Usaha sungguh-sungguh seorang hamba untuk memperoleh apa yang dikehendakinya disebut

Ikhtiar secara etimologis berasal dari kata kerja dalam bahasa Arab yang berarti memilih. Ikhtiar diartikan memilih mana yang lebih baik diantara yang ada, atau mencari hasil yang lebih baik.

Al-Allamah Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyebutkan bahwa ikhtiar memiliki arti pilihan, yaitu pilihan dari yang terbaik. Murtadha Muthahari juga berpandangan sama, bahwa ikhtiar diartikan memilih, yakni memilih perilaku atau perbuatan yang dikehendaki.

Ikhtiar adalah wujud pengejawantah dari takdir Tuhan yang berkaitan dengan akal fikiran, kemauan, kemampuan, dan kebebasan manusia dalam berbuat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ikhtiar diartikan pilihan (pertimbangan, kehendak, pendapat, dan lainya) bebas. Ikhtiar dimaknai sebagai usaha atau suatu yang dikerjakan seseorang.

Secara terminologis ikhtiar adalah upaya yang dilakukan agar segala sesuatu yang berkenaan dengan hajat hidup bisa tercapai. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan sendiri, dimana manusia berbuat sebagai pribadi dan tidak diperbudak oleh sesuatu yang lain kecuali oleh keinginan sendiri dan kecintaannya pada kebaikan. Atau, ikhtiar adalah usaha yang sungguh-sungguh7 dan sepenuh hati untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi.

Dapat juga dikatakan bahwa ikhtiar adalah berusaha dengan mengerahkan segala kemampuan untuk mendapatkan hasil dan menggapai cita-cita yang diinginkan sesuai dengan tuntunan Islam.

Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya. (Q.S. Al-Insyiqaq [84]:6).

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Q.S. Al-Insyirah [94]:7).

Sungguh-sungguh merupakan bukti kesadaran manusia yang beriman dan berkehendak untuk prestasi, baik di dunia maupun di akhirat. Untuk itu, sungguh-sungguh dalam usaha (ikhtiar) merupakan bentuk ketaatan dan ketakwaan kepada Allah Swt.

Dalam ikhtiar terkandung pesan taqwa, yakni bagaimana menuntaskan masalah dengan mempertimbangkan pertama-tama apa yang baik menurut Islam, dan kemudian menjadikannya sebagai pilihan, untuk kemaslahatan umat dan mencari ridha-Nya.

Selain dari pada itu, ikhtiar mengandung nilai-nilai kreativitas, inovasi, inisiatif dalam melakukan pekerjaan dalam koridor Islam. Karena ikhtiar bermakna memilih dan menentukan mana yang baik untuk dilaksanakan. Pemilihan dan penentuan ide, gagasan, dan cara yang baik, maka akan mendapatkan hasil kerja yang baik atau berprestasi tinggi. Allah menghendaki manusia untuk berusaha, dan manusia akan dibalas oleh Allah dari apa yang diusahakannya.

Ayat-ayat mengenai ikhtiar ini banyak dijumpai di dalam Al-Qur’an yang dapat menjadi pedoman bagi setiap manusia untuk selalu berusaha dalam kehidupan di dunia ini.

Dan dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi diri mu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa- apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah [2]:110).

Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. Al-Baqarah [2]:134).

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikurniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. An-Nisa [4]:32).

Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan. (Q.S. Al-An’am [6]:3).

Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan?‛ (Q.S. Huud [11]:16).

Agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan. Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya. (Q.S. Ibrahim [14]:51).

Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik. (Q.S. Al-Isra’ [17]:19).

Berbuatlah (dan bergeraklah), karena Allah, rasul, dan orang-orang beriman akan menjadi saksi atas perbuatan kita." (QS At-Taubah [9]: 105).

Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan apa pun yang telah kita lakukan, kecuali selalu ada nilai di hadapan-Nya. (QS Ali Imran [3]: 191).

…sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Qs. al-Ra’du [13]: 11.

Apabila telah di tunaikan shalat, maka bertebarlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.‛ (Qs. al-Jumua’’ah [62]: 10).

Dalam hadits juga disebutkan antara lain:

Sesungguhnya nilai amal itu tergantung niatnya, dan setiap pekerjaan akan mendapat (pahala) dari apa yang ia niatkan. (HR. Abu Dawud).

Dari Zabir bin ‘Awam, bahwa Nabi Saw. berkata:

Sungguh jika sekiranya salah seorang di antara kamu membawa talinya (untuk mencari kayu bakar) kemudian ia kembali dengan membawa seikat kayu di punggungnya lalu ia menjualnya sehingga Allah mencukupi kebutuhanya (dengan hasil itu) adalah lebih baik daripada ia meminta-minta kepada manusia, baik mereka memberi atau mereka menolak. (HR. Bukhari).

Segala kebutuhan, keinginan, cita-cita, dan harapan dapat dicapai dengan cara usaha. Diam hanya akan melahirkan kekecewaan, kegagalan, dan kesialan. Tidak ada keberuntungan diraih dengan berpangku tangan. Tidak mungkin emas jatuh tiba-tiba dari langit.

Semuanya ada proses dan waktu. Di situlah sesungguhnya peran ikhtiar kita. Tidak bergerak dan berproses berarti berhentinya roda kehidupan.

Memilih sesuatu yang terbaik adalah kebebasan yang sejati, dan untuk melakukannya seseorang dituntut untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan memilih sesuatu yang buruk adalah pilihan yang jelas berdasarkan kejahilan dan bersumber dari aspek-aspek tercela nafsu hewani.

Jadi, berikhtiar berarti kebebasan untuk melakukan upaya memilih sesuatu yang terbaik, atau bebas berusaha meraih yang terbaik diantara berbagai macam kebaikan. Kebebasan yang tidak mengandung kebaikan, tidak selaras dengan ide kebebasan dalam Islam. Karena kebebasan dalam Islam berlandaskan pada aturan agama.

Unsplash.com - Mengenal arti ikhtiar dan tawakal

Secara sederhana, arti ikhtiar dan tawakal jelas berbeda. Ikhtiar adalah usaha kita dalam mencapai suatu tujuan dengan mengharapkan ridho Allah SWT. Sedangkan tawakal adalah menyerahkan semua kepada Allah SWT dan pasrah terhadap hasil yang kita dapat nantinya.

Selain arti ikhtiar dan tawakal yang berbeda, contoh sikap dari kedua hal ini pun tidaklah sama. Begitu juga dengan manfaat yang bisa didapatkan dari keduanya. Lalu apa saja perbedaannya?

Mengenal Arti Ikhtiar dan Tawakal

Ikhtiar secara bahasa artinya memilih. Sedangkan bila dilihat secara istilah, ikhtiar adalah usaha seorang hamba untuk memperoleh apa yang dikehendakinya. Orang yang berikhtiar berarti dia memilih suatu pekerjaan kemudian dia melakukan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dan sukses dengan ridho Allah SWT.

Tawakal atau tawakkul artinya adalah mewakilkan atau menyerahkan. Dalam ajaran Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.

Mengutip dari buku Mengobati Penyakit Hati, Meningkatkan Kualitas Diri, Mahi Ṣadr, 2003, berikut adalah beberapa manfaat dan ikhtiar:

  1. Kepuasan batin, karena telah berusaha dengan sekuat tenaga dan kemampuan yang dimiliki.

  2. Terhormat di hadapan Allah SWT dan sesama manusia.

  3. Dapat menjalankan hidup hemat karena merasakan susahnya bekerja.

  4. Tidak mudah berputus asa.

  5. Menghargai jerih payahnya dan jerih payah orang lain.

  6. Tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain.

Sedangkan di bawah ini adalah beberapa manfaat bila kita hidup dengan sifat tawakal:

1. Mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat.

2. Memperoleh kecukupan dari apa yang dibutuhkan.

3. Tidak mudah dikuasai oleh setan.

4. Setiap urusan akan terencana dengan baik dan matang.

5. Akan selalu bersikap optimis dalam menjalani kehidupan.

6. Sadar akan keagungan Allah SWT dan keterbatasan usaha manusia.

Namun, walaupun arti ikhtiar dan tawakal berbeda, sejatinya kedua hal ini harusnya seimbang adanya di dalam hidup para umat Muslim.

Tidak bisa bila ikhtiar lebih banyak dilakukan daripada tawakal, begitupun sebaliknya. Tidak akan menjadi berkah bila hanya bertawakal saja tanpa berikhtiar. Keduanya harus selaras dan seimbang. (DNR)