PendahuluanBani Abbasiyah dalam sejarah menoreh sebuah prestasi dalam perjalanan sejarah Islam. Pemerintahan yang berlangsung sekian lama tak hanya tentang politik dan ekspansi wilayah. Gebrakan akan hausnya ilmu pengetahuan menjadi kegiatan utama dalam dalam masa pemerintahan dinasti Abbasiyah. Show
Jalan yang ditempuh pun lebih fleksibel, tak sekedar umat Muslim yang di berikan kuasa mengembangkan, umat lain agama pun juga di beri keluasan berpartisipasi dalam pengembangan ilmu. Gerakan yang digadang menjadi kebangkitan ilmu di masa itu berasal dari kemauan para khalifah Abbasiyah yang ingin sekali menerjemahkan buku-buku yang berasal dari bangsa asing ke dalam bahasa Arab. PembahasanKeterpurukan mengenyam pendidikan sangat di rasakan oleh orang-orang Mawali (Muslim bukan keturunan Arab), keterbatasan akan prioritas administrasi yang di kesampingkan oleh Bani Umayyah menjadi rasa semangat untuk bangkit mengejar ketertinggalan di masa Abbasiyah, begitupun juga pemerintahan Abbasiyah mendukung penuh pendidikan dan keilmuan tanpa membedakan latar belakang bangsa. Pada perjalanan gerakan penerjemahan mendapat antusias dari kalangan rakyat Mawali bahkan berbeda keyakinan agama.secara pemetaan periode dapat dibagi menjadi tiga,yakni : 1. Periode awal di prakasai oleh khalifah Al-Mansyur dan Khalifah Harun ar-Rasyid. Karya-karya bahasa asing pada bidang astronomi dan mantiq banyak di terjemahkan dan latar belakang keluarga penerjemah berasa dari keluarga Barmaki,orang-orang Zoroester dan sarjana Kristen Nestorian. 2. Periode kedua berlangsung pada masa Khalifah Al-Makmun hingga kurang lebih berjalan sampai tahun 300 H. Pada masa ini karya yang banyak diterjemahkan berupa bidang filsafat dan kedokteran. Periode ini juga menjadi masa itu benar-benar kegiatan penerjemahan menjadi salah satu tombak keilmuan pada masa dinasti Abbasiyah bahkan Baitul Hikmah menjadi sentralisasi pembukuan keilmuan.Abu Sahl fadl bin Nawabakht,Allan asy-Syu'ubi,Hunain bin Ishaq al-Ibad dan Qustha bin Luqa menjadi tokoh penting saat itu. 3. Periode ini pengaruh Baitul Hikmah menurun, hal ini disebabkan meninggalnya Khalifah Al-Makmun. Masa juga menjadi peralihan paham teologi masyarakat yang mendukung Mu'tazilah menjadi penentang paham Mu'tazilah setelah kebijakan Mihnah berlaku sampai menjadi tragedi berdarah. Berhubung sedikit menyinggung tentang Baitul Hikmah, tak lepas juga antara sebuah ilmu dengan tempat bernama perpustakaan. Mengenal Baitul Hikmah sebagai lembaga yang pada zaman itu menjadi pusat berkumpulnya orang-orang intelektual mesti di perdalam peran nya bagi kegiatan gerakan penerjemahan.Intitusi tersebut menjadi tempat yang dominan bagi kegiatan penerjemahan . Pembentukan badan penerjemahan dan penyarah serta para penjual kertas turut menjaga dan melestarikan naskah kuno bahasa asing maupun naskah-naskah yang akan diterbitkan dalam bahasa Arab, kemudian dikumpulkan pada pembendaharaan dibagian perpustakaan. Pelaksanaan penerjemahan pertama di masa khalifah al Makmun dimulai dari buku berbahasa Syiria, yaitu sejumlah karya dari Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Syiria. Setelah itu baru dilakukan penerjemahan karya-karya ilmiah dari Yunani langsung ke bahasa Arab, terutama buku-buku tentang astronomi dan kedokteran. KOMPAS.com - Dinasti Abbasiyah adalah kekhalifahan ketiga yang berdiri setelah wafatnya Nabi Muhammad. Kekhalifahan ini didirikan oleh dinasti keturunan dari paman Nabi Muhammad, Abbas bin Abdul-Muttalib. Kekhalifahan Abbasiyah resmi memerintah sebagai khalifah setelah menggulingkan Bani Umayyah pada 750 masehi. Kekuasaan dinasti ini berlangsung selama lima abad, yakni dari tahun 750 hingga 1258 M. Selama masa pemerintahannya, Kekhalifahan Abbasiyah menerapkan pola pemerintahan yang berbeda-beda, sesuai perubahan politik, sosial, dan budaya. Salah satu pencapaian terbesarnya adalah berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dunia. Baca juga: Kekhalifahan Abbasiyah: Sejarah, Masa Keemasan, dan Akhir Kekuasaan Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani AbbasiyahPada masa Bani Abbasiyah umat Islam mencapai puncak kejayaan di berbagai bidang. Ini terjadi karena perhatian yang besar dari pemerintah terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Khalifah Al-Ma’mun melakukan penerjemahan buku-buku asing dan mendirikan baitul hikmah yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Kemudian muncul para ilmuwan yang memiliki akidah kuat dan menguasai ilmu agama dan sains. Seperti Al-Khawarizmi menemukan angka nol, Al- Farazi penemu astrolabe, Imam Bukhari dan Imam Muslim yang menyusun hadis shahih yang menjadi panduan umat islam hingga saat ini. Berdasarkan bukti sejarah tersebut, nilai keteladanan untuk memajukan ilmu pengetahuan masa kini adalah pemerintah harus berperan aktif dalam memberi penghargaan terhadap jasa para ilmuwan. Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, pemerintah membangun berbagai infrastruktur dan lembaga, termasuk lembaga pendidikan. Semangat mengembangkan ilmu pengetahuan yang ditunjukkan para khalifah pun terlihat jelas. Para khalifah yang memimpin turut mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dengan kebijakan-kebijakannya. Alhasil, penduduk berduyun-duyun mendatangi tempat-tempat menuntut ilmu, sementara para ilmuwan memiliki kedudukan penting dan derajat yang tinggi. Baca juga: Sejarah Singkat Khulafaur Rasyidin Kebijakan para khalifah dalam bidang ilmu pengetahuanBeberapa langkah atau kebijakan yang dikeluarkan khalifah pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah adalah sebagai berikut. Menggalang penyusunan bukuPenyusunan buku pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dilakukan secara besar-besaran. Hasil penelitian para ulama kemudian disusun dalam sebuah buku sehingga dapat dengan mudah dipelajari oleh generasi penerus. Menggalang penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa asingKhalifah Bani Abbasiyah mendukung dan mendanai penerjemahan ilmu-ilmu pengetahuan dari bahasa asing ke Bahasa Arab. Dengan demikian, ilmu pengetahuan yang dimiliki umat Islam semakin luas dan berkembang. Menghidupkan kegiatan-kegiatan ilmiahKegiatan ilmiah menjadi salah satu kebutuhan primer bagi penduduk Daulah Abbasiyah. Hampir di setiap majelis hingga tempat-tempat umum seperti pasar, para ilmuwan menyampaikan pengetahuan mereka miliki. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan ilmu pengetahuanKekhalifahan Abbasiyah gencar membangun Baitul Hikmah, atau pusat ilmu pengetahuan yang sekaligus menjadi perpustakaan. Pada periode ini, perpustakaan telah berfungsi layaknya sebuah universitas di masa sekarang. Perkembangan lembaga pendidikan ini menjadi salah satu cermin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada masa tersebut. Baca juga: Kekhalifahan Bani Umayyah: Masa Keemasan dan Akhir Kekuasaan Faktor yang mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan pada masa AbbasiyahTerjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lainTerjadinya asimilasi antara bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain yang lebih dulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah, banyak bangsa non-Arab yang masuk Islam dan memberi warna baru dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Contohnya bangsa Persia berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra serta pengaruh budaya India yang terlihat pada bidang kedokteran, matematika, dan astronomi. Gerakan penerjemahan yang berlangsung dalam tiga faseFase pertama pada masa Khalifah al-Mansur hingga Harun ar-Rasyid. Pada periode ini yang diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantik (logika). Fase kedua berlangsung sejak masa Khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang diterjemahkan adalah buku dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan pun semakin beragam, mengikuti perkembangan. Baca juga: Khulafaur Rasyidin: Tugas dan Kebijakannya Ilmu yang berkembang pada masa Kekhalifahan Dinasti AbbasiyahIlmuwan-ilmuwan muslim beserta ilmu yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut. Ilmu TafsirPada masa Dinasti Abbasiyah, berkembang dua aliran ilmu tafsir yang terus digunakan hingga sekarang, yaitu tafsir bi al-ma’tsur yang menekankan pada penafsiran ayat-ayat Al-Quran dengan hadis dan pendapat para sahabat, dan tafsir bi ar-ra’yi yang berpijak pada logika daripada nas syariat. Sementara tokoh ilmuwan dalam bidang tasfir adalah Ibnu Jarir at-Tabary, Ibnu Atiyah al-Andalusy, As-Suda, Mupatil bin Sulaiman, dan Muhammad bin Ishak. Filsafat IslamPerkembangan filsafat Islam dimulai saat penerjemahan filsafat Yunani dalam Bahasa Arab sekaligus diadakan penyesuaian dengan ajaran Islam. Beberapa ilmuwan muslim dalam ilmu filsafat Islam adalah Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Abu Bakar Ibnu Tufail, Al-Ghazali, dan Abu Bakar Muhammad bin as-Sayig (Ibnu Bajjah). Ilmu HadisBeberapa karya para ilmuwan muslim terkenal dalam bidang ilmu hadis adalah sebagai berikut.
Baca juga: Sifat 4 Khulafaur Rasyidin Ilmu FikihSetelah Nabi Muhammad wafat, muncul para ulama ahli fikih yang menjadi andalan bagi umat Islam dalam menjelaskan persoalan fikih. Beberapa di antaranya adalah Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i, dan Imam Hanbali. Ilmu Kalam adalah ilmu yang membahas tentang ketuhanan. Ilmuwan termasyur dalam bidang ini adalah Wasil bin Ata', Abu Hasan al-Asy'ari, Imam al-Ghazali, Abu Huzail al-Allaf, dan Ad-Dhaam. Ilmu TasawufTasawuf adalah ilmu yang membahas tentang cara ber-taqarub dengan benar kepada Allah SWT. Beberapa ilmuwan muslim dalam bidang ini adalah Al Gazali, Al-Qusyairy, dan Syahabbudin. Ilmu Tarikh (Sejarah)Sejarah termasuk cabang ilmu yang mengalami perkembangan terus-menerus. Para ilmuwan muslim dalam bidang ilmu tarikh adalah Ibnu Jarir at-Tabary, Khatib Bagdadi, Ibnu Hayyan, Ibnu Batutah, dan Ibnu Khaldun. Ilmu KedokteranIlmu kedokteran dalam Islam dikenal dengan nama at-Tib. Orang-orang Barat bahkan juga menuntut ilmu di universitas milik umat Islam. Para dokter muslim yang terkenal adalah sebagai berikut.
Baca juga: Faktor Kemunduran Peradaban Islam Ilmu GeografiIlmu Geografi berkembang seiring dengan semakin luasnya daerah kekuasaan Islam serta perdagangan. Pada saat itu, sering diadakan perjalanan ilmiah juga perjalanan untuk pesiar, dan pengetahuan yang diperoleh akan dituangkan ke dalam kitab. Beberapa ilmuwan dalam bidang geografi adalah Al-Muqaddasy, Yaqut al-Hamawy, dan Ibnu Khardazabah. Pada masa pemerintahan Kekhalifahan Abbasiyah, Bahasa Arab ditetapkan sebagai bahasa resmi negara. Ilmu bahasa yang berkembang meliputi ilmu nahwu, saraf, ma'ani, bayan, dan badi. Beberapa ilmuwan muslim dalam bidang ini adalah Sibawaihi, Muaz al-Harra', dan Al-Kisai. Ilmu AstronomiIlmu Astronomi atau falak adalah ilmu yang memelajari tentang matahari, bulan, bintang, dan planet-planet. Beberapa contoh ilmuwan dari bidang ini adalah sebagai berikut.
Ilmu MatematikaIlmu matematika juga berkembang pesat dan melahirkan tokoh-tokoh sebagai berikut.
Referensi:
|