Aku harus biasa pada dingin malam penggalan cerpen tersebut menggambarkan unsur intrinsik yaitu

Jakarta -

Cerpen atau cerita pendek adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (fiksi). Cerpen biasanya dikemas secara singkat dan jelas.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian cerpen adalah kisahan pendek, memiliki kesan tunggal yang biasanya dipusatkan pada satu tokoh dalam satu situasi cerita.

Cerpen disebut juga sebagai salah satu prosa atau karangan fiksi, yang isinya hanya berfokus pada satu permasalahan atau konflik saja. Hal ini dikutip dari modul Bahasa Indonesia Kelas XI oleh Sumiati, M.Pd.

Karya sastra seperti cerpen, novel, dan dongeng memiliki unsur pembentuk dan pembangunnya. Unsur-unsur yang berperan dalam pembentukan cerpen terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Lalu, apa yang dimaksud dengan kedua unsur tersebut? Berikut adalah pengertian dan penjelasan unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen, yang dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

1. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur pembangun dari dalam cerpen. Unsur intrinsik adalah unsur penting yang tidak boleh dilewatkan dalam karya sastra. Komponen-komponennya terdiri dari tema, tokoh atau penokohan, alur cerita, latar, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat.

a. Tema

Tema merupakan ide dasar cerita, yang melatarbelakangi keseluruhan isi cerpen. Dalam cerpen, biasanya tema jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya. Tema memiliki sifat umum, oleh karena itu tema banyak diambil dari lingkungan sekitar, kisah pribadi seseorang, sejarah, dan lain-lain.

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan orang yang berperan dalam cerita. Sedangkan, pengertian penokohan adalah teknik atau cara pengarang dalam menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh dalam cerita. Penokohan tokoh dalam cerita biasanya terbagi menjadi tiga karakter, yakni protagonis (baik), antagonis (kurang baik/ buruk), dan tritagonis (netral).

c. Alur (Plot)

Alur adalah jalan pola pengembangan atau rangkaian peristiwa yang terjadi dalam cerita. Adanya alur menjadikan cerita akan menjadi kesatuan yang utuh. Pola pengembangan cerita suatu cerpen haruslah menarik, sehingga pembaca dapat terdorong untuk membaca cerita sampai akhir.

d. Latar

Latar atau setting dalam cerpen meliputi tempat, waktu, dan peristiwa. Latar digunakan untuk memperkuat keyakinan pembaca terhadap jalanya suatu cerita. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat faktual, maupun imajinatif.

e. Gaya Bahasa

Penggunaan gaya bahasa adalah cara mengungkapkan perasaan atau pikiran dengan tujuan memberikan efek pada para pembacanya. Selain itu, gaya bahasa juga digunakan salam menciptakan suatu nada, dan suasana persuasif, serta dialog supaya mampu memperlihatkan interaksi sekaligus hubungan antar tokoh. Gaya bahasa disebut dengan majas.

Banyak sekali macam-macam majas, contohnya adalah majas alegori, hiperbola, personifikasi, dan lain sebagainya.

f. Sudut Pandang

Sudut pandang adala ciri khas atau strategi yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan cerita. Sudat pandang terdiri dari orang pertama, kedua, dan ketiga. Tidak menutup kemungkinan juga, pengarang menggunakan sudut pandang orang yang berada di luar cerita.

g. Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya. Umumnya, amanat dalam cerpen bersifat tersirat. Misalnya, tema cerita tentang perjuangan pahlawan akan berisi amanat tentang menumbuhkan sifat pantang menyerah, dan semangat mempertahankan kemerdekaan.

2. Unsur Ektrinsik

Unsur ektrinsik adalah unsur yang berada di luar cerpen, meliputi norma yang berlaku di masyarakat untuk memenuhi hidupnya. Unsur ekstrensik menjadi bagian penting bagi pengarang, dalam membuat suatu cerita.

Adapun komponen unsur ekstrinsik cerpen adalah sebagai berikut:

a. Latar Belakang Masyarakat

Latar belakang masyarakat merupakan pandangan ideologi suatu masyarat pada negara, seperti kondisi politik, kondisi ekonomi, dan kondisi sosial.

b. Latar Belakang Penulis

Latar belakang penulis merupakan riwayat hidup penulis atau pengarang cerita tersebut, misalnya psikologis, dan aliran sastranya.

c. Nilai-nilai

Nilai yang dimaksudkan adalah nilai yang merupakan unsur ekstrinsik. Nilai tersebut meliputi nilai moral, nilai agama, nilai sosial, dan nilai budaya.

Demikianlah penjelasan mengenai unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang ada di cerpen dan karya sastra lainya. detikers mau mencoba membuat cerpen?

Simak Video "Serial Terbaru HBO Perry Mason Tayang 22 Juni "


[Gambas:Video 20detik]
(nwy/nwy)

  • Alangkah bagusnya hari sepagi ini. Ke gedung akuarium, kawan. Marilah kita ke sana, melihat ikan yang sedang berenang-renang di dalam air yang jernih. Ke sebelah kanan, kawan, sebab sebetah kiri penuh sesak teman-teman kita yang sedang melihat pula. Lihat, lepu ayam ikan ganjil. Sirip dan ekornya tumbuh melebihi panjangnya dari ikan biasa, sehingga merupakan ayam kalkun. Warnanya yang kemerah-merahan bercampur putih itu, sepadan benar dengan lenggoknya perlahan-lahan di air tenang. Semua teman-temannya tidak dipedulikannya. Dengan sombong katanya, ”Adakah lagi yang melebihi kegagahan dan kebagusanku? Akulah raja keindahan di air ini. Lihatlah, mereka lari, malu seraya menyingkirkan diri.  (Dari Tinjauan Dunia Sang karya Maria Amin) Kekhasan yang terdapat pada penggalan cerpen yang menunjukkan bahwa cerpen tersebut merupakan cerpen pada masa Jepang adalah ....

    • Cerita berbingkai, ada cerita dalam cerita

    • Gaya penceritaannya akuan

    • Temanya tentang perikanan

    • Pengungkapannya tidak langsung

    • Latarnya seperti latar dalam dongeng

  • (1)Airmata malah deras meleleh di pipi Myrna. (2)”Aku bukan batu karang yang teguh, Mak. Aku akan mengecewakan Emak, Abah, terutama Kang Win.” (3)Ibunya memeluk Myrna.” Jangan mengaku apa yang tidak patut kamu katakan. Kira-kira Emak mulai memahami.” (4)”Aku cuma berani bilang: aku batu karang yang rapuh. (5)Gelombang pasang dengan gampang menerpa dan menyapu aku ke tepian. (6)Boleh jadi sebentar lagi aku malah akan tertepikan dan lenyap dalam sejarahku.” (7)”Tidak Myrna,” kata ibunya dengan lembut.”Kalau gambaran yang kamu sebutkan itu memang betul, mungkin saja Emak kecewa. (8)Tapi Emak tahu, kamu memang bukan batu karang. (9)Kenapa harus menyamakan diri dengan batu karang? (10)Batu karang tidak bernyawa, tidak berjiwa, tidak ber-roh.(11) Kamu manusia dengan tubuh, roh, dan jiwa. (12)Kalau tubuhnya bersalah, jangan kamu tambah dengan merusak jjiwamu. (13)Berdiri menyongsong masa depan. Masalahmu yang sebenarnya bukan kemarin.” (14)”Maksudku, bagaimana caranya aku mengatakan kepada Kang Win? Aku tidak mau kalau sampai dia mengatakan aku menipunya.” (Kerudung Merah Kirmizi, Remy Sylado)   Kalimat yang memuat informasi suasana batin Myrna  adalah ....

  • (1)Airmata malah deras meleleh di pipi Myrna. (2)”Aku bukan batu karang yang teguh, Mak. Aku akan mengecewakan Emak, Abah, terutama Kang Win.” (3)Ibunya memeluk Myrna.” Jangan mengaku apa yang tidak patut kamu katakan. Kira-kira Emak mulai memahami.” (4)”Aku cuma berani bilang: aku batu karang yang rapuh. (5)Gelombang pasang dengan gampang menerpa dan menyapu aku ke tepian. (6)Boleh jadi sebentar lagi aku malah akan tertepikan dan lenyap dalam sejarahku.” (7)”Tidak Myrna,” kata ibunya dengan lembut.”Kalau gambaran yang kamu sebutkan itu memang betul, mungkin saja Emak kecewa. (8)Tapi Emak tahu, kamu memang bukan batu karang. (9)Kenapa harus menyamakan diri dengan batu karang? (10)Batu karang tidak bernyawa, tidak berjiwa, tidak ber-roh.(11) Kamu manusia dengan tubuh, roh, dan jiwa. (12)Kalau tubuhnya bersalah, jangan kamu tambah dengan merusak jjiwamu. (13)Berdiri menyongsong masa depan. Masalahmu yang sebenarnya bukan kemarin.” (14)”Maksudku, bagaimana caranya aku mengatakan kepada Kang Win? Aku tidak mau kalau sampai dia mengatakan aku menipunya.” (Kerudung Merah Kirmizi, Remy Sylado)   Kalimat yang memuat majas metafora adalah kalimat nomor ....

    1. Perhatikan penggalan cerpen berikut!
    Dengan suaminya yang ramah, hampir setiap sore, ada saja yang kami percakapkan. Banyak hal yang tampaknya ingin ia ketahui tentang saya. Tapi saya lebih suka, entah kenapa, menanyakan banyak hal tentang Mak Suma. “Jadi …ia hidup sendiri. Telah berapa lama?” “Sejak suaminya meninggal, Guru. Delapan tahun yang lalu.” “Tidak adakah seseorang di desa ini yang cukup dekat dengannya?” ”Semua orang ingin dekat. Ia saja yang rupanya mau jauh.” Mau jauh? Kembali saya ingat soal itu : daya tolak. Bibirnya yang melengkung. Alisnya yang terangkat tapi dahinya tidak berlipat. Matanya. Matanya. Ada apakah dengan matanya? Kenapa saya tak suka. Sungguh tolol. Perempuan itu telah menyita perhatian saya, padahal saya tak menginginkannya. Demikian menyitanya sampai-sampai terbawa dalam surat saya ke Mira, pacar saya. Tulis saya pada salah satu alinea : Namanya Mak Suma, Mira. Saya tak suka ia tapi pikiran saya selalu tertuju kepadanya. Ia punya daya tolah tapi tidakkah itu pula daya tariknya?   Cara pengarang menggambarkan watak Mak Suma adalah ....

    • Melalui cara berpikir tokoh

    • Mendeskripsikan tindakan tokoh

    • Uraian langsung pengarang

  • ”Marno, tengadahkan kedua tanganmu agar air yang aku guyurkan tertampung di kedua tanganmu, kemudian usapkan di perut istrimu.” Perintah dukun bayi sebelum mengguyurkan air di atas kepala suamiku sebagai guyuran terakhir. Sambil mengusapkan air di perutku, aku melihat mulutnya melafalkan doa dengan lirih, sangat lirih, hingga aku yang duduk rapat dengannya tidak mendengar apa yang diucapkannya. Bersamaan dengan berakhirnya usapan di perutku, aku melihat air mata hampir menitik jatuh di mata suamiku. Sebentuk haruan dan kebahagiaan yang dirasakannya tergambar jelas di sudut matanya yang basah. ”Sekarang belahlah kelapa gading di depanmu, Marno.” Belum selesai dukun  bayi mengucapkan perintahnya, suamiku sudah mengayunkan parang yang diambil di sisi kelapa.  ”Braak.” kelapa itu terbelah tepat di tengah, suamiku tersenyum, dari mulutnya keluar kata, ”Laki-laki”. Kembali aku melihat binar bahagia terpancar dari air mata yang mengambang hampir jatuh.  (Jodoh, Dian Aksanti) Mitos yang terdapat dalam penggalan cerita di atas adalah ....

    • Buah kelapa merupakan simbol kehamilan seorang ibu

    • Air yang diguyurkan oleh dukun bayi harus diusapkan di perut wanita hamil

    • Jika kelapa terbelah tepat di tengah, bayi yang akan lahir adalah bayi laki-laki

    • Jika sang suami berhasil menampung air di kedua tangannya, bayi yang lahir adalah perempuan

    • Seorang suami wajib membelah buah kelapa gading dengan parang

  • Setahun setelah perkawinannya dengan Suparli, Sripah melahirkan Supeno, bocah laki-laki dengan muka bulat dan rambut ikal seperti bapaknya. Dua tahun kemudian disusul oleh Sinik. Keluarga ini memang masih sama-sama berusia muda. Suryanto, anak ketiga lahir setelah anak kedua berusia dua tahun tujuh bulan. Delapan tahun dengan tiga orang anak : lelaki-perempuan-lelaki. Sripah dan Suparli juga berpikir, anak perempuannya diapit oleh sua laki-laki. Itu namanya sendang kapit pancuran. Dalam kepercayaan Jawa, dia harus diruwat atau diupacarai dengan ditanggapkan wayang kulit. Kalau tidak, berarti Sripah harus melahirkan anak lagi. Hidup tentua akan bertambah berat. Kalimat yang mendukung adanya nilai mitos terdapat pada ...

    • Setahun setelah perkawinannya dengan Suparli, Sripah melahirkan Supeno, bocah laki-laki dengan muka bulat dan rambut ikal seperti bapaknya.

    • Keluarga ini memang masih sama-sama berusia muda. Suryanto, anak ketiga lahir setelah anak kedua berusia dua tahun tujuh bulan.

    • Delapan tahun dengan tiga orang anak : lelaki-perempuan-lelaki

    • Sripah dan Suparli juga berpikir, anak perempuannya diapit oleh dua laki-laki, itu namanya sendang kapit pancuran.

    • Dalam kepercayaan Jawa, dia harus diruwat atau diupacarai dengan ditanggapkan wayang kulit.

  • (1)”Tapi Kijang kita kan ada di garasi dia, kenapa tidak pakai mobil kita saja?” (2) ”Itu Kijang tua, Mas. Kalau dilihat dengan kacamata prestise, tentu saja Kijang tua kalah kelas dari Avansa yang berusia muda. Itu katamu sebelum kita memutuskan memakai mobil Kristina, kan?” (3) ” Tapi waktu itu ...” (4) Kali ini Widhi tak bisa menyembunyikan kekalutannya. (5) Butiran keringat dingin memenuhi dahinya. (6) Memang, sudah dua kali mudik lebaran Kristina mengizinkan kami meminjam Avanzanya. Sungguh tak disangka kali ini dia memintanya kembali sebelum batas waktu yang disepakati. (7) ”Baiklah, kita pulang besok pagi,” Widhi bangkit.”Suruh anak-anak berkemas, Lis.” (8) ”Tapi besok masih lebaran, Mas. Apa nanti kata orang tuamu?” (9) ”Aku akan cari alasan yang tepat. Berilah pengertian pada Ares dan Iva. Aku yakin mereka anak-anak yang baik, yang selalu siap memahami kondisi orang tuanya.” (10) Mudah-mudahan begitu, batinku tak yakin. (11) Secawan kebahagiaan yang tengah direguk dengan nikmat oleh anak-anakku, akan kurebut dengan paksa dan mendadak. (12) Benarkah mereka siap memahaminya, ikhlas melepasnya? Amanat dalam kutipan tersebut adalah ....

    • Sebaiknya kita mensyukuri milik sendiri dan menghargai kekuatan sendiri

    • Kalau mudik lebaran sebaiknya kita menjaga prestise bagaimanapun caranya.

    • Berusahalah sebaik mungkin untuk menepati janji kita

    • Jangan suka memanfaatkan harta benda milik teman-teman Anda

    • Sebaiknya kita tahu diri jika meminjam barang milik orang lain

  • (1)”Tapi Kijang kita kan ada di garasi dia, kenapa tidak pakai mobil kita saja?” (2) ”Itu Kijang tua, Mas. Kalau dilihat dengan kacamata prestise, tentu saja Kijang tua kalah kelas dari Avansa yang berusia muda. Itu katamu sebelum kita memutuskan memakai mobil Kristina, kan?” (3) ” Tapi waktu itu ...” (4) Kali ini Widhi tak bisa menyembunyikan kekalutannya. (5) Butiran keringat dingin memenuhi dahinya. (6) Memang, sudah dua kali mudik lebaran Kristina mengizinkan kami meminjam Avanzanya. Sungguh tak disangka kali ini dia memintanya kembali sebelum batas waktu yang disepakati. (7) ”Baiklah, kita pulang besok pagi,” Widhi bangkit.”Suruh anak-anak berkemas, Lis.” (8) ”Tapi besok masih lebaran, Mas. Apa nanti kata orang tuamu?” (9) ”Aku akan cari alasan yang tepat. Berilah pengertian pada Ares dan Iva. Aku yakin mereka anak-anak yang baik, yang selalu siap memahami kondisi orang tuanya.” (10) Mudah-mudahan begitu, batinku tak yakin. (11) Secawan kebahagiaan yang tengah direguk dengan nikmat oleh anak-anakku, akan kurebut dengan paksa dan mendadak. (12) Benarkah mereka siap memahaminya, ikhlas melepasnya? Kalimat bermajas metonimia terdapat pada kalimat nomor ....

  • ”Raden, ampunilah junjungan kami supaya dapat pulih kembali seperti sedia kala. Okh Raden, hanya padukalah satu-satunya harapan dan junjungan kami, Raden!” ”Tetap molek dan indah sekali, ” gumam Raden Bandungbandawasa setelah memandangi arca Rara Jonggrang. ” Lebih molek dan jelita jika hidup kembali, Raden. Oleh karena itu ampunilah dia,” bujuk emban tua. ”Barangkali kalian dapat menghidupkan kembali dengan membakar jerami kering dan menabuh lesung semalam suntuk,” jawab Raden Bandungbandawasa seraya melangkah pergi, pulang ke Pengging dengan hati yang riang dan ringan karena kesadaran bahwa kecantikan yang berlumur pengkhianatan tak perlu didambakan.          Pernyataan yang bernada menyindir perilaku curang dalam cerita tersebut adalah ...

    • ”Tetap molek dan indah sekali, ” gumam Raden Bandungbandawasa setelah memandangi arca Rara Jonggrang.

    • Pulang ke Pengging dengan hati yang riang dan ringan karena kesadaran bahwa kecantikan yang berlumur pengkhianatan tak perlu didambakan..

    • ”Raden, ampunilah junjungan kami supaya dapat pulih kembali seperti sedia kala. Okh Raden, hanya padukalah satu-satunya harapan dan junjungan kami, Raden!”

    • ” Lebih molek dan jelita jika hidup kembali, Raden. Oleh karena itu ampunilah dia,” bujuk emban tua.

    • ”Barangkali kalian dapat menghidupkan kembali dengan membakar jerami kering dan menabuh lesung semalam suntuk,” jawab Raden Bandung bandawasa.

  • ”Raden, ampunilah junjungan kami supaya dapat pulih kembali seperti sedia kala. Okh Raden, hanya padukalah satu-satunya harapan dan junjungan kami, Raden!” ”Tetap molek dan indah sekali, ” gumam Raden Bandungbandawasa setelah memandangi arca Rara Jonggrang. ” Lebih molek dan jelita jika hidup kembali, Raden. Oleh karena itu ampunilah dia,” bujuk emban tua. ”Barangkali kalian dapat menghidupkan kembali dengan membakar jerami kering dan menabuh lesung semalam suntuk,” jawab Raden Bandungbandawasa seraya melangkah pergi, pulang ke Pengging dengan hati yang riang dan ringan karena kesadaran bahwa kecantikan yang berlumur pengkhianatan tak perlu didambakan. Pesan moral yang dapat dipetik dari penggalan cerita di atas adalah ....

    • Sebaiknya kita saling menghormati satu sama lain.

    • Sebaiknya setiap orang mengimbangi kecantikannya dengan kebaikan.

    • Sebaiknya kita tetap memegang teguh perkataan dan janji kita.

    • Kecantikan tubuh bisa berpengaruh terhadap perilaku seseorang

    • Berterus terang dan berkata jujur akan lebih baik dibandingkan penipuan

  • “ ….” “ Tidak,” jawab Fola. Terkejut dengan kecepatan jawabannya,”Murid-muridku sudah pulang semua.” “Kau akan pulang?” “Tentu saja.” “ Di manakah rumahmu?” Fola terdiam sejenak mendengar pertanyaan Henrietta. Dia tidak perlu memberitahu di mana rumahnya kepada perempuan itu, namun sebaris alamat terucap dari mulut Fola. “Mari pulang bersamaku. Kebetulan kantorku searah dengan tempat tinggalmu.” Henrietta  mendongak.”Kebetulan hujan juga telah berhenti.”                           Kalimat dialog yang tepat untuk melengkapi bagian rumpang dari teks di atas adalah ….

    • Apakah boleh saya temani?

    • Apakah kau masih harus tinggal di sekolah?

    • Bagaimana kalau kita pulang bersama?

    • Apakah bersedia mampir ke rumahku?

  • Anakku membandingkan tempat tinggal kami yang sekarang dengan Purwodari. “Di sana lebih banyak pohon buah ya, Bu,” kata sulungku. “Karena kebanyakan rumah di sana punya pekarangan” sahutku. “Di ruah kita malahan ada tiga malahan ada tiga macam : golek, kalijiwo, lalu apa Bu, satunya lagi?” “Gadung.”Jawabku, dan kuteruskan.”Di tempat kakek lebih banyak lagi.Hampir semua jenis mangga ada.” “Karena tempat kakek lebih luas dari rumah kita di sana!” anak sulungku menyatakan isi pikirannya. “…. Sekarang, di Semarang inilah rumah kita!”   Kalimat yang tepat untuk melengkapi bagian rumpang dari cerita di atas adalah ….

    • Bagaimana kalau kita pindah ke sana saja?

    • Itu bukan rumah kita, sayang.

    • Kakek tentu senang dengan rumah yang luas.

    • Dan kakek rajin sekali bercocok tanam

    • Itulah sebabnya kakek tampak sehat.

  • (1) Pujo                :  Ling, Apakah kita jadi bertemu Pak Lurah? (2) Maling            : Untuk apa? Dia pasti sudah bertemu Kolonel Jono. (3) Pujo                : Maksudmu? Pak Lurah mau menjadikan kita tumbal! (4) Maling            : Begitulah. Bukankah dia maju mencalonkan diri sebagai anggota DPRD! (5) Suminten      : Maksudnya apa, Kang! (6) Pujo               : Jadi kesepakatan yang kita buat di hutan itu bohong belaka! (7) Suminten        : Kesepakatan? Kesepakatan apa? (8) Maling            : Tentang kawan-kawan kita yang dituduh mencuri kayu hutan! Kalimat dialog yang berisi informasi latar adalah ....

  • (1) Pujo                :  Ling, Apakah kita jadi bertemu Pak Lurah? (2) Maling            : Untuk apa? Dia pasti sudah bertemu Kolonel Jono. (3) Pujo                : Maksudmu? Pak Lurah mau menjadikan kita tumbal! (4) Maling            : Begitulah. Bukankah dia maju mencalonkan diri sebagai anggota DPRD! (5) Suminten      : Maksudnya apa, Kang! (6) Pujo                : Jadi kesepakatan yang kita buat di hutan itu bohong belaka! (7) Suminten        : Kesepakatan? Kesepakatan apa? (8) Maling            : Tentang kawan-kawan kita yang dituduh mencuri kayu hutan! Pokok persoalan yang dibicarakan oleh tokoh-tokoh dalam penggalan cerita di atas adalah ....

    • Maling mencurigai Pak Lurah yang tidak mematuhi kesepakatan bersama

    • Pujo menuduh Maling tidak mematuhi kesepakatan dengan Pak Lurah

    • Suminten tidak mengetahui hasil pembicaraan suaminya dengan Pak Lurah

    • Maling dan Pujo telah membuat kesepakatan dengan Pak Lurah

    • Kolonel Jono mengirim Pak Lurah sebagai mata-mata kepolisian

  • “Pulang ke mana Mas? Saya antarkan.” Tiba-tiba suara itu terdengar sangat dekat di telingaku sewaktu aku melangkah di halaman stasiun. Aku pura-pura tak peduli. “ Pulang ke mana sih?” suara tukang becak itu berlanjut. Pasti ditujukan padaku. Terasa tangannya menggamit tasku. “Dekat kok,” jawabnya sekenanya. “ Ya, mari saya antarkan.” Aku menoleh padanya. Sialan, ... dan akhirnya berhasil memaksaku naik becaknya. Yang pertama, setelah tiba di rumah dia meminta tambahan ongkos meskipun yang kuberikan sudah lebih dari cukup. (Sekali-sekali Mas, katanya). Yang terakhir waktu aku sedang menawar becak lain dia sengaja, dengan tubuh kerempengnya, menyorongkan becaknya. Kesudahannya dia minta tambahan ongkos dengan gaya merengek.   Klausa yang sesuai untuk mengisi bagian rumpang penggalan cerpen di atas adalah ....

    • Orang inilah yang beberapa waktu lalu meminta tambahan ongkos becaknya

    • Tukang becak ini memang tak tahu diri

    • Dialah yang selama dua kali berturut-turut kepulanganku berhasil mencegatku

    • Dengan cara bicaranya bagaimana mungkin aku berani menolak tawaran itu

    • Orang yang satu ini kelihatannya tidak tahu aturan

  • (1) Telepon berdering dari ruang tamu. (2) Segera Renata berlari kecil dari kamar tidurnya. (3) Tanpa sengaja ia menyenggol vas bunga di samping telepon, jatuh berkeping-keping. (4) Renata tidak jadi mengangkat gagang telepon. Renata      : Halo,...selamat siang! ((5)sedikit menarik kabel  telepon, jongkok sambil memunguti kepingan vas bunga) Penelepon : Selamat siang. Ini benar rumah keluarga Sudibyo? Renata      : Iya, benar. Maaf, Anda siapa? ((6)sambil berjalan menuju dapur, mengambil sapu) Penelepon : Mm....kami dari pihak rumah sakit! Renata      : Rumah sakit? Penelepon :  .... Renata      : Kecelakaan? Siapa namanya, Pak? Penelepon : Saudara Angga! Renata   : (sambil berteriak-teriak) Bapak...Ibu...Mas Angga kecelakaan! Penelepon : Mohon Anda segera ke rumah sakit! Renata      : Oh. Iya. Saya segera ke sana. Terima kasih. ((7) meletakkan gagang telepon dengan sedikit lemas) Dialog yang sesuai untuk melengkapi bagian rumpang dari penggalan drama di atas adalah ....

    • Benar, sekali lagi ini benar rumah keluarga Sudibyo?

    • Ya, rumah sakit bagian kecelakaan!

    • Ya, benar. Ada salahsatu keluarga Anda yang mengalami kecelakaan

    • Ya, benar. Apakah Bapak ada di rumah?

    • Apakah keluarga Anda memiliki anggota bernama Saudara Angga?

  • (1) Telepon berdering dari ruang tamu. (2) Segera Renata berlari kecil dari kamar tidurnya. (3) Tanpa sengaja ia menyenggol vas bunga di samping telepon, jatuh berkeping-keping. (4) Renata tidak jadi mengangkat gagang telepon. Renata      : Halo,...selamat siang! ((5)sedikit menarik kabel  telepon, jongkok sambil memunguti kepingan vas bunga) Penelepon : Selamat siang. Ini benar rumah keluarga Sudibyo? Renata      : Iya, benar. Maaf, Anda siapa? ((6)sambil berjalan menuju dapur, mengambil sapu) Penelepon : Mm....kami dari pihak rumah sakit! Renata      : Rumah sakit? Penelepon :  .... Renata      : Kecelakaan? Siapa namanya, Pak? Penelepon : Saudara Angga! Renata   : (sambil berteriak-teriak) Bapak...Ibu...Mas Angga kecelakaan! Penelepon : Mohon Anda segera ke rumah sakit! Renata      : Oh. Iya. Saya segera ke sana. Terima kasih. ((7) meletakkan gagang telepon dengan sedikit lemas) Deskripsi akting yang tidak logis dalam penggalan naskah drama di atas adalah nomor ....

  •  Ibu begitu was-was saat aku bilang bahwa aku diterima kerja pada sebuah proyek di hutan Kalimantan. Berkali-kali Ibu bertanya apa aku yakin akan berangkat ke sana. Padahal aku tahu sebetulnya Ibu ingin bilang : jangan berangkat ke sana Angga. Karena walaupun saat itu aku masih kecil, tapi aku cukup mampu berpikir saat hari Ayah dikubur orang-orang berbisik-bisik akan kematian Ayah yang aneh .... Mereka menyebut perempuan itu sebagai peri hutan. Ada kemungkinan Ayah telah menjalin sebuah hubungan dengan salah satu peri hutan tersebut. Kupikir, karena selentingan inilah yang membuat Ibu jauh lebih menderita; perselingkuhan. Bukan kematian.   Kalimat yang sesuai untuk melengkapi bagian rumpang dalam kutipan cerpen tersebut adalah ....

    • Gigitan binatang buas di lehernya menyebabkan Ayah meninggal dunia saat bekerja di Kalimantan.

    • Bahwa kematian seperti itu adalah hasil teluh perempuan pedalaman hutan Kalimantan yang kehilangan cintanya

    • Kematian Ayah merupakan bukti persaingan yang tidak sehat dalam dunia kerja di Kalimantan.

    • Kematian Ayah berhubungan dengan orang suku pedalaman Kalimantan.

    • Perselingkuhan dengan seorang perempuan pedalaman Kalimantan mengakibatkan Ayah tewas terbunuh.

  • Punden di desa kami dijadikan sentral kegiatan ritual para orang tua. Di tempat itu para orangtua kami mempertemukan dua mempelai pengantin, setelah diarak keliling desa. Di situ pengantin laki-laki dan perempuan saling melempar sirih, setelah dukun rias membakar kemenyan, sebagai cara minta restu pada Dayang penunggu desa. Di punden itu juga para orangtua kami mengadakan kenduri, mendatangkan tayuban setiap sedekah bumi setahun sekali.   Unsur budaya yang sampai sekarang masih ditemukan dalam acara  perkawinan adalah ...

    • Orangtua mempertemukan kedua mempelai pengantin di punden

    • Dukun membakar kemenyan minta restu pada Dayang penunggu desa.

    • Pengantin laki-laki dan perempuan saling melempar sirih

    • Masyarakat menggelar acara tayuban dalam upacara perkawinan

    • Orangtua mengarak pengantin berkeliling kampung

  • Ali                         : Tadi aku dengar suara Hustam, di mana dia sekarang?      Samsudin         : Entahlah, tadi ia sudah pamit pulang.      Ali                    : Apa keperluan penyair gila itu ke sini?      Samsudin         : Kayak kamu tak tahu saja, apa lagi kalau bukan masalah ekonomi.      Ali                    : Yah, itu mah sudah biasa!      Samsudin           : Oh, ya apa kamu sudah selesai dengan pekerjaanmu? Jika sudah, rekan-rekan yang lain diberi tahu  bahwa  kita akan mengadakan rapat persiapan ulang tahun Hari Bahasa dan Sastra. Ali                         : Kapan? Di mana?     Samsudin          : ... Kalimat yang tepat untuk melengkapi dialog yang menggambarkan latar tempat pada penggalan naskah drama tersebut adalah ...

    • Pukul setengah tujuh malam.

    • Pokoknya terserah rekan-rekan, tinggal kesepakatan saja

    • Menurutmu sebaiknya bagaimana?

    • Ya di sini dong, mau di mana lagi

    • Yang lain diberitahu agar datang tepat waktu

  • Ayu      : Mas Andre, maafkan aku. Aku telah mengkhianati cinta kita. Aku harus berbesar hati demi membayar utang keluargaku. Andre   : Jadi kamu mau kawin sama bapakku demi membayar hutang? Ayu      : Tolonglah Mas, izinkan aku berbakti sama keluargaku. Aku rela kok Mas! Andre   : Aku mengerti kesulitanmu, tapi kenapa cinta kita tidak pernah bersatu. Juragan      : Ayu...ayo keluar tamu sudah menunggu...Kamu juga Ndre jangan lama-lama sama ibumu... Ayu      : Ya sebentar..... (mereka berdua keluar dari kamar) Juragan            : Para hadirin semua, (diam beberapa saat, menatap Ayu dan Andre sebentar) pada kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin mengumumkan pernikahan Ayu dengan anak saya Andre. Pernyataan berikut yang sesuai dengan isi penggalan naskah drama di atas adalah ....

    • Ayu bersedia menikah dengan Juragan demi uang

    • Andre tidak setuju dengan keputusan Ayu yang bersedia menikah dengan bapaknya.

    • Juragan ingin membuat kejutan dengan menikahkan Ayu dan Andre.

    • Juragan berniat menikahi Ayu karena orangtua Ayu memiliki hutang.

    • Juragan tidak tahu bahwa Ayu adalah kekasih anaknya.

  • Tiba-tiba aku melihat Bapak berlinangan air mata. Aku kaget luar biasa. Tapi, ia tidak berkata sepatah kata pun. Ia tidak menatapku, tapi aku merasakan hatinya sedang menatapku tajam. Aku meraih tangan Ibu, menciumnya dan sungkem pada ibuku. ”Mohon doanya ya, Bu.” Ibu terisak. Aku juga melakukannya pada Bapak. Kali ini aku yang terisak. Karena ketika memeluknya, aku merasakan tubuh Bapak yang sudah mulai tua dan ringkih. Bapak kurus sekali, lebih kurus dari yang aku kira. Bahunya keras, ia seperti tak pernah mengistirahatkan bahunya untuk menyandang beban hidupnya yang berat. Bapak pasti juga punya impian seperti aku.   Amanat yang tersirat dalam penggalan novel tersebut adalah ....

    • Cintailah orang tua dengan sekuat tenaga

    • Hendaklah kita memiliki impian masing-masing.

    • Selalu berbakti pada orangtua apapun kondisinya.

    • Mintalah doa restu pada orangtua dalam setiap perjuangan

    • Pahamilah masalah orangtua kita.

  • Ketika berpikir tentang “Keluarga kami yang berbahagia” Sandra hanya mendapatkan gambaran sebuah rumah yang berantakan.Botol-botol dan kaleng-kaleng minuman yang kosong berserakan di meja, lantai, bahkan sampai ke atas tempat tidur. Tumpahan bir berceceran di atas kasur yang spreinya terseret entah ke mana.   Unsur intrinsik yang paling dominan dalam penggalan cerpen di atas adalah …

  • (1)”Selalu,” Imam Mathori mengusap muka, menandaskan,”Adzanlah sekali lagi, Ali! Waktu sudah hampir habis...” (2)Menatap jam. Merapikan serban dan kopiah. Batuk. (3) Melengking. Suara Ali memanggil, suara adzan menembus atap menyayat dan berirama. (4) Kembali lantang. Menuju lembah, sawah, menyeruak rumah-rumah, jendela-jendela: menyapa orang-orang yang tetap sibuk bekerja. (5) Anak-anak ribut-riuh berkeliaran tanpa dosa di pematang. (6) Perempuan-perempuan bebal menenteng rantang suami, ayah, buyut, saudara. (7) Orang hidup harus bekerja. Harus makan.       Unsur agama tergambar pada kalimat ...

  • Di tengah alunan orkes Madun yang terpancar dari radio, kami memulai percakapan penting itu. Kami tahu saatnya telah tiba. Kami tidak bisa berbohong lagi, kalau tidak mau gila. Sudah terlalu lama kejadiannya kami biarkan berlangsung. Menggila dan memperbudak kami. Dengan kata-kata yang sederhana semuanya harus diselesaikan. “Sudah kaupikirkan bahwa perkawinan ini berarti perubahan, perubahan pada diri kita?” tanyanya padaku. “Aku mengerti dan aku sudah siap.” “Seandainya kelak ada yang engkau sesalkan, apa yang akan kau lakukan?” “Aku tak akan menyesal, sayang. Walaupun yang kau lepaskan ini bernama kebebasan, kemerdekaan yang dipuja oleh para seniman, kaum cendikiawan, kaum muda dan …”   Sudut pandang yang digunakan dalam kutipan novel tersebut adalah sudut pandang .…

    • Orang pertama sebagai pelaku utama

    • Orang pertama sebagai pelaku sampingan

    • Orang ketiga sebagai pelaku sampingan

    • Orang ketiga sebagai pelaku utama