Sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih dapat dipatahkan oleh poilitik

Apartheid adalah sebuah sistem pemisahan berdasarkan ras, agama dan kepercayaan, diskriminasi etnis dan pemisahan kelas sosial, dimana kelompok mayoritas mendominasi kelompok minoritas. Karakteristik yang muncul adalah pemisahan secara fisik serta wilayah setiap ras, kemudian diskriminasi terhadap distribusi servis dan jasa publik. Apartheid memaksakan sebuah praktek yang mirip dengan perbudakan dalam berbagai bagian kehidupan berdasarkan karakteristik berbeda, seperti ras. Apartheid adalah pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan merupakan kejahatan Internasional

Jakarta -

Apartheid adalah sistem undang-undang yang mendukung kebijakan segregasi kepada warga non-kulit putih di Afrika Selatan. Kebijakan ini hadir di abad ke-20 setelah Partai Nasional mendapat kekuasaan.

Dikutip dari Modul Sejarah Kelas XII yang disusun oleh Nansy Rahman (2020), pemerintahan yang saat itu didominasi kulit putih (bangsa Eropa) memberlakukan sistem pemisahan ras dengan tujuan memperoleh hak-hak istimewa dari suatu ras atau bangsa.

Tokoh yang merancang politik apartheid adalah Hendrik Verwoerd. Sistem ini dipraktikkan sebagai kebijakan politik resmi dan terdiri dari beberapa peraturan hingga program untuk pemisahan rasial secara struktural. Sejak awal kemunculannya, sistem Apartheid dihapus pada tahun 1990.

Keberagaman ras, agama, hingga warna kulit di masyarakat dunia semestinya menjadi dorongan untuk kita sebagai manusia agar saling menghormati. Lantas, mengapa bisa terjadi apartheid di Afrika Selatan kala itu?

Latar Belakang Kemunculan Politik Apartheid

Dalam bahasa resmi Afrika Selatan, apartheid adalah Aparte Ontwikkeling yang berarti perkembangan yang terpisah. Latar belakang munculnya masalah apartheid adalah kemunculan bangsa Eropa yang mulai menduduki wilayah Afrika.

Belanda adalah bangsa Eropa pertama yang datang ke Afrika Selatan dipimpin oleh Jan Anthony van Riebeeck. Sejak tahun 1652 Belanda menjajah Afrika Selatan untuk menguasai sumber daya alam.

Namun, Inggris datang dengan tujuan yang sama hingga terjadilah Perang Boer di tahun 1899-1902. Inggris menang dan mendirikan negara dengan ketatanegaraan mereka yaitu Union of South Africa.

Inggris menyatukan wilayah dan menjadi satu republik yang dipimpin Hendrik Verwoerd sebagai presiden. Di bawah kendali Inggris, pemisahan ras atau politik apartheid ini berlaku sejak 1910 yang menimbulkan diskriminasi antara kedua ras warna kulit.

Jadi, politik apartheid adalah politik pemisahan penduduk berdasarkan ras warna kulit dimana kulit putih mendapat hak istimewa dari ras warna kulit lainnya.

Undang-Undang Kebijakan Apartheid

Dikutip dari Modul Sejarah Peminatan Kelas XII yang diterbitkan Kemendikbud (2020), ideologi ini ditulis dalam undang-undang berbunyi, "the central tenet of Apartheid was that each group should develop separately and achieve autonomy in its area".

Kalimat tersebut dijabarkan ke 4 pemikiran berikut:

1. Penduduk Afrika terdiri dari empat ras yaitu ras putih, berwarna, India, dan Afrika

2. Putih adalah ras beradab

3. Kepentingan putih harus di atas kepentingan hitam

4. Ras putih adalah Afrikaner berbahasa Inggris

Beberapa dekade lamanya banyak undang-undang sejenis yang membatasi aktivitas kehidupan dan hak orang Afrika Selatan yang tidak berkulit putih.

Salah satu undang-undang pemisahan rasial yaitu ada pada larangan perkawinan campur ras yang bermaksud menjaga 'kemurnian' ras kulit putih. Selain itu ada undang-undang pendaftaran penduduk nomor . 30 terkait mendaftarkan individu berdasarkan kelompok ras. Ada juga peraturan Group Areas Act No. 41 yang memisahkan ras-ras ke daerah pemukiman berbeda.

Bagaimana Rakyat Afrika Melawan Apartheid?

Seiring berjalannya waktu, Verwoed diganti oleh Pieter Botha pada tahun 1976. Politik apartheid semakin kental terasa dan memecah belah persatuan Afrika Selatan. Gejala ras diskriminasi yang dilakukan bangsa Eropa memandang penduduk pribumi kulit hitam dengan pandangan rendah.

Kondisi tersebut awalnya tidak dipahami oleh mereka, namun lambat laun terjadi kesamaan pikiran tentang diskriminasi rasial ini. Orang-orang kulit hitam melakukan perlawanan membentuk organisasi African National Congress (ANC). ANC merupakan partai politik untuk mengalahkan politik kulit putih dibawah pimpinan Nelson Mandela pada tahun 1952.

Nelson Mandela adalah rakyat Afrika Selatan yang secara konsisten berjuang menentang rezim apartheid yang rasialis. Ia berkoalisi dengan kulit berwarna (kulit kuning) untuk memperkuat partai hingga mencetuskan freedom charter sebagai program perjuangan ANC.

Pieter Botha tidak tinggal diam, ia menumpas setiap perlawanan dengan menjebloskan tokoh-tokoh kulit hitam ke penjara termasuk Nelson Mandela yang mendekam di penjara selama 27 tahun.

Namun, hal ini tak menjadi halangan, namanya kembali populer saat terpilih menjadi Sekjen ANC dan melakukan perjuangan secara rahasia. Ia yang memimpin pemogokan selama tiga hari pada 29-31 Mei 1961 dan berujung dijebloskan penjara 5 tahun.

Sejumlah kawanan tokoh lain dari ANC juga ikut ditangkap. Mereka dituduh bersengkongkol menumbangkan pemerintah dan dihukum penjara seumur hidup di Pulau Robben Cape Town.

Selama di penjara, terjadi kampanye dan aksi protes pembebasan Mandela sejak tahun 1982. Di tahun 1988 pada ulang tahun Nelson Mandela ke 70 dirayakan oleh bangsa Afrika dengan konser musik selama 120 jam non stop disiarkan di 50 negara.

Kampanye ini membuat banyak negara simpati dan mengecam pemerintah Apartheid secara politik maupun ekonomi untuk turun. Akhirnya tahun 1970, Pieter Botha mengurangi undang-undang Apartheid meski tidak keseluruhan

Di tahun 1990, Ferdinand Willem membebaskan Nelson Mandela dan pada sidang parlemen 21 Februari 1991, ia menghapus undang-undang tentang Group Areas Act, Land Act, dan Population Registration Act.

Berakhirnya politik apartheid adalah ditandai dengan pemilu antirasial pertama yang hasilnya dimenangkan oleh Nelson Mandela sebagai Presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan dan mendapat penghargaan nobel.

Simak Video "Presiden Afsel Berduka Atas Kepergian Desmond Tutu"



(pal/pal)

Guys, pernah gak sih, elo mendengar tentang politik apartheid? Well, pasti banyak dari elo yang belum tahu tentang politik satu ini. Singkatnya, politik apartheid merupakan sebuah kebijakan yang memisahkan kulit hitam dan putih di Afrika Selatan. 

Eitss, tapi kok bisa ada orang kulit putih di Afrika?

Nah, elo pernah gak sih, menonton acara sepak bola di televisi? Jika elo perhatikan salah satu pemain tim nasional sepak bola Afrika ada yang berkulit putih, lho. Apakah ia bukan orang Afrika? Apakah ia pemain yang disewa dari negara lain? 

Faktanya, banyak orang-orang kulit putih yang menetap di Afrika Selatan. Bahkan, di zaman dahulu perbedaan warna kulit ini sering menjadi permasalahan hingga menimbulkan politik apartheid. 

Maka dari itu, mari kita bahas lebih lanjut mengenai latar belakang politik apartheid!

Baca Juga: Profil Nelson Mandela, Sosok yang Akhiri Politik Apartheid

Apa yang Dimaksud dengan Politik Apartheid?

Politik apartheid adalah politik pemisahan penduduk berdasarkan ras yang diterapkan di Afrika Selatan sejak tahun 1948 hingga 1993. Ras yang dimaksud di sini adalah pemisahan antara ras kulit putih dengan ras kulit hitam. 

Tidak hanya itu, di dalam politik apartheid juga terjadi diskriminasi terhadap ras kulit hitam, di mana hanya orang-orang dari ras kulit putih saja yang mendapat hak istimewa untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, hingga kekuasaan politik. 

Nah, Sobat Zenius pasti sekarang penasaran deh, kok bisa sih, politik apartheid ini terjadi? Memang bagaimana latar belakangnya?

Jadi, awalnya aturan-aturan tersebut dibuat oleh orang kulit putih yang berada di Afrika Selatan nih, guys! Nah, jadi orang-orang kulit putih ini merupakan orang Eropa atau disebut juga sebagai kaum boer yang menetap sejak lama di Afrika. 

Sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih dapat dipatahkan oleh poilitik
Bentuk Protes Politik Apartheid (Dok. history.com)

Lalu, di awal abad ke-20, kebijakan apartheid pun dimulai oleh orang-orang berkulit putih. Di mana, kebijakan ini membagi Afrika Selatan menjadi empat golongan yaitu kulit putih (keturunan Eropa), suku bangsa bantu (suku asli bangsa Afrika), kulit berwarna (berdarah campuran), dan orang Asia (orang Pakistan dan India). 

Seiring berjalannya waktu, di tahun 1924 sampai 1939 Partai Nasional telah terpilih menguasai Afrika Selatan, sehingga memunculkan aturan-aturan baru seperti:

  1. Undang-Undang Larangan Nikah Campur
  2. Undang-Undang Registrasi Penduduk
  3. Undang-Undang Wilayah Kelompok

Baca Juga: Konflik Sipil-Militer Amerika Serikat dalam Perang Korea

Dampak Politik Apartheid

Sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih dapat dipatahkan oleh poilitik
Aksi Protes Terhadap Politik Apartheid (Dok. Thoughtco)

Nah, peraturan-peraturan tersebut pun berdampak negatif terhadap masyarakat Afrika Selatan nih, guys! Beberapa dampak politik apartheid yakni timbulnya diskriminasi masyarakat yang memengaruhi banyak aspek politik, sosial, ekonomi, dan sebagainya. 

Semenjak itu, lahirlah gerakan-gerakan yang menentang adanya politik apartheid. Contohnya saja gerakan African National Congress (ANC) yang salah satu anggota aktifnya adalah Nelson Mandela. 

Nah, karena telah menimbulkan banyak gerakan rakyat, lalu ditambah lagi dengan kecaman keras dari dunia internasional, akhirnya politik apartheid ini pun berakhir, guys. Kemudian pada tanggal 21 Februari 1991, presiden Frederik Willem de Klerk mengumumkan penghapusan sistem politik apartheid di hadapan sidang parlemen Afrika Selatan. 

Selain itu, ia juga berjanji untuk menyelenggarakan pemilihan umum presiden tanpa pembatasan rasial. Hingga akhirnya di tahun 1994, diadakan pemilu presiden yang dimenangkan oleh Nelson Mandela.

Sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih dapat dipatahkan oleh poilitik
Nelson Mandela (Dok. Wikimedia Commons)

Meski kemenangan Nelson Mandela ini resmi menghapuskan politik apartheid, tetapi jejaknya sudah terlanjur membekas dan menyisakan luka di hati warga kulit hitam. Oleh karena itu, untuk mengobati luka warganya, Nelson Mandela mulai membentuk UU Peningkatan Kesatuan Nasional dan Rekonsiliasi.

Sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih dapat dipatahkan oleh poilitik

Contoh Soal Dampak Politik Apartheid

  1. Manakah di antara tokoh di bawah ini yang merupakan anggota African National Congress (ANC)?

A. Nelson Mandela

B. Donald Trump

C. Vladimir Putin

D. Angela Merkel

E. John Kennedy

Jawaban: Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, salah satu anggota ANC adalah Nelson Mandela. Maka, jawaban yang tepat adalah A. Nelson Mandela

Baca Juga: Awal Mula Krisis Misil Kuba dan Berakhirnya, Hampir Mengancam Dunia!

Nah, itu dia guys sejarah mengenai politik apartheid di Afrika Selatan. Dari kisah politik apartheid, kita jadi mendapat pelajaran bahwa sesuatu yang bersifat rasisme tidaklah baik bagi kehidupan. Bahkan, rasisme sering menimbulkan dampak negatif. 

Namun sayangnya, hingga kini masih banyak sekali bentuk-bentuk diskriminasi dan rasisme yang terjadi di sekitar kita. So guys, gimana sih menurut elo caranya agar menjadi pribadi yang anti-rasis? Yuk, coba jawab di kolom komentar!