Tuliskan terdapat di surah dan ayat berapakah tentang penyembelihan?

tirto.id - Ibadah kurban dianjurkan untuk dikerjakan setiap tahunnya pada hari raya Idul Adha dan tiga hari tasyrik. Pada tahun ini, Idul Adha jatuh pada Jumat, 31 Juli 2020. Adapun hari tasyriq jatuh pada 1-3 Agustus 2020.

Ibadah kurban hukumnya sunah muakkadah atau amat ditekankan pengerjaannya. Perintah bagi umat Islam untuk berkurban ini tertera dalam Alquran surah Al-Hajj ayat 34:

"Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan [kurban], agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan sampaikanlah [Muhammad] kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh [kepada Allah]," (Q.S. Al-Hajj [22]: 34).

Selain itu, Allah SWT juga berfirman dalam surah Al-Kautsar mengenai perintah berkurban ini:

"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah (Al-Kautsar [108]: 1-2).

Ibadah kurban memiliki sejarah panjang dalam Islam. Perintah kurban pernah diberikan kepada Nabi Ibrahim AS, yang bermula dari mimpinya menyembelih anaknya sendiri, Ismail AS.

Hal ini didasarkan pada riwayat Zaid bin Arqam, mereka [para sahabat] berkata: "Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban itu? Rasulullah SAW menjawab: 'Kurban adalah sunahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim'," (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah).

Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail disebut di Al-Quran surah As-Shaffat ayat 99-113. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, bahwa Nabi Ibrahim sempat menanti kehamilan dari istri pertamanya, Sarah, dalam waktu yang sangat lama.

Lantas, ketika usia Sarah kian menua dan tampak sulit mengandung, ia meminta agar Ibrahim AS menikahi budak mereka, Siti Hajar. Sarah berharap, dari Siti Hajar, Ibrahim bisa memperoleh anak yang ia dambakan.

Beberapa waktu kemudian, Siti Hajar hamil dan mengandung Ismail. Ketika anak pertamanya itu lahir, Ibrahim berusia 86 tahun.

Pada suatu waktu, ketika Ismail sudah tumbuh besar, Ibrahim bermimpi bahwa ia menyembelih anaknya. Awalnya ia ragu bahwa mimpi itu adalah wahyu. Namun setelah Ibrahim merenung dan memikirkannya, sampailah ia pada kesimpulan bahwa Allah SWT memintanya untuk menyembelih anaknya sendiri, Ismail.

Choirul Mahfud (2014) dalam "Tafsir Kontekstual Ibadah Kurban dalam Islam" yang terbit di Jurnal Humanika menyebutkan, setelah mimpi itu, tampaklah keteladanan Nabi Ibrahim yang merupakan seorang ayah yang demokratis di keluarga, dan mengutamakan dialog, serta tidak memaksakan kehendaknya sendiri.

Ketika diperintahkan untuk menyembelih anaknya, Nabi Ibrahim tidak lantas menunaikan perintah itu, namun bertanya terlebih dahulu kepada putranya, Ismail: "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?" (Q.S. As-Shaffat [37]: 102).

Jadi, Ibrahim mengajak dialog, meminta pendapat, masukan, dan persetujuan Ismail. Kemudian, Ismail dengan penuh ikhlas menyambut baik perintah itu. Jawaban Ismail itu tertera di ayat yang sama: "Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintah­kan kepadamu," (Q.S. As-Shaffat [37]: 102).

Hal ini membuktikan bahwa cinta Ibrahim dan Ismail kepada Allah SWT melebihi segalanya. Cinta itu mengalahkan nafsu-nafsu duniawi, serta menundukkan keinginan keduanya atas perintah Allah SWT.

Namun, saat Nabi Ibrahim mulai menyembelih Ismail, Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor kambing gibas, yang bulunya panjang, tebal, dan keriting. Hal ini juga disebutkan dalam al-Quran.

"Lalu Kami panggil dia, Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar," (Q.S. Ash-Saffat [37]: 104-107).

Dengan demikian, salah satu hikmah dari ibadah kurban adalah mengingat ketakwaan Ibrahim dan Ismail kepada Allah SWT. Hal ini sebagaimana disampaikan KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU, bahwa umat Islam diajarkan untuk meneladani kisah Nabi Ibrahim dan Ismail dengan menjalankan ibadah kurban. Teladan itu adalah kesabaran dan keberserahan diri keduanya kepada Allah SWT.

"Dari situlah disyariatkan kita berkurban. Ini [ibadah kurban] juga merupakan salah satu bagian kecil dari ibadah sosial kita," kata Said sebagaimana dilansir NU Online.

Baca juga:

  • Beda Tradisi Kurban Iduladha Indonesia dan Arab Saudi
  • Tips Menyimpan Daging Kurban Idul Adha di Freezer Agar Tahan Lama
  • Iduladha 2020: Corona Membuat Tren Kurban Online Meningkat
  • Kisah Para Jagal Iduladha: Seni Menyembelih Hewan Kurban Antigagal

Baca juga artikel terkait IDUL ADHA 2020 atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/add)


Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom
Kontributor: Abdul Hadi

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

Istilah penyembelihan dalam Alquran bermacam-macam.

Republika TV/Muhamad Rifani Wibisono

Istilah penyembelihan dalam Alquran bermacam-macam. Hewan qurban (Ilustrasi)

Rep: Ali Yusuf Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Perintah berqurban ditegaskan dalam Surat Al-Kautsar ayat 2. Perintah ini disandingkan dengan amar melaksanakan sholat. 

Baca Juga

Ayat ke-2 surat Al-Kautsar berbunyi: فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ "Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan sembelihlah hewan qurban." 

Ustadz Ahmad Sarwat Lc MA dalam kitabnya Tafsir Tahlili Surah Al-Kautsar, menjelaskan dalam kata nahr di surat kedua Al-Kautsar, dalam bahasa Arab secara umum berarti menyembelih hewan. 

Dalam ayat ini disebutkan dalam bentuk fiil amr, yang aslinya inhar, namun ketambahan wawu athaf menjadi wanhar.  

"Meski sering diterjemahkan dengan 'menyembelih', sesungguhnya secara teknik, nahr itu berbeda dan lebih spesifik dari sekadar menyembelih yang kita kenal," katanya.  

Setidaknya ada tiga teknis penyembelihan hewan yang dikenal bangsa Arab yaitu nahr, dzabh, dan 'aqar. Berikut ini penjelasannya:  

1. Nahr ini biasanya hanya dilakukan untuk menyembelih unta, yaitu dengan cara menusuk lehernya dengan benda tajam seperti tombak dan lainnya, di mana untanya masih dalam keadaan berdiri tegak. Dengan cara penusukan di leher ini, maka darah unta segera mengalir deras keluar dan unta mati seketika. 

Cara ini lebih mudah dilalukan, karena tanpa harus membaringkan unta yang butuh tenaga banyak orang. Nahr ini cukup dilakukan satu orang saja, tanpa bantuan siapa pun. Cara ini dibenarkan dalam syariah, bahkan penyembelihan hewan udhiyah di dalam nash Alquran justru dalam bentuk nahr.

2. Dzabhu adalah menyembelih seperti yang umumnya kita kenal saat ini. Caranya dengan mengiris leher hewan udhiyah hingga putus urat nadi dan jalan pernafasan.

Inilah cara yang paling sering kita saksikan, di mana dengan golok seorang penyembelih mengiris urat nadi hewan yang telah digeletakkan di atas tanah. 

Kata dzabaha ini banyak terdapat di dalam Alquran, salah satunya adalah firman Allah SWT yang mengganti penyembelihan atas Nabi Ismail AS dengan seekor kambing yang gemuk.

وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (QS Ash-Shaffat: 107)

3. Aqar adalah menebas leher unta ketika unta itu masih berdiri, sebagaimana yang disebutkan dalam Alquran. 

فَعَقَرُوا النَّاقَةَ وَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ "Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan." (QS Al-A'raf : 77).

Beda nahr dengan aqar hanya pada penggunaan alatnya saja, yaitu nahr dengan cara ditusuk, sedangkan 'aqar dengan cara ditebas. 

Tuliskan terdapat di surah dan ayat berapakah tentang penyembelihan?