Alat yang dibutuhkan pewawancara yang menggunakan metode merekam adalah

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Rekaman adalah aspek terpenting dalam wawancara. Rekaman dapat dibuat menggunakan sebuah tape recorder (audio), kamera (visual), maupun catatan. Rekaman wawancara berguna untuk memperkuat berita. Baik berita yang langsung dilaporkan dari lokasi liputan maupun untuk memperkuat narasi dalam pembuatan sebuah paket berita. Sama halnya rekaman catatan yang dibuat leh seorang jurnalis juga untuk memudahkan mengingat apa saja yang telah dikatakan oleh seorang narasumber maupun untuk memudahkan merunutkan kembali fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dari sebuah peristiwa.

Sekarang ini lagi musimnya protes keberatan dan somasi terhadap media karena pemberitaan yang dianggap tidak benar, diplintir, merugikan seseorang atau kelompok tertentu. Nah, Rekaman wawancara lewat media audio dan visual bisa digunakan sebagai alat bukti jika narasumber membantah telah mengeluarkan pernyataan yang dimuat, diudarakan atau ditayangkan. Kecuali memang ada permintaan khusus sebelumnya dari narasumber untuk tidak memuat atau mengudarakan pernyataan tertentu yang terekam dalam wawancara tersebut (off the record) dan jurnalis serta medianya harus menghormati permintaan narasumber tersebut.

Saya akan sedikit mengulas mengenai kelebihan dan kekurangan rekaman wawancara dengan mengandalkan audio dan catatan. Untuk media seperti radio, rekaman wawancara dihasilkan dari wawancara langsung pada saat on air dan off air. Rekaman tersebut kemudian dapat ditindaklanjuti sebagai bahan pelengkap dan penguat untuk membuat paket-paket berita lebih lanjut. Ada beberapa kekurangan dan kelebihan rekaman wawancara menggunakan audio.

Kelebihan rekaman audio:


  • Memuat rekaman yang yang akurat dari setiap perkataan orang yang diwawancarai.
  • Memperkaya bahan berita bagi pewawancara dengan mendengarkan rekaman ulang wawancara tersebut.
  • Wawancaranya bisa didengarkan ulang, tidak hanya oleh pewawancara, tapi juga anggota tim yang lain.

Kelemahan rekaman audio:


  • Kemungkinan adanya kesalahan tehnis, seperti tidak terekamnya suara narasumber dengan baik, rekaman terputus-putus.
  • Memerlukan waktu ekstra untuk mendengar ulang dan menempatkan bagian yang dianggap penting selama perekaman.

Rekaman catatan.

Rekaman melalui catatan menjadi satu-satunya cara merekam wawancara bila orang yang akan diwawancarai menolak direkam dengan tape recorder (audio). Beberapa kelemahan dalam bila rakaman wawancara dibuat dalam bentuk catatan :


  • Membuat rekaman wawancara melalui catatan membuat pewawancara harus ekstra konsentrasi dan pandai membuat catatan yang sistematis. Pewawancara harus memperhatikan detail-detail penting dari pernyataan narasumbernya.
  • Pewawancara harus mengingat sebagian pernyataan narasumber krn sangat sulit baginya untuk menuliskan semua pernyataan narasumber selama proses wawancara berlangsung.
  • Beresiko hilangnya informasi-informasi penting yang disampaikan narasumber karena pewawancara tidak dapat dengan cepat menuliskannya dan mengingatnya.
  • Pewancara akan terfokus pada apa yang harus dia catat, sehingga menguarangi kedekatan dengan narasumbernya. Kedekatan dengan narasumber bisa diperoleh melalui kontak mata, senyuman, tertawa kecil,dan gerakan tubuh yang menunjukan ketertarikan dan keseriusan pewawancara merespon narasumbernya. Proses kedekatan seperti itu kemungkinan besarnya hanya dapat diperoleh melalui wawancara yang direkam menggunakan media audio karena pewawancara tidak menghabiskan sebagian besar konsentrasinya pada apa yang harus dia tulis dalam buku catatannya.
  • Membuat narasumber ragu untuk melanjutkan jawabannya karena melihat pewawancara sibuk mencatat dan mengingat jawaban sebelumnya.

Semoga Bermamfaat.

Tips wawancara jarak jauh dengan narasumber saat pandemi.

Kugy Mukhlis

NUUSDO.COM – Bagi jurnalis, wawancara adalah metode penting untuk memverifikasi informasi serta mengumpulkan bahan berita, seperti data-data dan pernyataan ahli. Jika biasanya jurnalis melakukan wawancara secara tatap muka, pandemi Covid-19 telah mengubah kebiasaan tersebut. Wawancara saat ini dilakukan secara virtual dengan memanfaatkan teknologi panggilan [suara atau video].

Sebenarnya, wawancara online bukanlah hal yang baru. Selama ini, jurnalis mengenal dua metode dalam menggali informasi dari narasumber, yakni secara langsung [tatap muka] dan tak langsung. Wawancara tak langsung biasanya melalui sambungan telepon, teks [chatting], dan email [wawancara tertulis].

Wawancara tertulis tentu memiliki tantangan tersendiri karena jurnalis tak dapat leluasa menggali informasi lebih dalam. Sedangkan, wawancara online sangat rawan terhadap gangguan, seperti sinyal telekomunikasi yang buruk, sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman atau situasi tak nyaman.

Ada beberapa cara untuk mengatasi tantangan di atas. Berikut ini, sejumlah tips yang dihimpun dari berbagai sumber.

Buat janji dan pastikan memilih narasumber yang tepat

Tentukan siapa saja narasumber yang perlu dihubungi untuk meminta keterangan atau informasi. Bila perlu, buatlah daftar narasumber yang terkait dengan isu yang akan jadi berita.

Jika informasi yang dibutuhkan lebih dari sekadar konfirmasi, ada baiknya membuat janji wawancara terlebih dahulu. Sebaiknya sampaikan pula pada narasumber siapa saja yang akan hadir dalam wawancara online tersebut, misalnya anggota tim kerja. Hal ini bertujuan agar narasumber menjadi lebih nyaman dan dapat mempersiapkan data lengkap.

Siapkan daftar pertanyaan

Agar wawancara berjalan efektif, jurnalis perlu menyiapkan daftar pertanyaan. Hal ini dimaksudkan agar wawancara tidak bertele-tele dan topik yang dibahas tidak melebar kemana-mana.

Jika memang diperlukan, jurnalis dapat mengirimkan daftar pertanyaan lebih dulu ke narasumber, terutama pertanyaan yang memang membutuhkan data atau dokumen yang mendukung suatu informasi, seperti bukti-bukti hukum, statistik, dan lain sebagainya.

Persiapkan alat dan cek wifi

Untuk melakukan wawancara online, Anda memerlukan: alat perekam, aplikasi panggilan, headphone agar memperoleh kualitas suara rekaman yang jernih [apabila akan membuat rekaman podcast], alat transkrip, dan sambungan wifi yang kuat.

Sebelum memulai wawancara, pastikan baterai laptop atau smartphone sudah terisi penuh. Pilih aplikasi panggilan via internet [voice over internet proticol atau VoIP], bukan saluran telepon biasa, karena biasanya memiliki alat perekam. Meski demikian, ada baiknya siapkan pula alat perekam tambahan sebagai cadangan, misalnya dengan mengunduh aplikasi pada laptop atau ponsel. Hal ini sebagai antisipasi adanya gangguan atau kerusakan mendadak. Sedangkan alat transkrip bermanfaat untuk memudahkan jurnalis menuliskan hasil wawancara.

Dapatkan persetujuan untuk merekam dan hormati kesepakatan ‘off the record’

Seperti halnya wawancara tatap muka, jurnalis perlu memberitahu narasumber apabila akan merekam percakapan. Sampaikan pula, alasan mengapa wawancara tersebut perlu direkam, yakni untuk menjaga akurasi. Meski begitu, jurnalis harus menghormati apabila narasumber meminta beberapa bagian dalam percakapan tersebut sebagai rahasia [off the record].

Tekan tombol ‘mute‘ ketika narasumber berbicara

Jika Anda menggunakan aplikasi panggilan video seperti Zoom atau Google Meet, usahkan selalu mematikan microphone atau tombol ‘mute‘ saat narasumber sedang berbicara. Hal ini perlu Anda lakukan agar narasumber tidak terganggu dengan suara-suara yang muncul di sekitar lokasi. Suasana yang hening diperlukan sehingga narasumber nyaman berbicara dan suara dapat terekam lebih jelas.

Tentukan apakah akan mematikan atau menghidupkan layar

Pada dasarnya, tidak ada ketentuan khusus bagaimana sebaiknya wawancara virtual dilakukan. Untuk televisi, redaksi tentu saja sangat membutuhkan rekaman wawancara yang tampak visual. Sedangkan radio dan teks biasanya lebih mengutamakan rekaman audio.

Baca buku: Protokol Keamanan Liputan & Pemberitaan COVID-19

Untuk itu, jurnalis dapat menyampaikan pada narasumber dan membuat kesepakatan yang nyaman bagi kedua belah pihak. Akan tetapi, apabila jurnalis dan narasumber belum pernah bertemu sebelumnya, wawancara online dengan menghidupkan layar tentu sangat disarankan.

Bersikap sopan, tepat waktu, dan pilih tempat yang tenang

Jurnalis harus tampil sopan dan rapi meskipun wawancara online biasanya dilakukan dari rumah. Tepati jadwal yang telah disepakati bersama. Usahakan tidak terlambat.
Selain itu, sebaiknya pilih ruangan yang tenang sehingga wawancara dapat berlangsung tanpa gangguan dan dapat direkam dengan baik.

Cek kembali semua perlengkapan sebelum mulai wawancara dan buatlah cadangan file

Saat wawancara biasanya ada saja persoalan teknis yang akan ditemui, seperti aplikasi yang tiba-tiba mati, atau jurnalis ternyata tidak paham bagaimana mengoperasikan aplikasi tertentu. Untuk menghindari kepanikan dan kendala tersebut, sebaiknya cek ulang persiapan Anda. Bila Anda belum terbiasa dengan aplikasi tertentu, usahakan mencobanya terlebih dahulu? Buatlah pula cadangan file rekaman wawancara di tempat lain, seperti USB stick, sehingga bila file rusak atau hilang, Anda masih memiliki kopiannya.

Berterimakasih usai wawancara

Ucapkan terima kasih usai wawancara. Narasumber akan sangat dihargai dengan ucapan singkat tersebut. Apabila perlu, tanyakan pada narasumber apakah Anda dapat menghubunginya kembali, misalnya via email atau messenger apabila ada data yang masih kurang.[*]

Baca juga

Berbeda dengan percakapan biasa, wawancara bertujuan untuk menggali informasi sedalam mungkin dari narasumber. Sebagai seorang jurnalis, terdapat langkah-langkah wawancara yang perlu kamu ikuti agar tujuan wawancara tercapai.

Seperti apa wawancara yang ideal dan efektif?


Wawancara adalah percakapan satu lawan satu yang terstruktur - Unsplash

Wawancara pada dasarnya adalah percakapan terstruktur di mana seseorang mengajukan pertanyaan dan yang lainnya memberikan jawaban. Dalam bahasa umum, kata "wawancara" mengacu pada percakapan satu lawan satu antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai.

Wawancara yang ideal dan efektif dirancang untuk memungkinkan narasumber memberikan berbagai macam jawaban. Kamu dapat memberikan pertanyaan wawancara yang dimulai dengan kata ganti tanya, seperti; apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana. Jenis pertanyaan ini memungkinkan narasumber untuk menjawab dalam berbagai cara. Metode ini juga mendorong narasumber untuk menjelaskan jawaban mereka dan memberikanmu data yang lebih mendetail.

Panduan langkah wawancara yang proporsional 


Wawancara yang efektif memungkinkan narasumber memberikan berbagai macam jawaban - Unsplash

Beberapa orang mungkin berbakat dalam melakukan wawancara. Namun, tidak sedikit jurnalis yang masih menghadapi kesulitan. Langkah-langkah wawancara bertujuan agar jurnalis dengan pengalaman paling minim sekalipun mampu melakukan wawancara sesuai standar. Berikut ini adalah langkah-langkah yang perlu kamu lakukan.

1. Menyusun daftar pertanyaan berdasarkan riset


Buat daftar pertanyaan berdasarkan hasil riset - EKRUT

Hal pertama yang harus dilakukan sebelum wawancara adalah riset. Carilah sebanyak-banyaknya informasi mengenai narasumber sebagai bahan rujukan untuk membuat daftar pertanyaan. Setelah itu, bacalah semua hasil pencarianmu dan susunlah sebuah daftar pertanyaan. Buatlah minimal 15 pertanyaan dengan tipe jawaban terbuka, artinya jawaban dari pertanyaan tersebut bukan sekadar ‘ya’ atau ‘tidak’.

2. Mempersiapkan diri sebelum wawancara


Persiapkan alat perekam sebelum wawancara - EKRUT

Selain daftar pertanyaan, peralatan yang perlu kamu persiapkan sebelum wawancara adalah buku, pensil, serta alat perekam. Sebagai catatan, kamu harus meminta izin terlebih dulu kepada narasumber bila hendak merekam wawancara. Datanglah lebih awal ke lokasi wawancara agar kamu memiliki waktu untuk mempersiapkan diri. Manfaatkan waktu yang ada dengan mengamati dan mencatat kondisi sekitar. Hasil pengamatanmu nantinya dicantumkan untuk menggambarkan situasi ketika wawancara berlangsung.

Baca juga: Ini 8 skill yang dibutuhkan untuk menjadi content writer handal

3. Menggunakan gaya yang berbeda untuk berbagai wawancara


Cobalah untuk menggunakan gaya berbeda, tapi tetap sesuai panduan saat melakukan wawancara - EKRUT

Seperti halnya gaya tulisan, gaya berkomunikasi dalam wawancara juga bervariasi. Seorang jurnalis harus mampu menemukan gaya dan nada bicara yang sesuai dengan latar belakang narasumber. Misalnya, wawancara dengan orang-orang yang lewat di jalan dilakukan dengan gaya yang santai karena mereka biasanya merasa gugup saat dihampiri oleh wartawan. Sebaliknya, wawancara dengan pebisnis atau petinggi negara dilakukan dengan gaya yang lebih formal.

4. Melakukan wawancara sesuai panduan


Jagalah kontak mata saat melakukan wawancara - EKRUT

Setelah memastikan semua kebutuhan untuk wawancara telah siap, kamu bisa langsung memulainya. Berikut adalah beberapa hal yang harus kamu perhatikan dalam melakukan wawancara:

  • Bersikap sopan terhadap narasumber
  • Membuat kontak mata ketika mengajukan pertanyaan
  • Bertanya ketika terdapat ucapan narasumber yang tidak dimengerti 
  • Mendengarkan jawaban narasumber dengan saksama
  • Memberikan jeda bagi narasumber untuk memikirkan jawabannya

Biasanya, satu pertanyaan yang kamu ajukan saat wawancara dapat merembet ke pertanyaan lain. Ini tidak menjadi masalah, yang terpenting kamu mencatat inti jawaban narasumber sehingga kamu tidak perlu menanyakan hal yang sama lagi.

5. Pertahankan alur wawancara


Menjaga alur antara percakapan dan pertanyaan akan membantu narasumbe nyaman - EKRUT

Menjaga flow atau alur wawancara adalah hal lain yang menantang seorang reporter. Kamu ingin menciptakan keseimbangan antara percakapan dengan narasumber dan mengajukan pertanyaan. Hal ini tidak hanya agar narasumber merasa nyaman namun juga semakin terbuka dengan pertanyaan yang akan kamu ajukan. Karena itu saat narasumber menjawab pertanyaanmu pikirkan lah apa yang akan kamu tanyakan selanjutnya dan mengapa. Buatlah alur pertanyaan tampak alami dan pikirkan transisi. 

6. Bertanya atau meminta secara spesifik


Berikan pertanyaan yang spesifik agar narasumber mengetahui maksud dengan jelas - EKRUT

Beberapa orang yang menjadi narasumber terkadang tidak memberikan jawaban yang kamu harapkan. Meski demikian, kesalahan ini tidak selalu berasal dari mereka. Mereka mungkin tidak mengetahui jawaban seperti apa yang sebenarnya kamu inginkan. Jadi, cobalah bertanya atau meminta secara spesifik. Misalnya, kamu dapat berkata, “Tolong jelaskan seperti apa kronologi kejadiannya,” atau “Apa pesan Anda kepada masyarakat terkait peristiwa ini?”

Baca juga: Copywriter dan Content Writer, apa bedanya?

7. Mencatat poin penting dalam jawaban narasumber


Cobalah untuk mencatat poin penting saat melakukan wawancara - EKRUT

Meski menggunakan alat perekam sekalipun, kamu tetap harus membuat catatan. Kamu tidak perlu mencoba menulis setiap kalimat yang diucapkan karena hal ini akan memperlambat proses wawancara. Cukup tuliskan poin-poin penting dalam jawaban narasumber. Usai wawancara, tuliskan semua detail tersebut dalam bentuk narasi sesegera mungkin. Sertakan detail berupa suasana dan peristiwa yang terjadi selama wawancara.

5 Tips komunikasi saat wawancara dari tokoh terkenal


Mencari tahu latar belakang narasumber akan meningkatkan rasa percaya dirimu - Pexels

Sebagai seorang jurnalis, terdapat lima tips komunikasi yang bisa kamu terapkan agar tujuan wawancara tercapai. Berikut petunjuk singkatnya seperti dilansir dari buffer.com.

1. Siapkan catatan dan nikmati percakapan yang terjadi

Pewawancara yang baik selalu mempelajari latar belakang narasumber mereka – banyak yang bahkan memiliki staf yang bertugas untuk mengumpulkan data-data tersebut. Jika kamu dapat melakukannya, cari tahu terlebih dahulu orang yang akan diwawancarai karena suasana familier akan meningkatkan rasa percaya diri dan membuat narasumber lebih terbuka kepadamu. Namun, saat wawancara terjadi, beberapa pewawancara profesional jarang mengikuti naskah yang telah disiapkan atau merujuk pada catatan. Pendekatan yang lebih baik adalah dengan membiarkan pembicaraan mengalir secara alami. 

2. Sesuaikan energi, suasana hati, dan gestur dengan narasumber

Pewawancara yang baik juga tahu bagaimana membuat narasumber nyaman untuk mengungkapkan sesuatu yang terjadi pada diri mereka. Salah satunya dengan menyesuaikan energi, suasana hati, gaya bahasa, bahkan bahasa tubuh mereka. Dengan cara tersebut, pewawancara dapat menciptakan suasana yang seimbang dan menghadirkan rasa aman bagi narasumber. Bahasa tubuh juga dapat menunjukkan isyarat bahwa kamu hadir dan terlibat sepenuhnya dalam percakapan tersebut.

3. Menjadi pendengar yang aktif dan fleksibel

Pewawancara yang terampil tidak hanya mampu mendengarkan kata-kata yang diucapkan narasumber, tetapi juga nada di mana kata-kata itu diucapkan, jeda dan nuansa jawaban, serta hal-hal tersirat yang tidak dikatakan. Menjadi pendengar yang aktif dan fleksibel memungkinkan pewawancara mengetahui kapan saat yang tepat untuk beralih ke topik baru dan kapan saat untuk menyelidiki lebih dalam dengan pertanyaan lanjutan. Pertanyaan spontan sering kali menghasilkan jawaban terbaik, tetapi peluang tersebut hanya muncul dari mendengarkan secara mendalam dan terlibat dalam percakapan. 

4. Tumbuhkan rasa ingin tahu

Wawancara tidak akan berjalan sempurna tanpa rasa ingin tahu yang ditunjukkan oleh pewawancara. Keinginan mempelajari lebih jauh mengenai orang-orang di sekitarmu merupakan salah satu trik komunikasi yang efektif untuk digunakan. Kamu dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dalam kehidupan sehari-hari dengan memperhatikan lebih banyak detail, menggali secara mendalam ide-ide yang menarik minatmu, dan mempelajari hal-hal yang melatarbelakangi orang lain melakukan sesuatu.

5. Berlatih untuk menurunkan ego

Membicarakan diri sendiri memang menjadi hal yang menyenangkan karena perhatian audiens terpusat kepada kita. Namun, ketika mewawancarai narasumber, kamu harus ingat untuk memposisikan narasumber sebagai fokus. Menurunkan ego juga sangat penting untuk menumbuhkan rasa ingin tahu yang akan mendukung jalannya pembicaraan. 

Setelah melakukan langkah-langkah wawancara beserta tips di atas, tugasmu belum selesai. Kamu perlu meninjau kembali hasil wawancara untuk memastikan semua pertanyaan terjawab dan kutipan penting telah tercatat. Setelah itu, kamu bisa mengubah hasil wawancara tersebut menjadi sebuah artikel. Gunakan gaya penulisan yang sama dengan wawancara untuk menunjukkan konsistensi dalam liputan.

Kemampuan public speaking yang baik juga akan mendukungmu untuk melakukan wawancara yang ideal dan efektif. Simak cara meningkatkan kemampuan public speaking melalui video di bawah ini.


Last update: 3 September 2021

Sumber: 

  • scholastic.com
  • matadornetwork.com
  • thoughtco.com
  • contentmarketinginstitute.com
  • courses.lumenlearning.com
  • buffer.com 

Video yang berhubungan