Tata cara sholat hajat 4 rakaat

Bandung, NU Online Jabar
Shalat hajat merupakan salah satu ibadah shalat sunnah yang juga dianjurkan dalam Islam. Bagi seseorang yang sedang memiliki hajat atau tujuan tertentu melaksanakan shalat sunnah hajat bisa menjadi salah satu alternatif agar keinginan cepat dikabulkan.

 

Sebagaimana petunjuk yang diberikan oleh Syekh Nawawi Banten dalam kitabnya Nihayatuz Zain. Dalam kitab tersebut, Syekh Nawawi menyarankan agar seseorang yang sedang berhajat untuk melaksanakan shalat hajat. 


“Orang yang sedang mengalami kesempitan, berhajat untuk membuat mashlahat agama dan dunianya, dan merasakan kesulitan karenanya, hendaklah melakukakun shalat hajat sebagaimana berikut,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002 M/1422 H], cetakan pertama, halaman 103).

 

Shalat hajat dapat dilaksanakan 2 sampai 12 rakaat dengan dengan satu salam dalam tiap-tiap dua rakaat sehingga berjumlah 12 rakaat. Pada pokoknya, shalat sunnah hajat tidak berbeda jauh dengan shalat-shalat sunnah yang lainnya. 

 

Berikut tata cara shalat hajat lengkap dengan bacaan niat dan doa. 

1.    Niat shalat hajat.

 

أُصَلِّيْ سُنَّةَ الحَاجَةِ رَكْعَتَيْنِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى 

 

Ushallī sunnatal hājati rak‘ataini adā’an lillāhi ta‘ālā. 

 

Artinya, “Aku menyengaja shalat sunnah hajat dua rakaat tunai karena Allah SWT.”

 

2.    Membaca surat Al-Fatihah.

 

3.    Membaca surat-surat pendek (dianjurkan untuk membaca surat Al-Ikhlas dan ayat kursi. Akan tetapi juga diperbolehkan membaca surat-surat pendek yang lainnya).

 

4.    Selesai melaksanakan shalat dua rakaat, seseorang dianjurkan untuk membaca shalawat dan berdoa. 

 

Melansir NU Online, berikut doa yang dapat dibaca setelah melaksanakan shalat sunnah hajat. 

 

Doa pertama

 

سُبْحَانَ الَّذِي لَبِسَ العِزَّ وَقَالَ بِهِ، سُبْحَانَ الَّذِي تَعَطَّفَ بِالمَجْدِ وَتَكَرَّمَ بِهَ، سُبْحَانَ ذِي العِزِّ وَالكَرَمِ، سُبْحَانَ ذِي الطَوْلِ أَسْأَلُكَ بِمَعَاقِدِ العِزِّ مِنْ عَرْشِكَ وَمُنْتَهَى الرَّحْمَةِ مِنْ كِتَابِكَ وَبِاسْمِكَ الأَعْظَمِ وَجَدِّكَ الأَعْلَى وَكَلِمَاتِكَ التَّامَّاتِ العَامَّاتِ الَّتِي لَا يُجَاوِزُهُنَّ بِرٌّ وَلَا فَاجِرٌ أَنْ تُصَلِّيَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ   


Artinya, “Mahasuci Zat yang mengenakan keagungan dan berkata dengannya. Mahasuci Zat yang menaruh iba dan menjadi mulia karenanya. Mahasuci Zat pemilik keagungan dan kemuliaan. Mahasuci Zat pemilik karunia. Aku memohon kepada-Mu agar bershalawat untuk Sayyidina Muhammad dan keluarganya dengan garis-garis luar mulia Arasy-Mu, puncak rahmat kitab-Mu, dan dengan nama-Mu yang sangat agung, kemuliaan-Mu yang tinggi, kalimat-kalimat-Mu yang sempurna dan umum yang tidak dapat dilampaui oleh hamba yang taat dan durjana,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002 M/1422 H], cetakan pertama, halaman 103-104).


Doa kedua

 

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الحَلِيمُ الكَرِيْمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ العَلِيُّ العَظِيْمُ سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ العَرْشِ العَظِيْمِ والحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ   

 

Artinya, “Tiada Tuhan selain Allah yang santun dan pemurah. Tiada Tuhan selain Allah yang maha tinggi dan agung. Mahasuci Allah, Tuhan Arasy yang megah. Segala puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002 M/1422 H], cetakan pertama, halaman 104).


Setelah itu, orang yang sedang memiliki hajat tertentu melanjutkan bacaan doa Rasulullah SAW riwayat Imam At-Tirmidzi berikut ini.

 

   اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ، وَالغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ، وَالسَلَامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، لَا تَدَعْ لِيْ ذَنْبًا إِلَّا غَفَرْتَهُ، وَلَا هَمًّا إِلَّا فَرَّجْتَهُ، وَلَا حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضىً إِلَّا قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ   

 

Artinya, “Tiada Tuhan selain Allah yang maha lembut dan maha mulia. Maha suci Allah, penjaga Arasy yang agung. Segala puji bagi Allah, Tuhan alam semesta. Aku mohon kepada-Mu bimbingan amal sesuai rahmat-Mu, ketetapan ampunan-Mu, kesempatan meraih sebanyak kebaikan, dan perlindungan dari segala dosa. Janganlah Kau biarkan satu dosa tersisa padaku, tetapi ampunilah. Jangan juga Kau tinggalkanku dalam keadaan bimbang, karenanya bebaskanlah. Jangan pula Kau telantarkanku yang sedang berhajat sesuai ridha-Mu karena itu penuhilah hajatku. Hai Tuhan yang maha pengasih,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2002 M/1422 H], cetakan pertama, halaman 104).


Shalat hajat ini dapat dilaksanakan dalam semalam atau tiga sampai tujuh malam, tergantung pada penting dan urgensinya serta maksud tujuan yang hendak di capai.


Penulis: Agung Gumelar

Apakah sholat hajat 4 rakaat berapa kali salam?

Shalat Hajat 4 Rakaat Satu Kali Salam.

Bagaimana cara melakukan sholat hajat 4 rakaat?

Berikut ini tata caranya sholat hajat:.
Membaca niat sholat hajat..
Membaca doa Iftitah lalu Surat Al-fatihah..
Membaca salah satu surat pendek..
Ruku dengan tuma'ninah..
I'tidal dengan tuma'ninah..
Sujud dengan bacaan tuma'ninah..
Duduk di antara dua sujud dengan tuma'ninah..
Sujud kedua dengan tuma'ninah..

Bagaimana tata cara sholat hajat yang benar?

Tata cara Sholat Hajat (Rukun).
Membaca Niat dalam hati (Tidak wajib).
Melakukan takbiratul ihram, diikuti dengan doa iftitah..
Membaca Al-Fatihah..
Membaca Surat Al-Qur'an, disunnahkan surat panjang..
Lalu Rukuk dengan tumaninah dan membaca “Subhaana rabbiyal 'adhiimi wabihamdihi..

Berapa rakaat yang baik untuk sholat hajat?

Shalat hajat dapat dilaksanakan 2 sampai 12 rakaat dengan dengan satu salam dalam tiap-tiap dua rakaat sehingga berjumlah 12 rakaat. Pada pokoknya, shalat sunnah hajat tidak berbeda jauh dengan shalat-shalat sunnah yang lainnya.