Yang tidak termasuk bejana tekan berdasarkan permenaker no. per.01/men/1982 adalah

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016

TENTANG

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BEJANA TEKANAN DAN TANGKI TIMBUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf a dan huruf b dan Pasal 3 ayat (1) huruf a dan huruf c Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, perlu mengatur keselamatan dan kesehatan kerja bejana tekanan dan tangki timbun;

b. bahwa dalam rangka melaksanakan kebijakan Pemerintah, perkembangan peraturan perundang- undangan, perkembangan teknologi, dan pemenuhan syarat keselamatan dan kesehatan kerja bejana tekanan dan tangki timbun, perlu dilakukan penyempurnaan atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.01/MEN/1982 tentang Bejana Tekanan;

c.     bahwa      berdasarkan      pertimbangan      sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Keselamatan dan  Kesehatan   Kerja   Bejana   Tekanan   dan   Tangki Timbun;

Mengingat      :  

1.    Undang-Undang    Nomor    3    Tahun    1951    tentang Pernyataan   Berlakunya   Undang-Undang   Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk Seluruh Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4);

2.    Undang-Undang    Nomor    1    Tahun    1970    tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1918);

3.    Undang-Undang    Nomor    13    Tahun    2003    tentang Ketenagakerjaan  (Lembaran  Negara  Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4279);

4.    Undang-Undang    Nomor    21    Tahun    2003    tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection  in  Industry  and  Commerce  (Konvensi  ILO Nomor 81 mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan Perdagangan) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4309);

5.    Peraturan  Pemerintah  Nomor  50  Tahun  2012  tentang Sistem  Manajemen  Keselamatan  dan  Kesehatan  Kerja (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Tahun   2012 Nomor   100,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik Indonesia Nomor 5309);

6.    Peraturan  Presiden  Nomor  21  Tahun  2010  tentang Pengawasan Ketenagakerjaan;

7.    Peraturan  Presiden  Nomor  18  Tahun  2015  tentang Kementerian  Ketenagakerjaan  (Lembaran  Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 15);

8.    Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 8 Tahun 2015 tentang Tata Cara Mempersiapkan Pembentukan Rancangan Undang-Undang,    Rancangan    Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden Serta Pembentukan Rancangan Peraturan Menteri di Kementerian Ketenagakerjaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 411);

9.    Peraturan  Menteri  Ketenagakerjaan  Nomor  33  Tahun 2016  tentang  Tata  Cara  Pengawasan  Ketenagakerjaan (Berita  Negara  Republik  Indonesia  Tahun 2016 Nomor 1753);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan   :  PERATURAN    MENTERI    KETENAGAKERJAAN    TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BEJANA TEKANAN DAN TANGKI TIMBUN.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1.    Bejana Tekanan adalah bejana selain Pesawat Uap yang di      dalamnya   terdapat   tekanan   dan   dipakai   untuk menampung gas, udara, campuran gas, atau campuran udara baik dikempa menjadi cair dalam keadaan larut maupun beku.

2.    Tangki Timbun adalah bejana selain bejana tekanan yang menyimpan  atau  menimbun  cairan  bahan  berbahaya atau  cairan  lainnya,  di  dalamnya  terdapat gaya tekan yang ditimbulkan oleh berat cairan yang disimpan atau ditimbun dengan volume tertentu.

3.    Tempat   Kerja   adalah   tiap   ruangan   atau   lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap di mana Tenaga Kerja bekerja, atau yang sering dimasuki Tenaga Kerja     untuk  keperluan  suatu  usaha  dan  di  mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.

4.    Keselamatan  dan  Kesehatan  Kerja  yang  selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan Tenaga Kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

5.    Pengusaha adalah:

a.     orang   perseorangan,   persekutuan,   atau   badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;

8.    Alat Pengaman adalah alat perlengkapan yang dipasangsecara  permanen  pada  bejana  tekanan  atau  tangki timbun agar aman digunakan.

9.    Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Pesawat Uap dan

Bejana Tekanan yang selanjutnya disebut Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis adalah Pengawas Ketenagakerjaan  yang  memiliki  keahlian  di  bidang  K3

Pesawat  Uap  dan  Bejana  Tekanan  yang  ditunjuk oleh Menteri untuk melakukan pengujian norma ketenagakerjaan sesuai peraturan perundang-undangan.

10.  Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Pesawat Uap dan Bejana Tekanan yang selanjutnya disebut Ahli K3 Bidang Pesawat Uap dan Bejana Tekanan adalah tenaga teknis yang berkeahlian khusus dari luar instansi yang membidangi ketenagakerjaan yang ditunjuk oleh Menteri       untuk     mengawasi     ditaatinya     peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan di bidang Pesawat Uap dan Bejana Tekanan.

11.  Direktur   Jenderal   adalah   Direktur   Jenderal   yang

membidangi pembinaan pengawasan ketenagakerjaan.

12.  Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang ketenagakerjaan.

Pasal 2

(1)   Pengurus dan/atau Pengusaha wajib menerapkan syarat- syarat K3 Bejana Tekanan atau Tangki Timbun.

(2)   Syarat-syarat K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai    dengan    ketentuan    peraturan perundang-undangan dan/atau standar yang berlaku.

Pasal 3

Pelaksanaan syarat-syarat K3 Bejana Tekanan atau Tangki Timbun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertujuan:

a.     melindungi K3 Tenaga Kerja dan orang lain yang berada di  Tempat  Kerja  dari  potensi  bahaya  Bejana  Tekanan atau Tangki Timbun;

b.    menjamin dan memastikan Bejana Tekanan atau Tangki Timbun    yang    aman    untuk    mencegah    terjadinya peledakan, kebocoran, dan kebakaran; dan

c.     menciptakan Tempat Kerja yang aman dan sehat untuk meningkatkan produktivitas.

BAB II RUANG LINGKUP

Pasal 4

Pelaksanaan syarat-syarat K3 Bejana Tekanan atau Tangki Timbun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 meliputi kegiatan perencanaan, pembuatan, pemasangan, pengisian, pengangkutan, pemakaian, pemeliharaan, perbaikan, modifikasi, penyimpanan, dan pemeriksaan serta pengujian.

Pasal 5

(1)   Bejana Tekanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:

a.    bejana  penyimpanan gas, campuran gas;

b.    bejana   penyimpanan   bahan   bakar   gas   yang digunakan sebagai bahan bakar untuk kendaraan;

c.     bejana      transport      yang      digunakan      untuk penyimpanan atau pengangkutan;

d.    bejana proses; dan

e.    pesawat pendingin.

(2)   Bejana  Tekanan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) mempunyai tekanan lebih dari 1 kg/cm2 (satu kilogram per sentimeter persegi) dan volume lebih dari 2,25 (dua koma dua puluh lima) liter.

Pasal 6

(1)   Tangki  Timbun  sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal  4 meliputi:

a.    tangki penimbun cairan bahan mudah terbakar;

b.    tangki penimbun cairan bahan berbahaya; dan

c.    tangki penimbun cairan selain huruf a dan huruf b. (2)   Tangki  Timbun  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) huruf a memiliki volume paling sedikit 200 (dua ratus) liter.

(3)   Tangki  Timbun  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) huruf c memiliki volume paling sedikit 450 (empat ratus lima puluh) liter dan/atau temperatur lebih dari 99 0C (sembilan puluh sembilan derajat celcius).

BAB III

SYARAT-SYARAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BEJANA TEKANAN DAN TANGKI TIMBUN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 7

(1)   Syarat-syarat  K3   perencanaan  Bejana  Tekanan  dan Tangki  Timbun  sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal  4 meliputi:

a.     pembuatan  gambar  konstruksi/instalasi  dan  cara kerjanya;

b.    perhitungan kekuatan konstruksi;

c.     pemilihan dan penentuan bahan pada bagian utama harus memiliki  tanda  hasil  pengujian  dan/atau sertifikat bahan yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang;

d.    menyediakan lembar data keselamatan asetilen dan aseton,  khusus  pembuatan  bejana  penyimpanan asetilen dan aseton; dan

e.     pembuatan  gambar  konstruksi  alat  perlindungan dan cara kerjanya.

(2)   Pembuatan   Bejana   Tekanan   dan    Tangki   Timbun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga meliputi:

a.     pembuatan  spesifikasi  prosedur  pengelasan  WPS (Welding Procedure Spesification) dan pencatatan prosedur         kualifikasi  PQR  (Procedure  Qualification Record) bila dilaksanakan dengan pengelasan;

b.    pembuatan harus sesuai dengan gambar rencana;

c.    perencanaan  jumlah  Bejana  Tekanan  atau  Tangki Timbun yang akan dibuat;

d.    penomoran seri pembuatan; dan

e.    rencana jenis zat pengisi.

(3)   Pemasangan, perbaikan dan modifikasi Bejana Tekanan dan Tangki Timbun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi:

a.     pembuatan gambar rencana pemasangan, perbaikan atau modifikasi;

b.    pembuatan   rencana   gambar   fondasi,   landasan, rangka kaki;

c.     pembuatan   prosedur   kerja   aman   pemasangan, perbaikan dan modifikasi;

d.    pelaksanaan      pemasangan,      perbaikan,      dan modifikasi  harus  sesuai  dengan  gambar  rencana; dan

e.     pembuatan  spesifikasi  prosedur  pengelasan  WPS (Welding Procedure Spesification) dan pencatatan prosedur         kualifikasi  PQR  (Procedure  Qualification Record) bila dilaksanakan dengan pengelasan.

(4)   Pemakaian    Bejana    Tekanan    dan    Tangki    Timbun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian sebelum digunakan serta dilakukan pemeliharaan secara berkala.

(5)   WPS  (Welding  Procedure  Spesification)  dan  pencatatan prosedur kualifikasi PQR (Procedure Qualification Record) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan ayat (3) huruf e dilakukan evaluasi penilaian oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis.

Bagian Kedua

Bejana Tekanan

Pasal 8

Bahan dan konstruksi Bejana Tekanan harus cukup kuat.

Pasal 9

(1)   Setiap   Bejana   Tekanan   diberikan   tanda   pengenal meliputi:

a.    nama pemilik;

b.    nama dan nomor urut pabrik pembuat;

c.     nama gas atau bahan yang diisikan beserta simbol kimia;

d.    berat kosong tanpa keran dan tutup;

e.    tekanan pengisian (Po) yang diijinkan kg/cm2;

f.     berat maksimum dari isinya untuk bejana berisi gas yang dikempa menjadi cair;

g.    volume air untuk bejana berisi gas yang dikempa;

h.    nama  bahan  pengisi  porous  mass  khusus  untuk bejana penyimpanan   gas   yang   berisi   larutan asetilen; dan

i.     bulan dan tahun pengujian hidrostatik pertama dan berikutnya.

(2)   Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d tidak berlaku pada Bejana Tekanan berukuran besar.

(3)   Bejana penyimpan  gas asetilen yang  dilarutkan dalam aseton, tanda pengenal sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf g diganti dengan berat tarra yaitu berat total dari berat kosong ditambah tingkap, ditambah porous mass, dan ditambah banyaknya aseton yang diperbolehkan.

(4)   Tanda  pengenal  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) dan ayat (2) harus jelas, mudah dilihat, dibaca, tidak dapat dihapus, tidak mudah dilepas, dan dicap pada bagian kepala  yang  tebal  dari  pelat  dinding  Bejana Tekanan.

(5)   Dalam hal pengecapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dimungkinkan maka dapat dicantumkan pada plat nama tersendiri pada bagian Bejana Tekanan.

(6)   Pengecapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh dilakukan pada Bejana Tekanan yang mempunyai tebal pelat dinding kurang dari 4 mm (empat milimeter).

Pasal 10

(1)   Pengurus dan/atau Pengusaha yang mempunyai bejana penyimpanan gas atau bejana transport harus mempunyai daftar atau register yang memuat:

a.    nomor seri pabrik pembuat;

b.    riwayat nomor urut, nama pembuat, nama penjual, dan nama pemilik bejana penyimpanan gas;

c.    nama gas yang diisikan;

d.    volume air dalam liter; dan

e.    tanggal, tekanan, dan hasil pengujian hidrostatis.

Pasal 11

Tanda pengenal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan daftar atau register sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dilarang dilakukan perubahan.

Pasal 12

(1)   Bahan  Bejana  Tekanan  yang  dibuat  dari  baja  karbon harus mempunyai kuat tarik tidak kurang 35 kg/mm2 (tiga puluh lima kilogram per milimeter persegi) dan tidak lebih dari 56 kg/mm2 (lima puluh enam kilogram per mili meter persegi).

(2)   Dalam hal bahan Bejana Tekanan mempunyai kuat tarik lebih dari 56 kg/mm2 (lima puluh enam kilogram per mili meter persegi) maka perkalian kuat tarik dengan angka regang hingga putus harus menghasilkan nilai paling sedikit 1200 (seribu dua ratus) kecuali Bejana Tekanan tersebut tidak mempunyai sambungan kuat tarik paling tinggi 75 kg/mm2  (tujuh puluh lima kilogram per mili meter persegi).

(2)   Angka  regang  hingga  putus  untuk  baja  karbon  pada batang coba dp 5 (lima) paling sedikit tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(3)   Dalam hal tebal bahan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) kurang dari 8 mm (delapan milimeter), angka regang hingga putus boleh kurang dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4)   Batang coba untuk percobaan kekuatan tarik dari pelat bahan bejana harus diambil dari bagian memanjang.

(5)   Bejana Tekanan yang dibuat selain bahan baja karbon harus  memiliki  tanda  hasil  pengujian  atau  sertifikat bahan dari lembaga yang berwenang.

Pasal 13

(1)   Bejana    penyimpanan  gas    yang  dipergunakan  untuk asetilen terlarut dalam aseton harus seluruhnya diisi dengan      bahan  yang  mengandung  porous  mass  yang merata.

(2)   Bahan porous mass tidak boleh terbuat dari bahan yang apabila bersenyawa dengan asetilen yang dilarutkan dalam aseton merusak bejana penyimpanan gas.

(3)   Bahan porous mass harus tidak melesak atau mengecil dan tidak    menimbulkan    kantong-kantong    karena sentuhan atau temperatur sampai 50 0C (lima puluh derajat celcius).

(4)   Bejana Tekanan yang tidak mempunyai sambungan dan dibuat dari baja leleh harus rata dan bebas cacat.

(5)   Khusus Bejana Tekanan yang diproses dan ditarik dari balok baja/ingot yang panas tidak boleh mempunyai rongga udara di dalamnya atau membentuk cembungan atau cekungan.

Pasal 14

(2)   Bejana   penyimpanan   gas,   campuran   gas,   dan/atau bejana transport yang dipasang secara paralel dapat menggunakan satu katup penutup.

(3)   Ulir   penghubung   pada   bejana   penyimpanan   gas, campuran gas, dan/atau bejana transport dengan pipa pengisi yang dipergunakan untuk gas yang mudah terbakar  harus  ke  kiri  sedangkan  untuk  gas  lainnya harus mempunyai ulir kanan, kecuali untuk bejana penyimpanan gas asetilen dan bejana  penyimpanan gas untuk bahan bakar gas harus mempunyai ulir kanan.

(4)   Katup penutup untuk bejana penyimpanan gas  asetilen atau amoniak harus seluruhnya dari baja, sedangkan katup penutup bejana   penyimpanan gas   gas lainnya harus       seluruhnya  dari  logam  yang  berbahan  dasar tembaga atau logam lain selain baja yang cukup baik.

(5)   Konstruksi mur paking dari batang katup penutup harus

mempunyai pengaman apabila batang katup   diputar, kecuali apabila mur paking dapat dibuka maka batang katup tidak boleh terlepas dan gas dalam bejana penyimpanan gas  tidak dapat keluar.

(6)   Katup  penutup  pada  bejana    penyimpanan  gas    yang berisi asetilen terlarut dalam aseton harus aman agar tidak     terjadi  kebocoran  gas  pada  setiap  kedudukan katup.

Pasal 15

(1)   Katup penutup pada bejana penyimpanan gas, campuran gas, dan/atau bejana transport harus diberi pelindung katup yang aman dan kuat.

(2)   Pelindung katup harus memberikan ruang bebas antara dinding               bagian   dalam   dengan   bagian-bagian   katup penutup paling sedikit 3 mm (tiga milimeter).

(3)   Pelindung katup diberi lubang dengan garis tengah paling sedikit 6,5 mm (enam koma lima milimeter) dan apabila diberi dua lubang atau lebih maka garis tengahnya paling sedikit  5  mm  (lima  milimeter)  serta  tutup  pelindung harus selalu terpasang.

(4)   Lubang  pengeluaran  gas  dari  katup  penutup  harus dilengkapi                   dengan   mur-mur   penutup   atau   sumbat penutup berulir.

Pasal 16

(1)   Bejana Tekanan berisi gas atau gas campuran yang dapat menimbulkan tekanan melebihi dari yang diperbolehkan, harus diberi tingkap pengaman atau alat pengaman sejenis yang dapat bekerja dengan baik.

(2)   Bejana Tekanan yang berisi gas atau gas campuran yang dikempa menjadi cair melarut atau menjadi padat dan gas yang dipanasi sampai melebihi 50 0C (lima puluh derajat   celcius),  termasuk  juga  bagian  dari  pesawat pendingin yang dipanasi harus diberi tingkap pengaman, kecuali apabila telah terdapat pelat pengaman.

(3)   Tingkap pengaman tersebut harus bekerja apabila terjadi

tekanan    lebih    besar    dari    tekanan    kerja    yang diperbolehkan.

(4)   Bejana Tekanan yang berisi gas atau campuran dalam keadaan cair terlarut atau padat akan dipakai sesuai dengan  tekanan  pengisian  yang  diperbolehkan  harus lebih rendah dari tekanan desain.

(5)   Dalam  hal  sifat  gas  atau  keadaan  lain  yang  bersifat khusus menyebabkan tingkap pengaman tidak dapat dipergunakan,  maka  bejana  yang  bersangkutan  harusdiberi pelat pengaman yang dapat pecah apabila tekanan meningkat sampai dengan 5/4 (lima per empat) kali yang diperbolehkan.

(6)   Alat-alat  pengaman  yang  dihubungkan  dengan  pipa pembuang yang tidak dapat tertutup harus disalurkan langsung dengan pipa pembuang di atas atap bangunan.

(7)   Pipa  pembuang  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (6) harus  lebih  tinggi  1  m  (satu  meter)  dari  atap  dan ujungnya harus dilengkungkan ke bawah.

Pasal 17

(1)   Bejana Tekanan yang berisi gas atau gas campuran yang dipadatkan menjadi  gas  cair  yang   tidak  dilengkapi dengan alat pengaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) harus dilengkapi dengan alat  untuk  menentukan  berat  gas  atau  gas campuran.

(2)   Bejana  Tekanan  yang  berisi  gas  dalam  keadaan  beku harus dilengkapi dengan alat yang dapat menunjukan berat  gas  dalam  kilogram  dengan  nilai  tidak  melebihi hasil bagi volume Bejana Tekanan dalam satuan liter dengan nilai volume jenis (V) Tabel yang tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(3)   Bagian bawah dari Bejana Tekanan yang berisi gas yang dipadatkan harus diberi alat pembuang gas yang baik.

Pasal 18

(1)   Bejana  penyimpanan  gas  dan  bejana  transport  harus diberi alat anti guling.

(2)   Alat  anti  guling  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) tidak boleh terhubung dengan tutup pelindung.

Pasal 19

(1)   Regulator  penurun  tekanan  pada  bejana  penyimpanan gas untuk zat asam atau oksigen harus dipasang secara vertikal.

(2)   Regulator  penurun  tekanan  bejana  penyimpanan  gas untuk zat air harus dipasang secara vertikal sehingga pada waktu regulator dibuka tidak terjadi semburan gas.

(3)   Petunjuk tekanan dari regulator penurun tekanan harus terpasang, mudah dibaca, dan terhindar dari benturan.

(4)   Untuk gas yang mudah beroksidasi, pemakaian katup penutup maupun  regulator penurun  tekanan  harus dibuat aman dan kuat untuk menghindari terjadinya kejutan tekanan dalam regulator penurun tekanan.

(5)   Semua  alat  perlengkapan  termasuk  regulator  penurun tekanan dari bejana penyimpanan gas untuk zat asam atau oksigen  dan  gas  lain  yang  mudah  beroksidasi dilarang menggunakan gemuk dan bahan-bahan pelumas yang mengandung  minyak  dan  paking  yang  mudah terbakar.

Pasal 20

(1)   Untuk  bejana  penyimpanan  gas,  campuran  gas,  dan bejana transport berisi gas atau campuran gas, yang dipadat menjadi cair atau terlarut harus sesuai dengan persyaratan tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(2)   Dalam  hal  terdapat  gas  atau  campuran  yang  tidak tercantum dalam Tabel Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, nilai dari P1, P0, V, dan n ditetapkan oleh Menteri.

(3)   Tekanan P0 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan Peraturan Menteri ini berlaku untuk temperatur 15 0C (lima belas derajat celcius).

(4)   Dalam hal temperatur selain 15 0C (lima belas derajat celcius), P0 harus diperhitungkan setiap perbedaan 1 0C (satu derajat celcius) di atas atau di bawah temperatur

15 0C (lima belas derajat celcius), tekanan P harus ditambah atau dikurangi dengan 0,4 kg/cm2  (nol koma empat kilogram per sentimeter persegi) untuk asetilen terlarut, 0,43 kg/cm2  (nol koma empat puluh tiga kilogram per sentimeter persegi) untuk gas minyak, dan 0,52  kg/cm2   (nol  koma  lima  puluh  dua  kilogram  per sentimeter persegi) untuk gas lainnya.

(5)   Bejana  penyimpanan  gas  atau  bejana  transport  yang berisi butan, isobutan, propan yang dikempa menjadi padat  dan   menjadi   cair   atau   campuran,   berlaku ketentuan sebagai berikut:

a.     pengangkutan  gas  digolongkan  menurut  tekanan pemadatannya;

b.    tidak boleh diisi selain dengan gas butan, isobutan, dan propan dengan tekanan lebih dari 2/3 (dua per tiga)  tekanan  P1  huruf  a  pada  temperatur  50  0C (lima puluh derajat celcius); dan

c.     volume gas yang diisikan tidak boleh melebihi 0,8 (nol koma delapan) kali volume bejana.

Pasal 21

(1)   Bejana penyimpanan gas harus diberi warna sesuai kode warna RAL 840-HR.

(2)   Pemberian warna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaplikasikan  pada  bagian  bahu  bejana  penyimpanan gas, sedangkan pada bagian badan bejana penyimpanan gas boleh diberikan warna lain, namun tidak boleh menggunakan warna yang bisa menimbulkan kerancuan dengan warna pada bagian bahu bejana penyimpanan gas.

(3)   Warna bejana penyimpanan gas sebagaimana dimaksud pada     ayat    (1)    tercantum    dalam    Lampiran   yang merupakan       bagian  tidak  terpisahkan  dari  Peraturan Menteri ini.

(4)   Ketentuan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (3)  tidak berlaku pada tabung Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

Pasal 22

(1)   Bejana Tekanan, kompresor yang memadat gas ke dalam bejana dan pesawat pendingin harus dilengkapi dengan petunjuk tekanan    yang dapat ditempatkan pada kompresor atau mesin pendingin selama masih berhubungan secara langsung.

(2)   Petunjuk tekanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus dapat menunjukan 1,5 (satu koma lima) kali tekanan desain.

(3)   Petunjuk  tekanan  harus  dipasang  pada  tempat  yang mudah dilihat.

(4)   Petunjuk tekanan harus diberi tanda strip merah pada tekanan kerja tertinggi yang diperbolehkan.

(5)   Petunjuk tekanan harus dilengkapi dengan sebuah keran cabang tiga yang mempunyai flensa dengan garis tengah 40 mm (empat puluh milimeter) dan tebal 5 mm (lima milimeter).

Bagian Ketiga

Tangki Timbun

Pasal 23

Bahan,  konstruksi,  dan  alat  perlengkapan  Tangki  Timbun harus cukup kuat.

Pasal 24

Tangki Timbun yang berisi cairan yang mudah terbakar harus dilengkapi:

a.    plat nama;

b.    pipa pengaman;

c.    indikator volume atau berat;

d.    pengukur temperatur;

e.    katup pengisian dan pengeluaran;

f.     lubang lalu orang/lubang pemeriksaan;

g.    alat penyalur petir dan pembumian;

h.    sarana pemadam kebakaran yang sesuai; dan

i.     perlengkapan     lainnya     untuk     pemeriksaan     dan pemeliharaan.

Pasal 25

Tangki  Timbun  yang  berisi  cairan  bahan  berbahaya  pada temperatur tertentu terjadi reaksi kimia berubah menjadi gas beracun atau terjadi reaksi kimia dan terjadi kenaikan temperatur berubah menjadi gas beracun, harus dilengkapi:

a.    plat nama;

b.    alat pendingin tangki;

c.    gas scrubber;

d.    tirai air;

e.    sistem alarm;

f.     katup pengaman;

g.    indikator volume atau berat;

h.    indikator suhu;

i.     alat petunjuk tekanan gas beracun;

j.     alat penyalur petir/pembumian; dan

k.    alat   perlengkapan   lainnya   untuk   pemeriksaan   dan pemeliharaan.

Pasal 26

Tabgki Timbun yang berisi cairan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dan Pasal 25 harus dilengkapi :

a. plat nama;

b. pipa pengaman;

c. indikator volume atau berat;

d. pengukur temperatur;

e. katup pengisian dan pengeluaran;

f. lubang lalu orang/lubang pemeriksaan;

g. alat penyalur petir dan pembumian;

h. dan perlengkapan lainnya untuk pemeriksaan dan pemeliharaan;

Pasal 27

Lokasi tempat Tangki Timbun sebagaimana dimaksud dalam Pasal  24  sampai  dengan  Pasal  26  harus  dipasang  tanda bahaya kebakaran, larangan merokok, larangan membawa korek api, alat-alat api lainnya, dan larangan membawa peralatan  yang  dapat  menimbulkan  peledakan  atau kebakaran.

Pasal 28

(1)   Lokasi  tempat  Tangki  Timbun  harus  dipasang  pagar pengaman dengan jarak paling sedikit 25 m (dua puluh lima meter) dihitung dari dinding Tangki Timbun dan tanda larangan masuk bagi yang tidak berkepentingan.

(2)   Tinggi pagar pengaman sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) paling rendah 2 m (dua meter).

BAB IV PENGISIAN

Pasal 29

(1)   Pengisian  Bejana  Tekanan  dan  Tangki  Timbun  harus dilakukan tahapan sebagai berikut:

a.    pembersihan dan pengecekan;

b.    pengeringan; dan

c.    pengisian.

(2)   Khusus pengisian bejana penyimpanan gas dan bejana transport untuk gas yang dikempa menjadi cair, selain melalui  tahapan  sebagaimana  dimaksud  pada ayat  (1) juga dilakukan:

a.    penimbangan; dan

b.    pengisian ulang.

(3)   Penimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a harus dilakukan timbangan kontrol.

(4)   Timbangan kontrol sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus  diperiksa  oleh  Pengurus  paling  sedikit  1  (satu) bulan sekali.

Pasal 30

Pembersihan dan pengecekan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf a dilakukan untuk memastikan tidak boleh ada:

a.    karatan atau retak-retak;

b.    sisa gas;

c.    sisa tekanan;

d.    kotoran bahan yang mudah terbakar; dan

e.     aseton yang diisikan kedalam bejana penyimpanan gas yang  melebihi  42  %  (empat  puluh  dua  persen)  dari porous mass.

Pasal 31

(1)   Pembersihan  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  30 untuk bejana penyimpan gas zat asam atau oksigen, nitrogen, zat air dapat dilakukan dengan cara:

a.     tingkap dilepas, bejana penyimpanan gas   dibalik dan dipukuli dengan palu kayu agar karat dan kotoran lainnya jatuh keluar;

b.    bejana penyimpanan gas disandarkan dengan posisi kepala di bawah dengan sudut 20 (dua puluh) derajat, dimasukan pipa uap yang hampir sampai dasar bejana penyimpanan gas, disemprot dengan uap selama 2 (dua) jam, setiap setengah jam diputar 90 (sembilan puluh) derajat;

c.     bejana  penyimpanan  gas  didirikan  dengan  posisi kepala di bawah selama 2 (dua) jam sehingga air dapat mengalir keluar; dan

d.    bejana penyimpanan gas didirikan kembali dengan posisi kepala di atas dan melalui pipa yang hampir sampai dasar disemprot dengan angin kering selama 20 (dua puluh) menit.

(2)   Pembersihan  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  30 untuk   bejana   penyimpanan   gas   yang   beroksidasi dilakukan dengan cara:

a.     bejana  penyimpanan  gas  yang  sudah  dikeringkan diisi dengan bahan cair berupa totual, benzol, atau bensin      paling  sedikit  1  liter  dan  ditutup  rapat kemudian diputarbalikan selama 15 menit dengan penempatan tengah-tengah bejana penyimpanan gas di atas balok;

b.    bahan  cair  sebagaimana  dimaksud  pada  huruf  a dituangkan dalam bejana penyimpanan gas gelas yang jernih,   didiamkan   sampai   semua   kotoran turun, kemudian  bahan  cair  diuji  dan  apabila ternyata masih kotor maka harus diulangi dengan memasukan bahan cair lagi sampai bahan cair pembilas bersih dan tidak berwarna; dan

c.     bejana  penyimpanan  gas  disemprot  dengan  uap kering selama 1 (satu) jam kemudian dikeringkan dengan angin.

(3)   Selain  cara  pembersihan  sebagaimana  dimaksud  pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan dengan cara lain sesuai buku petunjuk dari pabrik pembuat atau standar.

Pasal 32

Pengeringan bejana penyimpanan gas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf b dilakukan dengan menggunakan  angin  bertekanan  atau  nitrogen  yang  bebas dari kandungan minyak.

Pasal 33

Bejana Tekanan yang sudah dibersihkan tidak boleh diisi dengan zat lain yang berbeda dengan zat semula.

Pasal 34

Bejana Tekanan atau Tangki Timbun yang dibubuhi tanda tidak memenuhi syarat K3 dilarang diisi atau digunakan.

Pasal 35

Bejana Tekanan yang diisi dengan gas atau campuran gas dalam keadaan cair atau terlarut tidak boleh melebihi berat yang dinyatakan dengan kilogram dari gas atau campuran gas dihitung dari hasil bagi angka yang menunjukan volume Bejana Tekanan dalam liter dan nilai volume jenis (V) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 36

(1)   Gas berupa butan, isobutan, propan, dan campurannya serta gas bumi yang tidak berbau sebelum diisikan ke dalam Bejana Tekanan melalui pemadatan harus dicampur dengan bau-bauan yang sesuai, sehingga apabila  1%  (satu  persen)  dari  gas  tersebut  berada  di udara bebas segera dapat diketahui.

(2)   Untuk carbon monooxyd, dan zat cair dari gas carbon monooxyd, yang tidak berbau, sebelum diisikan kedalam Bejana Tekanan  melalui  pemadatan  harus  dicampur dengan bau-bauan yang sesuai sehingga apabila 1% (satu persen) dari gas tersebut berada di udara bebas segera dapat diketahui.

Pasal 37

(1)   Dalam pengisian ulang bejana penyimpanan gas asetilen dissous atau  asetilen  terlarut  dalam  aseton,  harus mempunyai berat tarra:

a.     untuk   isi   40   (empat   puluh)   liter   tidak   boleh berkurang 1 kg (satu kilogram) atau lebih; dan

b.    untuk isi 5 (lima) liter tidak boleh berkurang 0,2 kg(nol koma dua kilogram) atau lebih.

(2)   Apabila berat tarra sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkurang, pengisian ulang ditangguhkan, sesudahnya ditambah aseton atau bila perlu ditambah porous mass.

Pasal 38

(1)   Pengisian   Bejana   Tekanan   untuk   gas  yang  mudah terbakar dapat dilakukan menggunakan kompressor atau pompa dengan tekanan kerja pengisian paling banyak 1,3 (satu koma tiga) kali tekanan kerja.

(2)   Apabila tekanan dalam pipa pengisi kurang dari 0,5 (nol koma lima) atmosfer maka motor penggerak atau pompa harus berhenti secara otomatis.

Pasal 39

(1)   Pengisian bejana penyimpan gas berupa zat asam atau oksigen melalui pemadatan yang pembuatannya secara elektrolisis hanya boleh mengandung 2 % (dua persen) isi zat air dan untuk zat air hanya boleh 1 % (satu persen) isi zat asam tercampur.

(2)   Tingkat kemurnian zat asam atau oksigen atau zat asam dan zat air yang diisikan melalui pemadatan secara bersama ke dalam beberapa bejana  penyimpanan gas, dicek dengan cara mengambil sampel salah satu bejana penyimpanan gas tersebut.

Pasal 40

(1)   Pemindahan Bejana Tekanan isi maupun kosong tidak boleh dilempar atau dijatuhkan.

(2)   Pemindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menggunakan alat bantu.

Pasal 41

Bejana    Tekanan    dilarang    dipergunakan    sebagai    rol pengangkut atau sebagai alat lainnya.

Pasal 42

(1)   Bangunan tempat penyimpanan bejana penyimpanan gas dan bejana transport dengan jumlah yang besar harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan lantai harus terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan percikan api.

(2)   Bangunan tempat penyimpanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus mempunyai ventilasi yang cukup dan harus mempunyai pintu keluar atau pintu penyelamatan.

Pasal 43

(1)   Bejana Tekanan yang tidak digunakan dilarang ditempatkan dalam satu ruangan yang terdapat Bejana Tekanan sedang digunakan.

(2)   Bejana  Tekanan  dilarang  ditempatkan  atau  disimpan dekat    tangga,   gang,   di   depan   lubang   angin,   alat pengangkat, atau benda bergerak yang dapat menyentuh atau menimpa.

(3)   Bejana  Tekanan  yang  berisi  bahan  yang tidak mudah terbakar disimpan terpisah dari Bejana Tekanan berisi bahan yang mudah terbakar.

(4)   Bejana Tekanan dalam keadaan berisi harus dilindungi dari sumber panas dan penyebab karat.

Pasal 44

Bejana Tekanan yang berisi media dengan berat jenis melebihi berat jenis udara, dilarang disimpan dalam ruangan bawah tanah yang tidak mempunyai ventilasi.

Pasal 45

(1)   Bejana  penyimpanan  gas  dan  bejana  transport  yang berisi gas yang berbeda-beda harus disimpan secara terpisah.

(2)   Bejana penyimpanan gas dan bejana transport yang telah berisi ditempatkan di tempat terbuka harus dilindungi dari panas matahari dan hujan.

Pasal 46

(1)   Pengosongan Bejana Tekanan yang berisi gas beroksidasi dan      mudah    terbakar    harus    dilakukan    dengan menyisakan tekanan    untuk    mencegah    masuknya kotoran.

(2)   Pengisian kembali Bejana Tekanan untuk zat asam atau oksigen dan gas beroksidasi dilarang memakai peralatan pemadat dan perlengkapan bejana yang mengandung pelumas dan minyak.

(3)   Untuk   mengisi   dan   mengosongkan   kembali   Bejana Tekanan untuk gas cair tidak boleh dipercepat dengan pemanasan langsung dengan api terbuka atau nyala gas, tetapi dapat menggunakan pemanasan dengan kain basah atau udara panas atau menggunakan alat pemanas listrik yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut, temperatur kontak bahan dipanaskan tidak boleh melebihi 40 0C (empat puluh derajat celcius).

(4)   Pada pengisian kembali Bejana Tekanan berisi asetilen yang terlarut dalam aseton, bidang penghubung dari tingkat penurun tekanan harus dilapisi secara sempurna.

Pasal 47

(1)   Bejana penyimpanan gas atau bejana transport untuk gas cair selama diisi harus ditimbang untuk menetapkan adanya kemungkinan pengisian yang berlebihan.

(2)   Setelah pengisian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selesai, dilakukan penimbangan.

(3)   Penimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan dengan timbangan kontrol dan tidak diperbolehkan adanya    sambungan pengisi atau penyaluran yang melekat pada bejana tersebut yang dapat mengurangi penimbangan.

(4)   Timbangan kontrol sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diperiksa dan dikalibrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 48

(1)   Bejana  penyimpanan  gas  atau  bejana  transport  yang berisi gas yang mudah terbakar atau berbahaya bagi kesehatan dalam keadaan terkempa menjadi cair atau terlarut, apabila tidak dihubungkan dengan pipa pengisi atau pipa lain yang sejenis harus diletakan dalam posisi berdiri sehingga zat cairnya tidak dapat keluar.

(2)   Bejana penyimpanan gas atau bejana transport untuk gas yang dikempa atau terlarut yang dilengkapi pipa untuk pengambilan gas atau zat cair harus dilengkapi tanda penunjuk arah aliran gas yang benar.

(3)   Keran  bejana  penyimpanan  gas  yang  berisi  asetilen terlarut dalam aseton harus mempunyai tingkap penutup keran.

(4)   Kunci pembuka dan penutup tingkap penutup keran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus  selalu tergantung pada bejananya.

BAB V PENGANGKUTAN

Pasal 49

(1)   Bejana Tekanan dilarang diangkat dengan menggunakan magnet pengangkat sling yang membelit pada Bejana Tekanan.

(2)   Alat  angkut  Bejana  Tekanan  harus  dilengkapi  dengan peralatan yang dapat mencegah timbulnya gerakan atau geseran yang membahayakan.

(3)   Pengangkutan  Bejana  Tekanan  tidak  boleh  melebihi ukuran dan kapasitas kendaraan serta harus dilindungi dari panas matahari.

Pasal 50

(1)   Kendaraan pengangkut Bejana Tekanan dalam keadaan berisi harus selalu disertai petugas.

(2)   Kendaraan   pengangkut   Bejana   Tekanan   berisi   gas beracun, iritan, korosif atau mudah terbakar, harus disertai petugas yang mengerti mengenai cara bongkar muat yang aman.

(3)   Bejana  Tekanan  kosong  hanya  boleh  diangkut  dalam keadaan keran tertutup.

Pasal 51

Kendaraan yang diperuntukkan mengangkut Bejana Tekanan dilarang mengangkut penumpang.

BAB VI PEMASANGAN DAN PERBAIKAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 52

Bejana Tekanan dan Tangki Timbun yang dipasang pada alat transportasi harus mempunyai konstruksi yang kuat dan aman.

Pasal 53

(1)   Perbaikan  Bejana  Tekanan  dan  Tangki  Timbun  harus dilakukan sesuai dengan prosedur sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan   peraturan   perundang- undangan dan/atau standar yang berlaku.

(2)   Pekerjaan perbaikan Tangki Timbun harus dilakukan sesuai dengan prosedur K3 pekerjaan di ruang terbatas sesuai  dengan    ketentuan    peraturan    perundang- undangan.

Bagian Kedua

Bejana Tekanan

Pasal 54

(1)   Pemasangan   Bejana   Tekanan   baik   vertikal  maupun horisontal harus di atas kerangka penumpu yang kuat.

(2)   Lokasi pemasangan Bejana Tekanan harus memiliki ruang bebas untuk perawatan, pemeriksaan dan pengujian.

(3)   Lantai di sekitar lokasi pemasangan harus rata, bersih, dan tidak licin.

(4)   Khusus Bejana Tekanan berisi gas atau campuran gas berbahaya dan tekanan melebihi atmosfer harus dilengkapi dengan pagar pengaman dan dibuatkan tanda larangan masuk kecuali bagi yang berwenang.

Bagian Ketiga

Tangki Timbun

Pasal 55

(1)   Ruangan tempat pemasangan Tangki Timbun di bawah permukaan tanah lebih dari 50 cm (lima puluh sentimeter) harus:

a.     mempuyai dinding dan perlengkapan yang terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar; dan

b.    mempunyai lantai dasar yang kuat menahan  beban Tangki Timbun pada saat berisi penuh.

(2)   Dinding dan lantai dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mampu menahan rembesan apabila terjadi tumpahan atau kebocoran Tangki Timbun.

Pasal 56

(1)   Pemasangan   Tangki   Timbun   di   atas   lantai   yang mempunyai fondasi yang konstruksinya kuat menahan beban Tangki Timbun pada saat terisi penuh.

(2)   Lantai  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  harus mampu menahan resapan cairan Tangki Timbun.

Pasal 57

(1)   Pemasangan Tangki Timbun dengan menggunakan kaki terbuat dari rangka baja, konstruksinya harus kuat dan aman.

(2)   Kaki rangka baja sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dipasang di atas fondasi dengan konstruksi kuat menahan beban Tangki Timbun pada saat terisi penuh.

Pasal 58

(1)   Tangki    Timbun    atau    kelompok    Tangki    Timbun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 sampai dengan Pasal 26 harus dikelilingi oleh tanggul atau tembok tanah atau tembok yang terbuat dari batu.

(2)   Tanggul  atau  tembok  sebagaimana  dimaksud  ayat  (1) harus  mampu  menahan  dan  menampung  isi  cairan dalam Tangki Timbun sebagai berikut:

a.     sebesar 80 % (delapan puluh persen) dari jumlah isi tangki untuk pemasangan 1 (satu) Tangki Timbun;

b.    sebesar 60 % (enam puluh persen) dari jumlah isi tangki untuk pemasangan 2 (dua) sampai dengan 4 (empat) Tangki Timbun; dan

c.     sebesar 50 % (lima puluh persen) dari jumlah isi tangki untuk  pemasangan  lebih  dari  4  (empat) Tangki Timbun.

BAB VII PERSONIL

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 59

(1)   Pengangkutan   Bejana   Tekanan   dan   Tangki   Timbun dilakukan oleh operator K3.

(2)   Pemasangan,  pemeliharaan,  perbaikan,  modifikasi  dan pengisian Bejana Tekanan dan Tangki Timbun dilakukan oleh teknisi K3 bidang Bejana Tekanan dan Tangki Timbun.

(3)   Pekerjaan  pengelasan  pada  pembuatan,  pemasangan, pemeliharaan, perbaikan atau modifikasi Bejana Tekanan dan Tangki Timbun dilakukan oleh juru las.

(4)   Operator  K3  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1), teknisi K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan juru las sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memiliki kompetensi dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Teknisi Bejana Tekanan dan Tangki Timbun

Pasal 60

Teknisi K3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) harus memenuhi persyaratan:

a.     berpendidikan minimal SMK jurusan teknik/SMA jurusan IPA atau memiliki pengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun di bidang Bejana Tekanan;

b.    berbadan sehat menurut keterangan dokter;

c.    umur paling rendah 21 (dua puluh satu) tahun; dan

d.    memiliki Lisensi K3.

Bagian Ketiga

Tata Cara Memperoleh Lisensi K3

Pasal 61

(1)   Untuk memperoleh Lisensi K3 Teknisi Bejana Tekanan dan  Tangki  Timbun  sebagaimana  dimaksud  dalam Pasal  60  huruf  d,  Pengusaha  atau  Pengurus mengajukan  permohonan   tertulis   kepada   Direktur Jenderal dengan melampirkan:

a.    copy ijazah terakhir;

b.    surat  keterangan  pengalaman  kerja  membantu teknisi Bejana Tekanan dan Tangki Timbun yang diterbitkan oleh perusahaan;

c.    surat keterangan sehat dari dokter;

d.    copy Kartu Tanda Penduduk;

e.    copy sertifikat kompetensi; dan

f.     pas photo berwarna 2 x 3 (2 lembar) dan 4 x 6 (2 lembar).

(2)   Permohonan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)

dilakukan pemeriksaan dokumen oleh Tim.

(3)   Dalam  hal  persyaratan  sebagaimana  dimaksud  pada ayat (1) dinyatakan lengkap, Direktur Jenderal menerbitkan lisensi K3.

Pasal 62

(1)   Lisensi K3 berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan  dapat  diperpanjang  untuk  jangka  waktu  yang sama.

(2)   Permohonan   perpanjangan   sebagaimana   dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Pengusaha atau Pengurus kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan persyaratan  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  61 ayat (1) dan lisensi K3 asli.

(3)   Permohonan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1) diajukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum masa berakhirnya lisensi K3.

Pasal 63

Lisensi K3 hanya berlaku selama teknisi Bejana Tekanan dan Tangki Timbun yang bersangkutan bekerja di perusahaan yang mengajukan permohonan.

Pasal 64

Dalam hal sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1) huruf e belum dapat dilaksanakan, dapat menggunakan surat keterangan telah mengikuti pembinaan K3 yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal.

Bagian Keempat

Kewenangan Teknisi

Pasal 65

Teknisi Bejana Tekanan dan Tangki Timbun berwenang melakukan:

a.    pemasangan, perbaikan, atau perawatan Bejana Tekanan dan Tangki Timbun; dan

b.    pemeriksaan, penyetelan, dan mengevaluasi  keadaan Bejana Tekanan dan Tangki Timbun.

Bagian Kelima

Kewajiban Teknisi

Pasal 66

Teknisi berkewajiban untuk:

a.     melaporkan  kepada  atasan  langsung,  kondisi  Bejana Tekanan dan Tangki Timbun yang menjadi tanggung jawabnya jika tidak aman atau tidak layak pakai;

b.    bertanggung      jawab      atas      hasil      pemasangan, pemeliharaan, perbaikan,    dan/atau    pemeriksaan peralatan/komponen Bejana Tekanan dan Tangki Timbun;

c.     mematuhi peraturan perundang-undangan dan melakukan tindakan pengamanan yang telah ditetapkan; dan

d.    membantu Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis dalam pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian Bejana Tekanan dan Tangki Timbun.

Bagian Keenam

Pencabutan Lisensi K3

Pasal 67

Lisensi K3 dapat dicabut apabila teknisi Bejana Tekanan dan Tangki Timbun yang bersangkutan terbukti:

a.    melakukan   tugas   tidak   sesuai   dengan   jenis   dan kualifikasi Bejana Tekanan dan Tangki Timbun;

b.    melakukan      kesalahan,      atau      kelalaian,      atau kecerobohan sehingga    menimbulkan keadaan berbahaya atau kecelakaan kerja; dan

c.     tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66.

BAB VIII PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

Pasal 68

(1)   Setiap kegiatan perencanaan, pembuatan, pemasangan, pengisian, pengangkutan, pemakaian, pemeliharaan, perbaikan, modifikasi, dan penyimpanan Bejana Tekanan dan Tangki Timbun harus dilakukan pemeriksaan dan/atau pengujian.

(2)   Pemeriksaan dan/atau pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2).

Pasal 69

(1)   Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 merupakan kegiatan mengamati, menganalisis, membandingkan,   menghitung  dan  mengukur  Bejana Tekanan dan Tangki Timbun untuk memastikan terpenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau standar yang berlaku.

(2)   Pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 merupakan kegiatan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan semua tindakan pengetesan kemampuan operasi, bahan, dan konstruksi  Bejana Tekanan dan Tangki Timbun untuk memastikan terpenuhinya ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau standar yang berlaku.

Pasal 70

Pemeriksaan  dan/atau  pengujian  sebagaimana  dimaksud dalam Pasal 68, meliputi:

a.    pertama;

b.    berkala;

c.    khusus; dan

d.    ulang.

Pasal 71

(1)   Pemeriksaan dan/atau pengujian pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf a dilakukan pada:

a.    perencanaan;

b.    pembuatan;

c.     saat   sebelum   digunakan   atau   belum   pernah dilakukan pemeriksaan dan/atau pengujian; atau

d.    pemasangan, perubahan atau modifikasi.

(2)   Pemeriksaan dan/atau pengujian pertama pada perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi pemeriksaan    persyaratan    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1).

Pasal 72

(1)   Pemeriksaan    dan/atau    pengujian    pertama    pada pembuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (1) huruf    b    meliputi    pemeriksaan    persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2).

(2)   Untuk  Tangki  Timbun  selain  dilakukan  pemeriksaan dan/atau pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan    pemeriksaan    dan/atau    pengujian    alat pembumian, penyalur petir, dan sarana penanggulangan kebakaran sesuai dengan ketentuan     peraturan perundang-undangan.

(3)   Pembuatan bejana penyimpanan gas (tabung LPG) harus dilakukan pengujian sifat mekanik dan uji pecah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Standar Internasional.

(4)   Pembuatan bejana penyimpanan gas dan bejana transport selain tabung LPG, per 200 unit diambil 2 (dua) unit untuk dilakukan pengujian sifat mekanik dan uji pecah.

(5)   Dalam hal hasil pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) salah satu unit tidak memenuhi syarat, diambil 1 (satu) unit lagi untuk dilakukan pengujian.

(6)   Dalam hal hasil pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) kedua unit tidak memenuhi syarat, diambil 2 (dua) unit lagi untuk dilakukan pengujian.

(7)   Untuk  bejana  penyimpanan  gas  asetilen  yang  terlarut dalam  aseton  selain  dilakukan  pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) juga diambil 1 (satu) unit untuk dilakukan pemeriksaan dan pengujian porous mass.

(8)   Apabila pengujian porous mass sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tidak memenuhi syarat, dapat diambil 1 (satu) unit lagi untuk dilakukan pengujian porous mass.

(9)   Jika hasil pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (4), ayat (5), ayat (6), ayat (7) dan ayat (8) tidak memenuhi syarat, pembuatan terhadap 200 (dua ratus) unit bejana penyimpanan dianggap tidak memenuhi syarat.

(10) Pelaksanaan pengujian sifat mekanik,  sifat kimia, dan porous mass dapat dilakukan di lembaga uji yang berwenang    sesuai     dengan     ketentuan     peraturan perundang-undangan.

(11) Untuk Tangki Timbun dilakukan pengetesan kebocoran dengan pengisian air secara penuh didiamkan selama 2 x 24 (dua kali dua puluh empat) jam.

(12) Jika  terjadi  kebocoran  atau  perubahan  bentuk  pada Tangki Timbun, kaki rangka baja, fondasi, dan lantai maka harus dilakukan perbaikan sebelum digunakan.

Pasal 73

(1)   Pemeriksaan  dan/atau  pengujian  pertama  pada  saat sebelum digunakan   atau   belum   pernah   dilakukan pemeriksaan dan/atau pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (1) huruf c meliputi:

a.    gambar konstruksi/instalasi;

b.    sertifikat bahan dan keterangan lain;

c.    catatan data pembuatan (manufacturing data record);

d.    cara kerja Bejana Tekanan untuk bejana proses;

e.    bagian luar dan bagian dalam Bejana Tekanan;

f.     ukuran/dimensi teknis;

g.    pengujian tidak merusak; dan

h.    percobaan padat (hidrostatic test).

(2)   Percobaan padat (hidrostatic test) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h, tekanan uji 1,5 kali dari tekanan kerja yang  diperbolehkan  atau  tekanan  desain  atau tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(3)   Dalam  pelaksanaan  percobaan  padat  (hidrostatic  test), Bejana Tekanan tidak boleh berkeringat, atau bocor, atau tidak boleh terjadi perubahan bentuk menetap yang menyebabkan volume bejana melebihi 0,2 % (nol koma dua persen) dari volume semula.

Pasal 74

(1)   Pemeriksaan    dan/atau    pengujian    pertama    pada pemasangan, perubahan atau modifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (1) huruf d meliputi pemeriksaan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3).

(2)   Selain  pemeriksaan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat

(1), harus dilakukan pemeriksaaan dan/atau pengujian:

a.    bagian luar dan bagian dalam Bejana Tekanan;

b.    ukuran/dimensi teknis;

c.    pengujian tidak merusak; dan

d.    percobaan padat (hidrostatic test).

(3)   Percobaan padat (hidrostatic test) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, tekanan uji 1,5 (satu koma lima) kali dari tekanan kerja yang diperbolehkan atau tekanan desain atau tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(4)   Dalam  pelaksanaan  percobaan  padat  (hidrostatic  test), Bejana Tekanan tidak boleh berkeringat, atau bocor, atau tidak boleh terjadi perubahan bentuk menetap yang menyebabkan isi bejana melebihi 0,2 % (nol koma dua persen) dari isi semula.

Pasal 75

(1)   Pemeriksaan  dan/atau pengujian berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf b dilakukan sesuai dengan Lampiran yang    merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(2)   Pemeriksaan  dan/atau  pengujian  berkala  sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a.    gambar konstruksi/instalasi;

b.    sertifikat bahan dan keterangan lain;

c.    catatan data pembuatan (manufacturing data record);

d.    cara kerja Bejana Tekanan untuk bejana proses;

e.    bagian luar dan bagian dalam Bejana Tekanan;

f.     bagian luar untuk Tangki Timbun;

g.    ukuran/dimensi teknis; dan

h.    pengujian tidak merusak.

(3)   Untuk  Tangki  Timbun  selain  dilakukan  pemeriksaan

dan/atau pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pembumian, penyalur petir, dan sarana penanggulangan kebakaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4)   Apabila hasil pemeriksaan bejana sebagaimana dimaksud pada  ayat  (2)  tidak  memenuhi  persyaratan  K3  maka harus dilakukan percobaan padat (hidrostatic test).

(5)   Percobaan  padat  (hidrostatic  test)  dilaksanakan  sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

74 ayat (3) dan ayat (4).

(6)   Untuk Bejana Tekanan dengan volume sampai dengan 60 (enam puluh) liter harus dilakukan penimbangan dengan hasil  penimbangan  tidak  boleh  lebih  besar  atau  lebih kecil 5 % (lima persen) dari berat semula.

(7)   Untuk  bejana  penyimpanan  gas  asetilen  yang  terlarut dalam aseton, pengujian berkala dilakukan sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 ayat (7).

(8)   Pemeriksaan   secara   berkala   untuk   Tangki   Timbun dilakukan paling lambat 2 (dua) tahun dan pengujian dilakukan paling lambat 5 (lima) tahun.

Pasal 76

(1)   Pemeriksaan  dan/atau  pengujian  khusus  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf c merupakan kegiatan pemeriksaan dan/atau pengujian yang dilakukan setelah terjadinya kecelakaan kerja, kebakaran, atau peledakan.

(2)   Pemeriksaan  dan/atau  khusus  sebagaimana  dimaksud pada     ayat   (1)   dilakukan   sesuai   dengan   ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 77

(1)   Pemeriksaan  dan/atau  pengujian  ulang  sebagaimana dimaksud  dalam  Pasal  70  huruf  d  dilakukan  apabila hasil pemeriksaan sebelumnya terdapat keraguan.

(2)   Pemeriksaan  dan/atau  pengujian  ulang  sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebagaimana pemeriksaan dan/atau pengujian dalam Pasal 73 ayat (1),  Pasal  74  ayat  (2)  dan  Pasal  75  kecuali  pada percobaan padat (hidrostatic test).

Pasal 78

(1)   Pemeriksaan dan/atau pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf a, huruf b, dan huruf d menggunakan contoh  formulir    tercantum    dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(2)   Pemeriksaan dan/atau pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf c mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 79

Pemeriksaan  dan/atau  pengujian  sebagaimana  dimaksud dalam Pasal 70 dilakukan oleh:

a.    Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis; atau

b.    Ahli K3 Bidang Pesawat Uap dan Bejana Tekanan.

Pasal 80

(1)   Pemeriksaan dan/atau pengujian yang dilakukan Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf a dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2)   Ahli   K3   bidang   Pesawat   Uap   dan   Bejana   Tekan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 huruf b harus ditunjuk oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3)   Untuk dapat ditunjuk sebagai Ahli K3 bidang Pesawat Uap dan Bejana Tekan harus memiliki kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 81

(1)   Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat

(3) meliputi:

a.    pengetahuan teknik;

b.    keterampilan teknik; dan

c.    perilaku.

(2)   Pengetahuan teknik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mencakup:

a.     memahami peraturan perundang-undangan di bidang pesawat uap dan Bejana Tekanan;

b.    mengetahui jenis-jenis pesawat uap dan perlengkapannya;

c.    mengetahui jenis-jenis Bejana Tekanan dan perlengkapannya;

d.    mengetahui cara menghitung kekuatan konstruksi pesawat uap dan Bejana Tekanan;

e.    mengetahui pipa penyalur;

f.     mengetahui jenis dan sifat bahan;

g.     mengetahui teknik pengelasan dan pengujian tidak merusak (Non Destructive Test);

h.    mengetahui jenis dan pengolahan air pengisi ketel;

i.     mengetahui  proses  pembuatan,  pemasangan,  dan perbaikan/modifikasi;

j.     mengetahui cara pemeriksaan dan/atau pengujian pesawat uap dan pipa penyalur;

k.    mengetahui cara pemeriksaan dan/atau pengujian

Bejana Tekanan;

l.     mengetahui K3 nuklir;

m.   mengetahui jenis korosi dan pencegahannya;

n.    mengetahui      kelistrikan      dan      alat      kontrol otomatis;dan

o.    mengetahui jenis fondasi dan kerangka dudukan.

(3)   Keterampilan teknik sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b mencakup:

a.     memeriksa dan menganalisis jenis-jenis pesawat uap dan perlengkapannya;

b.    memeriksa   dan   menganalisis   jenis-jenis   Bejana Tekanan dan perlengkapannya;

c.     mampu  menghitung  kekuatan  konstruksi  pesawat uap dan Bejana tekanan;

d.    memeriksa dan menganalisis pipa penyalur;

e.    memeriksa dan menganalisis kekuatan bahan;

f.     memeriksa    dan    menganalisis    pengelasan    dan pengujian tidak merusak (Non Destructive Test);

g.    memeriksa dan menganalisis air pengisi ketel uap;

h.    memeriksa      dan      menganalisis      pembuatan, pemasangan dan perbaikan/modifikasi;

i.     memeriksa  dan  menguji  pesawat  uap  dan  pipa penyalur;

j.     memeriksa dan menguji Bejana Tekanan;

k.    memeriksa      dan      menganalisis      korosi      dan pencegahannya;

l.     memeriksa  dan  menganalisis  kelistrikan  dan  alat kontrol otomatis;

m.   memeriksa dan menganalisis fondasi dan kerangka dudukan; dan

n.    mampu   membuat   laporan   dan   analisa   hasil pemeriksaan dan pengujian pesawat uap dan Bejana Tekanan.

(4)   Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diubah sesuai dengan perkembangan teknik dan teknologi.

(5)   Perilaku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi sikap jujur, hati-hati, teliti, koordinatif, profesional, tegas, bertanggung   jawab ,patuh, dan disiplin.

Pasal 82

Pengurus dan/atau Pengusaha memfasilitasi dalam pelaksanaan  pemeriksaan  dan/atau  pengujian  Bejana Tekanan atau Tangki Timbun berupa penyediaan alat-alat bantu.

Pasal 83

(1)   Hasil  pemeriksaan  dan/atau  pengujian  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 harus dilaporkan ke pimpinan unit kerja pengawasan ketenagakerjaan.

(2)   Hasil  pemeriksaan  dan/atau  pengujian  sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dituangkan dalam Surat Keterangan yang diterbitkan oleh unit kerja pengawasan ketenagakerjaan sesuai   dengan   ketentuan  peraturan perundang-undangan.

(3)   Surat Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilengkapi dengan alasan teknis pada lembar tersendiri. (4)   Surat Keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat dalam 3 (tiga) rangkap dengan rincian:

a.    lembar pertama, untuk pemilik;

b.    lembar kedua, untuk unit pengawasan ketenagakerjaan setempat; dan

c.     lembar ketiga, untuk unit pengawasan ketenagakerjaan pusat.

(5)   Unit  kerja  pengawasan  ketenagakerjaan  sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib menyampaikan surat keterangan kepada unit pengawasan ketenagakerjaan di pusat setiap 1 (satu) bulan sekali.

Pasal 84

(1)   Surat keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat      (2)    meliputi    Surat    Keterangan    Memenuhi Persyaratan K3 atau Surat Keterangan Tidak Memenuhi Persyaratan   K3   tercantum   dalam   Lampiran   yang merupakan bagian  tidak  terpisahkan  dari Peraturan Menteri ini.

(2)   Bejana Tekanan dan Tangki Timbun yang mendapatkan Surat Keterangan Memenuhi Persyaratan K3 diberikan Tanda Memenuhi Syarat K3 pada setiap Bejana Tekanan dan Tangki Timbun.

(3)   Tanda memenuhi syarat K3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa stiker yang dibubuhi stempel tercantum dalam  Lampiran    yang    merupakan    bagian    tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 85

Bejana Tekanan dan Tangki Timbun yang tidak memenuhi syarat K3 dibongkar atau dipotong dengan menggunakan prosedur kerja yang aman.

BAB IX PENGAWASAN

Pasal 86

Pengawasan pelaksanaan K3 Bejana Tekanan dan Tangki Timbun di Tempat Kerja dilaksanakan oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB X SANKSI

Pasal 87

Pengusaha dan/atau Pengurus yang tidak memenuhi ketentuan  dalam  Peraturan  Meteri  ini  dikenakan  sanksi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan  Kerja  dan  Undang-Undang  Nomor  13  Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

BAB XI KETENTUAN PENUTUP

Pasal 88

Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku maka:

a.    Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER. 01/MEN/1982 tentang Bejana Tekanan;

b.    Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.SE.06/MEN/1990 tentang Pewarnaan Botol Baja/Tabung Gas Bertekanan; dan

c.    Keputusan  Direktur  Jenderal  Pembinaan  Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor KEP/75/PPK/XII/2013 tentang Petunjuk Teknis Pembinaan Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Pesawat Uap dan Bejana Tekan, Pesawat Angkat-Angkut, dan Pesawat Tenaga dan Produksi, khusus yang mengatur Calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bidang Pesawat Uap dan Bejana Tekan;

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 89

Peraturan    Menteri    ini    mulai    berlaku    pada    tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 23 Desember 2016

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

M. HANIF DHAKIRI

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 27 Desember 2016

DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA