Unsur intrinsik yang memberitahu tentang tempat suasana dan waktu adalah

Unsur Intrinsik Cerpen – Pengertian, Novel, Gaya Bahasa & Contoh – Cerita pendek atau CERPEN adalah cerita yang memiliki alur atau sebuah perjalanan cerita singkat yang biasanya meninjau sisi baik dan sisi buruk kehidupan tokok atau kedua sisi. Sementara itu, sebuah NOVEL yang bercerita tentang tentang konflik tokoh serta perubahan nasib tokoh. Unsur intrinsik cerita pendek dengan unsur-unsur novel. Perbedaannya terdapat pada plot yang lebih kompleks di dalam novel.

Unsur intrinsik yang memberitahu tentang tempat suasana dan waktu adalah

Sebuah cerita pendek menceritakan tentang kehidupan penuh pertikaian, pertentangan, peristiwa, dan pengalaman. Karakter tokoh dalam cerpen tidak mengalami perubahan nasibnya.

Pengertian Cerpen

Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek. Cerpen merupakan salah satu ragam dari jenis prosa. Cerpen, sesuai dengan namanya adalah cerita yang relatif pendek yang selesai dibaca sekali duduk. Proses sekali duduk dapat diartikan sebagai memahami isi pula. Artinya, pada saat itu isi cerpen dapat kita pahami. Cerpen terdiri dari berbagai kisah, sepero kisah percintaan (roman), kasih sayang, jenaka, dll. Cerpen biasanya mengandung pesan/amanat yang sangat mudah dipahami, sehingga sangat cocok dibaca oleh kalangan apapun.

Unsur-Unsur Cerpen

Cerpen dilengkapi oleh unsur-unsur penting yang membangunnya. Unsur itu terdiri dari unsur intinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik antara lain, tema, alur, setting/latar/waktu, penokohan, watak, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik antara lain, budaya, jenis kelamin, pekerjaan, dll.

Karakteristik Cerita Pendek

Sebuah cerita pendek jenis sastra memiliki karakteristik tertentu. Ciri-ciri cerita pendek sebagai berikut.

  1. Bentuk tertulis singkat, padat, dan lebih pendek dari novel.
  2. Terdiri kurang dari 10.000 kata.
  3. Sumber cerita kehidupan sehari-hari, pengalaman baik sendiri dan orang lainnya.
  4. Tidak menggambarkan seluruh kehidupan pelakunya karena mengangkat isu tunggal atau judul saja.
  5. Hanya memberitahu sesuatu yang mengisahkan si pelakunya.
  6. Karakter digambarkan dalam konflik sampai selesai.
  7. Penggunaan kata-kata yang sangat ekonomis dan mudah-dikenal (di npahami) masyarakat.
  8. Dapat meninggalkan kesan abadi dan dapat meninggalkan efek perasaan pembaca.
  9. Menceritrakan kejadian, dari perkembangan mental dan krisis, tetapi tidak menyebabkan perubahan nasib.
  10. Tunggal beralur dan lurus.
  11. Cara penokohannya sangat sederhana, singkat, dan tidak dalam.

Cara Menentukan Unsur Intrinsik Dalam Cerpen Atau Novel

  1. Tema, ide cerita utama yang diangkat dalam penulis cerita pendek. Tema dapat melibatkan semua masalah dalam hidup. Di antara isu-isu lain kemanusiaan, kekuasaan, cinta, agama, dan sebagainya.
  2. Mandat, penulis pesan yang disampaikan kepada pembaca melalui cerita dalam cerita pendek. Untuk menemukan cerita mandat, tidak hanya dengan membaca dua atau tiga paragraf, tetapi Anda harus membaca keseluruhan cerita.
  3. Sudut pandang si penulis, yaitu posisi-penulis memposisikan dirinya dalam cerita. Aku adalah, dia, atau sebagai orang yang tahu segalanya.
  4. Plot atau alur.Alur juga disebut alur cerita. Bentuk alur dalam bentuk acara yang diselenggarakan berdasarkan hukum sebab dan akibat yang terkait dari awal sampai akhir cerita.
  5. Perwatakan / Karakterisasi, penulis menggambarkan bagaimana tokoh-tokoh karakter
  6. Latar Belakang, informasi tentang tempat, waktu, dan sosial.
  7. Gaya Bahasa, gaya bahasa yang digunakan.
  8. Sudut Pandang, penulis perspektif dalam membawa cerita.
  9. Konflik, keprihatinan yang diungkapkan dalam cerita. Konflik berkaitan erat dengan peristiwa. Konflik merupakan ajang untuk pengembangan plot.

Baca Juga : Pengertian Majas Dan Contohnya Menurut Pakar Bahasa

Teknik Pencitraan

Untuk menggambarkan sifat atau karakter karakter, penulis menggunakan dua teknik. Kedua teknik ini adalah sebagai berikut.

Teknik analisis yang merupakan karakter / sifat karakter ini diceritakan langsung oleh penulilis.

  • Contoh : Agus adalah satu-satunya putra dari Sultan Hamangkubuono. Agus dikenal orang karena kerapian dalam penampilan. Rambut hitam lurus dan kulit zaitun menambah kegagahan tubuhnya. Banyak pemudi mencoba mendekatinya, namun tanpa alasan yang jelas, dia selalu menolak.

Teknik dramatis yang merupakan karakter / sifat angka yang disajikan oleh deskripsi tertentu, misalnya, karakter fisik dan perilaku, lingkungan hidup, dialek, cara berpikir, dan melalui gambar tokoh-tokoh lainnya.

  • Contoh: Berbeda dengan Rudi, sebenarnya pengendalian diri Bahtiar dalam menghadapi masalah yang kompleks. Itu Bahtiar yang dingin dan Rudi tentara yang panas. terjadi dalam ketegangan pemasangan peluru, Bahtiar pelurunya menyebar ke arah yang berbeda.

Berdasarkan perannya dalam cerita, karakter dapat dibagi menjadi tiga jenis. Jenis-jenis karakter adalah protagonis, antagonis, dan tritagonis.

Karakter Itu untuk mendukung cerita. Biasanya ada satu atau dua tokoh protagonis utama yang membantu karakter lain yang terlibat dalam cerita.
Orang jenis ini biasanya karakter yang baik, dan menjadi idola para pembaca / pendengar.

Karakter itu yang menjadi lawan dari cerita. Biasanya ada satu atau dua tokoh yang menentang karakter cerita. Orang-orang semacam ini karakter jahat, menyebabkan konflik, dan dibenci oleh pembaca dan pendengar.

Itu pembantu angka (mediator), baik untuk protagonis dan antagonis.

  • Bagaimana menentukan sifat dan sifat tokoh

Cara untuk menentukan karakter tokoh adalah sebagai berikut.

  • Tentukan pelaku cerita pendek, baik protagonis, antagonis, dan tritagonis.
  • Pikirkan baik-baik dan merasa karakter, perilaku, kebiasaan, dan kondisi masing-masing pelaku.
  • Menyimpulkan karakter masing-masing aktor melalui dialog, sikap, sikap, dan pola pikir dalam cerita.
  • Latar belakang

Baca Juga : Definisi Paragraf Dan Jenis-Jenisnya Beserta Contohnya

Setiap cerita harus terjadi pada waktu, tempat, dan suasana tertentu. Jenis ketiga disebut latar belakang atau pengaturan. Latar belakang bisa faktual atau imajiner. Fungsi latar belakang adalah untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya cerita. Oleh karena itu, lebih baik pengetahuan dan imajinasi penulis, latar belakang yang lebih baik dibuat dalam cerita.

Cara Menentukan Karakterisasi

Karakter dapat dijelaskan dalam dua cara, sebagai berikut:

  1. Teknik analitis, karakter ini diceritakan langsung oleh penulis.
  2. Teknik Drama, tokoh karakter dikemukan melalui.
  3. Penggambaran fisik karakter dan perilaku.
  4. Penggambaran kehidupan lingkungan.
  5. Menggambar angka sistem linguistik.
  6. Pengungkapan pikiran karakter.
  7. Menggambar dengan karakter lain.
  8. Menggambar melalui dialog karakter.

Cara Menentukan Unsur Ektrensik Pada Cerpen Atau Novel

Unsur ekstrinsik adalah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita. Nilai-nilai ini meliputi nilai agama, nilai moral, nilai sosial, nilai budaya.

  1. Nilai Agama Nilai agama adalah nilai dalam ceritanya berkaitan dengan aturan / ajaran yang berasal dari agama tertentu.
  2. Nilai Moral Nilai moral adalah nilai-nilai dalam cerita yang berhubungan dengan karakter / temperamen atau etika. Nilai-nilai moral dalam cerita bisa nilai moral, nilai moral yang baik yang juga bisa menjadi buruk / jelek.
  3. Nilai Budaya Nilai budaya adalah nilai yang berkaitan dengan adat / tradisi / kebiasaan yang berlaku di suatu daerah.
  4. Sosial Nilai Nilai sosial adalah nilai yang berkaitan dengan hubungan pemerintahan antara individu dalam masyarakat.

Tahapan Dalam Cerpen

Cerpen terdiri dari empat tahapan, antara lain, pengenalan, insiden/masalah, konflik/rumitan, dan penyelesaian. Bagian banyak diminati pembaca yaitu konflik karena merupakan puncak cerita.

Menjelaskan Unsur-Unsur Intrinsik Cerpen

Sebagaimana novel, cerpen juga dibentuk atas unsure ekstrinsik dan intrinsik. Meskipun bentuknya pendek, bahkan ada. Yang cuma 1 halaman, di dalamnya terdapat unsur-unsur intrinsik secara lengkap, yaitu tema,amanat,tokoh, alur, latar, sudut padang pengarang,dan dialog.

Unsure – unsure intrinsic cerpen mencakup : tema, alur, latar, perwatakan, sudut pandang, dan nilai – nilai yang terkandung didalamnya.

  1. Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita.
  2. Latar . setting adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung.
  3. Alur / plot adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.

Baca Juga : Contoh Syair

Alur meliputi beberapa tahap:

  • Pengantar : bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita.
  • Penampilan masalah : bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi pelaku cerita.
  • Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak.
  • Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur – angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang.
  • Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
  • Perwatakan :
    Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui:
  1. Dialog tokoh
  2. Penjelasan tokoh
    Penggambaran fisik tokoh
  • Nilai (amanat) : pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang emalalui cerita.

Unsur Intristik Dan Sinopsis Cerpen

“Cinta Sejati”

Sudut pandang : Orang ketiga. Tidak sebagai pelaku.

Tema : Percintaan

Setting : Kantin sekolah, ruang kelas, Rumah Sakit, Toko Buku.

Alur/Plot : Maju (progesif)

Penokohan :

Suci : Ambisius, tidak percaya diri,

Dinda : Sabar, setia kawan

Aisyah : Alim, baik.

Yusuf : Sopan, pintar, alim.

Penyelesaian : Bahagia (Happy Ending)

Amanat :Bahwa kita harus bersyukur dengan apa yang telah diberikan Tuhan dan senantiasa bersabar dalam menghadapi permasalahan, serta cinta yang sejati hanya pantas tercurahkan kepada Sang Maha Pencipta.

Baca Juga : Surat Edaran adalah

Sinopsis Cerpen

Suci siswi SMA kelas 2 mempunyai kelebihan berat badan serta mempunyai teman yang bernama Dinda yang baik dan berjilbab yang selalu memberi semangat dan setia menemaninya baik suka maupun duka.

Suatu hari Suci ingin melakukan diet dan berjilbab seperti Aisyah siswi kelas 1 yang sering kelihatan berdua dengan Yusuf ketua Rohis SMA. Ternyata Suci menyukai Yusuf yang ganteng, pintar dan alim. Demi mendapatkan perhatian dari Yusuf, Suci rela tidak sarapan dan merubah kebiasaannya ngemil. Tetapi Suci salah sangka dengan Aisyah yang ternyata adalah adik kandung Yusuf. Suci menyadari kesalahannya yang berjilbab dengan niat hanya untuk merebut perhatian Yusuf dan berdiet sampai sakit dan masuk Rumah Sakit juga menyadari bahwa ada yang bisa menyayanginya tanpa ia harus berkorban menjadi langsing. Yaitu Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Allah swt. yang mengerti tentang diri kita. Dan hanya kepada Allah-lah kita patut mencurahkan cinta sejati.

Menurut Nurgiyantoro dalam bukunya Pengkajian Prosa Fiksi unsur- unsur intrinsik ialah unsur- unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur- Unsur-unsur intrinsik tersebut antara lain sebagai berikut.

Tema cerita

Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai stuktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif- motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.

Baca Juga : Surat Pembaca adalah

Alur Cerita

Sebuah cerpen menyajikan sebuah cerita kepada pembacanya. Alur cerita ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linear atau lurus maupun secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat dalam suatu prosa fiksi.

Lebih lanjut Stanton mengemukakan bahwa plot ialah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.Plot ialah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa alur cerita ialah jalinan peristiwa yang melatari sebuah prosa fiksi yang dihubungkan secara sebab-akibat.

Penokohan

Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama , yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.

Baca Juga : Juru Bicara adalah

Latar

Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Menurut Nadjid (2003:25) latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi.

Menurut Nurgiyantoro (2004:227—233) unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.

Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.

Latar waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan” teersebut biasanya dihubungkan dengan waktu.

Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.

Sudut Pandang

Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah cara memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.

Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk membedakan sudut pandang. Pertanyaan tersebut antara lain sebagai berikut.

  1. Siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang dalam persona ketiga atau pertama, salah satu pelaku dengan ”aku”, atau seperti tak seorang pun)?
  2. Dari posisi mana cerita itu dikisahkan (atas, tepi, pusat, depan atau berganti-ganti)?
  3. Saluran informasi apa yang dipergunakan narator untuk menyampaikan ceritanya kepada pembaca (kata-kata, pikirn, atau persepsi pengarang; kata-kata, tindakan, pikiran, perasaan, atau persepsi tokoh)?
  4. Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari ceritanya (dekat, jauh, atau berganti-ganti)?
    Selain itu pembedaan sudut pandang juga dilihat dari bagaimana kehadiran cerita itu kepada pembaca: lebih bersifat penceritaan, telling, atau penunjukan, showing, naratif atau dramatik. Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang yaitu bentuk persona tokoh cerita: persona ketiga dan persona pertama.

Baca Juga : Tajuk Rencana adalah

Sudut pandang persona ketiga : ”Dia”

Pengisahan cerita yang menpergunakan sudut pandang persona ketiga gaya ”Dia”, narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.

Sudut pandang ”dia”dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak, pengarang, narator dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh ”dia”, jadi bersifat mahatahu, di lain pihak ia terikat, mempunyai keterbatasan ”pengertian” terhadap tokoh ”dia” yang diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja.

Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut ”dia”, namun pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ”dia”yang satu ke ”dia” yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.

  • ”Dia” terbatas, ”Dia” sebagai pengamat

Dalam sudut pandang ”dia” terbatas, seperti halnya dalam”dia”mahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh ”dia”, namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.

Baca Juga : Tata Bahasa adalah

Sudut Pandang Persona Pertama: ”Aku”

Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama (first person point of view), ”aku”. Jadi: gaya ”aku”, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ”aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui,dilihat, didengar,dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ”aku” tersebut.

Dalam sudut pandang teknik ini, si ”aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ”aku”menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ”aku”, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian,si ”aku” menjadi tokoh utama (first person central).

Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ”aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ”aku”tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah.

Dengan demikian si ”aku” hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ”aku” pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.

Baca Juga : Contoh Gurindam

Gaya Bahasa dan Nada

Bahasa dalam cerpen memilki peran ganda, bahasa tidak hanya berfungsi sebagai penyampai gagasan pengarang. Namun juga sebagai penyampai perasaannya. Beberapa cara yang ditempuh oleh pengarang dalam memberdayakan bahasa cerpen ialah dengan menggunakan perbandingan, menghidupkan benda mati, melukiskan sesuatu dengan tidak sewajarnya, dan sebagainya. Itulah sebabnya, terkadang dalam karya sastra sering dijumpai kalimat-kalimat khas. Nada pada karya sastra merupakan ekspresi jiwa.

Semoga Semua Yang Kami Sajikan Dapat Menjadi Informasi Yang Bermanfaan Bagi Sahabat Setia dosenpendidikan.co.id 🙂

Mungkin Dibawah Ini yang Kamu Butuhkan