Wukuf merupakan ibadah yang tidak boleh diwakilkan karena ia termasuk

Wukuf merupakan ibadah yang tidak boleh diwakilkan karena ia termasuk
ilustrasi Haji di mekah. Ilustrasi shutterstock.com

JATIM | 27 Oktober 2020 13:15 Reporter : Rakha Fahreza Widyananda

Merdeka.com - Wukuf di Padang Arafah yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah merupakan salah satu rukun dalam melaksanakan haji, bahkan inti dari ibadah haji. Dalam wukuf, jemaah haji hanya berdiam di area wukuf (mauqif).

Meski tuntutan dasarnya hanya berdiam, jemaah haji tidak mungkin berdiam diri saja. Mereka dianjurkan untuk berdoa dan melakukan sejumlah ibadah lainnya. Hal tersebut tercantum dalam potongan ayat berikut :

ويسن في الوقوف أن يكون على طهارة وإكثار الذكر والتهليل والدعاء والتلبية وقراءة القرآن وإكثار التضرع والذلة والإلحاح في الدعاء فيستقبل البيت الحرام ويبسط كفيه

Artinya : “(Jemaah haji) dianjurkan wuquf dalam keadaan suci, memperbanyak zikir, tahlil, doa, talbiyah, tadarus Alquran, memperbanyak tadharru (ketundukan hati), merendahkan diri, berdoa terus menerus, lalu menghadap Kabah dan membentangkan kedua tangan.”

Selain itu, beberapa doa yang dianjurkan dalam pelaksanaan wukuf ada baiknya juga kita baca agar semakin memperkuat dan menambah keimanan kita saat melaksanakan ibadah haji.
Dilansir dari laman resmi NU, berikut ini kami telah rangkum beberapa doa dan bacaan saat pelaksanaan wukuf:

2 dari 5 halaman

1. Tahmid

Wukuf adalah salah satu dari rukun haji. Saat melaksanakan wukuf, sebaiknya membacakan lafal doa tahmid. Pada saat wukuf, lafalkan:

Alhamdulillāhi rabbil ālamīn.

Artinya, “Segala puji bagi Allah, tuhan sekalian alam.”

2. Talbiyah

Saat melaksanakan wukuf, jemaah haji juga dianjurkan untuk membaca talbiyah sebanyak 3 kali.

Labbaykallāhumma labbayk. labbayka lā syarīka laka labbayk. Innal hamda wan ni‘mata laka wal mulka lā syarīka lak.

Artinya, “Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, Aku datang memenuhi panggilan-Mu, Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sungguh, segala puji, nikmat, dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu”

3 dari 5 halaman

3. Takbir dan Tahmid

Wukuf adalah serangkaian kegiatan yang wajib dilaksanakan saat pelaksanaan ibadah haji. Para jamaah dianjurkan untuk membaca takbir dan tahmid.

Allāhu akbar wa lillāhil hamd.


Artinya, “Allah maha besar. Segala puji bagi Allah.”

4. Doa agar Dimudahkan untuk Meninggalkan Maksiat

Para jemaah haji saat melaksanakan wukuf juga dianjurkan untuk membaca doa agar dimudahkan untuk meninggalkan maksiat. Doa yang dilafalkan adalah sebagai berikut:

Allāhummanqulnī min dzullil ma‘shiyati ilā ‘izzit thā‘ah, wakfinī bi halālika ‘an harāmik, wa aghninī bi fadhlika ‘an man siwāk. Wa nawwir qalbī wa qabrī. Wa a‘idznī minas syarri kullih. Wajma‘ liyal khayr. Innī as’alukal hudā wat tuqā, wal ‘afāfa, wal ghinā.

Artinya, “Ya Allah, pindahkan aku dari rendahnya kemaksiatan ke kemuliaan taat. Cukupilah aku dengan halal-Mu dari barang haram-Mu. Genapilah diriku dengan kemurahan-Mu dari zat selain diri-Mu. Terangilah hati dan kuburku. Lindungilah aku dari segala bentuk kejahatan. Kumpulkanlah segala kebaikan pada diriku. Aku memohon kepada-Mu petunjuk, takwa, kecukupan, dan kekayaan.”

4 dari 5 halaman

5. Doa Sapu Jagad

Allāhumma rabbanā ātinā fid duniya hasanah, wa fil ākhirati hasanah, wa qinā ‘adzāban nār.

Artinya, “Ya Allah, Tuhan kami, berikanlah kebaikan kepada kami di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungilah kami dari siksa neraka.”

6. Doa dan Pengakuan Dosa

Allāhumma innī zhalamtu nafsī zhulman katsīran kabīran, wa innahū lā yaghfirud dzunūba illā anta, faghfir lī maghfiratan min ‘indik, warhamnī innaka antal ghafūrur rahīm.

Artinya, “Ya Allah, sungguh aku menganiaya diriku dengan penganiayaan yang banyak dan besar. Tiada yang mengampuni dosa selain Kau. Oleh karena itu, ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu. Kasihanilah aku, sungguh Kau maha pengampun lagi penyayang.”

7. Doa Istiqamah dalam Taubat

Allāhummaghfir lī maghfiratan tashluhu bihā sya’nī fid dārayn, warhamnī rahmatan wāsi‘atan as‘adu bihā fid dārayn, wa tub ‘alayya taubatan nashūhā lā ankutsuhā abadā, wa alzimnī sabīlal istiqāmah lā azīghu ‘anhā abada.

Artinya, “Ya Allah, ampunilah aku dengan ampunan yang membuat maslahat urusanku di dunia dan akhirat. Berikanlah aku rahmat-Mu yang luas di mana aku dapat bahagia di dunia dan akhirat. Bimbinglah aku dalam tobat nashuha yang mana aku takkan melanggarnya lagi selamanya. Ikatlah aku di jalan istiqamah yang mana aku takkan menyimpang darinya selamanya.”

5 dari 5 halaman

Selain membaca doa-doa yang telah dilafalkan sebelumnya, dalam pelaksanaan wukuf juga dianjurkan untuk memperbanyak zikir, tahlil, doa talbiyah, serta tadarus Alquran hingga maghrib tiba sesuai ajaran rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Adapun bacaan doa-doa yang selanjutnya yang dapat diawali dengan pujian, pengagungan, tasbih, shalawat serta diakhiri dengan lafal “amin”.

1. Tahlil

La ilaha illallahu wahdahu la syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ala kulli syay’in qadir. Allahummaj‘al fi qalbi nuran, wa fi sam‘i nuran, wa fi bashari nuran. Allahummasyrah li shadri wa yassir li amri. Allahumma lakal hamdu.

Artinya, “Tiada tuhan selain Allah yang esa. Tiada sekutu bagi-Nya. Segala kekuasaan dan pujian bagi-Nya. Dia kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, jadikanlah cahaya pada hatiku, cahaya pada pendengaranku, dan cahaya pada penglihatanku. Ya Allah, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku. Ya Allah, segala puji bagi-Mu.”

2. Doa Perlindungan

Allahumma laka shalati, wa nusuki, wa mahyaya, wa mamati, wa ilayka ma’abi, wa laka turatsi. Allahumma inni a‘udzu bika min ‘adzabil qabri, wa waswasatis shadri, wa syattatil amri. Allahumma inni a‘udzu bika min syarri ma taji’u bihir rihu.

Artinya, “Ya Allah, shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk-Mu. Hanya kepada-Mu tempat pulangku. Hanya milik-Mu peninggalanku. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, kebimbangan dalam hati, dan berantakannya konsentrasi (persoalan). Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang dibawa oleh angin.”

(mdk/raf)

daleelo.com

Tanggal 9 Dzulhijah adalah puncak ritual ibadah haji di tanah suci. Jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di sebuah kawasan bebatuan seluas 3,5 x 5,5 km persegi, yang kita kenal sebagai Padang Arafah.

Di padang tandus inilah jutaan jamaah haji memulai ritualnya dengan cara berdiam diri melakukan perenungan dan bertafakur tentang substansi kehidupannya sebagai khalifah Tuhan di bumi. Perenungan yang memakan waktu sekitar 5 -- 6 jam (Dzuhur sampai Maghrib)  itu kita kenal sebagai ritual Wukuf.

Ia berasal dari kata Waqafa yang bermakna 'berhenti'.  Maka, Wukuf adalah ritual haji yang mengajari umat Islam untuk sejenak meninggalkan aktivitasnya selama beberapa jam, yaitu berhenti dari kegiatan apapun agar bisa melakukan perenungan jati diri. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim setelah menerima perintah melalui mimpi-mimpinya untuk mengorbankan Ismail, putranya. Beliau menghentikan segala aktivitasnya, melakukan Wukuf (kontemplasi, berdzikir, dan berdoa) di dalam tenda sepanjang siang hari hingga sore, menjelang matahari tenggelam. Beliau memohon ampunan, petunjuk dan bimbingan Allah SWT.

Wukuf di Arafah merupakan permulaan ritual haji, dan sekaligus sebagai puncaknya, yang tanpanya ibadah haji kita menjadi tidak syah. Rasulullah bersabda: "Al-Hajju Arafah" artinya (puncak) ibadah haji itu adalah wukuf di Arafah, sebuah statemen yang menunjukkan betapa pentingnya ritual wukuf itu bagi jamaah haji.

Sebenarnya, tidak ada yang spesifik tentang kewajiban berwukuf, kecuali berdiam di kawasan Arafah antara waktu dzuhur sampai maghrib. Demikian pula aktivitasnya, tidak ada yang khusus, asalkan tidak keluar dari kawasan itu dan tidak melanggar ketentuan ibadah haji secara umum maka wukufnya dianggap syah. Dan, dengan sendirinya sudah memenuhi rukun haji.

Ada beberapa hikmah yang terkandung didalamnya. Namun yang utama adalah, bahwa sebelum melakukan ibadah fisik selanjutnya di dalam rukun haji, seorang muslim harus melakukan persiapan mental dan perenungan jati diri ke dalam jiwanya sendiri.

Sebenarnya, hal ini menjadi dasar bagi semua ibadah di dalam Islam. Bahwa setiap langkah ibadah kita harus berlandaskan ilmu dan niat yang benar. Yang itu hanya bisa dicapai kalau kita telah melakukan pemahaman, penghayatan dan komitmen untuk melangkah ke depan secara berkualitas. Tanpa proses semacam itu, ibadah kita tak lebih hanyalah sebuah ritual tanpa makna. Dan tak membebaskan apa apa dalam jiwa.

Semua ibadah harus dimulai dari niat. Tetapi Wukuf ini lebih mendalam sekedar niat. Karena ia berisi perenungan, pemikiran, pemahaman dan komitmen terhadap "niat". Bukan hanya untuk keabsahan ritual haji yang sedang kita jalani, melainkan lebih jauh dari itu, untuk menjalani realitas hidup kita, sepulang dari tanah suci.

Arafah, sesuai namanya, adalah 'Padang Pengetahuan' tempat Nabi Adam bertaubat, dan kemudian memperoleh kalimat-kalimat ilahiyah sebagai bekal mengarungi kehidupan bumi. Dimana, ia dan anak keturunannya ditugasi sebagai khalifatu fil ardhi -- pemimpin di muka bumi.

Arafah, juga menjadi titik menancapnya keyakinan Nabi Ibrahim untuk menaati perintah Allah dalam berkorban dengan penuh keikhlasan dan ketaatan kepada Allah. Disinilah, beliau meneguhkan penyerahan diri yang tiada terukur kualitasnya, dalam bentuk mengorbankan anak saleh yang sangat dicintainya, dan diharapkan menjadi penerus syiar agama Islam yang dibawanya.

Maka, Wukuf di Arafah adalah momen yang sangat penting bagi setiap jamaah haji untuk memperoleh pengampunan Allah sebagaimana Nabi Adam, dan dilanjutkan dengan komitmen berserah diri kepada Allah sebagaimana nabi Ibrahim.


Page 2

Tanggal 9 Dzulhijah adalah puncak ritual ibadah haji di tanah suci. Jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di sebuah kawasan bebatuan seluas 3,5 x 5,5 km persegi, yang kita kenal sebagai Padang Arafah.

Di padang tandus inilah jutaan jamaah haji memulai ritualnya dengan cara berdiam diri melakukan perenungan dan bertafakur tentang substansi kehidupannya sebagai khalifah Tuhan di bumi. Perenungan yang memakan waktu sekitar 5 -- 6 jam (Dzuhur sampai Maghrib)  itu kita kenal sebagai ritual Wukuf.

Ia berasal dari kata Waqafa yang bermakna 'berhenti'.  Maka, Wukuf adalah ritual haji yang mengajari umat Islam untuk sejenak meninggalkan aktivitasnya selama beberapa jam, yaitu berhenti dari kegiatan apapun agar bisa melakukan perenungan jati diri. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim setelah menerima perintah melalui mimpi-mimpinya untuk mengorbankan Ismail, putranya. Beliau menghentikan segala aktivitasnya, melakukan Wukuf (kontemplasi, berdzikir, dan berdoa) di dalam tenda sepanjang siang hari hingga sore, menjelang matahari tenggelam. Beliau memohon ampunan, petunjuk dan bimbingan Allah SWT.

Wukuf di Arafah merupakan permulaan ritual haji, dan sekaligus sebagai puncaknya, yang tanpanya ibadah haji kita menjadi tidak syah. Rasulullah bersabda: "Al-Hajju Arafah" artinya (puncak) ibadah haji itu adalah wukuf di Arafah, sebuah statemen yang menunjukkan betapa pentingnya ritual wukuf itu bagi jamaah haji.

Sebenarnya, tidak ada yang spesifik tentang kewajiban berwukuf, kecuali berdiam di kawasan Arafah antara waktu dzuhur sampai maghrib. Demikian pula aktivitasnya, tidak ada yang khusus, asalkan tidak keluar dari kawasan itu dan tidak melanggar ketentuan ibadah haji secara umum maka wukufnya dianggap syah. Dan, dengan sendirinya sudah memenuhi rukun haji.

Ada beberapa hikmah yang terkandung didalamnya. Namun yang utama adalah, bahwa sebelum melakukan ibadah fisik selanjutnya di dalam rukun haji, seorang muslim harus melakukan persiapan mental dan perenungan jati diri ke dalam jiwanya sendiri.

Sebenarnya, hal ini menjadi dasar bagi semua ibadah di dalam Islam. Bahwa setiap langkah ibadah kita harus berlandaskan ilmu dan niat yang benar. Yang itu hanya bisa dicapai kalau kita telah melakukan pemahaman, penghayatan dan komitmen untuk melangkah ke depan secara berkualitas. Tanpa proses semacam itu, ibadah kita tak lebih hanyalah sebuah ritual tanpa makna. Dan tak membebaskan apa apa dalam jiwa.

Semua ibadah harus dimulai dari niat. Tetapi Wukuf ini lebih mendalam sekedar niat. Karena ia berisi perenungan, pemikiran, pemahaman dan komitmen terhadap "niat". Bukan hanya untuk keabsahan ritual haji yang sedang kita jalani, melainkan lebih jauh dari itu, untuk menjalani realitas hidup kita, sepulang dari tanah suci.

Arafah, sesuai namanya, adalah 'Padang Pengetahuan' tempat Nabi Adam bertaubat, dan kemudian memperoleh kalimat-kalimat ilahiyah sebagai bekal mengarungi kehidupan bumi. Dimana, ia dan anak keturunannya ditugasi sebagai khalifatu fil ardhi -- pemimpin di muka bumi.

Arafah, juga menjadi titik menancapnya keyakinan Nabi Ibrahim untuk menaati perintah Allah dalam berkorban dengan penuh keikhlasan dan ketaatan kepada Allah. Disinilah, beliau meneguhkan penyerahan diri yang tiada terukur kualitasnya, dalam bentuk mengorbankan anak saleh yang sangat dicintainya, dan diharapkan menjadi penerus syiar agama Islam yang dibawanya.

Maka, Wukuf di Arafah adalah momen yang sangat penting bagi setiap jamaah haji untuk memperoleh pengampunan Allah sebagaimana Nabi Adam, dan dilanjutkan dengan komitmen berserah diri kepada Allah sebagaimana nabi Ibrahim.


Wukuf merupakan ibadah yang tidak boleh diwakilkan karena ia termasuk

Lihat Filsafat Selengkapnya


Page 3

Tanggal 9 Dzulhijah adalah puncak ritual ibadah haji di tanah suci. Jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di sebuah kawasan bebatuan seluas 3,5 x 5,5 km persegi, yang kita kenal sebagai Padang Arafah.

Di padang tandus inilah jutaan jamaah haji memulai ritualnya dengan cara berdiam diri melakukan perenungan dan bertafakur tentang substansi kehidupannya sebagai khalifah Tuhan di bumi. Perenungan yang memakan waktu sekitar 5 -- 6 jam (Dzuhur sampai Maghrib)  itu kita kenal sebagai ritual Wukuf.

Ia berasal dari kata Waqafa yang bermakna 'berhenti'.  Maka, Wukuf adalah ritual haji yang mengajari umat Islam untuk sejenak meninggalkan aktivitasnya selama beberapa jam, yaitu berhenti dari kegiatan apapun agar bisa melakukan perenungan jati diri. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim setelah menerima perintah melalui mimpi-mimpinya untuk mengorbankan Ismail, putranya. Beliau menghentikan segala aktivitasnya, melakukan Wukuf (kontemplasi, berdzikir, dan berdoa) di dalam tenda sepanjang siang hari hingga sore, menjelang matahari tenggelam. Beliau memohon ampunan, petunjuk dan bimbingan Allah SWT.

Wukuf di Arafah merupakan permulaan ritual haji, dan sekaligus sebagai puncaknya, yang tanpanya ibadah haji kita menjadi tidak syah. Rasulullah bersabda: "Al-Hajju Arafah" artinya (puncak) ibadah haji itu adalah wukuf di Arafah, sebuah statemen yang menunjukkan betapa pentingnya ritual wukuf itu bagi jamaah haji.

Sebenarnya, tidak ada yang spesifik tentang kewajiban berwukuf, kecuali berdiam di kawasan Arafah antara waktu dzuhur sampai maghrib. Demikian pula aktivitasnya, tidak ada yang khusus, asalkan tidak keluar dari kawasan itu dan tidak melanggar ketentuan ibadah haji secara umum maka wukufnya dianggap syah. Dan, dengan sendirinya sudah memenuhi rukun haji.

Ada beberapa hikmah yang terkandung didalamnya. Namun yang utama adalah, bahwa sebelum melakukan ibadah fisik selanjutnya di dalam rukun haji, seorang muslim harus melakukan persiapan mental dan perenungan jati diri ke dalam jiwanya sendiri.

Sebenarnya, hal ini menjadi dasar bagi semua ibadah di dalam Islam. Bahwa setiap langkah ibadah kita harus berlandaskan ilmu dan niat yang benar. Yang itu hanya bisa dicapai kalau kita telah melakukan pemahaman, penghayatan dan komitmen untuk melangkah ke depan secara berkualitas. Tanpa proses semacam itu, ibadah kita tak lebih hanyalah sebuah ritual tanpa makna. Dan tak membebaskan apa apa dalam jiwa.

Semua ibadah harus dimulai dari niat. Tetapi Wukuf ini lebih mendalam sekedar niat. Karena ia berisi perenungan, pemikiran, pemahaman dan komitmen terhadap "niat". Bukan hanya untuk keabsahan ritual haji yang sedang kita jalani, melainkan lebih jauh dari itu, untuk menjalani realitas hidup kita, sepulang dari tanah suci.

Arafah, sesuai namanya, adalah 'Padang Pengetahuan' tempat Nabi Adam bertaubat, dan kemudian memperoleh kalimat-kalimat ilahiyah sebagai bekal mengarungi kehidupan bumi. Dimana, ia dan anak keturunannya ditugasi sebagai khalifatu fil ardhi -- pemimpin di muka bumi.

Arafah, juga menjadi titik menancapnya keyakinan Nabi Ibrahim untuk menaati perintah Allah dalam berkorban dengan penuh keikhlasan dan ketaatan kepada Allah. Disinilah, beliau meneguhkan penyerahan diri yang tiada terukur kualitasnya, dalam bentuk mengorbankan anak saleh yang sangat dicintainya, dan diharapkan menjadi penerus syiar agama Islam yang dibawanya.

Maka, Wukuf di Arafah adalah momen yang sangat penting bagi setiap jamaah haji untuk memperoleh pengampunan Allah sebagaimana Nabi Adam, dan dilanjutkan dengan komitmen berserah diri kepada Allah sebagaimana nabi Ibrahim.


Wukuf merupakan ibadah yang tidak boleh diwakilkan karena ia termasuk

Lihat Filsafat Selengkapnya


Page 4

Tanggal 9 Dzulhijah adalah puncak ritual ibadah haji di tanah suci. Jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di sebuah kawasan bebatuan seluas 3,5 x 5,5 km persegi, yang kita kenal sebagai Padang Arafah.

Di padang tandus inilah jutaan jamaah haji memulai ritualnya dengan cara berdiam diri melakukan perenungan dan bertafakur tentang substansi kehidupannya sebagai khalifah Tuhan di bumi. Perenungan yang memakan waktu sekitar 5 -- 6 jam (Dzuhur sampai Maghrib)  itu kita kenal sebagai ritual Wukuf.

Ia berasal dari kata Waqafa yang bermakna 'berhenti'.  Maka, Wukuf adalah ritual haji yang mengajari umat Islam untuk sejenak meninggalkan aktivitasnya selama beberapa jam, yaitu berhenti dari kegiatan apapun agar bisa melakukan perenungan jati diri. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim setelah menerima perintah melalui mimpi-mimpinya untuk mengorbankan Ismail, putranya. Beliau menghentikan segala aktivitasnya, melakukan Wukuf (kontemplasi, berdzikir, dan berdoa) di dalam tenda sepanjang siang hari hingga sore, menjelang matahari tenggelam. Beliau memohon ampunan, petunjuk dan bimbingan Allah SWT.

Wukuf di Arafah merupakan permulaan ritual haji, dan sekaligus sebagai puncaknya, yang tanpanya ibadah haji kita menjadi tidak syah. Rasulullah bersabda: "Al-Hajju Arafah" artinya (puncak) ibadah haji itu adalah wukuf di Arafah, sebuah statemen yang menunjukkan betapa pentingnya ritual wukuf itu bagi jamaah haji.

Sebenarnya, tidak ada yang spesifik tentang kewajiban berwukuf, kecuali berdiam di kawasan Arafah antara waktu dzuhur sampai maghrib. Demikian pula aktivitasnya, tidak ada yang khusus, asalkan tidak keluar dari kawasan itu dan tidak melanggar ketentuan ibadah haji secara umum maka wukufnya dianggap syah. Dan, dengan sendirinya sudah memenuhi rukun haji.

Ada beberapa hikmah yang terkandung didalamnya. Namun yang utama adalah, bahwa sebelum melakukan ibadah fisik selanjutnya di dalam rukun haji, seorang muslim harus melakukan persiapan mental dan perenungan jati diri ke dalam jiwanya sendiri.

Sebenarnya, hal ini menjadi dasar bagi semua ibadah di dalam Islam. Bahwa setiap langkah ibadah kita harus berlandaskan ilmu dan niat yang benar. Yang itu hanya bisa dicapai kalau kita telah melakukan pemahaman, penghayatan dan komitmen untuk melangkah ke depan secara berkualitas. Tanpa proses semacam itu, ibadah kita tak lebih hanyalah sebuah ritual tanpa makna. Dan tak membebaskan apa apa dalam jiwa.

Semua ibadah harus dimulai dari niat. Tetapi Wukuf ini lebih mendalam sekedar niat. Karena ia berisi perenungan, pemikiran, pemahaman dan komitmen terhadap "niat". Bukan hanya untuk keabsahan ritual haji yang sedang kita jalani, melainkan lebih jauh dari itu, untuk menjalani realitas hidup kita, sepulang dari tanah suci.

Arafah, sesuai namanya, adalah 'Padang Pengetahuan' tempat Nabi Adam bertaubat, dan kemudian memperoleh kalimat-kalimat ilahiyah sebagai bekal mengarungi kehidupan bumi. Dimana, ia dan anak keturunannya ditugasi sebagai khalifatu fil ardhi -- pemimpin di muka bumi.

Arafah, juga menjadi titik menancapnya keyakinan Nabi Ibrahim untuk menaati perintah Allah dalam berkorban dengan penuh keikhlasan dan ketaatan kepada Allah. Disinilah, beliau meneguhkan penyerahan diri yang tiada terukur kualitasnya, dalam bentuk mengorbankan anak saleh yang sangat dicintainya, dan diharapkan menjadi penerus syiar agama Islam yang dibawanya.

Maka, Wukuf di Arafah adalah momen yang sangat penting bagi setiap jamaah haji untuk memperoleh pengampunan Allah sebagaimana Nabi Adam, dan dilanjutkan dengan komitmen berserah diri kepada Allah sebagaimana nabi Ibrahim.


Wukuf merupakan ibadah yang tidak boleh diwakilkan karena ia termasuk

Lihat Filsafat Selengkapnya


Page 5

Tanggal 9 Dzulhijah adalah puncak ritual ibadah haji di tanah suci. Jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di sebuah kawasan bebatuan seluas 3,5 x 5,5 km persegi, yang kita kenal sebagai Padang Arafah.

Di padang tandus inilah jutaan jamaah haji memulai ritualnya dengan cara berdiam diri melakukan perenungan dan bertafakur tentang substansi kehidupannya sebagai khalifah Tuhan di bumi. Perenungan yang memakan waktu sekitar 5 -- 6 jam (Dzuhur sampai Maghrib)  itu kita kenal sebagai ritual Wukuf.

Ia berasal dari kata Waqafa yang bermakna 'berhenti'.  Maka, Wukuf adalah ritual haji yang mengajari umat Islam untuk sejenak meninggalkan aktivitasnya selama beberapa jam, yaitu berhenti dari kegiatan apapun agar bisa melakukan perenungan jati diri. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim setelah menerima perintah melalui mimpi-mimpinya untuk mengorbankan Ismail, putranya. Beliau menghentikan segala aktivitasnya, melakukan Wukuf (kontemplasi, berdzikir, dan berdoa) di dalam tenda sepanjang siang hari hingga sore, menjelang matahari tenggelam. Beliau memohon ampunan, petunjuk dan bimbingan Allah SWT.

Wukuf di Arafah merupakan permulaan ritual haji, dan sekaligus sebagai puncaknya, yang tanpanya ibadah haji kita menjadi tidak syah. Rasulullah bersabda: "Al-Hajju Arafah" artinya (puncak) ibadah haji itu adalah wukuf di Arafah, sebuah statemen yang menunjukkan betapa pentingnya ritual wukuf itu bagi jamaah haji.

Sebenarnya, tidak ada yang spesifik tentang kewajiban berwukuf, kecuali berdiam di kawasan Arafah antara waktu dzuhur sampai maghrib. Demikian pula aktivitasnya, tidak ada yang khusus, asalkan tidak keluar dari kawasan itu dan tidak melanggar ketentuan ibadah haji secara umum maka wukufnya dianggap syah. Dan, dengan sendirinya sudah memenuhi rukun haji.

Ada beberapa hikmah yang terkandung didalamnya. Namun yang utama adalah, bahwa sebelum melakukan ibadah fisik selanjutnya di dalam rukun haji, seorang muslim harus melakukan persiapan mental dan perenungan jati diri ke dalam jiwanya sendiri.

Sebenarnya, hal ini menjadi dasar bagi semua ibadah di dalam Islam. Bahwa setiap langkah ibadah kita harus berlandaskan ilmu dan niat yang benar. Yang itu hanya bisa dicapai kalau kita telah melakukan pemahaman, penghayatan dan komitmen untuk melangkah ke depan secara berkualitas. Tanpa proses semacam itu, ibadah kita tak lebih hanyalah sebuah ritual tanpa makna. Dan tak membebaskan apa apa dalam jiwa.

Semua ibadah harus dimulai dari niat. Tetapi Wukuf ini lebih mendalam sekedar niat. Karena ia berisi perenungan, pemikiran, pemahaman dan komitmen terhadap "niat". Bukan hanya untuk keabsahan ritual haji yang sedang kita jalani, melainkan lebih jauh dari itu, untuk menjalani realitas hidup kita, sepulang dari tanah suci.

Arafah, sesuai namanya, adalah 'Padang Pengetahuan' tempat Nabi Adam bertaubat, dan kemudian memperoleh kalimat-kalimat ilahiyah sebagai bekal mengarungi kehidupan bumi. Dimana, ia dan anak keturunannya ditugasi sebagai khalifatu fil ardhi -- pemimpin di muka bumi.

Arafah, juga menjadi titik menancapnya keyakinan Nabi Ibrahim untuk menaati perintah Allah dalam berkorban dengan penuh keikhlasan dan ketaatan kepada Allah. Disinilah, beliau meneguhkan penyerahan diri yang tiada terukur kualitasnya, dalam bentuk mengorbankan anak saleh yang sangat dicintainya, dan diharapkan menjadi penerus syiar agama Islam yang dibawanya.

Maka, Wukuf di Arafah adalah momen yang sangat penting bagi setiap jamaah haji untuk memperoleh pengampunan Allah sebagaimana Nabi Adam, dan dilanjutkan dengan komitmen berserah diri kepada Allah sebagaimana nabi Ibrahim.


Wukuf merupakan ibadah yang tidak boleh diwakilkan karena ia termasuk

Lihat Filsafat Selengkapnya