunga teratai, dan juga terdapat angsa yang yaitu wahana atau kendaraan suci darinya, yang mana semua itu yaitu simbol dari kebenaran sejati. Selain itu, dalam penggambaran sering juga terlukis burung merak. Dewi Saraswati digambarkan mempunyai empat lengan yang melambangkan empat aspek kepribadian manusia dalam mempelajari ilmu pengetahuan: akal, intelektual, waspada (mawas diri) dan ego. Di masing-masing lengan tergenggam empat benda yang berbeda, yaitu:
Angsa yaitu semacam simbol yang sangat populer yang berkaitan ketat dengan Saraswati bagi wahana (kendaraan suci). Angsa juga melambangkan penguasaan atas Wiweka (daya nalar) dan Wairagya yang sempurna, berkekuatan memilah susu di selang lumpur, memilah selang yang baik dan yang buruk. Angsa berenang di cairan tanpa membasahi bulu-bulunya, yang mempunyai makna filosofi, bahwa seseorang yang ahli dalam menjalani kehidupan layaknya orang biasa tanpa terbawa arus keduniawian. Hari RayaDewi Saraswati bagi Dewi Ilmu Ilmu dan Seni, dirayakan oleh umat Hindu di Bali]], yang jatuh pada hari Saniscara (Sabtu) Umanis (Legi), wuku Watugunung. Perayaan ini dilaksanakan setiap 210 hari (atau 7 bulan menurut kalender Bali), bagi penghormatan bagi dewi ilmu ilmu dan seni. Pranala luar
edunitas.com Page 21Tags (tagged): 3 Title of articles, 3 April, 3 Juno, 3 Letters of John, 3 November, 300, 3000 BC, 303, 30s, 325, 33, 340s, 341, 37, 380's, 381, 387, 3rd century BC, 3rd Millennium, 3rd millennium BC, 3x3 Eyes Page 22Tags (tagged): 3 Title of articles, 3 April, 3 Juno, 3 Letters of John, 3 November, 300, 3000 BC, 303, 30s, 325, 33, 340s, 341, 37, 380's, 381, 387, 3rd century BC, 3rd Millennium, 3rd millennium BC, 3x3 Eyes Page 23Tags (tagged): F Title of articles, F/A-18 Hornet, F1 2011 European Grand Prix, F1 Brazilian Grand Prix 2003, F1 Brazilian Grand Prix 2009, FC Sion, FC Slavyansky Slavyansk-na-Kubani, FC Slovan Liberec, FC Smena Komsomolsk-na-Amure, FIFA Ballon d' Or 2011, FIFA Ballon d'Or, FIFA Ballon d'Or 2012, FIFA Ballon d'Or 2013, Flag of Slovakia, Flag of Slovenia, Flag of Solomon Islands, Flag of Somalia, foster brother, Fotodiode, Fouad Rachid, Foued Kadir Page 24Tags (tagged): F Title of articles, F/A-18 Hornet, F1 2011 European Grand Prix, F1 Brazilian Grand Prix 2003, F1 Brazilian Grand Prix 2009, FC Sion, FC Slavyansky Slavyansk-na-Kubani, FC Slovan Liberec, FC Smena Komsomolsk-na-Amure, FIFA Ballon d' Or 2011, FIFA Ballon d'Or, FIFA Ballon d'Or 2012, FIFA Ballon d'Or 2013, Flag of Slovakia, Flag of Slovenia, Flag of Solomon Islands, Flag of Somalia, foster brother, Fotodiode, Fouad Rachid, Foued Kadir Page 25Tags (tagged): G Title of articles, Gary Andrew Stevens, Gary Breen, Gary Cahill, Gary Caldwell, Georginio Wijnaldum, Georgios George Koumantarakis, Georgios Karagounis, Georgios Samaras, Giuseppe Wilson, giussano, Givi Chokheli, Givi Dmitriyevich Chokheli, Granze, graph, grapheme, graphic, Gunter Friesenbichler, Gunungkidul Persig, Gunungsitoli, Gupta script Page 26Tags (tagged): G Title of articles, Gary Andrew Stevens, Gary Breen, Gary Cahill, Gary Caldwell, Georginio Wijnaldum, Georgios George Koumantarakis, Georgios Karagounis, Georgios Samaras, Giuseppe Wilson, giussano, Givi Chokheli, Givi Dmitriyevich Chokheli, Granze, graph, grapheme, graphic, Gunter Friesenbichler, Gunungkidul Persig, Gunungsitoli, Gupta script |