Apa fungsi dan kegunaan kamera

Banyak sekali perdebatan tentang apa itu fotografi dan siapa yang berhak mendapatkan label fotografer. Apakah hanya mereka yang menekuni usaha menghadirkan keindahan secara visual saja? Ataukah semua pemegang kamera berhak menyandang predikat itu?

Perdebatan yang tidak akan ada ujungnya.

Sebenarnya hal itu tidak perlu diperpanjang kalau kita mau melihat dua fungsi kamera di masa sekarang. Fungsi kamera ini pada akhirnya melahirkan dua kategori fotografi.

Dua Fungsi Kamera dan Dua Kategori Fotografi

1. Sebagai perekam momen

Sejarah awalnya memang menunjukkan bahwa kamera dilahirkan untuk membantu manusia merekam momen-momen dalam kehidupan mereka. Manusia ingin mempunyai alat yang bisa menghadirkan momen-momen terkait kehidupan mereka dalam bentuk visual dan bukan hanya sekedar kata-kata.

Pada saat lahirnya, memang sudah ada yang namanya menggambar dan melukis, tetapi hal itu sering dianggap kurang memberikan gambaran sesungguhnya tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Dari sanalah ide yang melahirkan kamera pertama di dunia, kamera Obscura.

Fungsi kamera yang ini melahirkan kategori fotografi yang bersifat “dokumentasi”. Menyimpan catatan. Kamera berperan merekam segala sesuatu dalam bentuk visual.

2. Sebagai alat penghasil karya seni

Dalam perkembangannya, manusia menemukan bahwa kamera pun bisa menghasilkan foto-foto yang membangkitkan rasa keindahan dalam dirinya.

Mereka menemukan bahwa pemegang kamera kemudian bisa menghasilkan karya yang tidak kalah memukaunya dengan lukisan. Bahkan, hal itu menjadi lebih mudah dilakukan karena tidak perlu keahlian khusus memadu cat dan menggoreskan kuas. Mereka hanya perlu mengoperasikan kamera untuk menghasilkan karyanya.

Fungsi kamera yang satu ini lah yang kemudian menjadi dasar lahirnya definisi fotografi adalah melukis dengan cahaya. Melukis adalah sebuah kegiatan bersifat seni dan penuangan ide.

Lahirlah kategori fotografi yang bersifat seni. Foto tidak lagi dipandang sebagai sekedar media dokumentasi, tetapi dipandang sebagai karya seni.

Disinilah masalahnya lahir.

Di masa sebelum lahirnya kamera smartphone, kedua kategori ini terpisah dengan sangat jelas. Batasannya bisa terlihat dengan baik. Ada dua kategori fotografer yang dilahirkan, yaitu.

1)

Seorang yang hanya sekedar berniat merekam momen-momen dalam kehidupannya akan memilih kamera kompak yang murah. Toh tujuannya mungkin hanya sekedar merekam foto kembang tumbuhnya anak mereka atau acara-acara tertentu saja (kecuali para wartawan dan juru foto jurnalistik)

Mereka tidak akan peduli tentang teknik-teknik yang memukau karena inti dari foto mereka adalah kenangan dan memori yang ada pada fotonya sendiri. Mau miring, mau agak blur, mau tidak terlalu fokus, bukanlah masalah. Selama foto tersebut bisa membangkitkan memori dalam dirinya, foto itu tetap bermakna dan berharga.

Kalangan ini tidak akan mau bersusah payah belajar berbagai teknik fotografi. Selama foto jelas, tidak blur, tidak terlalu gelap, sudah cukup.

2)

Berbeda dengan mereka yang memandang kamera dari sisi fungsi kedua. Mereka memandang dirinya seniman, penghasil karya seni, jadi mereka akan rela menghabiskan uang besar untuk membeli kamera handal, lensa bagus, dan banyak hal lainnya. Yang terpenting bagi kalangan ini adalah mereka menghasilkan karya foto yang menonjolkan keindahan.

Berkebalikan dengan pemotret pertama, kalangan ini tidak peduli terhadap cerita dan memori yang terkandung dalam sebuah foto. Yang terpenting bagi mereka adalah keindahan dan kecantikan, tidak beda dengan yang diinginkan para pelukis.

Kalangan yang ini akan mati-matian berlatih dan melakukan eksperimen agar hasil karya mereka mendapat pujian dari yang melihat.

Yang kedua inilah yang kemudian merasa bahwa fotografi dan gelar fotografer adalah “milik” mereka. Biasanya karena mereka merasa sudah mencurahkan begitu banyak waktu, tenaga, usaha untuk menghadirkan foto yang indah.

Apa fungsi dan kegunaan kamera

Perkembangan Teknologi Merubah Dunia, Termasuk Fotografi

Yang menjadi masalah adalah zaman berubah. Teknologi berkembang.

Jika di masa lalu, kamera susah sekali didapat, di masa sekarang, kamera adalah sebuah benda yang wajar ada di tangan manusia. Tidak ada smartphone tanpa ada kamera. Semakin hari, kamera smartphone yang ada semakin bagus.

Ditambah dengan kelahiran internet, blog, maka pengetahuan yang dulu hanya dikuasai oleh kalangan kedua, kalangan penghasil karya seni, tidak lagi menjadi eksklusif. Semua orang bisa mengakses dan belajar sendiri.

Semua orang bisa menekuni tanpa harus belajar secara formal.

Gelar fotografer yang dulu merupakan label untuk kalangan eksklusif tertentu tidak lagi menjadi eksklusif. Semua orang sekarang berhak memakainya, jika dia mau. Sesuatu yang menyebabkan gerahnya kalangan kedua, mereka yang menggunakan kamera sebagai penghasil karya seni.

Mereka merasa tidak seharusnya orang-orang yang tidak berjuang, belajar, menggunakan fungsi kamera sebagai penghasil karya seni pantas disebut fotografer.

Inilah asal muasal banyaknya perdebatan tentang definisi fotografi dan istilah fotografer.

Perdebatan itu lahir karena pemisahan antara fungsi kamera dan kategori fotografi mulai melebur. Perkembangan teknologi yang mendorong perubahan ini. Eksklusivitas yang dulu ada batasnya semakin tidak terlihat.

Hal ini sebenarnya bukan hanya terjadi dalam dunia fotografi, tetapi dalam banyak bidang lainnya. Semua itu disebabkan oleh kehadiran internet dan perkembangan teknologi yang membuat kamera dan pengetahuan menjadi semakin murah dan terjangkau semua orang.

Jika dulu hanya segelintir orang yang bisa menjangkaunya, pada masa sekarang, semua orang bisa mendapatkannya dengan murah via dunia maya.

Sesuatu yang tidak terelakkan.

Jadi, seharusnya semua harus bisa menerima tatanan yang lahir karena perkembangan teknologi ini. Tidak perlu ada perdebatan panjang tentang siapa yang layak menyandang label fotografer karena pada dasarnya semua berhak melakukannya.

Toh yang terpenting adalah menghasilkan foto yang indah atau bermakna. Sesuai dengan fungsi kamera yang ingin dipergunakannya.

Kamera digital adalah sebuah perangkat elektronik yang digunakan untuk memvisualisasikan keadaan sekitar menggunakan sebuah sensor dalam format digital dan disimpan pada media penyimpanan digital (memori). Kamera merupakan alat yang digunakan untuk membuat gambar dari objek untuk selanjutnya dibiaskan melalui lensa pada sensor CCD dan akhir-akhir ini pada sensor BSI-CMOS (Back Side Illuminated) sensor yang lebih irit daya untuk kamera yang lebih canggih yang hasilnya kemudian direkam dalam format digital ke dalam media simpan digital.

Apa fungsi dan kegunaan kamera

Sebuah kamera digital SiPix yang didekatkan dengan sebuah kotak korek api untuk membandingkan ukurannya.

Kemudahan dari kamera digital adalah hasil gambar dapat dengan cepat diketahui hasilnya (instan) dan kemudahan memindahkan hasil (transfer). Beberapa kamera digital, terutama DSLR dan high-end cameras dilengkapi fasilitas RAW yang dapat ditindaklanjuti di komputer mengunakan perangkat lunak tertentu untuk hasil terbaik, tetapi pada saat ini fasilitas Auto Mode telah menghasilkan gambar yang baik dalam format JPEG.

 

Sensor kamera adalah sensor penangkap gambar yang dikenal juga sebagai CCD (Charged Coupled Device) dan CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) dan yang terbaru BSI-CMOS (Back Side Illumination CMOS) yang terdiri dari jutaan piksel (MP-mega pixel) lebih. Pada tahun 2013, hampir semua kamera telah menggunakan BSI-CMOS yang lebih irit daya, tetapi dapat menghasilkan gambar yang lebih baik.

Sensor ini berbentuk chip yang terletak tepat di belakang lensa. Semakin banyak pixel yang ditangkap, semakin memungkinkan pencetakan gambar besar dengan detail gambar yang cukup (dibatasi kapasitas kertas cetak foto yang biasanya 300dpi (dot per inch), sedangkan menggunakan printer dapat dihasilkan dpi yang lebih tinggi). Untuk menghasilkan foto seukuran postcard dengan 300dpi cukup menggunakan kamera 3MP. Kualitas foto sama sekali tidak ditentukan oleh besarnya MP, tetapi oleh kualitas sensor, prosesor kamera dan yang terakhir baru lensa, berbeda dengan kamera film di mana kualitas lensa lebih menentukan. Untuk mengetahui kualitas sensor kamera dapat dilihat pada https://en.wikipedia.org/wiki/DxO_Labs atau langsung pada sumbernya http://www.dxomark.com/Cameras/Ratings[1]

Layar LCD

Layar LCD (LCD display) adalah layar pada belakang kamera digital yang bermanfaat untuk melihat setting kamera dan seperti apa bidikan yang akan ditangkap oleh sensor kamera.

Layar LCD juga bisa membantu untuk melihat hasil foto secara instan setelah gambar diambil, sehingga fotografer dapat memutuskan untuk melakukan pengambilan gambar lagi atau tidak.

Beberapa kamera tidak memiliki Jendela Intip (Viewfinder) dan hanya mengandalkan Layar LCD untuk membidik yang disebut Live View. Bagaimanapun membidik dengan Viewfinder lebih stabil dari guncangan. Beberapa kamera lainnya memiliki keduanya, Jendela Intip dan Layar LCD di mana yang paling canggih adalah Layar OLED yang tetap tajam di bawah sinar matahari. Untuk menghemat energi atau baterai pada kamera yang canggih terdapat eye sensor pada Jendela Intip yang akan menghidupkan Jendela Intip Elektronik dan mematikan Layar LCD, jika mata mendekat ke Jendela Intip, sebaliknya akan terjadi jika mata menjauh dari Jendela Intip.

Media penyimpanan

Tidak semua kamera memiliki memory internal, sehingga harus menggunakan media penyimpanan luar. Media ini dapat berupa compact flash, memory stick, dan sebagainya. Pada umumnya media penyimpanan memiliki kapasitas penyimpanan gambar dalam jumlah besar sesuai dengan kapasitas memori yang dimiliki. Sekarang ini yang banyak dipakai adalah secure digital card.

Kamera digital yang umum dijumpai adalah:

  • Kamera saku digital (digital pocket camera)
  • Kamera prosumer (digital bridge camera)
  • Kamera Lepas lensa non-DSLR (Mirrorless Interchangeable Lens Camera - MILC)
  • Kamera digital SLR (Digital Single Lens Reflect (DSLR) Camera)

Kamera saku digital

 

Kamera kompak mini digital dengan lensa yang dapat ditarik ke dalam badan kamera

 

Kamera kompak digital terurai

Kamera saku digital atau disebut juga kamera kompak digital dibuat untuk dapat dimasukkan ke dalam saku (dikantongi) dan cocok untuk pengambilan gambar kegiatan sehari-hari.

Kebanyakan kamera kompak digital memiliki lensa zoom yang dapat ditarik ke dalam badan kamera dan penutup otomatis akan menutupi lensa dan melindungi dari debu. Tetapi kamera kompak digital yang dibuat untuk kegiatan ekstrem di mana kamera tersebut tahan air dan debu lensanya tak dapat ditarik ke dalam atau memang sudah terlindung di dalam badan kamera. Dan kamera kompak digital dengan kemampuan superzoom, lensanya tidak dapat sepenuhnya ditarik ke dalam badan kamera.

Kamera kompak digital biasanya dibuat untuk kemudahan. Hampir semuanya memiliki kemampuan otomatis "auto mode", yang mana pengguna hanya tinggal tekan tombol saja. Walaupun demikian beberapa kamera kompak digital juga memiliki kemampuan manual. Umumnya kamera kompak digital memiliki sensor yang kecil, agar kamera memiliki ukuran yang kecil dan akibatnya hasil foto tidak akan terlalu baik dan biasanya hasil foto hanya disimpan dalam bentuk file JPEG yang menambah buruk hasil foto. Kebanyakan kamera kompak digital memiliki lampu kilat terpadu, tetapi berkemampuan rendah dan hanya cocok untuk pengambilan foto jarak dekat. Kamera kompak digital yang mahal memiliki hotshoe untuk lampu blitz. Hampir semuanya tidak memiliki jendela intip (eye viewfinder) dan untuk pengambilan gambarnya mengandalkan layar LCD. Dan hampir semuanya dapat merekam video.

Kamera kompak digital sering kali dapat memotret makro dan lensa zoom-nya saat ini sudah mencapai 30x dan cocok untuk candid photography atau curi-curi foto, tetapi kemampuan zoom ini jelas masih di bawah kamera prosumer yang berkemampuan zoom lebih dari 60x, atau kamera DSLR yang harga lensa superzoom-nya sangat-sangat mahal.[2] Sistem autofocus pada kamera kompak digital umumnya menggunakan sistem kontras, tetapi beberapa kamera kompak digital yang agak mahal menggunakan minimum 2 cara autofocus seperti yang dilakukan oleh kamera DSLR. Beberapa kamera kompak digital yang mahal dan cocok untuk perjalanan dengan superzoom 30x memiliki kemampuan manual penuh bahkan dengan pengaturan ring pada lensa, memiliki juga jendela intip elektronik (electronic viewfinder), Hybrid Optical Image Stabilization, built-in flash, Full HD 60p, RAW, burst shooting up to 10fps, built-in Wi-Fi dengan NFC dan GPS sekaligus.[3]

Hampir semua kamera kompak digital memiliki sensor yang kecil di mana tidak cocok untuk pencahayaan yang lemah, tetapi Sony Cyber-shot DSC-RX1 dengan sensor 1" memiliki kemampuan mendekati kamera DSLR, tetapi dengan harga yang sangat mahal, bahkan jika dibandingkan dengan kamera DSLR yang murah.

GPS, compass, barometer dan altimeter untuk di atas permukaan laut atau dalam air kadang-kadang melengkapi Kamera kompak digital untuk kegiatan ekstrim.[4] Terkadang ada pula yang kasar dan tahan air.

Beberapa kamera kompak digital juga dapat mengambil foto 3D dengan 2 lensa atau satu lensa saja. Bahkan beberapa kamera dengan 2 lensa dapat mengambil foto Panorama 3D. Hasil foto 3D tersebut dapat dilihat pada TV berkemampuan 3D atau bahkan terkadang dapat juga pada layar LCD kamera tersebut.

Pada tahun 2013, Sony meluncurkan 2 kamera kompak digital yang sangat kompak, karena boleh dikatakan tidak memiliki badan kamera untuk disandingkan dengan kamera pintar (smartphone) atau tablet dan difungsikan dengan WiFi. Tetapi pengeoperasiannya relatif tidak mudah, karena semuanya boleh dikatakan harus diatur melalui layar LCD dari smartphone atau tablet tersebut dan bukannya melalui tombol-tombol pada kamera (minim tombol).[5]

Kamera prosumer

Kamera prosumer terdiri dari dua jenis, yaitu kamera prosumer berbentuk kamera digital SLR (DSLR-like) yang juga disebut Bridge Camera dengan lensa tetap yang tak dapat dilepas, sedangkan MILC walaupun lensanya dapat dilepas, tetapi tidak memiliki Cermin Reflex dan tentunya juga tidak memiliki Optical Viewfinder dan sebagai gantinya dipakai Electronical Viewfinder atau layar LCD saja. Disebut Bridge Camera, karena pada awalnya sebagai jembatan antara kamera saku digital dengan kamera digital SLR, memiliki mode PSAM (Program, Speed, Aperture atau Diafragma dan Manual), seperti halnya kamera digital DSLR. Tetapi sekarang ini mode PASM kadang-kadang juga dimiliki oleh kamera saku digital. Saat ini, Features dan Harga antar jenis kamera saling tumpang tindih, sehingga bisa saja kamera saku digital harganya lebih mahal daripada kamera digital SLR. Salah satu keunggulan yang dimiliki Bridge Camera adalah kemampuan zoom-nya yang saat ini sudah melampaui 50x bahkan 60x dan untuk itu diperlukan sistem stabilisasi yang mumpuni, sehingga ada Bridge Camera yang dilengkapi dengan 5-axis Image Stabilization (Pitch, Yaw, Roll, Vertical Shift and Horizontal Shift),[6] sehingga lebih unggul daripada Sistem Stabilisasi yang dimiliki oleh kamera digital SLR. Image Stabilization yang unggul juga berguna untuk pengambilan gambar video sambil berjalan dan tentunya juga dapat mengambil foto dengan kecepatan yang lebih lambat. Salah satu kelemahan Bridge Camera adalah untuk indoor photography di mana pencahayaannya terbatas, karena dengan sensornya yang kecil, maka ISO di mana noise-nya masih dapat diterima (belum banyak) hanya mencapai 200 atau 400. Built-in Flash-nya tidak dapat diandalkan dan sebaiknya memakai External Flash, tetapi hanya beberapa Bridge Camera yang memiliki slot untuk External Flash (hotshoe).

Kamera digital SLR

Digital Single-Lens Reflex (DSLR) cameras adalah kamera lensa tunggal yang menggunakan cermin refleks yang dapat memantulkan cahaya ke jendela bidik (eye viewfinder) dan cermin refleksnya juga dapat bergerak dari posisi awalnya 45 derajat dari horizontal menjadi horizontal dan kembali lagi ke posisi awalnya dengan sangat cepat (reflex). Pada posisi awalnya sinar dari lensa ke sensor terhalang oleh cermin reflex dan sensor baru disinari ketika cermin reflex menjadi horizontal, dan pada saat itulah jendela bidik menjadi gelap.

Autofocus menggunakan sensor-sensor pada mirror box di mana mirror box adalah kotak bujur sangkar (imaginer) dengan diagonalnya adalah cermin refleks. Beberapa kamera digital SLR memiliki 'live view' atau tampilan pada layar LCD seperti selalu ada pada kamera kompak digital.

Kamera jenis ini menggunakan sensor yang cukup besar, biasanya 18 mm hingga 36 mm (digonal) dengan crop factor 2, 1,6, 1,3 atau 1. Sensor yang besar membuat setiap pixelnya juga menjadi besar, sehingga dapat diisi lebih banyak informasi dan digabungkan dengan lensa yang berdiameter besar, maka cocok untuk pengambialan gambar dengan cahaya yang kurang terang dan hasil fotonya hanya sedikit memiliki noise/bercak. Untuk tampilan yang sama dan bukaan diafragma yang sama, maka sensor yang besar akan memberikan ruang ketajaman yang lebih sempit dan bagus untuk menampilkan kekaburan di luar ruang tajam tersebut (bokeh atau blur).

Semua kamera digital SLR menggunakan lensa lepas. Biasanya lensa untuk kamera jenis ini memang dibuat khusus untuknya, tetapi sekarang ini banyak lensa video lepas juga dapat digunakan di kamera digital SLR dan sebaliknya. Kamera digital SLR Pentax adalah kamera yang paling bisa menggunakan bermacam-macam lensa, apakah miliknya sendiri yang telah berusia berpuluh-puluh tahun dan bahkan lensa untuk kamera non-digital, atau juga bisa menerima lensa milik Nikon, Canon dan yang lainnya, tentunya mengunakan adaptor yang sesuai.

Kamera digital dapat dibagi menjadi beberapa grup:

Kamera video

  • Kamera video profesional seperti yang digunakan dalam pembuatan acara televisi dan film. Biasanya alat ini memiliki beberapa sensor gambar (satu untuk setiap warna) untuk meningkatkan resolusi dan gamut warna.
  • Camcorder digunakan para amatir. Ini merupakan gabungan antara kamera dan VCR untuk menciptakan unit produksi yang sudah terintegrasi. Mereka biasanya termasuk mikrofon dan LCD kecil.

Kamera diam

Kamera diam digital (bahasa Inggris: digital still camera) adalah kamera yang digunakan untuk menangkap gambar diam. Biasanya golongan ini dibagi lagi menjadi tiga kelompok:

  • Kamera digital kompak atau kamera saku: Ini merupakan kamera digital yang paling umum, dan paling mudah digunakan, karena fungsinya yang serba otomatis, dengan bentuk yang kecil dan mudah dibawa. Rata-rata kamera jenis ini, pada zaman sekarang, juga sudah dilengkapi fitur-fitur seperti kamera SLR atau prosumer, dan sudah bisa digunakan untuk zoom (jarak jauh) maupun makro (jarak dekat).
  • Kamera digital prosumer: Merupakan kamera digital kelas menengah dengan fungsi yang hampir menyerupai SLR, biasanya bentuknya sudah mirip SLR, namun dengan berat lebih ringan dan lebih kecil. Kamera jenis ini, lensanya tidak bisa diganti-ganti sesuai dengan kebutuhan, namun sudah dilengkapi dengan lensa tetap seperti fungsi zoom yang lebih jauh dibanding kamera saku (sampai di atas 10x), foto makro, dll.
  • SLR digital biasanya memiliki sensor sembilan kali lebih besar dari kamera digital standar[butuh rujukan], dan ditujukan untuk para fotografer profesional dan pehobi serius. Lensa kamera SLR dapat diganti-ganti sesuai keperluan. Biasanya, produsen sudah menawarkan lensa standar (lensa kit), namun berbagai jenis lensa juga dijual secara terpisah, sesuai kebutuhan dan kemampuan finansial. Kamera jenis SLR masih terbagi dari dua jenis, yakni SLR untuk sekadar hobi, atau SLR untuk pemakaian profesional murni yang tentunya kualitas hasil di atas kamera SLR hobi, tentunya tingkat harganya juga berbeda. Untuk kelas kamera SLR sendiri, menurut tingkat kualitas dan harganya juga sangat beragam. Termurah, berkisar 5-6 juta, kemudian puluhan juta, bahkan sampai ratusan juta rupiah seperti kamera merk Hasselblad.

Webcam

  • Webcam adalah kamera digital yang dikoneksikan ke komputer, digunakan untuk telekonferensi video atau tujuan lain. Webcam dapat menangkap gambar video gerak-penuh, dan beberapa model termasuk mikrofon dan kemampuan zoom.

Kebanyakan digital kamera dihubungkan ke komputer melalui USB, meskipun ada beberapa yang menggunakan firewire.

Beberapa alat, seperti telepon genggam, tablet dan PDA memiliki kamera digital yang terpasang.

  • Fotografi digital
  • Daftar merek kamera digital
  • Media memori digital kamera
  • Bioskop rumah
  • Telepon genggam
  • Telepon kamera
  • Pencetak warna (komputer)
  • Bluetooth
  • MIPC (Mobile Imaging and Printing Consortium).

  1. ^ "Camera Sensor Ratings by DxOMark". Diakses tanggal December 19, 2013. 
  2. ^ Ken Rockwell. "Nikon 18-300mm VR DX AF-S G ED NIKKOR, $1,000". Diakses tanggal January 27, 2014. 
  3. ^ Mike Lowe. "Hands-on: Panasonic Lumix TZ60 review". Diakses tanggal December 1, 2014. 
  4. ^ Panasonic DMC FT3 Specification Diarsipkan 2015-01-02 di Wayback Machine.. Cameras.co.uk. Retrieved on 2013-08-16.
  5. ^ "Sony DSC-QX100 and QX10 lens cameras bring top-notch optics to any smartphone or tablet, we go hands-on (video)". September 4, 2013. [pranala nonaktif permanen]
  6. ^ "Fujifilm S1 vs. Fujifilm HS50EXR". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-26. Diakses tanggal April 25, 2014. 

  • Wahana Komputer: Pemanfaatan Kamera Digital dan Pengolahan Imagenya, 2005. Penerbit Andi.
  • R. Amien Nugroho, Kamus Fotografi.
  • "Bokeh Digital"
  • (Inggris) Digital Camera King Diarsipkan 2005-08-06 di Wayback Machine.. Artikel dan tips bagi pengguna kamera digital.
  • (Inggris) Pengenalan Kamera Digital

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kamera_digital&oldid=21086401"