Apa kelebihan dan kelemahan cerpen itu berdasarkan aspek kebahasaan yang digunakan


Analisis Cerpen “Robohnya Surau Kami”

karya A.A. Navis

Di sebuah kampung ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Hanya karena seseorang yang datang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat, surau itu hingga kini masih tegak berdiri. Orang itulah yang merawat dan menjaganya. Kelak orang ini disebut sebagai Garin.

Kehidupan orang ini setiap harinya adalah beribadah, membersihkan, merawat dan menjaga surau. Tetapi di lebih terkenal sebagai pengasah pisau. Kehidupan orang ini mungkin begitu monoton. Dia hanya mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau dan bekerja hanya untuk keperluannya sendiri.

Dan pada suatu hari Ajo Sidi pun datang untuk bercakap-cakap dengan kakek penjaga surau itu,waktu terus berjalan yang akhir nya mengakhiri pembicaraaan yang sangat asyik tersebut.Namun tak lama setelah Ajo Sidi pergi dari surau yang tua tersebut kakek hanya bisa duduk merenung,sedih,dan kesal karena mendengarkan cerita Ajo Sidi yang seolah-olah menyindir kisah hidupnya.

Dia memang taat beragama tetapi dia dalam kehidupan nya telah banyak melupakan hal-hal yang sangat penting bagi kehidupan nya yaitu dia sangat melupakan ibadah dalam membina  keluarga sehingga keluarga nya meninggalkan dia seorang diri.Namun dia tak berusaha mengusahakan orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada Tuhannya. Apakah semua ini yang dikerjakannya semuanya salah dan dibenci Tuhan ? Atau dia ini sama seperti Haji Saleh yang di mata manusia tampak taat tetapi dimata Tuhan dia itu lalai. Akhirnya, kelak ia dimasukkan ke dalam neraka.

Penjaga surau itu begitu memikirkan hal ini dengan segala perasaannya. Karena beban pikirannya yang begitu berat ia memutuskan untuk menggorok lehernya sendiri dengan pisau. Sang garin pun meregang nyawa.Kematiannya sungguh mengejutkan masyarakat di sana. Semua orang berusaha mengurus mayatnya dan menguburnya. Kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli atas kematiannya. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau dia tetap pergi bekerja.

Perbandingan kejadian dan keadaan di cerita “Robohnya Surau Kami” dengan keadaan masa kini.

Cerita ini mengisahkan seorang kakek yang sangat setia merawat,menjaga surau dengan sangat baik.Dia juga sangat taat beribadah dan tidak pernah menyakiti orang lain.Kehidupan kakek ini begitu memprihatinkan namun dengan semangat dan keramahan yang dia miliki tak sedikit orang yang selalu memberikan sedekah kepada dia untuk kehidupan nya sehari-hari. Tetapi yang kurang dari diri tokoh tersebut adalah dia tidak mau berusaha untuk peduli kepada diri sendiri dan keluarganya. Ia hanya memikirkan akhirat semata dan itu yang membuatnya masuk neraka walaupun dia sudah beribadah dengan baik dan taat.

Perbedaan nya di masa sekarang adalah manusia hanya berpikiran di dalam dunia saja.Dan tak dapat kita pungkiri banyak manusia yang bekerja hanya untuk memperkaya diri sendiri dan keluarga nya tanpa memikirkan nasib orang-orang yang ada di sekitar nya.Dan tanpa disadari oleh mereka karena kesibukan nya yang begitu padat mungkin mereka telah melupakan salah satu kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan yaitu solat,sedakah,dll. Kehidupan akhirat dianggap bukanlah menjadi tujuan utama tapi kebahagiaan dunia lah yang utama

Kategori Cerpen

Cerpen ini tergolong cerpen yang bertema agama. Karena dari salah satu latar tempat berada di surau atau musholla yang berfungsi sebagai tempat ibadah. Kemudian dari tokoh sentral si Kakek di cerita ini ia diceritakan rajin dan taat beribadah serta bekerja sebagai penjaga surau. Kejadian di cerpen ini juga menunjukkan cerpen ini bertema keagamaan karena diceritakan adanya peristiwa yang terjadi di akhirat. Dimana akhirat adalah akhir dari seluruh makhluk di dunia yang terdapat surga dan neraka di dalamnya.

Unsur-unsur Intrinsik

a. Tema

Tema cerpen ini adalah kesombongan seseorang dalam menjalani hidup nya sehingga dia gagal mengurus keluarganya.

b. Amanat

            a.Jangan mudah tersinggung jika diejek seseorang.

            b.Jangan sombong karena sombong bukanlah kunci untuk masuk surga.

            c.Jangan terpesona dengan nama gelar dan kekuasaan.

            d.Jangan pernah menunggu balas kasihan pada orang lain.

c. Latar

Latar yang ada dalam cerpen ini adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

Latar tempat

Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan raya arah ke barat. Maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tan di jalan kampungku. Pada simpang kecil kekanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan itu nanti akan tuan temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolan ikan, yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi.

Latar Waktu

“Pada suatu waktu,” kata Ajo Sidi memulai, “..di Akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah berpulang.

            Latar Sosial

Dan di pelataran surau kiri itu akan tuan temui seorang tua yang biasanya duduk disana dengan segala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahun-tahun Ia sebagai Garim, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya.

d. Alur

Alur cerpen ini adalah alur mundur karena ceritanya mengisahkan peristiwa yang telah berlalu yaitu sebab-sebab kematian kakek Garin. Sedangkan strukturnya berupa bagian awal, tengah, dan akhir. Adapun alur mundurnya mulai muncul di akhir bagian awal dan berakhir di awal bagian akhir.

e. Penokohan

Tokoh dalam cerpen ini ada empat orang, yaitu tokoh Aku, Ajo Sidi, Kakek, dan Haji Soleh.

1)      Tokoh Aku berwatak selalu ingin tahu urusan orang lain.

Bukti:

Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan kedatangan Ajo Sidi kepadanya. Apakah Ajo Sidi tidak membuat bualan tentang kakek ? Dan bualan itukah yang mendurjakan kakek ? Aku ingin tahu. Lalu aku tanya pada kakek lagi: “Apa ceritanya, kek ?”

Ingin tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang memurungkan Kakek jadi memuncak. Aku tanya lagi kakek : “Bagaimana katanya, kek ?”.(hlm.9).

“Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya ceepat-ceepat meninggalkan istriku yang tercengang-cengang. Aku cari AjoSidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa sama istrinya saja. Lalu aku tanya dia.(hlm.16).

2)      Ajo Sidi adalah orang yang suka membual

Bukti:

Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu dia. Dan aku ingin ketemu dia lagi. Aku senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Tapi ini jarang terjadi karena ia begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai pembual, sukses terbesar baginya ialah karena semua pelaku-pelaku yang diceritakannya menjadi pemeo akhirnya. Ada-ada saja orang di sekitar kampungku yang cocok dengan watak pelaku-pelaku ceritanya….(hlm.8-9)

3)      Kakek adalah orang yang egois dan lalai, mudah dipengaruhi dan mempercayai orang lain.

Bukti:                    

Penggambaran watak seperti ini karena tokoh kakek mudah termakan cecrita Ajo Sidi. Padahal yang namanya cerita tidak perlu ditanggapi serius tetapi bagi si kakek hal itu seperti menelanjangi kehidupannya. Seandainya si kakek panjang akal dan pikirannya serta kuat imannya tidak mungkin ia mudah termakan cerita Ajo Sidi. Dia bisa segera bertobat dan bersyukur kepada Tuhan sehingga dia bisa membenahi hidup dan kehidupannya sesuai dengan perintah tuhannya. Tetapi sayang, dia segera mengambil jalan pintas malah masuk ke pintu dosa yang lebih besar.

4)      Haji Soleh yaitu orang yang telah mementingkan diri sendiri.

Bukti:

“ Sedari mudaku aku di sini, bukan ? tak kuingat punya istri, punya anak, punya keluarga seperti orang-orang lain, tahu? Tak terpikirkan hidupku sendiri…(hlm.10).

f. Titik Pengisahan

Titik pengisahan cerpen ini yaitu pengarang berperan sebagai tokoh utama (akuan sertaan) sebab secara langsung pengarang terlibat di dalam cerita. Selain itu pengarang pun berperan sebagai tokoh bawahan ketika si kakek bercerita tentang Haji Soleh di depan tokoh aku.

g. Gaya

Di dalam cerpen ini pengarang benar-benar memanfaatkan kata-kata, dan majas alegori, dan sinisme.

Keunggulan dan Kelemahan Cerpen “Robohnya Surau Kami”

Keunggulan cerpen ini dari segi bahasa mudah dimengerti. Dari segi amanat cerpen ini memiliki pesan yang sangat religius dan dalam yang dapat membuat tiap pembacanya sadar akan pentingnya berusaha di dunia dan beribadah untuk akhirat.

Kelemahan cerpen ini pemilihan kata masih banyak yang kurang baik seperti “sekali hari aku datang mengupah kakek.” Kalimat itu masih kurang efektif dalam pemilihan katanya.


Page 2