Apa bukti keberhasilan Sultan Ageng Tirtayasa selama berkuasa

Apakah Anda pernah mendengar tentang Kerajaan Banten yang pernah berjaya di abad 15—18 Masehi di pesisir barat laut Pulau Jawa? Sepertinya cerita ini tenggelam dengan majunya industri di kawasan pesisir saat ini.  

Kota Cilegon menjadi salah satu kota industri di Provinsi Banten dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selain itu, Cilegon juga memiliki fasilitas kota yang lengkap. Namun, di balik kemajuan industri Provinsi Banten saat ini, terdapat cerita sejarah yang besar terkait Kerajaan Banten.  Kisah tentang kejayaan kerajaan ini tidak banyak diketahui orang, terutama masa kebesarannya yang berakhir nahas.

Baca juga: Kompleks Banten Lama, Warisan Sejarah yang Melegenda

Selayang Pandang Kota Cilegon di Provinsi Banten

Kota Cilegon yang terletak di Provinsi Banten telah lama dikenal sebagai kota industri. Kota ini bahkan sering disebut sebagai Kota Baja. Kawasan industri Krakatau Steel yang berada di sini menjadi penghasil baja terbesar di seluruh Asia Tenggara. Di Kota Cilegon, terdapat juga berbagai macam tempat penting, seperti Pelabuhan Merak, PLTU Krakatau Daya Listrik,  dan Krakatau Tirta Industri Water Treatment Plant. 

Melihat Kota Cilegon dan wilayah Banten saat ini, jarang yang tahu bahwa dahulu Provinsi Banten merupakan kerajaan yang pernah berjaya di masanya. Kerajaan Banten berawal dari sebuah wilayah kecil yang memiliki peradaban tinggi, dengan tata ekonomi, sosial, dan keagamaan yang baik termasuk kemiliteran. Sayangnya, kejayaan Kerajaan Banten ini berakhir tragis. 

Fakta Menarik tentang Kerajaan Banten

Apa bukti keberhasilan Sultan Ageng Tirtayasa selama berkuasa

Nah, berikut ini adalah lima fakta menarik tentang Kerajaan Banten yang perlu Anda ketahui.

Asal-Usul Kerajaan Banten

Kisah Kerajaan Banten berawal dari Kerajaan Demak yang melakukan ekspansi ke wilayah Banten. Putra Sunan Gunung Jati, Maulana Hasanudin, bersama pasukannya merebut wilayah ini dari Kerajaan Sunda atau Pajajaran.  Kejadian ini bertepatan waktu dengan keberhasilan Sultan Fatahillah atau Sunan Gunung Jati dari Cirebon—yang sebelumnya panglima perang Demak—menguasai kawasan Sunda Kelapa. 

Kawasan Banten pun dijadikan basis untuk menguasai Kerajaan Pajajaran dan Pelabuhan Sunda Kelapa. Di bawah pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin, Banten mengalami masa kejayaannya. Namun, wafatnya Sultan Maulana Hasanudin mengakibatkan melemahkan Kerajaan Demak. Beberapa wilayah mulai memisahkan diri termasuk Banten. Sampai akhirnya, berdiri Kerajaan Banten di bawah pimpinan Sultan Banten, anak dari Maulana Hasanudin, yaitu Maulana Yusuf.

Kejayaan Kerajaan Banten yang Luar Biasa

Kesultanan Banten dipimpin oleh belasan raja, mulai dari pertengahan abad ke-15 hingga awal abad ke-18. Dari sekian banyak raja yang memimpin Kerajaan Banten, hanyalah Sultan Ageng Tirtayasa yang mampu membawa Kerajaan Banten pada kejayaannya. Kerajaan ini mengalami kemajuan dalam bidang ekonomi melalui perdagangan, seperti perdagangan lada di wilayah Palembang serta area pesisir lainnya. 

Selain itu, bidang pertanian mengalami kemajuan akibat sistem kanal yang diterapkan. Bidang kemiliteran pun mengalami kemajuan sehingga Banten dikenal memiliki armada laut yang hebat. Bahkan, sang Sultan dikabarkan telah mendatangkan ahli dari Eropa untuk membuat perahu-perahu tempur yang canggih.

Sultan Banten Memberikan Bantuan kepada Amerika

Hal yang satu ini sangat menarik untuk diulas. Pasalnya, Kerajaan Banten ternyata pernah memberikan bantuan pada Amerika agar dapat lepas dari Inggris. Ketika itu, tepatnya tahun 1776 M, Kerajaan Banten dipimpin oleh Sultan Aliudin. Beliau memberikan bantuan ribuan batang emas kepada George Washington, yang saat itu menjabat presiden pertama Amerika Serikat.

Bahkan, ada kabar bahwa Sultan Aliudin juga memberikan bantuan dana untuk pembangunan Gedung Putih. Namun, kabar ini dijaga kerahasiaannya oleh Amerika hingga kini. Hal inilah yang menyebabkan keruntuhan Kerajaan Banten. Inggris, yang sebelumnya menjadi rekanan Kerajaan Banten, menjadi murka.

Perang Saudara yang Merontokkan Banten

Sebelum Sultan Aliudin mengirimkan bantuan dana pada Amerika Serikat—yang dianggap sebagai penyebab kemunduran hebat Kerajaan Banten—sebetulnya telah terjadi perpecahan di kerajaan ini. Telah terjadi perang saudara untuk memperebutkan kekuasaan, yaitu perpecahan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan putranya, Sultan Haji yang cenderung dekat dengan VOC. 

Dengan bantuan VOC, Sultan Haji memenangkan pertempuran melawan ayahnya sendiri. Kondisi inilah yang selanjutnya menimbulkan konsekuensi berat. Perdagangan lada harus dilepaskan untuk VOC, termasuk klaim beberapa wilayah milik Kesultanan Banten oleh VOC.

Jejak Napas Terakhir Kerajaan Banten

Di masa kepemimpinan Sultan Haji, Kesultanan Banten tidak lagi sebesar sebelumnya. Terlebih, bayang-bayang VOC ada di balik setiap gerak laju kesultanan ini. Pada tahun 1810, Belanda menghancurkan istana Surosowan. Pasalnya, sultan yang berkuasa saat itu tidak mau menuruti keinginan Daendels dari VOC, guna membantu niatnya membangun jalan raya POS.

Saat penyerangan ini terjadi, sultan dan semua anggota keluarga kerajaan ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda. Napas terakhir Kesultanan Banten pun berakhir ketika Thomas S. Raffles, yang saat itu menjabat Gubernur Hindia Belanda, melucuti sultan terakhir Kerajaan Banten atas prakarsa Inggris. Secara hukum, selanjutnya Banten masuk dalam wilayah Hindia Belanda dan berakhir sudah cerita kerajaan Banten yang megah dan besar. 

Kesultanan Banten memang pernah menorehkan sejarah menjadi kerajaan paling besar di nusantara. Sayang sekali dengan adanya konflik internal, membuat kerajaan ini pun berakhir tragis. Namun, sejarah  telah membuktikan bahwa Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang hebat dan disegani dunia.

Peninggalan Kerajaan Banten

Apa bukti keberhasilan Sultan Ageng Tirtayasa selama berkuasa

Selama berkuasa sekitar tiga abad lamanya, Kesultanan Banten menyisakan peninggalan bukti kejayaannya di Pulau Jawa. Berikut ini adalah lima peninggalan kerajaan ini yang wilayahnya meliputi pantai barat Pulau Jawa hingga Lampung.

Masjid Agung Banten

Masjid dengan menara seperti mercusuar dan atap mirip pagoda Cina ini dibangun pada 1652 di masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin. Adanya Masjid Agung Banten beserta kompleks pemakaman raja-raja Banten ini menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Banten sebagai kerajaan Islam di Jawa Barat. 

Banten sebelumnya merupakan wilayah Kerajaan Pajajaran yang beragama Hindu dan sempat menolak syiar Islam dari Kesultanan Demak dan Cirebon. Sebagian rakyat Banten yang menolak syiar ini, kemudian melarikan diri ke hutan pedalaman dan sekarang dikenal sebagai Suku Baduy.

Istana Keraton Kaibon

Bangunan istana Keraton Kaibon dahulu merupakan tempat tinggal Bunda Ratu Aisyah ibu dari Sultan Syaifudin. Sayangnya, akibat perang yang telah terjadi antara Kerajaan Banten dengan pemerintahan Belanda tahun 1832, bangunan ini telah hancur dan hanya tinggal sisa reruntuhan saja.

Istana Keraton Surosowan

Istana Keraton Surosowan dahulu merupakan tempat tinggal Sultan Banten sekaligus pusat pemerintahan. Namun, istana Surosowan yang  dibangun pada 1552 ini juga tinggal sisa-sisa reruntuhan saja bersama sebuah kolam pemandian para putri  kerajaan.

Benteng Speelwijk

Benteng Speelwijk setinggi tiga meter ini merupakan peninggalan Kerajaan Banten sebagai bentuk pusat pertahanan maritim di masa lalu. Benteng dengan mercusuar yang dibangun tahun 1585 ini juga berfungsi untuk mengawasi aktivitas pelayaran di seputar Selat Sunda. Di dalamnya, terdapat beberapa meriam serta terowongan yang menghubungkan benteng dengan Istana Keraton Surosowan.

Meriam Ki Amuk

Meriam Ki Amuk merupakan meriam rampasan dari Belanda yang paling besar terdapat di dalam Benteng Speelwijk. Sesuai namanya, meriam Ki Amuk memiliki daya tembak sangat jauh dan daya ledak yang sangat besar.

Danau Tasikardi

Danau Tasikardi adalah danau buatan seluas lima hektare yang terletak di sekitar istana Keraton Kaibon dan kini airnya telah menyusut. Danau berlapis ubin dan batu bata ini dibangun pada tahun 1570 – 1580 di masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf. Dahulu, danau ini berfungsi sebagai sumber air utama keluarga kerajaan serta saluran air irigasi persawahan kawasan Banten.

Vihara Avalokitesvara

Kerajaan Banten adalah kerajaan Islam yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap agama lain. Ini terbukti dengan adanya peninggalan kerajaan Banten berupa Vihara Avalokitesvara, yang merupakan tempat ibadah agama Budha. Vihara ini hingga kini masih  kokoh berdiri. Pengunjung masih bisa menyaksikan relief di dinding Vihara yang berkisah tentang legenda siluman ular putih. Nah, demikianlah kisah tentang kejayaan Kerajaan Banten yang saat ini tinggal nama dan menyisakan beberapa peninggalan bukti kejayaan di masanya. Semoga bermanfaat.