Zat karsinogenik yang terdapat di dalam rokok sehingga memicu timbulnya kanker adalah

  • HOME

Zat karsinogenik yang terdapat di dalam rokok sehingga memicu timbulnya kanker adalah

Zat karsinogenik yang terdapat di dalam rokok sehingga memicu timbulnya kanker adalah
Lihat Foto

freepik

Ilustrasi zat berbahaya di dalam rokok

KOMPAS.com - Apakah Anda seorang perokok? Atau orang terdekat Anda merokok? Tahukah Anda bahwa rokok mengandung 7.000 zat kimia berbahaya? Ratusan zat kimia diantaranya bersifat toksik dan 70 diantaranya dapat menyebabkan kanker.

Zat berbahaya di dalam rokok

1. Zat berbahaya penyebab kanker

Zat berbahaya penyebab kanker disebut juga dengan karsinogenik. Terdapat 70 zat kimiawi yang terkandung di dalam rokok. Zat berbahaya dalam rokok yang paling efektif menyebabkan kanker paru-paru adalah sebagai berikut:

  • Benzen: ditemukan di dalam pestisida dan bensin. Setengah dari paparan benzen pada manusia berasal dari asap rokok.
  • Formaldehid: zat kimiawi cair yang digunakan untuk mengawetkan mayat. Dalam bentuk gas, zat ini menyebabkan iritasi pada hidung, tenggorokan, dan mata.
  • Vinyl klorida: zat kimiawi sintetis yang digunakan untuk membuat plastik. Zat ini digunakan sebagai filter rokok.
  • Polonium 210: zat radioaktif dan sangat toksik.

Baca juga: Dampak Rokok terhadap Kesehatan Jantung

Logam toksik adalah logam yang berpotensi membahayakan tubuh manusia. Dalam jumlah kecil, logam bisa bermanfaat untuk manusia. Namun, dalam jumlah besar, zat ini bisa berbahaya bagi manusia.

Berikut ini adalah beberapa logam toksik yang terkandung di dalam rokok.

  • Kromium: logam yang digunakan untuk membuat besi
  • Arsen: logam yang digunakan dalam pestisida dan racun tikus. Arsen terkandung di dalam rokok karena penggunaan pestisida di ladang tembakau.
  • Cadmium: logam yang digunakan untuk membuat baterai.

3. Gas beracun

Penelitian menemukan bahwa rokok mengandung lebih dari 250 macam gas beracun. Berikut beberapa gas beracun yang banyak terkandung di dalam rokok.

  • Karbon monoksida: gas ini adalah gas yang banyak diproduksi kendaraan bermotor.
  • Hidrogen sianida: gas beracun yang digunakan sebagai senjata kimiawi, salah satunya untuk membunuh di dalam suatu ruangan
  • Amonia: zat kimiawi yang banyak digunakan dalam produk pembersih rumah tangga
  • Butan: gas cair yang digunakan dalam korek api
  • Toluen: gas yang terkandung di dalam tiner cat
  • Nikotin: racun yang digunakan dalam pestisida dan merupakan zat yang menyebabkan ketagihan pada rokok.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Meski demikian, orang yang terkena karsinogen ini tidak pasti langsung mengalami kanker. Pasalnya, kemampuan karsinogen dalam menyebabkan kanker antar individu berbeda-beda.

Kemampuan tersebut tergantung dari jumlah paparan, lamanya paparan, kesehatan individu yang terpapar, dan faktor lainnya. Kerentanan tiap orang yang terpapar karsinogen dalam menyebabkan kanker juga tergantung dari faktor keturunan.

Faktor keturunan memainkan peranan penting sebagai penyebab kanker. Dalam banyak kasus, seseorang dapat mengidap kanker karena banyak faktor yang bekerja sama.

Karsinogen yang terdapat pada makanan

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, makanan tertentu yang biasa Anda makan mungkin juga mengandung senyawa karsinogen.

Baru-baru ini terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa daging olahan mengandung senyawa karsinogen. Ini artinya, mengonsumsi daging olahan dapat meningkatkan risiko Anda mengalami kanker, khususnya kanker kolorektal dan kanker perut (kanker lambung).

Daging olahan adalah daging yang telah melalui proses penggaraman, pengawetan, fermentasi, pengasapan, atau proses lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan rasa dan daya simpan.

Menurut Centre for Food Safety, zat karsinogen juga bisa terbentuk saat proses pengolahan, saat nitrat dan nitrit digunakan untuk memberikan bumbu pada daging. Oleh sebab itu, hindari mengonsumsi olahan daging yang berlebihan. Contoh dari daging olahan adalah bacon, ham, sosis, salami, kornet, dan lain sebagainya.

Daging olahan mengandung karsinogen

Berikut adalah beberapa hal yang mungkin meningkatkan potensi Anda menyerap zat karsinogen ke dalam tubuh saat mengonsumsi daging olahan:

  • Pengolahan daging, seperti pengawetan (yang menambahkan zat nitrat atau nitrit pada daging) atau pengasapan, dapat memicu pembentukan senyawa yang dapat menyebabkan kanker ini, seperti N-nitroso-compound (NOC) dan polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH).
  • Adanya kandungan zat besi heme memperburuk kondisi tersebut yang dapat mendukung produksi NOC dalam daging.
  • Memasak daging pada temperatur tinggi, seperti digoreng atau dipanggang, juga dapat memicu produksi senyawa karsinogen, seperti heterocyclic amine (HCA) dan PAH. HCA terbentuk ketika keratin dan asam amino pada daging bereaksi terhadap panas yang dihasilkan dari proses memasak. HCA merupakan salah satu agen yang dapat menyebabkan kanker.

Oleh sebab itu, jika Anda ingin mengonsumsi daging, lebih baik pilih daging merah yang masih segar. Lalu, masak daging itu dengan cara yang sehat. Hal ini tentu akan lebih baik daripada mengonsumsi daging olahan pabrik.

AKHIR-akhir ini kita dikejutkan oleh pemberitaan tentang bebera­pa figur publik yang terserang kanker. Beragam hal bisa menjadi penyebab timbulnya kanker. Salah satu pemicu timbulnya sel kanker dalam tubuh seseorang yang paling se­ring diutara­kan oleh tim medis adalah rokok.

Banyak masyarakat yang tidak menyadari atau bahkan tidak mengetahui akan hal ini. Ironisnya, sebagian masyarakat justru percaya pada mitos bahwa rokok adalah lambang kejantanan seorang pria, tidak merokok tidak jantan. Tentu saja mitos tersebut tidak benar.

Pada sebatang rokok sesungguhnya terdapat banyak zat yang membahayakan kesehatan manusia, yang keluar bersama asap, manakala rokok tersebut dibakar. 

Reaksi pembakaran dengan oksigen akan membentuk beberapa senyawa beracun seperti CO2, H2O2, NO, dan Sox. Sementara reaksi pirolisis yang terjadi pada rokok tersebut akan menyebab­kan pemecahan struktur kimia rokok menjadi banyak senyawa kimia yang karsinogen (penyebab kanker) seperti tar, nikotin, nit­rosamin, gas CO, fenol, dioksin, furan, dan masih banyak lagi senyawa berbahaya lainnya.

Zat karsinogen dari rokok ini bukan hanya mengancam kesehatan si perokok aktif, tetapi juga bisa memengaruhi kesehatan perokok pasif, bahkan bisa me­nempel pada benda-benda di sekitar perokok aktif yang juga bisa mengancam kesehatan pihak-pihak lainnya.

Sudah bukan hal yang asing lagi bahwa komponen nikotin yang terkandung dalam sebatang rokok merupakan zat utama yang berperan penting pada sebatang rokok. Tanpa nikotin, orang tak mungkin akan menyukai rokok, karena justru nikotin ini yang menyebabkan seseorang menjadi pencandu berat rokok. 

Nikotin, merupakan alkaloid utama selain nornikotin, anatabin, dan ­anabasin yang terdapat pada tanaman tembakau. Selain pada tembakau, nikotin juga ditemukan pada tanaman koka, tomat, kentang, terong, dan paprika hijau dalam kadar yang lebih rendah. Kandungan nikotin pada tembakau sekitar 0,5-8 persen dari berat kering tembakau.


Page 2

Pada sebatang rokok, rata-rata terkandung 0,1-1,2 mg nikotin. Nikotin ini merupakan racun saraf yang potensial, banyak digunakan sebagai bahan baku berbagai jenis insektisida. Jika kadar nikotin yang dihisap mele­bihi 30 mg, maka akan menyebabkan kematian.

Dengan rumus molekul C10H14N2 dan berat molekul 162,26 g/mol, nikotin merupakan cairan minyak yang bersifat higro­skopis, tidak berwarna hingga berwarna kuning muda, dan dapat berubah warna menjadi cokelat saat terbakar atau bersentuhan dengan udara. Saat nikotin terbakar pada sebatang rokok, nikotin akan keluar bersama asap pembakaran di mana sebagian asap ini diisap oleh perokok. 

Walaupun rokok sudah dilengkapi dengan beberapa filter, tetapi karena molekul asap ini kecil sekali, tetap saja nikotin dapat ikut terisap ke dalam paru-paru lalu berjalan ke otak hanya dalam kurun waktu 7 detik saja, lalu memengaruhi otak untuk melepaskan dopamin, yaitu neurotransmitter pen­ting yang terlibat dalam suasana hati (mood), selera makan, dan fungsi otak lainnya.

Itulah sebabnya seorang pe­rokok saat setelah merokok seolah-olah ia jadi lebih semangat, lebih konsentrasi, dan timbul perasaan lainnya karena nikotin telah memaksa otak untuk melepaskan dopamin sehingga ia berasumsi bahwa rokok dapat meningkat­kan kinerjanya. Padahal, itu hanya bersifat kamuflase.

Semakin terbiasa ia merokok, maka akan semakin kecan­duan karena nikotin merupakan zat adiktif yang dalam konsentrasi rendah sekalipun dapat dengan cepat membuat tubuh jadi ketergantungan. Jika sese­orang tiba-tiba berhenti merokok, ia akan mengalami efek balikan (withdrawal effect)

Ketika nikotin sudah bertumpuk dalam tubuh seseorang, fung­si-fungsi tubuh akan dipengaruhinya. Nikotin memiliki daya karsinogenik terbatas yang menjadi penghambat kemampuan tubuh untuk melawan sel-sel kanker, walaupun nikotin tidak menyebabkan perkembangan sel-sel sehat menjadi sel kanker.

Senyawa lainnya

Selain nikotin, beberapa senyawa beracun yang terbentuk saat rokok dibakar turut memengaruhi fungsi-fungsi tubuh. Selain ace­taldehyde dan aromatic amine juga senyawa tar yang merupakan kumpulan berbagai zat kimia yang berasal dari pembakaran tembakau dan komponen rokok lainnya, merupakan hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok, tergolong zat karsinogen.

Kadar tar yang diisap berhubungan dengan risiko timbulnya kanker. Gas beracun lain yang cukup membahayakan adalah gas karbonmonoksida (CO). Kandungannya dalam asap rokok mencapai 2-6 persen. CO pada paru-paru mempunyai daya pengikat (afinitas) dengan haemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari daya ikat oksigen (O2) dengan Hb. Dalam waktu 4-7 jam saja, 10 persen dari darah dapat terisi oleh COHb sehingga sel darah akan kekurangan oksigen, pembuluh darah akan terganggu, menyempit, dan mengeras. Bila hal ini mengenai pembuluh jantung, bisa menyebabkan serangan jantung. 

Perokok elektrik

Kini banyak perokok yang mulai ber­alih ke rokok elektrik (vape). Namun, rokok elektrik pun menimbulkan an­caman bagi kesehatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari University of Minnesota, yang dipresenta­sikan pada pameran American Chemical Society tahun 2018 lalu, dipaparkan jika pada tubuh perokok elektrik ditemukan sejumlah senyawa akrolein, methylglyoxal, dan formaldehida yang tinggi, yang mana ketiga senyawa tersebut dapat membentuk ikatan kovalen dengan DNA, membuat terciptanya DNA mutasi yang bisa jadi awal dari sel kanker.

Walaupun penelitian ini membutuh­kan penelitian lanjutan, temuan awal ini sudah seharusnya membuat kita waspada. (Y Zakiah A, alumnus FMIPA ­Unpad)***