Apa kelebihan makanan yang diolah melalui proses fermentasi jelaskan?


Keuntungan fermentasi :

1)      Nilai gizi lebih baik daripada bahan asalnya, karena terjadi pemecahan zat makanan yang tidak dapat dicerna oleh manusia, misalnya serat akan diuraikan oleh enzim yang dihasilkan oleh kapang. Mikroba akan memecah senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana.

2)      Makanan hasil fermentasi lebih mudah dikonsumsi

3)      Makanan hasilk fermentasi mempunyai citarasa yang lebih baik.

4)      Beberapa hasil fermentasi seperti alcohol dan asam dapat menghambat pertumbuhan mikroba patogen di dalam makanan.

Kerugian fermentasi:

            Kapang dengan miselianya masuk ke dalam makanan, sehingga tekstur berubah, dan lebih permeabel terhadap air pengolahan. Kemungkinan terjadi keracunan, misalnya keracunan karena mengkonsumsi tempe bongkrek


Page 2

Beranda BIODATA SAYA FACEBOOK DAN TWITTER SAYA BIOGRAFI ATAU PERJALANAN HIDUP SAYA

  • home
  • gaya
  • Apa kelebihan makanan yang diolah melalui proses fermentasi jelaskan?

    Kedelai olahan yang telah dibungkus untuk diperam di industri tempe di dusun Klero, kelurahan Sumberharjo, kecamatan Prambanan, kabupaten Sleman, Yogyakarta, Senin (14/5). Para perajin tempe mengeluhkan naiknya harga bahan baku kedelai yang menurut data Koperasi Perajin Tempe Indonesia (KOPTI) sebesar 16,7% atau dari Rp 6000 naik menjadi Rp 7000 per kilogramnya. TEMPO/Suryo Wibowo

    TEMPO.CO, Jakarta - Cuka, acar sayuran, yogurt, dan tempe merupakan makanan yang mudah ditemui. Semua makanan itu melalui proses pengolahan, yakni fermentasi yang disebut dengan lactofermentation. Maksudnya, bahan gula dan karbohidrat diubah menjadi bentuk lain seperti kedelai menjadi tempe. Makanan fermentasi ini sudah lama populer dan begitu banyak manfaatnya. Berikut ini beberapa faedah makanan tersebut, yang dikutip dari situs Discovery Health



    1. Mudah dicernaDalam susu fermentasi, laktosa dipecah dan akan menjadi bentuk yang lebih mudah untuk dicerna. Misalnya saja dalam yogurt. Yogurt menjadi lebih mudah dicerna karena proses fermentasi itu.

    2. Kaya akan enzim

    Ini adalah alasan lain mengapa makanan fermentasi lebih mudah dicerna. Acar, misalnya, menjadi makanan yang kaya akan enzim. Enzim ini akan membantu memecah nutrisi dalam makanan. Ini membuat nutrisi makanan menjadi lebih mudah dicerna.

    3. Kaya vitamin

    Sebagai contoh, susu fermentasi telah meningkatkan kepadatan vitamin termasuk asam folat, vitamin B, riboflavin, dan biotin.

    4. Bakteri baik meningkat

    Makanan fermentasi mengandung bakteri baik yang akan membantu saluran pencernaan bekerja dengan optimal. Hal ini sangat bermanfaat, sebab pengaruh lingkungan yang semakin buruk telah banyak menghabiskan bakteri baik dalam tubuh. Ketidakseimbangan bakteri dalam usus dapat menyebabkan intoleransi laktosa, intoleransi gluten, infeksi jamur, alergi, bahkan asma. Oleh karena itu, tambahan bakteri baik sangat diperlukan oleh tubuh Anda.

    5. Menghindari mubazir

    Mentimun, wortel, dan kol sisa dari masakan dapat diolah kembali menjadi makanan lain, misalnya acar. Mengolahnya menjadi masakan mungkin akan ‘tanggung’ sebab jumlahnya yang sedikit. Namun, membuangnya ke tempat sampah juga bukan jawabannya. Jadi, memfermentasikan sisa sayuran menjadi acar tentu akan sangat bermanfaat dan terhindar dari mubazir.

    6. Penghematan biaya

    Fermentasi makanan mengurangi limbah makanan dan menghemat uang dalam jangka panjang. Jika saluran pencernaan sehat dan kuat maka kekebalan tubuh juga akan meningkat sehingga hidup menjadi lebih sehat. Dengan menjadi pribadi yang sehat, secara tidak langsung telah menghemat banyak biaya.

    DISCOVERY HEALTH | ANINGTIAS JATMIKA


    Terhangat:
    EDSUS HUT Jakarta | Kenaikan Harga BBM | Rusuh KJRI Jeddah

    Baca juga:


    Sidang Perdana Kasus Cebongan Kamis Ini
    Kalapas Cebongan: Pasti Ada Tekanan Psikis Berat
    Kasus Cebongan, LPSK Gandeng 16 Psikolog
    Kasus Cebongan, LPSK Umuman Kondisi Saksi




    Fermentasi atau peragian dalam pengolahan bahan pangan adalah pengubahan karbohidrat menjadi alkohol dan karbon dioksida atau asam amino organik menggunakan ragi/khamir, bakteri, fungi atau kombinasi dari ketiganya dalam kondisi anaerobik (tanpa oksigen). Perilaku mikroorganisme terhadap makanan dapat menghasilkan dampak positif maupun negatif, dan fermentasi makanan biasanya mengacu pada dampak positifnya. Keilmuan yang mempelajari fermentasi disebut dengan zimologi.

    Tape, salah satu makanan hasil fermentasi

    Fermentasi telah ada sejak zaman prasejarah. Bukti paling awal fermentasi makanan ada pada minuman beralkohol yang terbuat dari buah, beras, dan madu, bertanggal 7000-6600 SM di Jiahu, China,[1] dan minuman anggur sejak 6000 SM di Georgia.[2] Kendi berusia 7000 tahun berisi sisa minuman anggur ditemukan di Pegunungan Zagros, Iran dan disimpan di Universitas Pennsylvania.[3] Diperkirakan bangsa Babilonia memfermentasikan minuman sejak tahun 3000 SM,[4] Mesir Kuno sekitar 3150 SM,[5] Meksiko Kuno sekitar 2000 SM,[4] dan Sudan sekitar 1500 SM.[6]

    Louis Pasteur merupakan pakar Zymologist pertama di dunia, ketika pada tahun 1856 ia menghubungkan keberadaan ragi terhadap proses fermentasi.[7] Pasteur pada awalnya mendefinisikan fermentasi sebagai proses "respirasi tanpa udara". Pasteur juga menemukan bahwa fermentasi sejalan dengan perkembang biakan mikroorganisme di dalam makanan.

     

    Roti dan bir dua bahan pangan utama yang difermentasi di dunia

    Manfaat utama fermentasi adalah pengubahan karbohidrat menjadi asam organik yang bersifat mengawetkan makanan. Contoh fermentasi yaitu jus anggur yang difermentasi menjadi minuman anggur, gandum menjadi bir, dan sebagainya. Fermentasi menjadikan makanan lebih tahan lama.

    Setidaknya ada lima manfaat fermentasi:[8]

    • Memperkaya variasi makanan dengan mengubah aroma, rasa, dan tekstur makanan
    • Mengawetkan makanan dengan menghasilkan sejumlah asam laktat, alkohol, dan asam asetat dalam jumlah yang signifikan
    • Memperkaya nutrisi makanan dengan menambahkan sejumlah protein, asam amino, serta vitamin
    • Mengeliminasi senyawa anti nutrien
    • Mengurangi waktu dan sumber daya yang diperlukan dalam memproses makanan

    Botulisme akibat makanan fermentasi pernah terjadi di Alaska sejak tahun 1985 yang disebabkan oleh praktik fermentasi produk ikan secara tradisional, termasuk fermentasi walrus, singa laut, dan paus. Kondisi ini diperparah ketika kemasan plastik digunakan sebagai wadah fermentasi, bukan menggunakan lubang tanah yang ditutupi jerami seperti cara tradisional, karena bakteri Clostridium botulinum berkembang dengan baik pada kondisi kedap udara.[9]

    WHO mengklasifikasikan acar sebagai karsinogen berdasarkan studi epidemiologi.[10] Studi lainnya menemukan bahwa bahan pangan hasil fermentasi mengandung produk samping berupa karsinogen seperti etil karbamat.[11][12] Sebuah kajian pada tahun 2009 di Asia menemukan bahwa warga yang memakan acar sayuran secara berkala memiliki risiko kanker esofagus hingga dua kali lipat.[13]

      Portal pertanian

    • Bakteri asam laktat
    • Daftar makanan hasil fermentasi
    • Fermentasi (anggur)
    • Fermentasi (biokimia)
    • Fermentasi industri
    • Ikan fermentasi
    • Mikrobiologi industri
    • Mikrobiologi pangan
    • Pembuatan anggur
    • Pembuatan bir
    • Ragi

    1. ^ DOI:10.1073/pnas.0407921102
      Rujukan ini akan diselesaikan secara otomatis dalam beberapa menit. Anda dapat melewati antrian atau membuat secara manual
    2. ^ "8,000-year-old wine unearthed in Georgia". The Independent. 2003-12-28. Diakses tanggal 2007-01-28. 
    3. ^ "Now on display ... world's oldest known wine jar". Diakses tanggal 2007-01-28. 
    4. ^ a b "Fermented fruits and vegetables. A global perspective". FAO Agricultural Services Bulletins - 134. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-01-19. Diakses tanggal 2007-01-28. 
    5. ^ Cavalieri, D (2003). "Evidence for S. cerevisiae fermentation in ancient wine" (PDF). Journal of Molecular Evolution. 57 Suppl 1: S226–32. doi:10.1007/s00239-003-0031-2. PMID 15008419. 15008419. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-04-17. Diakses tanggal 2007-01-28.  Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)
    6. ^ Dirar, H., (1993), The Indigenous Fermented Foods of the Sudan: A Study in African Food and Nutrition, CAB International, UK
    7. ^ "Fermentation" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-05-30. Diakses tanggal 2014-04-12. 
    8. ^ Steinkraus, K. H., Ed. (1995). Handbook of Indigenous Fermented Foods. New York, Marcel Dekker, Inc.
    9. ^ "Why does Alaska have more botulism". Centers for Disease Control and Prevention (U.S. federal agency). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-08-07. Diakses tanggal 18 July 2011. 
    10. ^ "Agents Classified by the IARC Monographs, Volumes 1–105" (PDF). International Agency for Research on Cancer (United Nations World Health Organization agency). Diakses tanggal 10 October 2012. 
    11. ^ "Fermented Food : contains carcinogenic ethyl carbamate (urethane)". Live in Green Company Limited. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-13. Diakses tanggal 10 October 2012. 
    12. ^ "New Link Between Wine, Fermented Food And Cancer". ScienceDaily. Diakses tanggal 10 October 2012. 
    13. ^ "The WHO Says Cellphones—and Pickles—May Cause Cancer". Slate. Diakses tanggal 10 October 2012. 

    • Fermentations in world food processing (1st part, PDF file) Diarsipkan 2009-09-30 di Wayback Machine.
    • Fermentations in world food processing (2nd part, PDF file) Diarsipkan 2009-09-30 di Wayback Machine.
    • Science aid: Fermentation - Process and uses of fermentation
    • Fermented cereals. A global perspective - FAO 1999

    Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fermentasi_(makanan)&oldid=21030057"