Al-Quran surah AnNajm ayat 39 adalah salah satu dalil naqli tentang takdir

Jakarta -

Surah An Najm ayat 39-42 menerangkan tentang balasan Allah SWT bagi tiap amalan yang dikerjakan manusia. Salah satunya, ikhtiar seseorang akan mendapat balasan yang setimpal pula sesuai dengan yang dikerjakannya.

"Atas perbuatan yang baik, manusia hanya memperoleh ganjaran dari usahanya sendiri maka dia tidak berhak atas pahala suatu perbuatan yang tidak dilakukannya," bunyi Tafsir Tahlili yang dikutip dari Quran Kemenag, Senin (11/7/2022).

Ikhtiar sendiri bermakna berusaha dengan sungguh-sungguh sesuai dengan peraturan yang berlaku disertai harapan agar usahanya berhasil. Pentingnya ikhtiar suatu individu ini pernah disinggung dalam hadits yang berbunyi,

إِنَّ أَطْيَبَ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ وَإِنَّ وَلَدَ الرَّجُلِ مِنْ كَسْبِهِ

Artinya: Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan oleh seseorang adalah hasil usahanya sendiri dan anaknya termasuk usahanya juga." (HR An Nasa'i dan Ibn Ḥibban).

Dengan kata lain, balasan Allah SWT di akhirat kelak tidak akan salah sasaran. Sekalipun diniatkan, pahala beramal baik dari orang yang masih hidup tidak akan bisa dilimpahkan kepada orang yang sudah meninggal kecuali amal jariyah orang yang meninggal pula.

Perkara inilah yang kemudian hendak disampaikan dalam surah An Najm ayat 39-42.

Surah An Najm ayat 39-42 dalam Bahasa Arab, Latin, dan Artinya

(39) وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ(40) وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَىٰ(41) ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَىٰ

(42) وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ الْمُنْتَهَىٰ

Bacaan latin: Wa al laisa lil-insāni illā mā sa'ā, wa anna sa'yahụ saufa yurā, ṡumma yujzāhul-jazā`al-aufā, wa anna ilā rabbikal-muntahā

Artinya: "Bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, bahwa sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian dia akan diberi balasan atas (amalnya) itu dengan balasan yang paling sempurna, bahwa sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu),"

Di samping itu, Tafsir Tahlili juga menafsirkan, surah An Najm ayat 39-42 ini hendak menunjukkan tentang perintah Allah SWT agar hambaNya dapat senantiasa beramal dan berikhtiar. Apapun hasilnya, kewajiban manusia hanyalah berusaha dan hasilnya hanya Allah SWT yang dapat menentukan.

"Allah tempat kembali segala sesuatu pada hari Kiamat dan Ia akan menghisab yang kecil dan besar, lalu Ia memberi pahala atau siksa sesuai dengan perbuatan mereka masing-masing," demikian keterangan dari tafsir tersebut.

Contoh dan Hikmah Penerapan Ikhtiar dalam Surah An Najm Ayat 39-42

Firman Allah SWT di atas dapat menjadi bukti dari pentingnya ikhtiar. Menurut Pasti Bisa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMP/MTs Kelas IX oleh Tim Ganesha Operation, ikhtiar ini dapat dengan mudah kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa contoh di antaranya seperti, seorang siswa mulai giat belajar karena ingin mendapatkan prestasi yang baik atau seseorang mulai bekerja keras karena bertujuan untuk sukses.

Contoh ikhtiar di jalan Allah SWT juga dapat diaplikasikan dengan bertobat kepadaNya ketika melakukan kesalahan dan hendak memohon ampunanNya. Atau, seseorang bisa rajin beribadah dengan menjalankan perintah Allah SWT untuk meraih rahmatNya.

Berikhtiar juga dapat mendatangkan manfaat bagi pelakunya seperti, melatih kemandirian, menghargai usaha sendiri, tidak mudah putus asa, dan merasa puas hati karena berusaha maksimal. Sekaligus mengantarkan seseorang agar bermartabat di sisi manusia dan terhormat di hadapan Allah sebagaimana disinggung dalam surah An Najm ayat 39-42.

Simak Video "Ada Potensi Beda Waktu Pelaksanaan Idul Adha Tahun Ini"


[Gambas:Video 20detik]
(rah/lus)

Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:

Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala:

dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.
(QS. An-Najm [53]: 39)

Yaitu sebagaimana tidak dibebankan kepadanya dosa orang lain, maka demikian pula dia tidak memperoleh pahala kecuali dari apa yang diupayakan oleh dirinya sendiri.

Berdasarkan ayat ini Imam Syafii dan para pengikutnya menyimpulkan bahwa bacaan Alquran yang dihadiahkan kepada mayat tidak dapat sampai karena bukan termasuk amal perbuatannya dan tidak pula dari hasil upayanya. Karena itulah maka Rasulullah ﷺ tidak menganjurkan umatnya untuk melakukan hal ini, tidak memerintahkan mereka untuk mengerjakannya, tidak pula memberi mereka petunjuk kepadanya, baik melalui nas hadis maupun makna yang tersirat darinya. Hal ini tidak pernah pula dinukil dari seseorang dari para sahabat yang melakukannya.

Seandainya hal ini (bacaan Alquran untuk mayat) merupakan hal yang baik, tentulah kita pun menggalakkannya dan berlomba melakukannya.

Pembahasan mengenai amal taqarrub itu hanya terbatas pada apa-apa yang digariskan oleh nas-nas syariat, dan tidak boleh menetapkannya dengan berbagai macam hukum analogi dan pendapat mana pun.
Akan tetapi, berkenaan dengan doa dan sedekah (yang pahalanya dihadiahkan buat mayat), maka hal ini telah disepakati oleh para ulama, bahwa pahalanya dapat sampai kepada mayat, dan juga ada nas dari syariat yang menyatakannya.

Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya, dari Abu Hurairah r.a..
yang menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda:

Apabila manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu anak saleh yang mendoakannya, atau sedekah jariyah sesudah kepergiannya atau ilmu yang bermanfaat.

Ketiga macam amal ini pada hakikatnya dari hasil jerih payah yang bersangkutan dan merupakan buah dari kerjanya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadis:

Sesungguhnya sesuatu yang paling baik yang dimakan oleh seseorang adalah dari hasil upayanya dan sesungguhnya anaknya merupakan hasil dari upayanya.

Sedekah jariyah, seperti wakaf dan lain sebagainya yang sejenis, juga merupakan hasil upaya amal dan wakafnya.
Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman:

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan.
(QS. Yasin [36]: 12)

Ilmu yang dia sebarkan di kalangan manusia, lalu diikuti oleh mereka sepeninggalnya, hal ini pun termasuk dari jerih payah dan amalnya.
Di dalam kitab sahih disebutkan:

Barang siapa yang menyeru kepada jalan petunjuk, maka baginya pahala yang semisal dengan pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi-pahala mereka barang sedikit pun.

tirto.id - Surah An-Najm ayat 39-42 membahas tentang usaha dan ikhtiar manusia. Seseorang akan mendapatkan pahala sesuai dengan usaha dan kesanggupannya. Selanjutnya, amal perbuatan itu akan dipampangkan di padang mahsyar sebagai proses pengadilan Allah SWT atas segala perbuatan mereka di dunia. Secara umum, surah An-Najm merupakan surah ke-53 dalam susunan mushaf Al-Quran. Ia tergolong surah makiyah atau surah yang diturunkan di Makkah. Penamaan An-Najm diambil dari ayat pertama yang artinya adalah bintang. Selanjutnya, surah An-Najm ayat 39-42 menyoroti tentang sikap ikhtiar atau usaha yang dilakukan manusia di dunia. Kelak, segala amal perbuatan itu akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah SWT. Karena itu, setiap orang harus memperhitungkan segala perilakunya karena akan diadili di akhirat.

Bacaan Surat An-Najm Ayat 39-42

وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ

Bacaan latinnya: "Wa al laisa lil-insāni illā mā sa'ā"

Artinya: "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya," (QS. An-Najm [53]: 39). وَأَنَّ سَعْيَهُۥ سَوْفَ يُرَىٰ

Bacaan latinnya: "Wa anna sa'yahụ saufa yurā"

Artinya: "Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan [kepadanya]," (QS. An-Najm [53]: 40). ثُمَّ يُجْزَىٰهُ ٱلْجَزَآءَ ٱلْأَوْفَىٰ

Bacaan latinnya: "Tsumma yujzāhul-jazā`al-aufā"

Artinya: "Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna," (QS. An-Najm [53]: 41). وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلْمُنتَهَىٰ

Bacaan latinnya: "Wa anna ilā rabbikal-muntahā"

Artinya: "Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan [segala sesuatu]," (QS. An-Najm [53]: 42).

Ikhtiar dalam Islam dan Penjelasan Mengenai Ayat 39-42 Surat An-Najm

Dalam bahasa Arab, ikhtiar artinya mencari hasil yang lebih baik. Dalam Islam, ikhtiar adalah pelengkap sikap optimis. Pada penerapannya, ikhtiar kerap diiringi dengan doa dan tawakal. Ketiga sikap itu dianggap sebagai kunci sukses hidup di dunia dan akhirat.

Ikhtiar merupakan aspek penting dalam kehidupan seorang muslim. Kendati seseorang berdoa dengan sungguh-sungguh, namun tak diikuti dengan usaha, harapannya itu hanyalah angan-angan dan nyaris tak akan tercapai, sebagaimana dilansir NU Online.

Hal itu dikuatkan dengan firman Allah SWT dalam surah Ar-Ra'd ayat 11: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri,” (QS Ar-Ra’d [13]: 11).

Selanjutnya, berdasarkan surah An-Najm ayat 39-42, setiap amal manusia akan diganjar pahala atau dosa, serta memperoleh balasan setimpal di akhirat kelak. Ganjaran pahala atau dosa itu diberikan berdasarkan usaha atau ikhtiar yang mereka lakukan. Selain itu, amal manusia juga akan diperlihatkan secara kasat mata di padang mahsyar kelak (An-Najm [53]: 40).

Sayyid Quthb dalam kitab Tafsir fi Zhilalil Quran (2000) menuliskan bahwa seorang manusia akan dihisab amalannya sesuai usaha dan upaya dilakukannya di dunia, tidak ada tambahan dan pengurangan sedikit pun.

Kehidupan dunia merupakan kesempatan untuk beramal. Jika seseorang meninggal, hilanglah kesempatan untuk melakukan ibadah saleh, kecuali tiga hal sesuai sabda Nabi Muhammad SAW:

"Anak saleh yang mendoakannya, sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat," (H.R. Muslim).

Selanjutnya, tiada sedikit pun usaha dan amal perbuatan manusia yang sia-sia atau luput dari perhitungan Allah SWT. Setiap orang akan memperoleh balasan secara utuh dan lengkap.Surah An-Najm ayat 39-42 menetapkan prinsip tanggung jawab individual yang disandingkan dengan pembalasan yang adil. Allah SWT memberikan kesempatan bagi manusia untuk berikhtiar, serta dibalas berdasarkan usaha yang ia lakukan. Islam menghargai proses ikhtiar melebihi hasil dari upaya tersebut. Sebagai misal, seorang miskin yang berikhtiar untuk bersedekah akan memperoleh pahala besar. Bisa jadi, lebih besar dari usaha orang kaya namun ogah-ogahan mengeluarkan hartanya. Di mata orang lain, harta sedekah orang kaya lebih banyak dari orang miskin, namun proses sedekah lebih penting di mata Allah SWT, ketimbang hasil dari sedekah tersebut.


Baca juga artikel terkait IKHTIAR atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi