3 jelaskan bagaimana langkah tahapan dakwah yang dilakukan Nabi pada periode Madinah

tirto.id - Strategi dakwah Rasulullah di Madinah berubah setelah menerima berbagai gangguan dan siksaan dari kafir Quraisy Makkah. Rasulullah pun berpikir untuk mengubah strategi dakwahnya.

Terlebih, dalam tiga tahun terakhir di Makkah, sejak 620-622 M, Nabi Muhammad SAW kedatangan sekelompok orang Yatsrib dari Kabilah Aus dan Khazraj yang menyambut baik ajaran Islam.

Advertising

Advertising

Dakwah Islam yang ditolak di tanah kelahirannya, Makkah, ternyata memperoleh dukungan dari daerah lain.

Pada 621 M, Nabi Muhammad kedatangan tujuh orang dari Kabilah Khazraj dan Aus untuk masuk Islam dan melakukan perjanjian di tempat yang bernama Aqabah.

Perjanjian tersebut dikenal dengan Perjanjian Aqabah I yang berisi iktikad untuk tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak saling memfitnah, dan tidak durhaka pada Nabi Muhammad.

Setahun setelahnya, pada 622 M, orang-orang Yatsrib datang lagi dengan maksud melakukan Perjanjian Aqabah II, sekaligus mengundang Nabi Muhammad SAW untuk hijrah ke Yatsrib.

Di Perjanjian Aqabah II, Rasulullah memiliki kesan bahwa Islam telah siap berkembang di Yatsrib atau Madinah.

Keputusan hijrah ke Madinah ini bukanlah keputusan hijrah yang pertama. Sebelumnya, umat Islam sudah pernah berhijrah ke Habasyah atau Ethiopia (615 M).

Lantas, ketika melihat potensi berkembangnya Islam di Madinah, Nabi Muhammad memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk berhijrah secara sembunyi-sembunyi menuju Madinah.

Baca juga: Kisah Teladan Nabi Muhammad: Cara Puasa Rasulullah di Bulan Ramadan

Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah

Setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW menerapkan sejumlah strategi dakwah untuk menjadikan Madinah sebagai pusat pemerintahan Islam di kala itu. Apa saja strategi dakwah Rasulullah di Madinah?

Berikut ini penjelasannya sebagaimana dikutip dari uraian "Sejarah Dakwah Rasulullah SAW di Mekah dan Madinah" yang terbit di Jurnal IAIN Pontianak.

1. Mendirikan Rumah Ibadah

Setelah beberapa bulan Rasulullah sampai di Madinah, beliau memerintahkan umat Islam untuk membangun masjid di tanah yang dibeli dari dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail asuhan Mu'adz bin Afra.

Masjid itu kelak dikenal sebagai Masjid Nabawi, sebagai pusat dakwah, selain untuk melaksanakan ibadah, dan mengajarkan nilai-nilai persaudaraan.

Tidak hanya itu, Masjid Nabawi juga menjadi sarana penting untuk merundingkan masalah-masalah yang dihadapi umat Islam.

2. Menciptakan Persaudaraan Baru

Umat Islam yang meninggalkan Makkah ke Madinah dikenal sebagai golongan Muhajirin dan orang-orang Madinah disebut kaum Anshar.

Ketika berhijrah ke Madinah, banyak kaum muslimin Makkah yang menderita kemiskinan karena meninggalkan harta kekayaan mereka di Makkah.

Untuk mengatasi hal tersebut, Nabi Muhammad SAW mengikat persaudaraan baru antara kaum Muhajirin dan Anshar. Sebagai misal, Abu Bakar dipersaudarakan dengan Kharijah bin Zuhair, Ja'far ibnu Abi Thalib dengan Mu'az ibnu Jabal, dan lain sebagainya.

Persaudaraan yang dibangun atas ukhuwah agama dan disatukan sendiri oleh Nabi Muhammad itu memiliki pertalian erat, serta kekuatan utuh dalam Islam.

3. Perjanjian dengan Masyarakat Non-Muslim Madinah

Selain mempunyai hubungan baik dengan kabilah-kabilah Arab di Madinah, Nabi Muhammad kemudian membuat perjanjian damai dengan masyarakat Yahudi dan non-muslim Madinah.

Perjanjian itu dikenal dengan sebutan Piagam Madinah yang berisi pernyataan bahwa para warga muslim dan non-muslim di Yatsrib (Madinah) adalah satu bangsa, dan orang Yahudi dan Nasrani, serta non-muslim lainnya akan dilindungi dari segala bentuk penistaan dan gangguan.

Piagam Madinah yang berisi 47 pasal itu mengatur perpolitikan, keamanan, kebebasan beragama, serta kesetaraan di muka hukum, perdamaian, dan pertahanan Madinah di masa itu.

4. Membangun Pranata Sosial dan Pemerintahan

Nabi Muhammad SAW mendakwahkan Islam di Madinah bukan hanya dalam bentuk agama, melainkan juga sistem politik, pemerintahan, militer, dan lain sebagainya.

Karena itu juga, ayat-ayat Al-Quran yang turun di di periode Madinah (ayat-ayat Madaniah) sebagian besar berisi aturan muamalah dan pembinaan hukum.

Strategi dakwah Nabi Muhammad adalah strategi membentuk pratana sosial dan pemerintahan dalam bentuk negara Islam, yang pusat pemerintahannya di Madinah.

Dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Madinah memperoleh sambutan beragam.

Ada yang menerimanya dengan tangan terbuka, ada yang menolaknya terang-terangan, dan ada juga yang diam-diam tidak suka atas dakwah tersebut, namun tidak berani berterus-terang karena umat Islam berjumlah mayoritas di Madinah.

Hikmah di Balik Kisah Hijrah

Laman NU Online menulis, semua langkah Rasulullah dalam perjalanan hijrah adalah tugas penerapan syariat (wadhifah tasyri‘iyyah) yang mesti dijalankan. Ketika itu sudah dilaksanakan, Rasulullah tinggal mengaitkan hatinya kepada Allah dan bersandar hanya pada petunjuk dan pertolongan-Nya. Maka, setiap Muslim harus menyadari bahwa mereka dilarang menyandarkan segala sesuatu kecuali kepada Allah, tanpa mengabaikan prinsip kausalitas (sebab akibat).

Ada Mukjizat paling menonjol dalam perjalanan hijrah Rasulullah, yaitu ketika beliau berhasil keluar dari rumahnya tanpa diketahui kaum musyrik yang sudah mengepung rumah dan berjaga-jaga di setiap sudut.

Mukjizat ini menjadi semacam maklumat bagi kaum musyrik di setiap tempat dan waktu bahwa penindasan dan penyiksaan yang dialami Rasulullah dan para sahabat dalam perjuangan membela agama, tidak serta-merta mengindikasikan bahwa Allah menelantarkan mereka dan mereka jauh dari kemenangan.

Sama-sekali tidak! Kaum musyrik dan semua musuh Islam jangan merasa senang dulu. Sebab, pertolongan Allah amat dekat dan jalan menuju kemenangan selalu ada, kapan pun dan di mana pun.

Baca juga:

Baca juga artikel terkait NABI MUHAMMAD SAW atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/tha)

Penulis: Abdul Hadi Editor: Dhita Koesno Kontributor: Abdul Hadi

Minggu, 24 April 2022 | 11:00 WIB

Minggu, 24 April 2022 | 10:00 WIB

Minggu, 24 April 2022 | 09:00 WIB

Minggu, 24 April 2022 | 08:00 WIB

Minggu, 24 April 2022 | 07:00 WIB

Minggu, 24 April 2022 | 06:00 WIB

Minggu, 24 April 2022 | 05:00 WIB

Sabtu, 23 April 2022 | 10:30 WIB

Sabtu, 23 April 2022 | 09:30 WIB

Sabtu, 23 April 2022 | 08:30 WIB

Jumat, 22 April 2022 | 23:30 WIB

Jumat, 22 April 2022 | 22:30 WIB

Jumat, 22 April 2022 | 21:30 WIB

Jumat, 22 April 2022 | 20:30 WIB

Jumat, 22 April 2022 | 19:30 WIB

Jumat, 22 April 2022 | 18:30 WIB

Jumat, 22 April 2022 | 17:30 WIB

Jumat, 22 April 2022 | 16:30 WIB

Jumat, 22 April 2022 | 15:30 WIB

Jumat, 22 April 2022 | 14:30 WIB


PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Selama 23 tahun, Rasulullah berjuang dengan sungguh-sungguh tak kenal lelah, berdakwah terus-menerus, mengajak manusia kepada Islam dengan dakwah fikriyyah, dakwah siyasiyyah dan dakwah askariyyah.

Disebut dakwah fikriyyah karena Rasulullah memulai dakwahnya dengan menyebarkan pemikiran berupa akidah, pandangan hidup, dan pemahaman Islam seraya mendobrak segala bentuk pemikiran, pandangan hidup sesat dan menghancurkan semua bentuk kepercayaan dan tradisi nenek moyang jahiliyyah. Disebut dakwah siyasiyyah karena pada dakwah ini Rasulullah mengarahkan umat pada terbentuknya suatu kekuatan politik sebagai pelindung dan pendukung agar dakwah dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Dan disebut dakwah askariyyah karena dakwah dilancarkan juga melalui strategi dan taktik militer dalam jihad fi sabilillah, setelah Rasulullah mendapatkan kekuasaan di Madinah.

Rasulullah sukses dalam mengemban risalah, membina dan membentuk masyarakat Islam, mendirikan daulah serta menghimpun umat manusia yang sebelumnya terpecah belah dalam bentuk berbagai kabilah menjadi umat yang satu di bawah panji Islam.

Agar lebih mudah dalam memahami dakwah Rasulullah, di bawah ini akan dipaparkan tahapan-tahapan serta tantangan dakwah Nabi Muhammad dalam mengemban tugasnya sebagai Rasul.

B.  Rumusan Masalah

Dari paparan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan suatu rumusan masalah sebagai berikut:

1.      Bagaimana pengertian dakwah?

2.      Bagaimana tahapan dakwah Rasulullah SAW?

3.      Apa saja tantangan dan hambatan dakwah yang dihadapi Rasulullah SAW?


BAB  II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Dakwah

Definisi “dakwah” secara bahasa berarti seruan, ajakan atau meminta dengan sangat untuk memenuhi seruan, baik disambut maupun tidak permintaan itu. Permintaan ini berkaitan dengan keyakinan, perkataan dan amal perbuatan.

Pengertian dakwah secara syar’i yaitu sebuah usaha baik perkataan maupun perbuatan yang mengajak manusia untuk menerima Islam, mengamalkan dan berpegang teguh terhadap prinsip-prinspnya, meyakini aqidahnya serta berhukum dengan syariat-Nya.

Dari uraian pengertian dakwah di atas, baik secara lughawi maupun secara istilah, maka dakwah adalah suatu usaha dalam rangka proses Islamisasi manusia agar taat dan tetap mentaati ajaran Islam guna memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Dakwah adalah suatu istilah yang khusus yang dipergunakan di dalam agama Islam.

B.  Tahapan Dakwah Rasulullah SAW

Kegiatan dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW terbagi ke dalam dua periode, yakni periode Mekkah dan periode Madinah dan juga ada beberapa tahap metode dakwah yang dilakukan Rasulullah Saw. dalam mengemban misi untuk menyampaikan risalah Ilahi kepada umatnya. Berikut ini akan dipaparkan mengenai tahap-tahap dakwah Rasulullah Saw, yaitu sebagai berikut.

1.   Periode Mekkah

Dalam periode ini, terdapat dua fase dakwah yang dilakukan Rasulullah Saw. selama di Kota Mekkah, yaitu secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan.

a.   Dakwah Rasulullah Saw. secara sembunyi-sembunyi

Dakwah pada tahap ini berlangsung selama 3 tahun. Rasulullah Saw melakukan dakwahnya ini tidak secara terbuka di masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menghindari tindakan-tindakan buruk kaum Quraisy yang fanatik akan kemusyrikan. Dengan cara ini, Rasulullah Saw. melakukan pendekatan dakwahnya ini kepada orang yang memiliki hubungan kerabat atau kenal baik sebelumnya.

Adapun orang-orang yang pertama kali masuk Islam ialah istrinya Siti Khodijah binti Khuwailid r.a., Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah (mantan budak Rasulullah dan anak angkatnya), Abu Bakar bin Abi Kufahah, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan lainnya.

Ketika orang-orang yang menganut Islam lebih dari 30 orang, Rasulullah Saw. memilih rumah salah satu dari mereka, yaitu rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam sebagai tempat pertemuan untuk melakukan pembinaan dan pengajaran.

Bila kita simpulkan pada tahap dakwah yang pertama ini, Rasulullah Saw. lebih berfokus pada pembinaan dan pengkaderan (marhalah tsaqif wa takwin) untuk memantapkan akidahnya, dalam pembentukan syakhsiyah Islamiyah, dan juga dalam pembentukan kelompok dakwah.

b.   Dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan

Tahap ini dilakukan Rasulullah Saw. beserta pengikutnya setelah mendapat perintah dari Allah Swt., sebagaimana dalam firman-Nya :

Artinya: “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-Hijr : 94)

Dakwah pada tahap ini segera mendapat reaksi keras dari orang-orang kafir Mekkah. Siksaan dan penganiayaan datang bertubi-tubi. Pada tahap ini, para pengikut Rasulullah sungguh-sungguh diuji sampai sejauhmana kualitas iman mereka setelah tiga tahun dibina mentalnya di Darul Arqam.

Dakwah Rasulullah Saw. pada tahap ini juga merupakan pertarungan pemikiran antara pemikiran jahiliyah dengan Islam, antara adat istiadat, budaya dan kepercayaan nenek moyang dan Islam. Hal ini tersurat pada ayat-ayat Makiyyah yang pada umumnya mengajak manusia untuk memikirkan kejadian alam semesta, agar meninggalkan kepercayaan nenek moyang.

Tahap dakwah ini berjalan selama 10 tahun dan rumah Rasulullah Saw. Menjadi pusat perhatian pengikut-pengikut beliau sebagai tempat menimba ilmu dan menerima wahyu. Pembinaan dan pengkaderan di Darul Arqam dilaksanakan secara selektif, intensif dan kontinyu dengan memilih pribadi-pribadi yang dinilai mampu mengemban dakwah.

Dakwah Rasul pun semakin gencar, ruang lingkupnya semakin luas dan sasarannya lebih ditujukan kepada jamaah di tempat-tempat ramai, seperti pasar, ka’bah di musim haji, di tempat-tempat orang melakukan thawaf dan lain-lain. Rasulullah pun mendatangi sekitar 14 kabilah sebagai media dakwahnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di pihak Kaum Quraisy bahwa mereka akan menerima dakwah dan menjadi pendukung Rasulullah serta mengadakan perlawanan kepada Kaum Quraisy. Bila itu terjadi, tentu akan merusak citra mereka di kalangan bangsa Arab, apalagi bila kepercayaan dan kebudayaan mereka dihinakan.

Pada tahap yang penuh rintangan ini, ruang gerak dakwah Rasulullah semakin sempit, hal ini dikarenakan orang-orang yang sangat Rasul cintai dan sebagai pelindung dakwah Rasul sudah tiada, yakni istrinya Siti Khadijah dan pamannya Abi Thalib. Karena itu, kemudian Rasulullah berusaha mencari pendukung di Kota Tha’if, tetapi tidak berhasil bahkan beliau disambut dengan penghinaan dan penganiyayaan fisik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dakwah Rasulullah dalam Periode Mekkah adalah dakwah dalam rangka memperkenalkan Islam melalui dakwah fikriyah, kemudian membina umat, mengatur barisan dan menyusun kekuatan untuk kemudian hijrah ke Madinah

2.   Periode Madinah

Dakwah Islam di Madinah telah tersebar sejak dua tahun sebelum Rasulullah hijrah. Kesediaan penduduk Madinah menerima kedatangan Rasulullah dan menyerahkan segala urusan mereka kepada beliau, merupakan awal tumbuhnya benih Khilafah Islam.

Ada beberapa hal yang dilakukan Rasulullah Saw. setibanya di Madinah dalam hijrahnya dari Kota Mekkah, diantaranya :

a.   Membangun Masjid

Pembangunan Masjid mempunyai arti yang sangat penting bagi pembinaan masyarakat Islam, yang terdiri atas individu-individu muslim yang senantiasa berpegang teguh kepada akidah dan syari’at Islam, pancaran dan semangat kemasjidannya. Masjid juga menjadi tempat pelepasan para prajurit ke medan perang dan tempat menyelesaikan semua urusan umat yang menyangkut ekonomi, sosial, hukum, dan lain sebagainya.

Masyarakat Islam sangat mementingkan persaudaraan atas dasar akidah Islam (ukhuwah Islamiyah) antara sesama warga masyarakat. Dan ini tidak akan terpenuhi secara maksimal melainkan dimulai dari masjid, tempat umat Islam bertemu muka dan bertukar informasi serta menjalin persaudaraan. Dengan cara itu lenyap dengan sendirinya tembok-tembok pemisah antara golongan kaya dan golongan miskin, golongan elit dan golongan bawah, warna kulit dan keturunan. Sistem Islam menghendaki adanya persamaan dan keadilan bagi seluruh umat. Mereka bertemu dalam satu barisan, berdiri tegak bersama-sama dihadapan Allah Swt. Hal ini dapat menyingkirkan egoisme, menyuburkan rasa tolong menolong (ta’awun) dan saling menanggung atas dasar persaudaraan Islam yang terbina di Masjid.

b.   Ukhuwah Islamiyah

Langkah kedua yang dilakukan Rasulullah Saw. adalah memper-saudarakan antara Kaum Anshor dan Kaum Muhajirin (Kaum Muslimin yang berhijrah dari Mekkah). Persaudaraan ini bukan sekedar slogan-slogan kosong tanpa makna, tetapi persaudaraan yang digambarkan Rasulullah Saw. ibarat satu tubuh, bila salah satu anggota tubuh tertimpa sakit maka anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit. Persaudaraan yang mendarah daging, mengalir dalam setiap umat sehingga lenyap sama sekali segala fanatisme golongan, suku bangsa dan ras. Persaudaraan yang sebenar-benarnya yang sebagaimana dilakukan Rasulullah tidak mungkin terwujud tanpa didasari akidah Islam.

c.   Menyusun Piagam Perjanjian (watsiqah)

Langkah ketiga yang dilakukan Rasulullah adalah menyusun piagam atau watsiqoh, yang menurut istilah sekarang adalah undang-undang dasar. Ibnu hisyam menyebutnya dustuur atau undang-undang Negara pemerintahan Islam yang pertama. Watsiqoh ini menyangkut hak dan kewajiban orang-orang non muslim yang tinggal dalam wilayah pemerintahan islam, hubungan antara daulah dengan masyarakat dan antara masyarakat dengan daulah.

d.   Strategi Politik dan Militer

Dalam rangka penyebaran dakwah Islam keluar Madinah maka diambil langkah-langkah selanjutnya setelah urusan dalam negeri terlaksana. Langkah-langkah tersebut ialah :

1.   Mengirimkan surat kepada kepala-kepala Negara, pimpinan-pimpinan kabilah yang ada di sekitar Jazirah Arabia seperti Kaisar Romawi, Kisra, Persia, Muqauqis dari Mesir dan yang lainnya untuk mengajak mereka masuk Islam.

2.   Memerangi kabilah-kabilah yang mengkhianati perjanjian perdamaian bersama umat Islam seperti kabilah-kabilah Yahudi, seperti Bani Quraidhah, Bani Qunaiqa’ dan Bani Nadhir.

C.  Tantangan dan Hambatan Dakwah Rasulullah SAW

Ketika Rasulullah mulai melakukan kegiatan dakwah, terutama saat dakwah secara terang-terangan orang-orang kafir yang tidak suka dengan ajaran Islam semakin membenci ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Lalu, kaum kafir Quraisy menghambat dan menghalangi dakwah Rasulullah melalui berbagai cara diantaranya:

a.   Penghinaan, Ancaman dan Siksaan terhadap Rasulullah

Rasulullah dihina sebagai orang gila, tukang sihir, dan lain-lain dengan sebutan penghinaan. Suatu saat Rasulullah pernah dilempari kotoran domba, rumah beliau juga dilempari sampah dan kotoran. Untuk mencelakakan beliau, pernah diletakkan duri yang tajam di depan rumahnya, juga tindakan-tindakan lain yang sangat menyakitkan.

b.   Penghinaan, Ancaman dan Siksaan terhadap Pengikut Rasulullah

Misalnya penghinaan dan penyiksaan yang ditimpakan kepada Bilal oleh majikannya. Ia dijemur di tengah terik matahari sambil dilempari batu. Tidak puas, majikannya pun mencambuknya dan menimpakan batu yang besar di tubuh bilal. Bilal kemudian diselamatkan oleh Abu Bakar dengan cara dibelinya dari majikannya dengan harga yang sangat tinggi. Contoh lain penyiksaan keji yang dilakukan kafir Quraisy adalah siksaan yang ditimpakan kepada Ayah dan ibu Ammar bin Yasir, mereka dibunuh dan bahkan ditusuk jantungnya oleh Abu Jahal. Sahabat lainnya yang mendapatkan perlakuan sama adalah Zamirah yang matanya dicungkil hingga buta. Kekejian mereka juga menyebabkan Hibab terbelah tubuhnya karena ditarik oleh dua ekor unta yang berlawanan arah.

c.   Bujukan Harta, Kedudukan dan Wanita

Langkah ini dilakukan oleh kafir Quraiys dengan mengutus Utbah bin Rabi’ah untuk membujuk Rasulullah SAW dengan harta dengan janji berapapun Nabi meminta maka akan diberikan. Bahkan mereka membujuknya untuk menjadikan Nabi sebagai raja dan diiming-imingi wanita-wanita yang tercantik di seluruh Arab asalkan Rasulullah menghentikan kegiatannya menyebarkan agama Islam. Namun semuanya ditolak oleh Rasulullah.

d.   Membujuk Nabi untuk Bertukar Sesembahan

Kafir Quraiys menawarkan kepada Nabi untuk saling bertukar sesembahan. Dimana mereka meminta Nabi untuk menyembah tuhan Latta dan Uzza dalam beberapa hari, untuk kemudian mereka bersedia menyembah Allah. Namun usaha ini ditolak Nabi.

e.   Membujuk dan Memprovokasi Abu Thalib

Tindakan langsung terhadap Nabi selalu menghadapi kegagalan, maka kafir Quraisy mulai beralih untuk mempengaruhi dan membujuk paman Nabi (Abu Thalib) agar memerintahkan Nabi berhenti berdakwah. Mereka memprovokasi dengan memberikan ganti Rasulullah dengan seorang pemuda yang gagah, dengan syarat Abu Thalib tidak menghalangi mereka membunuh Nabi. Namun usaha mereka ditolak mentah-mentah oleh Abu Thalib. Provokasi lainya adalah membujuk Abu Thalib dengan pernyataan bahwa Nabi telah membawa ajaran yang bertentangan dengan ajaran para pendahulu dan nenek moyang bangsa Arab. Taktik ini juga gagal. Bahkan Nabi mengatakan: “Senadainya matahari diletakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti menyampaikan dakwah sehingga berhasil atau aku mati karenanya”.

f.    Memprovokasi Masyarakat Mekkah

Upaya lain yang dilakukan kafir Quraisy untuk merintangi dakwah Nabi adalah dengan mempengaruhi masyarakat Quraisy untuk tidak mendengarkan dakwah atau bacaan-bacaan al-Qur’an, karena disebutkan oleh mereka sebagai jampi-jampi yang membuat mereka tertenung. Selain itu, mereka juga mengancam untuk tidak segan-segan membuat mereka sengsara atau bahkan dibunuh jika mengikuti ajaran Nabi

g.   Pengasingan dan Pemboikotan Bani Hasyim dan Bani Muthallib

Upaya ini merupakan upaya yang sangat menyengsarakan kaum Muslimin. Kafir Quraisy melarang siapapun untuk berinteraksi dengan Bani Hasim dan Bani Muthallib, melakukan transaksi jual beli, menikahi atau dinikahi, menengok yang sakit atau menolong mereka. Pemboikotan ini dituliskan dalam selembar pengemumuman yang ditempelkan di pintu gerbang masuk Ka’bah, sehingga semua orang tahu dengan ancaman berat bagi mereka yang melanggarnya.

h.   Mempengaruhi Pimpinan Negara-negara Tetangga untuk Menolak Kehadiran Islam/Orang Islam

Ini dilakukan misalnya ketika sebagian sahabat Nabi hijrah ke Habsy. Kafir Quraisy datang menghadap raja mereka yang beragama Nashrani dan menjelaskan tentang ajaran Islam dengan tidak benar. Namun, ketika dikonfrontir dengan umat Islam yang dijurubicarai Ja’far, akhirnya mereka kalah dan raja Habysi memberikan jamainan keamanan kepada umat Islam untuk hidup tentram di negaranya.


BAB  III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

1.      Tahap-tahap dakwah yang dilakukan Rasulullah Saw. terbagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan Periode Madinah.

2.      Tahapan Dakwah yang dilakukan Rasulullah pada Periode Mekkah terdapat beberapa tahapan, yaitu (1) secara sembunyi-sembunyi yang melingkupi pemantapan akidah, pembentukkan syakhsiyah Islamiyah, dan pembentukan kelompok dakwah; (2) secara terang-terangan yang melingkupi pertarungan pemikiran dan perjuangan politik.

3.      Tahapan dakwah yang dilakukan Rasulullah pada periode Madinah, yaitu (1) membangun Masjid sebagai salah satu sarana dakwah; (2) dalam memupuk ukhuwah Islamiyah antara Kaum Muhajirin dan Kaum Anshor; (3) mengatur urusan masyarakat dengan syari’at Islam; (4) membuat perjanjian dengan warga nonmuslim; (5) menyusun strategi Politik dan Militer; (6) jihad fi sabilillah.

4.      Hambatan dakwah Nabi diantaranya: (1) penghinaan ancaman dan siksaaan terhadap nabi dan pengikutnya, (2) bujukan harta, kedudukan dan wanita, (3) bujukan bertukar sesembahan, (4) provokasi terhadap Abu Thalib, (5) pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthallib, (6) mempengaruhi negara-negara tetangga untuk menolak Nabi.

B.  Saran

Dengan segala keterbatasan dan kekurangan penulis, demikianlah makalah ini kami buat. Oleh karena itu, sudah pasti makalah ini memerlukan kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang budiman demi lebih baiknya makalah kami selanjutnya. Selamat membaca dan semoga bermanfaat. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Farhan Syaddad, https://farhansyaddad.files.wordpress.com/2009/04, diakses tanggal 2 November 2016.

https://infodakwahislam.wordpress.com/2013/02/11/dinamika-dakwah-islam, diakses tanggal 2 November 2016

Irah Wati Murni, https://www.islampos.com/meneladani-dakwah-rasul-2-204003, diakses tanggal 2 November 2016.

Nurfitri Hadi, https://kisahmuslim.com/4552-pengkhianatan-yahudi-bani-qainuqa.html, diakses tanggal 2 November 2016.