Apa pendapat john locke tentang manusia

John Locke (lahir 29 Agustus 1632 – meninggal 28 Oktober 1704 pada umur 72 tahun) merupakan seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan empirisme. Selain itu, di dalam bidang filsafat politik, Locke juga dikenal sebagai filsuf negara liberal.[2] Bersama dengan rekannya, Isaac Newton, Locke dipandang sebagai salah satu figur terpenting di era Pencerahan.[3][4] Selain itu, Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era pasca-Descartes (post-Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi menjadi satu-satunya pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat waktu itu.[4][5][6] Yang belakang sekali Locke juga menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.[6]

Tulisan-tulisan Locke tidak hanya berkomunikasi dengan filsafat, tetapi juga tentang pendidikan, ekonomi, teologi, dan medis.[3] Karya-karya Locke yang terpenting merupakan "Esai tentang Pemahaman Manusia" (Essay Concerning Human Understanding), Tulisan-Tulisan tentang Toleransi" (Letters of Toleration), dan "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Government).[7][8][3]

Biografi

John Locke dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset.[6][9] Keluarganya berasal dari kelas pertengahan dan ayahnya memiliki beberapa rumah dan tanah di sekitar Pensford, sebuah kota kecil di anggota selatan Bristol.[9] Selain bekerja sebagai pemilik tanah, ayah Locke bekerja juga sebagai pengacara dan melakukan tugas-tugas administratif di pemerintahan lokal.[6][9]

Pada tahun 1647, Locke berlatih di Sekolah Westminster, yang pada waktu itu merupakan sekolah terkenal di Inggris.[9][6] Pendidikan di sana berpusat pada pelajaran bahasa-bahasa kuno, yaitu pertama-tama bahasa Latin, yang belakang sekali bahasa Yunani, dan juga bahasa Ibrani.[9] Setelah itu, pada tahun 1652, Locke mendapat beasiswa untuk melintasi pendidikan di Sekolah Gereja Kristus (Christ Church), Oxford, dan tinggal di sana sejak bulan Mei 1652.[6][9]

Di sekolah itu, Locke kurang menyukai metode skolastik dalam saling berargumentasi dan juga tema-tema metafisika dan logika.[6][9] Karena itu, Locke tidak mendapatkan nilai yang mengesankan ketika ia mendapatkan gelar hingga strata dua.[9] Ia banyakan menghabiskan waktunya untuk membaca karya-karya sastra, seperti drama, roman, dsb-nya.[9]

Setelah itu, Locke mulai menyenangi bidang medis, sebagaimana tertulis di dalam beberapa catatan pribadi Locke yang ditulis pada periode kesudahan dekade 1650-an.[9] Ia menciptakan banyak catatan tentang hal-hal yang berkomunikasi dengan kesehatan dan pengobatan.[9]

Melintasi minatnya dalam bidang medis, Locke mulai meminati filsafat dunia sejak tahun 1658.[9] Pada awal tahun 1660, ia berjumpa dengan Robert Boyle yang akan banyak memengaruhinya kelak.[6][9] Sejak tahun 1660, Locke menambah minatnya dengan membaca filsafat mekanis yang baru muncul, yang dimulai dengan membaca karya Boyle.[9] Selain itu, ia juga mulai rajin membaca karya-karya Descartes.[9]

Perhatian Locke pada waktu-waktu ini tidak terbatas pada bidang medis dan filsafat dunia saja, namun juga kepada bidang politik.[9] Situasi politik di Inggris pada waktu itu memang sedang bergejolak.[9] Cromwell, yang pada waktu itu sudah mengubah sistem politik Inggris, meninggal pada tahun 1658 sehingga terjadi perubahan lagi di bawah pemerintahan Raja Charles II.[9] Charles II menghendaki pemerintahan yang dengan kuat menguasai negara dan gereja Inggris, dan Locke pada waktu itu mendukung pemerintahan Charles II.[9] Pada bulan November hingga Desember 1660, ia menciptakan suatu karangan singkat untuk menanggapi pandangan Edward Bagshaw, yang menegaskan perlunya hakim sipil dalam menentukan bentuk-bentuk ibadah keagamaan.[9] Yang belakang sekali pada tahun 1661-1662, Locke menulis dua karya lagi dalam bahasa Latin.[9] Karya pertama menegaskan lagi tesis yang dipakai untuk melawan argumentasi Bagshaw, dan karya kedua mempunyai pokoknya penolakan terhadap posisi Gereja Katolik Roma yang menyatakan Alkitab perlu ditafsir tanpa berada kealpaan melintasi lembaga magisterium.[9] Di sini, Locke menggunakan teologi Gereja Anglikan dalam mempertahankan argumennya.[9]

Pada tahun 1661, Locke diangkatkan menjadi dosen di sekolah Gereja Kristus tempatnya berlatih dulu.[6][9] Ia mengajar bahasa Yunani dan bahasa Latin.[6][9] Yang belakang sekali pada tahun 1664, ia menjadi petugas sensor dalam bidang filsafat moral.[6][9] Selama periode ini, Locke melanjutkan minatnya pada bidang pengobatan dan filsafat dunia.[9] Yang belakang sekali Locke berlatih kepada Thomas Willis selama tahun 1661-1662 dan mempelajari kimia pada tahun 1663 kepada Boyle.[9] Selain itu, Locke juga menolong penelitian-penelitian yang mereka lakukan.[9]

Pada tahun 1665, Locke mendapat kesempatan untuk menjadi sekretaris Walter Vane yang bertugas melakukan misi diplomatik ke beberapa negara.[6][9] Locke meninggalkan Inggris pada bulan November dan kembali pada bulan Februari.[9] Melintasi surat yang dikirimnya, tampak bahwa Locke menikmati kunjungan luar negeri pertamanya itu.[9] Setelah itu, Locke ditawarkan pekerjaan menjadi sekretaris untuk pekerjaan diplomasi ke Spanyol namun ia menolak.[9][6] Sekembalinya Locke ke Oxford, ia melanjutkan studinya dalam bidang kimia dan fisiologi.[9]

Pada tahun 1666, Locke bertemu dengan Lord Ashley yang di yang belakang sekali hari menciptakan perubahan luhur dalam hidup Locke.[9] Pada tahun 1667, Locke pindah dari Oxford menuju London untuk bekerja di rumah Lord Ashley.[6][9][3] Locke tinggal di sini selama delapan tahun.[9] Selama di London, Locke juga membaca buku-buku pengobatan, namun di situ ia mendapatkan pengalaman langsung dalam soal-soal klinis karena ia menjadi asisten dari Thomas Sydenham yang merupakan seorang dokter.[9][6] Locke menemani Sydenham dalam perjalanan-perjalanannya dan juga menciptakan catatan-catatan tentang soal-soal kesehatan.[9] Di sini, Locke menciptakan catatan yang belakangnya dibukukan dengan judul De Arte Medica, yang di dalamnya dipakai pendekatan empiris.[9]

Pada tahun 1668, Lord Ashley mengalami gangguan kesehatan yang cukup parah.[9] Locke melakukan operasi terhadap liver Lord Ashley dan keadaannya semakin membaik.[9] Karena itu, Lord Ashley menganggap Locke sebagai penyelamat hidupnya.[9] Setelah itu, untuk mendukung studi Locke dalam bidang kimia, Lord Ashley menyediakan laboratorium di rumahnya.[9]

Selain meningkatkan kemampuan dalam bidang kesehatan dengan praktik langsung bersama Sydenham, perkenalan Locke dengan Lord Ashley juga menambah pengalaman Locke dalam bidang politik.[9] Setahun setelah datang ke London, Locke menulis "Essay tentang Toleransi" yang pokoknya amat berlainan dengan dua karya yang ia tulis pada tahun 1660-1662.[9] Pada tahun 1669, Lord Ashley melibatkan Locke dalam urusan pendirian koloni baru di Carolina, khususnya dalam menciptakan konstitusi Carolina.[6][9] Locke menjalani tugasnya dalam menolong Lord Ashley hingga ia meninggalkan Inggris menuju Perancis pada tahun 1675.[6][9]

Di Perancis

Hingga tahun 1670, Locke belum dapat disebutkan sebagai seorang filsuf.[9] Akan tetapi, ia mulai mengorganisir suatu pertemuan dengan beberapa temannya untuk berdiskusi mengenai topik-topik tertentu.[9] Berada tulisan tentang epistemologi yang ditulis pada tahun 1671 berdasarkan diskusi-diskusi yang dilakukan Locke.[9]

Selama tahun 1672 hingga 1675, biasanya waktu Locke dipakai untuk mengerjakan tugas-tugas administratif.[9] Pada bulan Maret 1672, Lord Ashley diangkatkan sebagai pangeran dari Shaftesbury dan Locke tetap menolongnya hingga Lord Ashley keluar dari jabatan tersebut pada tahun 1673.[9] Pada bulan November 1675, tugas Locke bubar dan Locke pergi ke Perancis.[6] Locke tinggal di sana selama kurang lebih tiga setengah tahun.[9] Pada tanggal 4 Januari 1676, Locke tiba di Montpellier, di mana ia tinggal selama setahun.[9] Ia berteman dengan dua dokter Protestan yang bernama Charles Barbeyrac dan Pierre Magnol, serta seorang filsuf Cartesian, Sylvain Regis, yang menjadi guru bahasa Perancis bagi Locke.[9] Setelah mempelajari bahasa Perancis, Locke mulai membaca buku-buku dalam bahasa Perancis.[9]

Selama di Montpellier, Locke meneruskan pembelajarannya dalam bidang filsafat, sebagaimana tertulis di dalam jurnal pribadinya.[9] Bulan Februari 1677, Locke meninggalkan Montpellier dan menuju Paris.[9] Ia bermukim sebentar di Paris lalu pergi ke beberapa tempat hingga tahun 1678 kembali ke Inggris.[9]

Kembali ke Inggris dan pergi ke Belanda

Ketika Locke memutuskan kembali ke Inggris pada bulan Mei 1679, situasi politik Inggris sedang mengalami krisis.[6] Terdapat rumor yang menyatakan akan terjadinya pembunuhan terhadap Raja Charles II untuk digantikan dengan saudaranya, James, yang beragama Katolik.[9] Selama empat tahun selanjutnya, hingga Locke melarikan diri ke Belanda untuk mencari suaka politik, Locke memusatkan perhatian kepada politik.[9] Hal itu disebabkan Lord Ashley, yang merupakan sahabat Locke, merupakan salah satu pemimpin kaum yang anti terhadap pemerintahan Raja Charles II.[9]

Raja Charles II melihat Lord Ashley sebagai musuhnya yang amat berbahaya dan mau membunuhnya, namun beberapa kali usahanya gagal.[9] Hal itu mendorong Lord Ashley untuk melarikan diri dari Inggris menuju Belanda pada kesudahan tahun 1682 dan meninggal di Belanda pada bulan Januari 1683.[6][9] Kehidupan Locke di Inggris turut terancam karena gerakan-gerakan dari kaum anti pemerintahan Charles II sedang terus berada sehingga ia terus dicurigai sebagai pengkhianat oleh pemerintah.[9] Akhirnya, Locke meninggalkan Inggris pada tahun 1683 dan menuju Rotterdam, Belanda.[6][9][3]

Buku Locke yang terkenal berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" ditulis ketika Locke berada di Belanda.[6][9] Tentu saja bagian penulisan buku itu sudah dimulai sebelumnya.[9] Di dalam karya ini, Locke memberikan kritik terhadap buku "Patriarcha" karangan Robert Filmer karena Filmer menganjurkan monarki absolut.[3][9]

Buku tersebut bukan satu-satunya karya Locke dalam bidang politik pada periode ini.[9] Pada periode ini, Locke juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, yang menulis buku untuk menyerang kaum Protestan Inggris yang tidak mau menerima Gereja Anglikan.[9] Jikalau pada tahun 1660-1662 Locke pernah saling berargumentasi untuk membela Gereja Anglikan, kini justru Locke menyanggah posisi Gereja Anglikan.[9] Locke menulis karya yang menyanggah buku Stillingfleet bersama dengan seorang teman dari Oxford yang bernama James Tyrrell.[9]

Di Belanda, Locke melakukan kontak kepada beberapa politikus Inggris yang sedang melarikan diri juga.[9] Pada tahun 1684, nama Locke tercantum di dalam daftar pencarian orang dari pemerintahan Belanda sehingga Locke wajib bersembunyi dan berpindah-pindah tempat hingga bulan Mei 1685.[9] Di sinilah Locke menyelesaikan karya terpenting lainnya, "Essay tentang Pemahaman Manusia", yang mana ia kirim salinannya ke Inggris pada tahun 1686 dengan amat hati-hati.[9] Pada kesudahan tahun 1686, naskah-naskah dari tulisan itu hampir berakhir dan mirip bentuk kesudahan yang berada ketika ini.[9]

Dalam mengerjakan buku tersebut, Locke sempat terinterupsi karena pekerjaannya dalam menulis karya lain, "Surat Perihal Toleransi".[6][9] Karya itu dikerjakan selama tahun 1685 hingga 1686 di Amsterdam.[9] Locke memang sudah lama bergumul soal toleransi agama sesuai konteks politik Inggris, namun sorongan langsung terhadap pembuatan karya itu merupakan pencabutan kembali Edik Nantes pada bulan Oktober 1685.[9] Pemilihan bahasa Latin dalam karya itu menunjukkan bahwa karya itu ditujukan Locke kepada pembaca Eropa secara luas.[9] Karya itu terbit pada bulan Mei 1689, setelah Locke kembali ke Inggris, dan diterbitkan secara anonim.[6][9]

Kembali ke Inggris pada periode pemerintahan William dari Orange

John Locke pada tahun 1697

Situasi politik Inggris kembali berubah ketika William dari Orange berhasil menjadi pemimpin Inggris dan menyebabkan James II wajib melarikan diri dari Inggris.[9] Locke kini dapat pulang dengan tenang ke Inggris pada bulan Februari 1689, bahkan ditawari posisi sebagai diplomat namun ia menolak karena argumen kesehatan.[6][9][3]

Pada tahun 1689, Locke bertemu dan menjalin hubungan dengan Newton.[9] Locke menjadi salah satu pembaca pertama dari "Principia", karya penting Newton.[9] Keduanya juga sering bertemu untuk berdiskusi dan mengirim surat untuk membahas topik-topik tertentu.[9] Topik yang menjadi minat utama mereka berdua bukanlah ilmu dunia tetapi penafsiran Alkitab.[9]

Setelah bukunya "Essay tentang Pemahaman Manusia" terbit, ia segera mempersiapkan revisi dari buku itu dan juga buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan".[9] Selain itu, buku "Surat-Surat Perihal Toleransi" juga sedang diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh William Popple.[9] Setelah diterbitkan pada bulan Oktober 1689, buku itu terjual keras dan menimbulkan beragam reaksi.[9] Salah satu yang menanggapi buku itu dengan keras merupakan Jonas Proast pada tahun 1690 dan ditanggapi kembali oleh Locke pada tahun yang sama.[9] Akan tetapi, identitas Locke tetap menjadi rahasia.[9] Perdebatan mereka berlanjut hingga Juni 1692 ketika Locke menulis "Surat Ketiga tentang Toleransi", dan Proast tidak menanggapi lagi.[9]

Setelah Locke kembali ke Inggris, Locke menetap beberapa waktu di London.[9] Ia kehilangan posisinya di Sekolah Gereja Kristus dan tidak pernah berusaha mengambilnya kembali.[9] Pada awal tahun 1691, ia diundang untuk tinggal di Oates, Essex anggota utara, yang merupakan kediaman Francis Masham.[9] Istri Masham, Damaris, merupakan anak dari Ralph Cudworth dan merupakan teman diskusi Locke melintasi surat selama bertahun-tahun.[9] Akhirnya, Oates menjadi kediaman Locke sepanjang sisa hidupnya, meski pada dekade 1690-an, Locke sempat tinggal di London karena beberapa urusannya di pemerintahan.[9]

Setelah itu, Locke berusaha menyelesaikan karya lainnya dalam bidang pendidikan, "Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan".[9] Karya itu dipublikasikan pada bulan Juli 1693 dan edisi baru mempunyai pokoknya penambahan materi terbit dua tahun yang belakang sekali.[9]

Pada tahun 1695, Locke menerbitkan lagi tulisan yang berjudul "Kerasionalan Agama Kristen" (The Reasonableness of Christianity).[9] Sebagaimana "Surat-Surat tentang Toleransi", karya ini juga diterbitkan secara anonim dan segera menimbulkan kontroversi.[9] Kontroversi itu muncul karena pemikiran-pemikiran Locke di dalam buku itu dinilai terlalu melemahkan agama Kristen.[9] Lawan polemik Locke kali ini merupakan John Edwards, dan polemik mereka berdua terjadi hingga tahun 1697.[9]

Pada bulan-bulan awal tahun 1696, Locke menghabiskan waktunya untuk beristirahat di Oates.[9] Pada bulan Juni, ia mulai melakukan pekerjaannya untuk pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi dan koloni-koloni Inggris, selama empat tahun selanjutnya.[9] Selain mengurus masalah-masalah negara, Locke pada periode ini juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, seorang uskup Gereja Anglikan.[6][9] Polemik mereka berlangsung dari bulan November 1696 hingga kesudahan tahun 1698 ketika kesehatan Stillingfleet menurun dan tidak memungkinkannya menanggapi pandangan Locke lagi.[9]

Kesudahan hidup

Pada bulan Juni 1700, Locke pensiun dari pekerjaannya di pemerintahan.[9] Ia menjalani sisa kehidupannya selama 4 tahun dengan tenang dan tidak terlalu sering mengunjungi London.[9] Walaupun demikian, Locke sedang mengerjakan tulisan lainnya yang berjudul "Parafrase dan Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (Paraphrase and Notes on the Epistles of St Paul).[9] Karya ini menyatakan kedalaman karakter religius dari pemikiran Locke.[9]

Kesehatan Locke semakin menurun dalam tahun-tahun terakhir kehidupannya dan ia menderita penyakit asma.[9] Kunjungan terakhirnya ke London pada bulan Januari 1698 karena dipanggil oleh Raja William III menciptakan kesehatannya semakin buruk.[9]

Bulan-bulan kesudahan tahun 1704 merupakan saat-saat terakhir kehidupannya.[6][9] Ia meninggal tanggal 28 Oktober 1704 dan dikuburkan di High Laver.[6][9]

Pemikiran

Tentang pengetahuan

Sampul depan buku "Essay tentang Pemahaman Manusia".

Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah filsafat merupakan mengenai bagian manusia mendapatkan pengetahuan. Ia berusaha menjelaskan bagaimana bagian manusia mendapatkan pengetahuannya.[10] Menurut Locke,[7][2][11] seluruh pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Posisi ini merupakan posisi empirisme yang menolak argumen kaum rasionalis yang mengatakan sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio atau cara melakukan sesuatu manusia. Walaupun demikian, rasio atau cara melakukan sesuatu berperan juga di dalam bagian manusia memperoleh pengetahuan. Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, cara melakukan sesuatu atau rasio manusia itu belum berfungsi atau sedang kosong. Situasi tersebut diibaratkan Locke seperti sebuah kertas putih (tabula rasa) yang yang belakang sekali mendapatkan pokoknya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi untuk mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama pengetahuan menurut Locke merupakan pengalaman.

Ragam pengalaman Manusia

Lebih lanjut, Locke menyatakan berada dua macam pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau reflection).[7][11] Pengalaman lahiriah merupakan pengalaman yang menangkap cara indrawi yaitu segala cara material yang berkomunikasi dengan panca indra manusia.[7] Yang belakang sekali pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki kesadaran terhadap caranya sendiri dengan metode 'mengingat', 'menghendaki', 'meyakini', dsb-nya.[7] Kedua bentuk pengalaman manusia inilah yang akan membentuk pengetahuan melintasi bagian selanjutnya.[7]

Bagian manusia mendapatkan pengetahuan

Dari perpaduan dua bentuk pengalaman manusia, pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah, diperoleh apa yang Locke sebut 'pandangan-pandangan sederhana' (simple ideas) yang berfungsi sebagai data-data empiris.[7][11] Berada empat macam pandangan sederhana:[7]

  1. Pandangan yang hanya diterima oleh satu indra manusia saja. Misalnya, warna diterima oleh mata, dan bunyi diterima oleh telinga.
  2. Pandangan yang diterima oleh beberapa indra, misalnya saja ruang dan gerak.
  3. Pandangan yang dihasilkan oleh refleksi kesadaran manusia, misalnya ingatan.
  4. Pandangan yang menyertai saat-saat terjadinya bagian penerimaan dan refleksi. Misalnya, rasa tertarik, rasa ajab, dan waktu.

Di dalam bagian terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio atau cara melakukan sesuatu manusia bersifat pasif atau belum berfungsi.[11] Setelah pandangan-pandangan sederhana ini tersedia, baru rasio atau cara melakukan sesuatu bekerja membentuk 'pandangan-pandangan kompleks' (complex ideas).[7][11] Rasio bekerja membentuk pandangan kompleks dengan metode membandingkan, mengabstraksi, dan menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut.[7] Berada tiga macam pandangan kompleks yang terbentuk:[7][11]

  1. substansi atau sesuatu yang berdiri sendiri, misalnya pengetahuan tentang manusia atau tumbuhan.
  2. modi (cara mengada suatu hal) atau pandangan kompleks yang keberadaannya bergantung kepada substansi. Misalnya, siang merupakan modus dari hari.
  3. hubungan sebab-akibat (kausalitas). Misalnya saja, pandangan kausalitas dalam pernyataan: "air mendidih karena dipanaskan hingga suhu 100° Celcius".

Tentang negara

Sampul depan buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan".

Pandangan Locke tentang negara terdapat di dalam bukunya yang berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Civil Government).[7] Ia menjelaskan pandangannya itu dengan menganalisis tahap-tahap perkembangan masyarakat.[7] Locke membagi perkembangan masyarakat menjadi tiga, yakni keadaan alamiah (the state of nature), keadaan perang (the state of war), dan negara (commonwealth).[7]

Tahap keadaan alamiah

Keadaan alamiah merupakan tahap pertama dari perkembangan masyarakat.[7] Konsep Locke ini serupa dengan pemikiran Hobbes namun bila Hobbes menyatakan keadaan alamiah sebagai keadaan "perang seluruh lawan semua", maka Locke berlainan.[11][7] Menurut Locke, keadaan alamiah sebuah masyarakat manusia merupakan situasi harmonis, di mana seluruh manusia memiliki kebebasan dan kesamaan hak yang sama.[11][7] Dalam keadaan ini, setiap manusia bebas sama sekali menentukan dirinya dan menggunakan apa yang dipunyainya tanpa bergantung kepada kehendak orang lain.[11] Walaupun masing-masing orang bebas sama sekali terhadap sesamanya, namun tidak terjadi kekacauan karena masing-masing orang hidup berdasarkan ketentuan hukum kodrat yang diberikan oleh Tuhan.[11] Yang dimaksud hukum kodrat dari Tuhan menurut Locke merupakan larangan untuk merusak dan memusnahkan kehidupan, kebebasan, dan harta milik orang lain.[7] Dengan demikian, Locke menyebut berada hak-hak dasariah yang terikat di dalam kodrat setiap manusia dan merupakan pemberian Allah.[7] Konsep ini serupa dengan konsep Hak Asasi Manusia (HAM) di dalam masyarakat modern.[7]

Tahap keadaan perang

Tahap kedua merupakan keadaan perang.[7] Locke menyebutkan bahwa ketika keadaan alamiah sudah mengenal hubungan-hubungan sosial maka situasi harmoni mulai berubah.[7] Penyebab utamanya merupakan terciptanya uang.[7] Dengan uang, manusia dapat mengumpulkan kekayaan secara berlebihan, sedangkan di dalam keadaan alamiah tidak berada perbedaan kekayaan yang mencolok karena setiap orang mengumpulkan secukupnya untuk konsumsi masing-masing.[7] Ketidaksamaan harta kekayaan menciptakan manusia mengenal status tuan-budak, majikan-pembantu, dan status-status yang hierarkis lainnya.[7] Untuk mempertahankan harta miliknya, manusia menjadi iri, saling bermusuhan, dan bersaingan.[11][7] Masing-masing orang menjadi hakim dan mempertahankan miliknya sendiri.[11] Keadaan alamiah yang harmonis dan penuh damai tersebut yang belakang sekali berubah menjadi keadaan perang yang ditandai dengan permusuhan, kedengkian, kekerasan, dan saling menghancurkan.[7] Situasi seperti ini berpotensi memusnahkan kehidupan manusia jika tidak berada jalan keluar dari keadaan perang.[7]

Tahap terbentuknya negara

Locke menyatakan bahwa untuk menciptakan jalan keluar dari keadaan perang sambil menjamin milik pribadi, maka masyarakat sepakat untuk mengadakan "perjanjian asal".[11][7] Inilah ketika lahirnya negara persemakmuran (commonwealth).[7] Dengan demikian, tujuan berdirinya negara bukanlah untuk menciptakan kesamarataan setiap orang, melainkan untuk menjamin dan melindungi milik pribadi setiap warga negara yang mengadakan kontrak tersebut.[7]

Di dalam kontrak tersebut, masyarakat memberikan dua kekuasaan penting yang mereka miliki di dalam keadaan alamiah kepada negara.[7] Kedua kuasa tersebut merupakan hak untuk menentukan bagaimana setiap manusia mempertahankan diri, dan hak untuk menghukum setiap pelanggar hukum kodrat yang berasal dari Tuhan.[7] Nasihat Locke ini menimbulkan dua konsekuensi:[7]

  1. Kekuasaan negara pada dasarnya merupakan terbatas dan tidak mutlak sebab kekuasaannya berasal dari warga masyarakat yang membangunnya. Jadi, negara hanya dapat berperan dalam batas-batas yang ditentukan masyarakat terhadapnya.
  2. Tujuan pembentukan negara merupakan untuk menjamin hak-hak asasi warga, terutama hak warga atas harta miliknya. Untuk tujuan inilah, warga bersedia melepaskan kebebasan mereka dalam keadaan alamiah yang diancam bahaya perang untuk bersatu di dalam negara.

Dengan demikian, Locke menentang pandangan Hobbes tentang kekuasaan negara yang absolut dan mengatasi seluruh warga negara.[11]

Pembatasan kekuasaan negara

Negara di dalam pandangan Locke dibatasi oleh warga masyarakat yang merupakan pembuatnya.[7] Untuk itu, sistem negara perlu dibangun dengan beradanya pembatasan kekuasaan negara, dan bentuk pembatasan kekuasaan tersebut dapat dilakukan dengan dua metode.[7] Metode pertama merupakan dengan membentuk konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang ditentukan oleh Parlemen berdasarkan prinsip mayoritas.[7] Metode kedua merupakan beradanya pembagian kekuasaan dalam tiga unsur: legistlatif, eksekutif, dan federatif.[11]

Unsur legislatif merupakan kekuasaan untuk menciptakan undang-undang dan merupakan kekuasaan tertinggi.[7] Kekuasaan ini dijalankan oleh Parlemen yang mewakili golongan kaya dan kaum bangsawan sebab mereka, dengan kekayaannya, paling banyak menyumbangkan sesuatu kepada negara.[7] Dalam menciptakan undang-undang, kekuasaan legislatif terikat kepada tuntutan hukum dunia yaitu keharusan menghormati hak-hak dasar manusia.[7] Unsur eksekutif merupakan pemerintah yang melaksanakan undang-undang, yaitu raja dan para bawahannya.[7] Terakhir, unsur federatif merupakan kekuasaan yang mengatur masalah-masalah bilateral, seperti mengadakan kontrak damai, kesepakatan kerja sama, atau menyatakan perang.[7] Menurut Locke, kekuasaan federatif dapat dipegang oleh pihak eksekutif, di mana dalam keadaan darurat pihak eksekutif dapat mengambil tingkah laku yang dibuat yang melampaui wewenang hukum yang dipunyainya.[7]

Di dalam sistem kenegaraan Locke di atas, tetap berada kemungkinan penyalahgunaan wewenang oleh pihak-pihak yang berkuasa atas rakyat.[7] Oleh karena itu, menurut Locke, rakyat memiliki hak untuk mengadakan perlawanan dan menyingkirkan pihak eksekutif dengan kekerasan bila mereka sudah berperan di luar wewenang mereka.[7] Di sini, rakyat merebut kembali hak yang sudah mereka berikan.[7]

Tentang hubungan agama dan negara

Tulisan Locke yang berjudul "Surat-Surat mengenai Toleransi".

Pandangan Locke lain yang penting dan sedang berkomunikasi dengan konsep negara merupakan mengenai hubungan selang agama dan negara.[7] Pemikiran Locke mengenai hal ini terdapat di dalam tulisannya yang berjudul 'Surat-Surat Mengenai Toleransi' (Letters of Toleration).[7] Locke menyatakan bahwa perlu berada pemisahan tegas selang urusan agama dan urusan negara sebab tujuan masing-masing sudah berlainan.[7] Negara tidak boleh menganut agama apapun, apalagi jika membatasi atau meniadakan suatu agama.[11] Tujuan negara merupakan melindungi hak-hak dasar warganya di dunia ini sedangkan tujuan agama merupakan mengusahakan keselamatan jiwa manusia untuk kehidupan tidak berkesudahan di kehidupan setealh didunia kelak setelah kematian.[7] Jadi, negara berfungsi untuk memelihara kehidupan di dunia sekarang, sedangkan agama berfungsi untuk menjalankan ibadah kepada Tuhan dan mencapai kehidupan tidak berkesudahan.[7] Agama merupakan urusan pribadi, berlainan dengan negara yang merupakan urusan masyarakat umum.[7] Pemisahan selang keduanya haruslah ditegaskan, dan masing-masing tidak boleh mencampuri urusan yang lain.[7] Negara tidak boleh mencampuri urusan keyakinan religius manusia, sedangkan agama tidak boleh melakukan sesuatu yang dapat menghalangi atau menggagalkan pelaksanaan tujuan negara.[7] Bila negara berhasrat menghalangi kebebasan beragama dari warganya, maka rakyat berhak untuk melawan.[7]

Tentang agama

Pandangan Locke mengenai agama bersifat deistik.[11] Ia menganggap agama Kristen merupakan agama yang paling masuk kecerdikan dibandingkan agama-agama lain, karena ajaran-ajaran Kristen dapat dibuktikan oleh kecerdikan manusia.[11] Pengertian tentang Allah juga disusun oleh pembuktian-pembuktian.[11] Locke beranjak dari kenyataan bahwa manusia merupakan makhluk berakal budi, sehingga pastilah disebabkan karena beradanya 'Tokoh Pencipta' yang mutlak dan maha kuasa, yaitu Allah.[11] Ia meyakini bahwa Alkitab ditulis oleh ilham Ilahi, namun ia juga menyatakan bahwa setiap wahyu Ilahi haruslah diuji oleh rasio manusia.[6]

Pengaruh

Dalam filsafat pengetahuan

Hume, seorang filsuf empiris radikal yang dipengaruhi oleh Locke

Pemikiran Locke tentang pengetahuan memiliki pengaruh luhur terhadap para filsuf setelahnya, khususnya David Hume di Inggris dan Kant di Jerman.[7][4] Pandangan Locke tentang bagian manusia mendapat pengetahuan memiliki dua implikasi penting.[2] Pertama, munculnya anggapan bahwa seluruh pengetahuan manusia berasal dari pengalaman, dan tiadanya pengetahuan secara apriori (sebelum pengalaman) sebagaimana yang disebutkan Descartes.[2] Kedua, seluruh hal yang manusia ketahui melintasi pengalaman, bukanlah obyek atau benda pada dirinya sendiri, melainkan hanya kesan-kesan indrawi dari hal itu yang diterima oleh panca indra manusia.[2]

Kant, filsuf luhur masa Pencerahan

Pertama, mengenai pengatahuan yang berasal dari pengalaman, berarti segala pengetahuan manusia sebenarnya hanya merupakan kait-mengait dari pengalaman-pengalaman sederhana.[2] Konsep ini akan memengaruhi dan dipertajam oleh David Hume di yang belakang sekali hari, dan belakangnya mendapat bentuk paling tajam di dalam filsafat Kant, yang merupakan seorang filsuf paling berpengaruh di era filsafat modern.[2] Kant menolak seluruh kemungkinan metafisika, maksudnya manusia tidak dapat mengetahui sesuatu apapun di luar panca-indranya.[2] Lebih jauh, Kant menyatakan bahwa pengetahuan atau pemikiran tentang Allah sudah kehilangan legitimasi karena tidak mungkin lagi, sebab Allah berada di luar jangkauan indrawi manusia.[2] Tentu saja pandangan Kant ini sudah banyak dikritik, namun pengaruhnya tetap luhur.[2]

Kedua, bahwa manusia dalam pengalamannya sebenarnya hanya menerima kesan-kesan indrawi yang ditangkap oleh panca indra kita dari benda-benda atau hal-hal tertentu, memiliki implikasi terhadap kecenderungan subyektivisme.[2] Maksudnya subyektivisme merupakan pandangan yang menolak beradanya sesuatu yang obyektif, yang berlangsung umum, dan hal itu akan mengarah ke relativisme.[2] Hal itu disebabkan manusia yang satu dengan yang lain dapat menarik kesimpulan berlainan mengenai kesan-kesan indrawi mereka masing-masing terhadap suatu hal atau benda.[2] Apa yang obyektif, yakni benda tersebut sesungguhnya pada dirinya sendiri, tidak dapat diketahui oleh manusia.[2]

Dalam bidang politik

Pengaruh pemikiran Locke dalam bidang politik amat luhur di negara-negara Eropa, seperti Inggris, Perancis, Jerman, bahkan hingga Amerika Serikat.[6] Bapak-bapak pendiri negara Amerika Serikat, seperti Jonathan Edwards, Hamilton, dan Thomas Jefferson dipengaruhi oleh ide-ide politik Locke.[6] Yang belakang sekali para filsuf Pencerahan Perancis, seperti Voltaire dan Montesquieu, juga dipengaruhi oleh Locke.[6][7] Dengan demikian, dapat disebutkan bahwa pemikiran-pemikiran politik Locke juga memengaruhi munculnya Revolusi Perancis tanggal 14 Juli 1789.[6][7]

Dalam bidang keagamaan

Pandangan Locke tentang agama memengaruhi perkembangan deisme atau agama alamiah.[11] Pandangan tersebut bertambah luas di Barat pada zaman ke-19 dan ke-20.[11]

Munculnya negara-negara sekularistik

Pandangan Locke yang memisahkan urusan negara dan urusan agama dengan sangat ketat merupakan awal dari munculnya negara-negara sekularistik di yang belakang sekali hari.[7] Negara-negara yang menganut segala sesuatu yang diajarkan sekular memisahkan dengan ketat urusan negara dan urusan agama.[7]

Terhadap psikologi dan epistemologi

Pemikiran-pemikiran Locke terhadap cara melakukan sesuatu manusia sudah membawa pengaruh dalam bidang psikologi dan epistemologi.[3] Beberapa filsuf dan pemikir setelahnya yang dipengaruhi Locke merupakan David Hartley (1705-1757), Joseph Priestley (1733-1804), Francis Hutcheson (1694-1747), James Mill (1733-1836), dan Étienne Condillac (1715-1780).[3] Mereka mendapat pengaruh Locke dalam hal menganalisis pengalaman manusia berdasarkan unsur-unsur pengalaman, kombinasi unsur-unsur tersebut, dan asosiasi-asosiasi yang terjadi.[3]

Kritik terhadap Locke

Kritik terhadap model negara Locke

Menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, gagasan Locke tentang model negara terlalu mengedepankan keperluan kaum bangsawan dan kaum pemodal dibandingkan keperluan seluruh rakyat.[7] Hal itu terlihat dari model pembatasan kekuasaan negara yang menggunakan pembagian kekuasaan selang legislatif dan eksekutif, yang mana golongan eksekutif dan federatif diduduki oleh raja dan para menteri, sedangkan golongan legislatif diisi golongan bangsawan dan orang-orang kaya.[7] Tidak berada tempat bagi rakyat biasa di dalam model pembagian kekuasaan ini.[7] Jikalau tidak berada tempat bagi rakyat biasa untuk mengawasi jalannya pemerintahan, maka pembuatan Undang-Undang dan pelaksanaannya dapat saja disalahgunakan bagi keperluan pemerintah dan kaum bangsawan saja.[7] Bila ini terjadi, rakyat tidak dapat memperjuangkan keperluannya melintasi sistem negara yang berada, dan belakangnya hanya akan menciptakan negara kembali ke "keadaan perang" karena terjadi ketidakadilan.[7] Padahal situasi "keadaan perang" itulah yang mau diatasi Locke.[7]

Kritik terhadap pemisahan negara dan agama

Locke merumuskan wewenang negara dan agama dengan amat ketat sehingga keduanya menjadi terpisah dan tidak boleh saling mencampuri wewenang yang lain.[7] Urusan agama merupakan keselamatan kehidupan setealh didunia sedang urusan negara merupakan keselamatan di dunia ketika ini, ketika manusia sedang hidup.[7] Persoalannya, menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, apakah pemisahan itu sesuai dengan pandangan agama itu sendiri?[7] Biasanya agama memiliki pandangan bahwa agama wajib ikut campur dalam soal-soal publik, seperti keadilan sosial, wewenang pemerintahan, dan tuntutan moral umum.[7] Perwujudan iman setiap pemeluk agama seringkali wajib berfungsi juga di dalam persoalan-persoalan umum, sehingga pemisahan selang agama dan agama seperti yang diusulkan Locke dapat melanggar keyakinan agama-agama tertentu dan tidak dapat diterima.[7]

Bibliografi karya-karya utama Locke

  • (1689) "Sebuah Surat Perihal Toleransi" (A Letter Concerning Toleration)
    • (1690) "Surat Kedua Perihal Toleransi" (A Second Letter Concerning Toleration)
    • (1692) "Surat Ketiga Perihal Toleransi" (A Third Letter for Toleration)
  • (1689) "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Government)
  • (1690) "Essay Perihal Pengetahuan Manusia" (An Essay Concerning Human Understanding)
  • (1693) "Beberapa Pemikiran Perihal Pendidikan" (Some Thoughts Concerning Education)
  • (1695) "Kerasionalan Agama Kristen, sebagaimana Disebutkan di dalam Alkitab" (The Reasonableness of Christianity, as Delivered in the Scriptures)
    • (1695) "Mempertahankan Kerasionalan Agama Kristen" (A Vindication of the Reasonableness of Christianity)

Manuskrip yang belum dipublikasikan atau dipublikasikan setelah neninggal

  • (1660) "Traktat Pertama tentang Pemerintahan" (First Tract of Government atau the English Tract)
  • (sekitar tahun 1662) "Traktat Kedua tentang Pemerintahan (Second Tract of Government atau the Latin Tract)
  • (1664) "Pertanyaan-Pertanyaan Perihal Hukum Alam" (Questions Concerning the Law of Nature) *(1667) "Essay Perihal Toleransi" (Essay Concerning Toleration)
  • (1706) "Mengenai Bagian Mencapai Pemahaman" (Of the Conduct of the Understanding)
  • (1707) "Parafrase dan Catatan-Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (A Paraphrase and Notes on the Epistles of St. Paul)

Referensi

  1. ^ Peter Laslett (1988). "Introduction: Locke and Hobbes". Two Treatises on Government. Cambridge University Press. p. 68. ISBN 9780521357302. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n Franz Magnis-Suseno. 1992. Filsafat sebagai Ilmu Kritis. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 73-74.
  3. ^ a b c d e f g h i j (Inggris)Ted Honderich, ed. 1995. The Oxford Companion to Philosophy. New York: Oxford University Press. P. 493-497.
  4. ^ a b c (Inggris)Michael Ayers. 1998. "Locke, John". In Routledge Encyclopedia of Philosophy. P. 4852. London: Routledge.
  5. ^ (Inggris)R.S. Woolhouse. 2003. "Locke". In The Blackwell Companion to Philosophy Second Edition. Nicholas Bunnin & E.P. Tsui-James, eds. 682. Malden: Blackwell Publishing.
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag (Inggris)James Gordon Clapp. 1972. "Locke, John". In The Encyclopedia of Philosophy Volume 3. Paul Edwards, ed. 487-503. New York: Macmillan Publishing.
  7. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay az ba bb bc bd be bf bg bh bi bj bk bl bm bn bo bp bq br bs Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 236-247.
  8. ^ (Inggris)Nicholas P. Wolterstorff. 1999. "Locke, John". In Cambridge Dictionary of Philosophy. Robert Audi, ed. 506-509.London: Cambridge University Press.
  9. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay az ba bb bc bd be bf bg bh bi bj bk bl bm bn bo bp bq br bs bt bu bv bw bx by bz ca cb cc cd ce cf cg ch ci cj ck cl cm cn co cp cq cr cs ct cu cv cw cx cy cz da db dc dd de df dg dh di dj dk dl dm dn (Inggris)J.R. Milton. 1999. "Locke's Life and Times". In The Cambridge Companion to Locke. Vere Chappell, ed. 5-25. London: Cambridge University Press.
  10. ^ (Inggris)Roger Woolhouse. 1999."Locke's Theory of Knowledge". In The Cambridge Companion to Locke. Vere Chappell, ed. 146. London: Cambridge University Press.
  11. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v Harun Hadiwijono. 1983. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 36-39.

Pranala Luar

Karya-Karya Locke

  • (Inggris) Karya-karya John Locke di Proyek Gutenberg
  • Links to online books by John Locke
  • The Works of John Locke
    • 1823 Edition, 10 Volumes on PDF files, and additional resources
    • 1824 Edition, 9 volumes in multiple formats
  • John Locke Manuscripts
  • Updated versions of Essay Concerning Human Understanding and Second Treatise of Government, edited by Jonathan Bennett
  • Locke, Two Treatises of Government, ed. Thomas Hollis (A. Millar et al., 1764) See original text in The Online Library of Liberty

Sumber-Sumber tentang Locke

  • Entri John Locke di Stanford Encyclopedia of Philosophy oleh William Uzgalis, 2007-05-05
  • Macmillan Encyclopedia of Philosophy entry on Locke
  • John Locke Bibliography
  • John Locke’s Theory of Knowledge by Caspar Hewett
  • The Digital Locke Project
  • Portraits of Locke
  • Locke links
  • A complex and positive answer to question Was Locke a Liberal? – by Jerome Huyler
  • Timeline of the Life and Work of John Locke at The Online Library of Liberty
  • Locke on Property: A Bibliographical Essay by Karen Vaughn The Online Library of Liberty.

edunitas.com

Page 2

John Locke (lahir 29 Agustus 1632 – meninggal 28 Oktober 1704 pada umur 72 tahun) merupakan seorang filsuf dari Inggris yang dijadikan salah satu tokoh utama dari pendekatan empirisme. Selain itu, di dalam anggota filsafat politik, Locke juga dikenal bagi filsuf negara liberal.[2] Bersama dengan rekannya, Isaac Newton, Locke dipandang bagi salah satu figur terpenting di era Pencerahan.[3][4] Selain itu, Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era pasca-Descartes (post-Cartesian), karena pendekatan Descartes tidak lagi dijadikan satu-satunya pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat waktu itu.[4][5][6] Yang belakang sekali Locke juga menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu ilmu.[6]

Tulisan-tulisan Locke tidak hanya berkomunikasi dengan filsafat, tetapi juga tentang pendidikan, ekonomi, teologi, dan medis.[3] Karya-karya Locke yang terpenting merupakan "Esai tentang Pemahaman Manusia" (Essay Concerning Human Understanding), Tulisan-Tulisan tentang Toleransi" (Letters of Toleration), dan "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Government).[7][8][3]

Biografi

John Locke dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset.[6][9] Keluarganya berasal dari kelas pertengahan dan ayahnya memiliki beberapa rumah dan tanah di sekitar Pensford, sebuah kota kecil di anggota selatan Bristol.[9] Selain memainkan pekerjaan bagi pemilik tanah, ayah Locke memainkan pekerjaan juga bagi pengacara dan memainkan tugas-tugas administratif di pemerintahan lokal.[6][9]

Pada tahun 1647, Locke berlatih di Sekolah Westminster, yang pada waktu itu merupakan sekolah terkenal di Inggris.[9][6] Pendidikan di sana berpusat pada pelajaran bahasa-bahasa kuno, yaitu pertama-tama bahasa Latin, yang belakang sekali bahasa Yunani, dan juga bahasa Ibrani.[9] Setelah itu, pada tahun 1652, Locke mendapat beasiswa bagi melintasi pendidikan di Sekolah Gereja Kristus (Christ Church), Oxford, dan tinggal di sana semenjak bulan Mei 1652.[6][9]

Di sekolah itu, Locke kurang menyukai metode skolastik dalam saling berargumentasi dan juga tema-tema metafisika dan logika.[6][9] Karena itu, Locke tidak mendapatkan nilai yang mengesankan ketika ia mendapatkan gelar hingga strata dua.[9] Ia banyakan menghabiskan waktunya bagi membaca karya-karya sastra, seperti drama, roman, dan baginya.[9]

Setelah itu, Locke mulai menyenangi anggota medis, sebagaimana tertulis di dalam beberapa catatan pribadi Locke yang ditulis pada periode kesudahan dekade 1650-an.[9] Ia menciptakan jumlah catatan tentang hal-hal yang berkomunikasi dengan kesehatan dan pengobatan.[9]

Melintasi minatnya dalam anggota medis, Locke mulai meminati filsafat dunia semenjak tahun 1658.[9] Pada awal tahun 1660, ia bertemu dengan Robert Boyle yang akan jumlah memengaruhinya kelak.[6][9] Semenjak tahun 1660, Locke menambah minatnya dengan membaca filsafat mekanis yang baru muncul, yang dimulai dengan membaca karya Boyle.[9] Selain itu, ia juga mulai rajin membaca karya-karya Descartes.[9]

Perhatian Locke pada waktu-waktu ini tidak terbatas pada anggota medis dan filsafat dunia saja, namun juga kepada anggota politik.[9] Situasi politik di Inggris pada waktu itu memang sedang bergejolak.[9] Cromwell, yang pada waktu itu sudah mengubah sistem politik Inggris, meninggal pada tahun 1658 sehingga terjadi perubahan lagi di bawah pemerintahan Raja Charles II.[9] Charles II menghendaki pemerintahan yang dengan kuat menguasai negara dan gereja Inggris, dan Locke pada waktu itu mendukung pemerintahan Charles II.[9] Pada bulan November hingga Desember 1660, ia menciptakan suatu karangan singkat bagi menanggapi pandangan Edward Bagshaw, yang menegaskan perlunya hakim sipil dalam menentukan bentuk-bentuk ibadah keagamaan.[9] Yang belakang sekali pada tahun 1661-1662, Locke menulis dua karya lagi dalam bahasa Latin.[9] Karya pertama menegaskan lagi tesis yang dipakai bagi melawan argumentasi Bagshaw, dan karya kedua mempunyai pokoknya penolakan terhadap posisi Gereja Katolik Roma yang menyatakan Alkitab perlu ditafsir tanpa berada kealpaan melintasi lembaga magisterium.[9] Di sini, Locke menggunakan teologi Gereja Anglikan dalam mempertahankan argumennya.[9]

Pada tahun 1661, Locke diangkatkan dijadikan dosen di sekolah Gereja Kristus tempatnya berlatih dulu.[6][9] Ia mengajar bahasa Yunani dan bahasa Latin.[6][9] Yang belakang sekali pada tahun 1664, ia dijadikan petugas sensor dalam anggota filsafat moral.[6][9] Selama periode ini, Locke melanjutkan minatnya pada anggota pengobatan dan filsafat dunia.[9] Yang belakang sekali Locke berlatih kepada Thomas Willis selama tahun 1661-1662 dan mempelajari kimia pada tahun 1663 kepada Boyle.[9] Selain itu, Locke juga menolong penelitian-penelitian yang mereka lakukan.[9]

Pada tahun 1665, Locke mendapat kesempatan bagi dijadikan sekretaris Walter Vane yang bekerja memainkan misi diplomatik ke beberapa negara.[6][9] Locke meninggalkan Inggris pada bulan November dan kembali pada bulan Februari.[9] Melintasi surat yang dikirimnya, tampak bahwa Locke menikmati kunjungan luar negeri pertamanya itu.[9] Setelah itu, Locke ditawarkan pekerjaan dijadikan sekretaris bagi pekerjaan diplomasi ke Spanyol namun ia menolak.[9][6] Sekembalinya Locke ke Oxford, ia melanjutkan studinya dalam anggota kimia dan fisiologi.[9]

Pada tahun 1666, Locke bersua dengan Lord Ashley yang di yang belakang sekali hari menciptakan perubahan luhur dalam hidup Locke.[9] Pada tahun 1667, Locke pindah dari Oxford menuju London bagi memainkan pekerjaan di rumah Lord Ashley.[6][9][3] Locke tinggal di sini selama delapan tahun.[9] Selama di London, Locke juga membaca buku-buku pengobatan, namun di situ ia mendapatkan pengalaman langsung dalam soal-soal klinis karena ia dijadikan asisten dari Thomas Sydenham yang merupakan seorang dokter.[9][6] Locke menemani Sydenham dalam perjalanan-perjalanannya dan juga menciptakan catatan-catatan tentang soal-soal kesehatan.[9] Di sini, Locke menciptakan catatan yang habis dibukukan dengan judul De Arte Medica, yang di dalamnya dipakai pendekatan empiris.[9]

Pada tahun 1668, Lord Ashley mengalami gangguan kesehatan yang cukup parah.[9] Locke memainkan operasi terhadap liver Lord Ashley dan keadaannya semakin pulih.[9] Karena itu, Lord Ashley menganggap Locke bagi penyelamat hidupnya.[9] Setelah itu, bagi mendukung studi Locke dalam anggota kimia, Lord Ashley menyediakan laboratorium di rumahnya.[9]

Selain meningkatkan kemampuan dalam anggota kesehatan dengan praktik langsung bersama Sydenham, perkenalan Locke dengan Lord Ashley juga menambah pengalaman Locke dalam anggota politik.[9] Setahun setelah datang ke London, Locke menulis "Essay tentang Toleransi" yang pokoknya amat berlainan dengan dua karya yang ia tulis pada tahun 1660-1662.[9] Pada tahun 1669, Lord Ashley melibatkan Locke dalam urusan pendirian koloni baru di Carolina, khususnya dalam menciptakan konstitusi Carolina.[6][9] Locke menjalani tugasnya dalam menolong Lord Ashley hingga ia meninggalkan Inggris menuju Perancis pada tahun 1675.[6][9]

Di Perancis

Hingga tahun 1670, Locke belum dapat disebutkan bagi seorang filsuf.[9] Akan tetapi, ia mulai mengorganisir suatu pertemuan dengan beberapa sahabatnya bagi berdiskusi mengenai topik-topik tertentu.[9] Berada tulisan tentang epistemologi yang ditulis pada tahun 1671 berdasarkan diskusi-diskusi yang dilakukan Locke.[9]

Selama tahun 1672 hingga 1675, biasanya waktu Locke dipakai bagi mengerjakan tugas-tugas administratif.[9] Pada bulan Maret 1672, Lord Ashley diangkatkan bagi pangeran dari Shaftesbury dan Locke tetap menolongnya hingga Lord Ashley keluar dari kedudukan tersebut pada tahun 1673.[9] Pada bulan November 1675, tugas Locke bubar dan Locke pergi ke Perancis.[6] Locke tinggal di sana selama kurang bertambah tiga setengah tahun.[9] Pada tanggal 4 Januari 1676, Locke tiba di Montpellier, di mana ia tinggal selama setahun.[9] Ia bersahabat dengan dua dokter Protestan yang bernama Charles Barbeyrac dan Pierre Magnol, serta seorang filsuf Cartesian, Sylvain Regis, yang dijadikan guru bahasa Perancis bagi Locke.[9] Setelah mempelajari bahasa Perancis, Locke mulai membaca buku-buku dalam bahasa Perancis.[9]

Selama di Montpellier, Locke meneruskan pembelajarannya dalam anggota filsafat, sebagaimana tertulis di dalam jurnal pribadinya.[9] Bulan Februari 1677, Locke meninggalkan Montpellier dan menuju Paris.[9] Ia bermukim sebentar di Paris lalu pergi ke beberapa tempat hingga tahun 1678 kembali ke Inggris.[9]

Kembali ke Inggris dan pergi ke Belanda

Ketika Locke memutuskan kembali ke Inggris pada bulan Mei 1679, situasi politik Inggris sedang mengalami krisis.[6] Terdapat rumor yang menyatakan akan terjadinya pembunuhan terhadap Raja Charles II bagi digantikan dengan saudaranya, James, yang beragama Katolik.[9] Selama empat tahun yang belakang sekali, hingga Locke melarikan diri ke Belanda bagi mencari suaka politik, Locke memusatkan perhatian kepada politik.[9] Hal itu disebabkan Lord Ashley, yang merupakan sahabat Locke, merupakan salah satu pimpinan kaum yang anti terhadap pemerintahan Raja Charles II.[9]

Raja Charles II melihat Lord Ashley bagi musuhnya yang amat berbahaya dan bersedia membunuhnya, namun beberapa kali usahanya gagal.[9] Hal itu mendorong Lord Ashley bagi melarikan diri dari Inggris menuju Belanda pada kesudahan tahun 1682 dan meninggal di Belanda pada bulan Januari 1683.[6][9] Kehidupan Locke di Inggris ikut terancam karena gerakan-gerakan dari kaum anti pemerintahan Charles II sedang terus berada sehingga ia terus dicurigai bagi pengkhianat oleh pemerintah.[9] Akhirnya, Locke meninggalkan Inggris pada tahun 1683 dan menuju Rotterdam, Belanda.[6][9][3]

Buku Locke yang terkenal berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" ditulis ketika Locke berada di Belanda.[6][9] Tentu saja bagian penulisan buku itu sudah dimulai sebelumnya.[9] Di dalam karya ini, Locke memberikan kritik terhadap buku "Patriarcha" karangan Robert Filmer karena Filmer menganjurkan monarki absolut.[3][9]

Buku tersebut bukan satu-satunya karya Locke dalam anggota politik pada periode ini.[9] Pada periode ini, Locke juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, yang menulis buku bagi menyerang kaum Protestan Inggris yang tidak bersedia menerima Gereja Anglikan.[9] Kalau pada tahun 1660-1662 Locke pernah saling berargumentasi bagi membela Gereja Anglikan, kini justru Locke menyanggah posisi Gereja Anglikan.[9] Locke menulis karya yang menyanggah buku Stillingfleet bersama dengan seorang sahabat dari Oxford yang bernama James Tyrrell.[9]

Di Belanda, Locke memainkan kontak kepada beberapa politikus Inggris yang sedang melarikan diri juga.[9] Pada tahun 1684, nama Locke tercantum di dalam daftar pencarian orang dari pemerintahan Belanda sehingga Locke wajib bersembunyi dan berpindah-pindah tempat hingga bulan Mei 1685.[9] Di sinilah Locke mendudukkan karya terpenting yang lain, "Essay tentang Pemahaman Manusia", yang mana ia kirim salinannya ke Inggris pada tahun 1686 dengan amat hati-hati.[9] Pada kesudahan tahun 1686, naskah-naskah dari tulisan itu hampir habis dan mirip bentuk kesudahan yang berada ketika ini.[9]

Dalam mengerjakan buku tersebut, Locke sempat terinterupsi karena pekerjaannya dalam menulis karya lain, "Surat Perihal Toleransi".[6][9] Karya itu dikerjakan selama tahun 1685 hingga 1686 di Amsterdam.[9] Locke memang sudah lama bergumul soal toleransi agama sesuai konteks politik Inggris, namun sorongan langsung terhadap pembuatan karya itu merupakan pencabutan kembali Edik Nantes pada bulan Oktober 1685.[9] Pemilihan bahasa Latin dalam karya itu menunjukkan bahwa karya itu ditujukan Locke kepada pembaca Eropa secara luas.[9] Karya itu terbit pada bulan Mei 1689, setelah Locke kembali ke Inggris, dan diterbitkan secara anonim.[6][9]

Kembali ke Inggris pada periode pemerintahan William dari Orange

John Locke pada tahun 1697

Situasi politik Inggris kembali berubah ketika William dari Orange berhasil dijadikan pimpinan Inggris dan menyebabkan James II wajib melarikan diri dari Inggris.[9] Locke kini dapat pulang dengan tenang ke Inggris pada bulan Februari 1689, bahkan ditawari posisi bagi diplomat namun ia menolak karena argumen kesehatan.[6][9][3]

Pada tahun 1689, Locke bersua dan menjalin hubungan dengan Newton.[9] Locke dijadikan salah satu pembaca pertama dari "Principia", karya penting Newton.[9] Keduanya juga sering bersua bagi berdiskusi dan mengirim surat bagi membahas topik-topik tertentu.[9] Topik yang dijadikan minat utama mereka berdua bukanlah ilmu dunia tetapi penafsiran Alkitab.[9]

Setelah bukunya "Essay tentang Pemahaman Manusia" terbit, ia segera mempersiapkan revisi dari buku itu dan juga buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan".[9] Selain itu, buku "Surat-Surat Perihal Toleransi" juga sedang diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh William Popple.[9] Setelah diterbitkan pada bulan Oktober 1689, buku itu terjual keras dan menimbulkan beragam reaksi.[9] Salah satu yang menanggapi buku itu dengan keras merupakan Jonas Proast pada tahun 1690 dan ditanggapi kembali oleh Locke pada tahun yang sama.[9] Akan tetapi, identitas Locke tetap dijadikan rahasia.[9] Perdebatan mereka berlanjut hingga Juni 1692 ketika Locke menulis "Surat Ketiga tentang Toleransi", dan Proast tidak menanggapi lagi.[9]

Setelah Locke kembali ke Inggris, Locke menetap beberapa waktu di London.[9] Ia kehilangan posisinya di Sekolah Gereja Kristus dan tidak pernah berusaha mengambilnya kembali.[9] Pada awal tahun 1691, ia diundang bagi tinggal di Oates, Essex anggota utara, yang merupakan kediaman Francis Masham.[9] Istri Masham, Damaris, merupakan anak dari Ralph Cudworth dan merupakan sahabat diskusi Locke melintasi surat selama bertahun-tahun.[9] Akhirnya, Oates dijadikan kediaman Locke sepanjang sisa hidupnya, meski pada dekade 1690-an, Locke sempat tinggal di London karena beberapa urusannya di pemerintahan.[9]

Setelah itu, Locke berusaha mendudukkan karya yang lain dalam anggota pendidikan, "Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan".[9] Karya itu dipublikasikan pada bulan Juli 1693 dan edisi baru mempunyai pokoknya penambahan materi terbit dua tahun yang belakang sekali.[9]

Pada tahun 1695, Locke menerbitkan lagi tulisan yang berjudul "Kerasionalan Agama Kristen" (The Reasonableness of Christianity).[9] Sebagaimana "Surat-Surat tentang Toleransi", karya ini juga diterbitkan secara anonim dan segera menimbulkan kontroversi.[9] Kontroversi itu muncul karena pemikiran-pemikiran Locke di dalam buku itu dinilai terlalu melemahkan agama Kristen.[9] Lawan polemik Locke kali ini merupakan John Edwards, dan polemik mereka berdua terjadi hingga tahun 1697.[9]

Pada bulan-bulan awal tahun 1696, Locke menghabiskan waktunya bagi beristirahat di Oates.[9] Pada bulan Juni, ia mulai memainkan pekerjaannya bagi pemerintah, khususnya dalam anggota ekonomi dan koloni-koloni Inggris, selama empat tahun yang belakang sekali.[9] Selain mengurus masalah-masalah negara, Locke pada periode ini juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, seorang uskup Gereja Anglikan.[6][9] Polemik mereka berlangsung dari bulan November 1696 hingga kesudahan tahun 1698 ketika kesehatan Stillingfleet menurun dan tidak memungkinkannya menanggapi pandangan Locke lagi.[9]

Kesudahan hidup

Pada bulan Juni 1700, Locke pensiun dari pekerjaannya di pemerintahan.[9] Ia menjalani sisa kehidupannya selama 4 tahun dengan tenang dan tidak terlalu sering mengunjungi London.[9] Walaupun demikian, Locke sedang mengerjakan tulisan yang lain yang berjudul "Parafrase dan Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (Paraphrase and Notes on the Epistles of St Paul).[9] Karya ini menyatakan kedalaman karakter religius dari pemikiran Locke.[9]

Kesehatan Locke semakin menurun dalam tahun-tahun terakhir kehidupannya dan ia menderita penyakit asma.[9] Kunjungan terakhirnya ke London pada bulan Januari 1698 karena dipanggil oleh Raja William III menciptakan kesehatannya semakin buruk.[9]

Bulan-bulan kesudahan tahun 1704 merupakan saat-saat terakhir kehidupannya.[6][9] Ia meninggal tanggal 28 Oktober 1704 dan dikuburkan di High Laver.[6][9]

Pemikiran

Tentang ilmu

Sampul depan buku "Essay tentang Pemahaman Manusia".

Salah satu pemikiran Locke yang paling berpengaruh di dalam sejarah filsafat merupakan mengenai bagian manusia mendapatkan ilmu. Ia berusaha menjelaskan bagaimana bagian manusia mendapatkan ilmunya.[10] Menurut Locke,[7][2][11] seluruh ilmu berasal dari pengalaman manusia. Posisi ini merupakan posisi empirisme yang menolak argumen kaum rasionalis yang mengatakan sumber ilmu manusia yang terutama berasal dari rasio atau cara melakukan sesuatu manusia. Walaupun demikian, rasio atau cara melakukan sesuatu berperan juga di dalam bagian manusia memperoleh ilmu. Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, cara melakukan sesuatu atau rasio manusia itu belum berfungsi atau sedang kosong. Situasi tersebut diibaratkan Locke seperti sebuah kertas putih (tabula rasa) yang yang belakang sekali mendapatkan pokoknya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi bagi mengolah pengalaman-pengalaman manusia dijadikan ilmu sehingga sumber utama ilmu menurut Locke merupakan pengalaman.

Ragam pengalaman Manusia

Bertambah lanjut, Locke menyatakan berada dua macam pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau reflection).[7][11] Pengalaman lahiriah merupakan pengalaman yang menangkap cara indrawi yaitu segala cara materiil yang berkomunikasi dengan panca indra manusia.[7] Yang belakang sekali pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki kesadaran terhadap caranya sendiri dengan prosedur 'mengingat', 'menghendaki', 'meyakini', dan baginya.[7] Kedua bentuk pengalaman manusia inilah yang akan membentuk ilmu melintasi bagian yang belakang sekali.[7]

Bagian manusia mendapatkan ilmu

Dari perpaduan dua bentuk pengalaman manusia, pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah, diperoleh apa yang Locke sebut 'pandangan-pandangan sederhana' (simple ideas) yang berfungsi bagi data-data empiris.[7][11] Berada empat macam pandangan sederhana:[7]

  1. Pandangan yang hanya diterima oleh satu indra manusia saja. Misalnya, warna diterima oleh mata, dan bunyi diterima oleh telinga.
  2. Pandangan yang diterima oleh beberapa indra, misalnya saja ruang dan gerak.
  3. Pandangan yang dihasilkan oleh refleksi kesadaran manusia, misalnya ingatan.
  4. Pandangan yang menyertai saat-saat terjadinya bagian penerimaan dan refleksi. Misalnya, rasa tertarik, rasa ajab, dan waktu.

Di dalam bagian terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio atau cara melakukan sesuatu manusia bersifat pasif atau belum berfungsi.[11] Setelah pandangan-pandangan sederhana ini tersedia, baru rasio atau cara melakukan sesuatu memainkan pekerjaan membentuk 'pandangan-pandangan kompleks' (complex ideas).[7][11] Rasio memainkan pekerjaan membentuk pandangan kompleks dengan prosedur membandingkan, mengabstraksi, dan menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut.[7] Berada tiga macam pandangan kompleks yang terbentuk:[7][11]

  1. substansi atau sesuatu yang berdiri sendiri, misalnya ilmu tentang manusia atau tumbuhan.
  2. modi (cara mengada suatu hal) atau pandangan kompleks yang keberadaannya bergantung kepada substansi. Misalnya, siang merupakan modus dari hari.
  3. hubungan sebab-akibat (kausalitas). Misalnya saja, pandangan kausalitas dalam pernyataan: "air mendidih karena dipanaskan hingga suhu 100° Celcius".

Tentang negara

Sampul depan buku "Dua Tulisan tentang Pemerintahan".

Pandangan Locke tentang negara terdapat di dalam bukunya yang berjudul "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Civil Government).[7] Ia menjelaskan pandangannya itu dengan menganalisis tahap-tahap perkembangan penduduk.[7] Locke membagi perkembangan penduduk dijadikan tiga, yakni keadaan alamiah (the state of nature), keadaan perang (the state of war), dan negara (commonwealth).[7]

Tahap keadaan alamiah

Keadaan alamiah merupakan tahap pertama dari perkembangan penduduk.[7] Konsep Locke ini serupa dengan pemikiran Hobbes namun bila Hobbes menyatakan keadaan alamiah bagi keadaan "perang seluruh lawan semua", maka Locke berlainan.[11][7] Menurut Locke, keadaan alamiah sebuah penduduk manusia merupakan situasi harmonis, di mana seluruh manusia memiliki kebebasan dan kecocokan hak yang sama.[11][7] Dalam keadaan ini, setiap manusia bebas sama sekali menentukan dirinya dan menggunakan apa yang dipunyainya tanpa bergantung kepada kehendak orang lain.[11] Walaupun masing-masing orang bebas sama sekali terhadap sesamanya, namun tidak terjadi kekacauan karena masing-masing orang hidup berdasarkan ketentuan hukum kodrat yang diberikan oleh Tuhan.[11] Yang dimaksud hukum kodrat dari Tuhan menurut Locke merupakan larangan bagi merusak dan memusnahkan kehidupan, kebebasan, dan harta milik orang lain.[7] Dengan demikian, Locke menyebut berada hak-hak dasariah yang terikat di dalam kodrat setiap manusia dan merupakan pemberian Allah.[7] Konsep ini serupa dengan konsep Hak Asasi Manusia (HAM) di dalam penduduk modern.[7]

Tahap keadaan perang

Tahap kedua merupakan keadaan perang.[7] Locke menyebutkan bahwa ketika keadaan alamiah sudah mengenal hubungan-hubungan sosial maka situasi harmoni mulai berubah.[7] Penyebab utamanya merupakan terciptanya uang.[7] Dengan uang, manusia dapat mengumpulkan kekayaan secara berlebihan, sedangkan di dalam keadaan alamiah tidak berada perbedaan kekayaan yang mencolok karena setiap orang mengumpulkan secukupnya bagi konsumsi masing-masing.[7] Ketidaksamaan harta kekayaan menciptakan manusia mengenal status tuan-budak, majikan-pembantu, dan status-status yang hierarkis yang lain.[7] Bagi mempertahankan harta miliknya, manusia dijadikan iri, saling bermusuhan, dan bersaingan.[11][7] Masing-masing orang dijadikan hakim dan mempertahankan miliknya sendiri.[11] Keadaan alamiah yang harmonis dan penuh damai tersebut yang belakang sekali berubah dijadikan keadaan perang yang ditandai dengan permusuhan, kedengkian, kekerasan, dan saling menghancurkan.[7] Situasi seperti ini berpotensi memusnahkan kehidupan manusia bila tidak berada jalan keluar dari keadaan perang.[7]

Tahap terbentuknya negara

Locke menyatakan bahwa bagi menciptakan jalan keluar dari keadaan perang sambil menjamin milik pribadi, maka penduduk sepakat bagi mengadakan "perjanjian asal".[11][7] Inilah ketika lahirnya negara persemakmuran (commonwealth).[7] Dengan demikian, tujuan berdirinya negara bukanlah bagi menciptakan kesamarataan setiap orang, melainkan bagi menjamin dan melindungi milik pribadi setiap penduduk negara yang mengadakan kontrak tersebut.[7]

Di dalam kontrak tersebut, penduduk memberikan dua kekuasaan penting yang mereka miliki di dalam keadaan alamiah kepada negara.[7] Kedua kuasa tersebut merupakan hak bagi menentukan bagaimana setiap manusia mempertahankan diri, dan hak bagi menghukum setiap pelanggar hukum kodrat yang berasal dari Tuhan.[7] Nasihat Locke ini menimbulkan dua konsekuensi:[7]

  1. Kekuasaan negara pada dasarnya merupakan terbatas dan tidak mutlak sebab kekuasaannya berasal dari penduduk masyarakat yang membangunnya. Jadi, negara hanya dapat berperan dalam batas-batas yang dipastikan penduduk terhadapnya.
  2. Tujuan pembentukan negara merupakan bagi menjamin hak-hak asasi penduduk, terutama hak penduduk atas harta miliknya. Bagi tujuan inilah, penduduk bersedia melepaskan kebebasan mereka dalam keadaan alamiah yang diancam bahaya perang bagi bersatu di dalam negara.

Dengan demikian, Locke menentang pandangan Hobbes tentang kekuasaan negara yang absolut dan mengatasi seluruh penduduk negara.[11]

Pembatasan kekuasaan negara

Negara di dalam pandangan Locke dibatasi oleh penduduk masyarakat yang merupakan pembuatnya.[7] Bagi itu, sistem negara perlu dibangun dengan beradanya pembatasan kekuasaan negara, dan bentuk pembatasan kekuasaan tersebut dapat dilakukan dengan dua prosedur.[7] Prosedur pertama merupakan dengan membentuk konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang dipastikan oleh Parlemen berdasarkan prinsip mayoritas.[7] Prosedur kedua merupakan beradanya pembagian kekuasaan dalam tiga unsur: legistlatif, eksekutif, dan federatif.[11]

Unsur legislatif merupakan kekuasaan bagi menciptakan undang-undang dan merupakan kekuasaan tertinggi.[7] Kekuasaan ini dijalankan oleh Parlemen yang mewakili golongan kaya dan kaum bangsawan sebab mereka, dengan kekayaannya, paling jumlah menyumbangkan sesuatu kepada negara.[7] Dalam menciptakan undang-undang, kekuasaan legislatif terikat kepada tuntutan hukum dunia yaitu keharusan menghormati hak-hak dasar manusia.[7] Unsur eksekutif merupakan pemerintah yang melaksanakan undang-undang, yaitu raja dan para bawahannya.[7] Terakhir, unsur federatif merupakan kekuasaan yang mengatur masalah-masalah bilateral, seperti mengadakan kontrak damai, kesepakatan kerja sama, atau menyatakan perang.[7] Menurut Locke, kekuasaan federatif dapat dipegang oleh pihak eksekutif, di mana dalam keadaan darurat pihak eksekutif dapat mengambil tingkah laku yang dibuat yang melampaui wewenang hukum yang dipunyainya.[7]

Di dalam sistem kenegaraan Locke di atas, tetap berada probabilitas penyalahgunaan wewenang oleh pihak-pihak yang berkuasa atas rakyat.[7] Oleh karena itu, menurut Locke, rakyat memiliki hak bagi mengadakan perlawanan dan menyingkirkan pihak eksekutif dengan kekerasan bila mereka sudah berperan di luar wewenang mereka.[7] Di sini, rakyat merebut kembali hak yang sudah mereka berikan.[7]

Tentang hubungan agama dan negara

Tulisan Locke yang berjudul "Surat-Surat mengenai Toleransi".

Pandangan Locke lain yang penting dan sedang berkomunikasi dengan konsep negara merupakan mengenai hubungan selang agama dan negara.[7] Pemikiran Locke mengenai hal ini terdapat di dalam tulisannya yang berjudul 'Surat-Surat Mengenai Toleransi' (Letters of Toleration).[7] Locke menyatakan bahwa perlu berada pemisahan tegas selang urusan agama dan urusan negara sebab tujuan masing-masing sudah berlainan.[7] Negara tidak boleh menganut agama apapun, apalagi bila membatasi atau meniadakan suatu agama.[11] Tujuan negara merupakan melindungi hak-hak dasar penduduknya di dunia ini sedangkan tujuan agama merupakan mengusahakan keselamatan jiwa manusia bagi kehidupan tidak berkesudahan di kehidupan setealh didunia kelak setelah kematian.[7] Jadi, negara berfungsi bagi memelihara kehidupan di dunia sekarang, sedangkan agama berfungsi bagi menjalankan ibadah kepada Tuhan dan mencapai kehidupan tidak berkesudahan.[7] Agama merupakan urusan pribadi, berlainan dengan negara yang merupakan urusan penduduk umum.[7] Pemisahan selang keduanya haruslah ditegaskan, dan masing-masing tidak boleh mencampuri urusan yang lain.[7] Negara tidak boleh mencampuri urusan kepercayaan religius manusia, sedangkan agama tidak boleh memainkan sesuatu yang dapat menghalangi atau menggagalkan pelaksanaan tujuan negara.[7] Bila negara berhasrat menghalangi kebebasan beragama dari penduduknya, maka rakyat berhak bagi melawan.[7]

Tentang agama

Pandangan Locke mengenai agama bersifat deistik.[11] Ia menganggap agama Kristen merupakan agama yang paling masuk kecerdikan dibandingkan agama-agama lain, karena ajaran-ajaran Kristen dapat dibuktikan oleh kecerdikan manusia.[11] Pengertian tentang Allah juga disusun oleh pembuktian-pembuktian.[11] Locke beranjak dari kenyataan bahwa manusia merupakan makhluk berakal budi, sehingga pastilah disebabkan karena beradanya 'Tokoh Pencipta' yang mutlak dan maha kuasa, yaitu Allah.[11] Ia meyakini bahwa Alkitab ditulis oleh ilham Ilahi, namun ia juga menyatakan bahwa setiap wahyu Ilahi haruslah diuji oleh rasio manusia.[6]

Pengaruh

Dalam filsafat ilmu

Hume, seorang filsuf empiris radikal yang dipengaruhi oleh Locke

Pemikiran Locke tentang ilmu memiliki pengaruh luhur terhadap para filsuf setelahnya, khususnya David Hume di Inggris dan Kant di Jerman.[7][4] Pandangan Locke tentang bagian manusia mendapat ilmu memiliki dua implikasi penting.[2] Pertama, munculnya anggapan bahwa seluruh ilmu manusia berasal dari pengalaman, dan tiadanya ilmu secara apriori (sebelum pengalaman) sebagaimana yang disebutkan Descartes.[2] Kedua, seluruh hal yang manusia ketahui melintasi pengalaman, bukanlah obyek atau benda pada dirinya sendiri, melainkan hanya kesan-kesan indrawi dari hal itu yang diterima oleh panca indra manusia.[2]

Kant, filsuf luhur masa Pencerahan

Pertama, mengenai pengatahuan yang berasal dari pengalaman, berarti segala ilmu manusia sebenarnya hanya merupakan kait-mengait dari pengalaman-pengalaman sederhana.[2] Konsep ini akan memengaruhi dan dipertajam oleh David Hume di yang belakang sekali hari, dan habis mendapat bentuk paling tajam di dalam filsafat Kant, yang merupakan seorang filsuf paling berpengaruh di era filsafat modern.[2] Kant menolak seluruh probabilitas metafisika, maksudnya manusia tidak dapat mengetahui sesuatu apapun di luar panca-indranya.[2] Bertambah jauh, Kant menyatakan bahwa ilmu atau pemikiran tentang Allah sudah kehilangan legitimasi karena tidak mungkin lagi, sebab Allah berada di luar jangkauan indrawi manusia.[2] Tentu saja pandangan Kant ini sudah jumlah dikritik, namun pengaruhnya tetap luhur.[2]

Kedua, bahwa manusia dalam pengalamannya sebenarnya hanya menerima kesan-kesan indrawi yang ditangkap oleh panca indra kita dari benda-benda atau hal-hal tertentu, memiliki implikasi terhadap kecenderungan subyektivisme.[2] Maksudnya subyektivisme merupakan pandangan yang menolak beradanya sesuatu yang obyektif, yang berlangsung umum, dan hal itu akan mengarah ke relativisme.[2] Hal itu disebabkan manusia yang satu dengan yang lain dapat menarik kesimpulan berlainan mengenai kesan-kesan indrawi mereka masing-masing terhadap suatu hal atau benda.[2] Apa yang obyektif, yakni benda tersebut sesungguhnya pada dirinya sendiri, tidak dapat dikenal oleh manusia.[2]

Dalam anggota politik

Pengaruh pemikiran Locke dalam anggota politik amat luhur di negara-negara Eropa, seperti Inggris, Perancis, Jerman, bahkan hingga Amerika Serikat.[6] Bapak-bapak pendiri negara Amerika Serikat, seperti Jonathan Edwards, Hamilton, dan Thomas Jefferson dipengaruhi oleh ide-ide politik Locke.[6] Yang belakang sekali para filsuf Pencerahan Perancis, seperti Voltaire dan Montesquieu, juga dipengaruhi oleh Locke.[6][7] Dengan demikian, dapat disebutkan bahwa pemikiran-pemikiran politik Locke juga memengaruhi munculnya Revolusi Perancis tanggal 14 Juli 1789.[6][7]

Dalam anggota keagamaan

Pandangan Locke tentang agama memengaruhi perkembangan deisme atau agama alamiah.[11] Pandangan tersebut bertambah luas di Barat pada zaman ke-19 dan ke-20.[11]

Munculnya negara-negara sekularistik

Pandangan Locke yang memisahkan urusan negara dan urusan agama dengan sangat ketat merupakan awal dari munculnya negara-negara sekularistik di yang belakang sekali hari.[7] Negara-negara yang menganut segala sesuatu yang diajarkan sekular memisahkan dengan ketat urusan negara dan urusan agama.[7]

Terhadap psikologi dan epistemologi

Pemikiran-pemikiran Locke terhadap cara melakukan sesuatu manusia sudah membawa pengaruh dalam anggota psikologi dan epistemologi.[3] Beberapa filsuf dan pemikir setelahnya yang dipengaruhi Locke merupakan David Hartley (1705-1757), Joseph Priestley (1733-1804), Francis Hutcheson (1694-1747), James Mill (1733-1836), dan Étienne Condillac (1715-1780).[3] Mereka mendapat pengaruh Locke dalam hal menganalisis pengalaman manusia berdasarkan unsur-unsur pengalaman, kombinasi unsur-unsur tersebut, dan asosiasi-asosiasi yang terjadi.[3]

Kritik terhadap Locke

Kritik terhadap model negara Locke

Menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, gagasan Locke tentang model negara terlalu mengedepankan keperluan kaum bangsawan dan kaum pemodal dibandingkan keperluan seluruh rakyat.[7] Hal itu terlihat dari model pembatasan kekuasaan negara yang menggunakan pembagian kekuasaan selang legislatif dan eksekutif, yang mana golongan eksekutif dan federatif diduduki oleh raja dan para menteri, sedangkan golongan legislatif diisi golongan bangsawan dan orang-orang kaya.[7] Tidak berada tempat bagi rakyat biasa di dalam model pembagian kekuasaan ini.[7] Kalau tidak berada tempat bagi rakyat biasa bagi mengawasi jalannya pemerintahan, maka pembuatan Undang-Undang dan pelaksanaannya dapat saja disalahgunakan bagi keperluan pemerintah dan kaum bangsawan saja.[7] Bila ini terjadi, rakyat tidak dapat memperjuangkan keperluannya melintasi sistem negara yang berada, dan habis hanya akan menciptakan negara kembali ke "keadaan perang" karena terjadi ketidakadilan.[7] Padahal situasi "keadaan perang" itulah yang bersedia diatasi Locke.[7]

Kritik terhadap pemisahan negara dan agama

Locke merumuskan wewenang negara dan agama dengan amat ketat sehingga keduanya dijadikan terpisah dan tidak boleh saling mencampuri wewenang yang lain.[7] Urusan agama merupakan keselamatan kehidupan setealh didunia sedang urusan negara merupakan keselamatan di dunia ketika ini, ketika manusia sedang hidup.[7] Persoalannya, menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, apakah pemisahan itu sesuai dengan pandangan agama itu sendiri?[7] Biasanya agama memiliki pandangan bahwa agama wajib ikut campur dalam soal-soal publik, seperti keadilan sosial, wewenang pemerintahan, dan tuntutan moral umum.[7] Perwujudan iman setiap pemeluk agama seringkali wajib berfungsi juga di dalam persoalan-persoalan umum, sehingga pemisahan selang agama dan agama seperti yang diusulkan Locke dapat melanggar kepercayaan agama-agama tertentu dan tidak dapat diterima.[7]

Bibliografi karya-karya utama Locke

  • (1689) "Sebuah Surat Perihal Toleransi" (A Letter Concerning Toleration)
    • (1690) "Surat Kedua Perihal Toleransi" (A Second Letter Concerning Toleration)
    • (1692) "Surat Ketiga Perihal Toleransi" (A Third Letter for Toleration)
  • (1689) "Dua Tulisan tentang Pemerintahan" (Two Treatises of Government)
  • (1690) "Essay Perihal Ilmu Manusia" (An Essay Concerning Human Understanding)
  • (1693) "Beberapa Pemikiran Perihal Pendidikan" (Some Thoughts Concerning Education)
  • (1695) "Kerasionalan Agama Kristen, sebagaimana Disebutkan di dalam Alkitab" (The Reasonableness of Christianity, as Delivered in the Scriptures)
    • (1695) "Mempertahankan Kerasionalan Agama Kristen" (A Vindication of the Reasonableness of Christianity)

Manuskrip yang belum dipublikasikan atau dipublikasikan setelah neninggal

  • (1660) "Traktat Pertama tentang Pemerintahan" (First Tract of Government atau the English Tract)
  • (sekitar tahun 1662) "Traktat Kedua tentang Pemerintahan (Second Tract of Government atau the Latin Tract)
  • (1664) "Pertanyaan-Pertanyaan Perihal Hukum Alam" (Questions Concerning the Law of Nature) *(1667) "Essay Perihal Toleransi" (Essay Concerning Toleration)
  • (1706) "Mengenai Bagian Mencapai Pemahaman" (Of the Conduct of the Understanding)
  • (1707) "Parafrase dan Catatan-Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (A Paraphrase and Notes on the Epistles of St. Paul)

Referensi

  1. ^ Peter Laslett (1988). "Introduction: Locke and Hobbes". Two Treatises on Government. Cambridge University Press. p. 68. ISBN 9780521357302. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n Franz Magnis-Suseno. 1992. Filsafat bagi Ilmu Kritis. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 73-74.
  3. ^ a b c d e f g h i j (Inggris)Ted Honderich, ed. 1995. The Oxford Companion to Philosophy. New York: Oxford University Press. P. 493-497.
  4. ^ a b c (Inggris)Michael Ayers. 1998. "Locke, John". In Routledge Encyclopedia of Philosophy. P. 4852. London: Routledge.
  5. ^ (Inggris)R.S. Woolhouse. 2003. "Locke". In The Blackwell Companion to Philosophy Second Edition. Nicholas Bunnin & E.P. Tsui-James, eds. 682. Malden: Blackwell Publishing.
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag (Inggris)James Gordon Clapp. 1972. "Locke, John". In The Encyclopedia of Philosophy Volume 3. Paul Edwards, ed. 487-503. New York: Macmillan Publishing.
  7. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay az ba bb bc bd be bf bg bh bi bj bk bl bm bn bo bp bq br bs Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 236-247.
  8. ^ (Inggris)Nicholas P. Wolterstorff. 1999. "Locke, John". In Cambridge Dictionary of Philosophy. Robert Audi, ed. 506-509.London: Cambridge University Press.
  9. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay az ba bb bc bd be bf bg bh bi bj bk bl bm bn bo bp bq br bs bt bu bv bw bx by bz ca cb cc cd ce cf cg ch ci cj ck cl cm cn co cp cq cr cs ct cu cv cw cx cy cz da db dc dd de df dg dh di dj dk dl dm dn (Inggris)J.R. Milton. 1999. "Locke's Life and Times". In The Cambridge Companion to Locke. Vere Chappell, ed. 5-25. London: Cambridge University Press.
  10. ^ (Inggris)Roger Woolhouse. 1999."Locke's Theory of Knowledge". In The Cambridge Companion to Locke. Vere Chappell, ed. 146. London: Cambridge University Press.
  11. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v Harun Hadiwijono. 1983. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 36-39.

Pranala Luar

Karya-Karya Locke

  • (Inggris) Karya-karya John Locke di Proyek Gutenberg
  • Links to online books by John Locke
  • The Works of John Locke
    • 1823 Edition, 10 Volumes on PDF files, and additional resources
    • 1824 Edition, 9 volumes in multiple formats
  • John Locke Manuscripts
  • Updated versions of Essay Concerning Human Understanding and Second Treatise of Government, edited by Jonathan Bennett
  • Locke, Two Treatises of Government, ed. Thomas Hollis (A. Millar et al., 1764) See original text in The Online Library of Liberty

Sumber-Sumber tentang Locke

  • Entri John Locke di Stanford Encyclopedia of Philosophy oleh William Uzgalis, 2007-05-05
  • Macmillan Encyclopedia of Philosophy entry on Locke
  • John Locke Bibliography
  • John Locke’s Theory of Knowledge by Caspar Hewett
  • The Digital Locke Project
  • Portraits of Locke
  • Locke links
  • A complex and positive answer to question Was Locke a Liberal? – by Jerome Huyler
  • Timeline of the Life and Work of John Locke at The Online Library of Liberty
  • Locke on Property: A Bibliographical Essay by Karen Vaughn The Online Library of Liberty.

edunitas.com

Page 3

John LockeLahirMeninggalEraTradisiMinat utamaGagasan pentingTanda tangan
29 Agustus 1632
Wrington, Somerset, Inggris
29 Agustus 1632
Essex, Inggris
Filsafat Modern
Empirisme Inggris, Kontrak Sosial, Hukum Dunia
Metafisika, Epistemologi, Filsafat Politik, Pendidikan
Tabula rasa, situasi alamiah; hak-hak dasariah, kebebasan and hak milik

John Locke (lahir 29 Agustus 1632 – meninggal 28 Oktober 1704 pada umur 72 tahun) merupakan seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan empirisme. Selain itu, di dalam bidang filsafat politik, Locke juga dikenal kepada filsuf negara liberal.[2] Bersama dengan rekannya, Isaac Newton, Locke dipandang kepada salah satu figur terpenting di era Pencerahan.[3][4] Selain itu, Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era pasca-Descartes (post-Cartesian), sebab pendekatan Descartes tidak lagi menjadi satu-satunya pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat waktu itu.[4][5][6] Yang belakang sekali Locke juga menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.[6]

Tulisan-tulisan Locke tidak hanya berkomunikasi dengan filsafat, tetapi juga mengenai pendidikan, ekonomi, teologi, dan medis.[3] Karya-karya Locke yang terpenting merupakan "Esai mengenai Pemahaman Manusia" (Essay Concerning Human Understanding), Tulisan-Tulisan mengenai Toleransi" (Letters of Toleration), dan "Dua Tulisan mengenai Pemerintahan" (Two Treatises of Government).[7][8][3]

Biografi

John Locke dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset.[6][9] Keluarganya berasal dari kelas pertengahan dan ayahnya memiliki beberapa rumah dan tanah di lebih kurang Pensford, sebuah kota kecil di anggota selatan Bristol.[9] Selain bekerja kepada pemilik tanah, ayah Locke bekerja juga kepada pengacara dan melaksanakan tugas-tugas administratif di pemerintahan lokal.[6][9]

Pada tahun 1647, Locke berlatih di Sekolah Westminster, yang pada waktu itu merupakan sekolah terkenal di Inggris.[9][6] Pendidikan di sana berpusat pada pelajaran bahasa-bahasa kuno, yaitu pertama-tama bahasa Latin, yang belakang sekali bahasa Yunani, dan juga bahasa Ibrani.[9] Setelah itu, pada tahun 1652, Locke mendapat beasiswa kepada melintasi pendidikan di Sekolah Gereja Kristus (Christ Church), Oxford, dan tinggal di sana semenjak bulan Mei 1652.[6][9]

Di sekolah itu, Locke kurang menyukai metode skolastik dalam saling berargumentasi dan juga tema-tema metafisika dan logika.[6][9] Sebab itu, Locke tidak mendapatkan nilai yang mengesankan ketika ia mendapatkan gelar hingga strata dua.[9] Ia banyakan menghabiskan waktunya kepada membaca karya-karya sastra, seperti drama, roman, dan kepadanya.[9]

Setelah itu, Locke mulai menyenangi bidang medis, sebagaimana tertulis di dalam beberapa catatan pribadi Locke yang ditulis pada periode kesudahan dekade 1650-an.[9] Ia menciptakan jumlah catatan mengenai hal-hal yang berkomunikasi dengan kesehatan dan pengobatan.[9]

Melintasi minatnya dalam bidang medis, Locke mulai meminati filsafat dunia semenjak tahun 1658.[9] Pada permulaan tahun 1660, ia berjumpa dengan Robert Boyle yang akan jumlah memengaruhinya kelak.[6][9] Semenjak tahun 1660, Locke menambah minatnya dengan membaca filsafat mekanis yang baru muncul, yang dimulai dengan membaca karya Boyle.[9] Selain itu, ia juga mulai rajin membaca karya-karya Descartes.[9]

Perhatian Locke pada waktu-waktu ini tidak terbatas pada bidang medis dan filsafat dunia saja, namun juga kepada bidang politik.[9] Situasi politik di Inggris pada waktu itu memang sedang bergejolak.[9] Cromwell, yang pada waktu itu sudah mengubah sistem politik Inggris, meninggal pada tahun 1658 sehingga terjadi perubahan lagi di bawah pemerintahan Raja Charles II.[9] Charles II menghendaki pemerintahan yang dengan kuat menguasai negara dan gereja Inggris, dan Locke pada waktu itu mendukung pemerintahan Charles II.[9] Pada bulan November hingga Desember 1660, ia menciptakan suatu karangan singkat kepada menanggapi pandangan Edward Bagshaw, yang menegaskan perlunya hakim sipil dalam menentukan bentuk-bentuk ibadah keagamaan.[9] Yang belakang sekali pada tahun 1661-1662, Locke menulis dua karya lagi dalam bahasa Latin.[9] Karya pertama menegaskan lagi tesis yang digunakan kepada melawan argumentasi Bagshaw, dan karya kedua mempunyai pokoknya penolakan terhadap posisi Gereja Katolik Roma yang menyatakan Alkitab perlu ditafsir tanpa berada kealpaan melintasi lembaga magisterium.[9] Di sini, Locke menggunakan teologi Gereja Anglikan dalam mempertahankan argumennya.[9]

Pada tahun 1661, Locke diangkatkan menjadi dosen di sekolah Gereja Kristus tempatnya berlatih dulu.[6][9] Ia mengajar bahasa Yunani dan bahasa Latin.[6][9] Yang belakang sekali pada tahun 1664, ia menjadi petugas sensor dalam bidang filsafat moral.[6][9] Selama periode ini, Locke melanjutkan minatnya pada bidang pengobatan dan filsafat dunia.[9] Yang belakang sekali Locke berlatih kepada Thomas Willis selama tahun 1661-1662 dan mempelajari kimia pada tahun 1663 kepada Boyle.[9] Selain itu, Locke juga menolong penelitian-penelitian yang mereka lakukan.[9]

Pada tahun 1665, Locke mendapat kesempatan kepada menjadi sekretaris Walter Vane yang bekerja melaksanakan misi diplomatik ke beberapa negara.[6][9] Locke meninggalkan Inggris pada bulan November dan kembali pada bulan Februari.[9] Melintasi surat yang dikirimnya, tampak bahwa Locke menikmati kunjungan luar negeri pertamanya itu.[9] Setelah itu, Locke ditawarkan pekerjaan menjadi sekretaris kepada pekerjaan diplomasi ke Spanyol namun ia menolak.[9][6] Sekembalinya Locke ke Oxford, ia melanjutkan studinya dalam bidang kimia dan fisiologi.[9]

Pada tahun 1666, Locke bertemu dengan Lord Ashley yang di yang belakang sekali hari menciptakan perubahan luhur dalam hidup Locke.[9] Pada tahun 1667, Locke pindah dari Oxford menuju London kepada bekerja di rumah Lord Ashley.[6][9][3] Locke tinggal di sini selama delapan tahun.[9] Selama di London, Locke juga membaca buku-buku pengobatan, namun di situ ia mendapatkan pengalaman langsung dalam soal-soal klinis sebab ia menjadi asisten dari Thomas Sydenham yang merupakan seorang dokter.[9][6] Locke menemani Sydenham dalam perjalanan-perjalanannya dan juga menciptakan catatan-catatan mengenai soal-soal kesehatan.[9] Di sini, Locke menciptakan catatan yang bubar dibukukan dengan judul De Arte Medica, yang di dalamnya digunakan pendekatan empiris.[9]

Pada tahun 1668, Lord Ashley mengalami gangguan kesehatan yang cukup parah.[9] Locke melaksanakan operasi terhadap liver Lord Ashley dan situasinya semakin membaik.[9] Sebab itu, Lord Ashley menganggap Locke kepada penyelamat hidupnya.[9] Setelah itu, kepada mendukung studi Locke dalam bidang kimia, Lord Ashley menyediakan laboratorium di rumahnya.[9]

Selain meningkatkan kemampuan dalam bidang kesehatan dengan praktik langsung bersama Sydenham, perkenalan Locke dengan Lord Ashley juga menambah pengalaman Locke dalam bidang politik.[9] Setahun setelah datang ke London, Locke menulis "Essay mengenai Toleransi" yang pokoknya amat berlainan dengan dua karya yang ia tulis pada tahun 1660-1662.[9] Pada tahun 1669, Lord Ashley melibatkan Locke dalam urusan pendirian koloni baru di Carolina, khususnya dalam menciptakan konstitusi Carolina.[6][9] Locke menjalani tugasnya dalam menolong Lord Ashley hingga ia meninggalkan Inggris menuju Perancis pada tahun 1675.[6][9]

Di Perancis

Hingga tahun 1670, Locke belum dapat disebutkan kepada seorang filsuf.[9] Akan tetapi, ia mulai mengorganisir suatu pertemuan dengan beberapa temannya kepada berdiskusi mengenai topik-topik tertentu.[9] Berada tulisan mengenai epistemologi yang ditulis pada tahun 1671 berdasarkan diskusi-diskusi yang diterapkan Locke.[9]

Selama tahun 1672 hingga 1675, biasanya waktu Locke digunakan kepada mengerjakan tugas-tugas administratif.[9] Pada bulan Maret 1672, Lord Ashley diangkatkan kepada pangeran dari Shaftesbury dan Locke tetap menolongnya hingga Lord Ashley keluar dari kedudukan tersebut pada tahun 1673.[9] Pada bulan November 1675, tugas Locke bubar dan Locke pergi ke Perancis.[6] Locke tinggal di sana selama kurang bertambah tiga setengah tahun.[9] Pada tanggal 4 Januari 1676, Locke tiba di Montpellier, di mana ia tinggal selama setahun.[9] Ia berteman dengan dua dokter Protestan yang bernama Charles Barbeyrac dan Pierre Magnol, serta seorang filsuf Cartesian, Sylvain Regis, yang menjadi guru bahasa Perancis bagi Locke.[9] Setelah mempelajari bahasa Perancis, Locke mulai membaca buku-buku dalam bahasa Perancis.[9]

Selama di Montpellier, Locke meneruskan pembelajarannya dalam bidang filsafat, sebagaimana tertulis di dalam jurnal pribadinya.[9] Bulan Februari 1677, Locke meninggalkan Montpellier dan menuju Paris.[9] Ia bermukim sebentar di Paris lalu pergi ke beberapa tempat hingga tahun 1678 kembali ke Inggris.[9]

Kembali ke Inggris dan pergi ke Belanda

Ketika Locke memutuskan kembali ke Inggris pada bulan Mei 1679, situasi politik Inggris sedang mengalami krisis.[6] Terdapat rumor yang menyatakan akan terjadinya pembunuhan terhadap Raja Charles II kepada digantikan dengan saudaranya, James, yang beragama Katolik.[9] Selama empat tahun yang belakang sekali, hingga Locke melarikan diri ke Belanda kepada mencari suaka politik, Locke memusatkan perhatian kepada politik.[9] Hal itu disebabkan Lord Ashley, yang merupakan sahabat Locke, merupakan salah satu pimpinan kaum yang anti terhadap pemerintahan Raja Charles II.[9]

Raja Charles II melihat Lord Ashley kepada musuhnya yang amat berbahaya dan mau membunuhnya, namun beberapa kali usahanya gagal.[9] Hal itu mendorong Lord Ashley kepada melarikan diri dari Inggris menuju Belanda pada kesudahan tahun 1682 dan meninggal di Belanda pada bulan Januari 1683.[6][9] Kehidupan Locke di Inggris turut terancam sebab gerakan-gerakan dari kaum anti pemerintahan Charles II sedang terus berada sehingga ia terus dicurigai kepada pengkhianat oleh pemerintah.[9] Akhirnya, Locke meninggalkan Inggris pada tahun 1683 dan menuju Rotterdam, Belanda.[6][9][3]

Buku Locke yang terkenal berjudul "Dua Tulisan mengenai Pemerintahan" ditulis ketika Locke berada di Belanda.[6][9] Tentu saja bagian penulisan buku itu sudah dimulai sebelumnya.[9] Di dalam karya ini, Locke memberikan kritik terhadap buku "Patriarcha" karangan Robert Filmer sebab Filmer menganjurkan monarki absolut.[3][9]

Buku tersebut bukan satu-satunya karya Locke dalam bidang politik pada periode ini.[9] Pada periode ini, Locke juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, yang menulis buku kepada menyerang kaum Protestan Inggris yang tidak mau menerima Gereja Anglikan.[9] Jikalau pada tahun 1660-1662 Locke pernah saling berargumentasi kepada membela Gereja Anglikan, kini justru Locke menyanggah posisi Gereja Anglikan.[9] Locke menulis karya yang menyanggah buku Stillingfleet bersama dengan seorang teman dari Oxford yang bernama James Tyrrell.[9]

Di Belanda, Locke melaksanakan kontak kepada beberapa politikus Inggris yang sedang melarikan diri juga.[9] Pada tahun 1684, nama Locke tercantum di dalam daftar pencarian orang dari pemerintahan Belanda sehingga Locke wajib bersembunyi dan berpindah-pindah tempat hingga bulan Mei 1685.[9] Di sinilah Locke mendudukkan karya terpenting yang lain, "Essay mengenai Pemahaman Manusia", yang mana ia kirim salinannya ke Inggris pada tahun 1686 dengan amat hati-hati.[9] Pada kesudahan tahun 1686, naskah-naskah dari tulisan itu hampir bubar dan mirip bentuk kesudahan yang berada ketika ini.[9]

Dalam mengerjakan buku tersebut, Locke sempat terinterupsi sebab pekerjaannya dalam menulis karya lain, "Surat Perihal Toleransi".[6][9] Karya itu dikerjakan selama tahun 1685 hingga 1686 di Amsterdam.[9] Locke memang sudah lama bergumul soal toleransi agama sesuai konteks politik Inggris, namun sorongan langsung terhadap pembuatan karya itu merupakan pencabutan kembali Edik Nantes pada bulan Oktober 1685.[9] Pemilihan bahasa Latin dalam karya itu menunjukkan bahwa karya itu ditujukan Locke kepada pembaca Eropa secara luas.[9] Karya itu terbit pada bulan Mei 1689, setelah Locke kembali ke Inggris, dan diterbitkan secara anonim.[6][9]

Kembali ke Inggris pada periode pemerintahan William dari Orange

John Locke pada tahun 1697

Situasi politik Inggris kembali berubah ketika William dari Orange berhasil menjadi pimpinan Inggris dan menyebabkan James II wajib melarikan diri dari Inggris.[9] Locke kini dapat pulang dengan tenang ke Inggris pada bulan Februari 1689, bahkan ditawari posisi kepada diplomat namun ia menolak sebab argumen kesehatan.[6][9][3]

Pada tahun 1689, Locke bertemu dan menjalin hubungan dengan Newton.[9] Locke menjadi salah satu pembaca pertama dari "Principia", karya penting Newton.[9] Keduanya juga sering bertemu kepada berdiskusi dan mengirim surat kepada membahas topik-topik tertentu.[9] Topik yang menjadi minat utama mereka berdua bukanlah ilmu dunia tetapi penafsiran Alkitab.[9]

Setelah bukunya "Essay mengenai Pemahaman Manusia" terbit, ia segera mempersiapkan revisi dari buku itu dan juga buku "Dua Tulisan mengenai Pemerintahan".[9] Selain itu, buku "Surat-Surat Perihal Toleransi" juga sedang diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh William Popple.[9] Setelah diterbitkan pada bulan Oktober 1689, buku itu terjual keras dan menimbulkan beragam reaksi.[9] Salah satu yang menanggapi buku itu dengan keras merupakan Jonas Proast pada tahun 1690 dan ditanggapi kembali oleh Locke pada tahun yang sama.[9] Akan tetapi, identitas Locke tetap menjadi rahasia.[9] Perdebatan mereka berlanjut hingga Juni 1692 ketika Locke menulis "Surat Ketiga mengenai Toleransi", dan Proast tidak menanggapi lagi.[9]

Setelah Locke kembali ke Inggris, Locke menetap beberapa waktu di London.[9] Ia kehilangan posisinya di Sekolah Gereja Kristus dan tidak pernah berusaha mengambilnya kembali.[9] Pada permulaan tahun 1691, ia diundang kepada tinggal di Oates, Essex anggota utara, yang merupakan kediaman Francis Masham.[9] Istri Masham, Damaris, merupakan anak dari Ralph Cudworth dan merupakan teman diskusi Locke melintasi surat selama bertahun-tahun.[9] Akhirnya, Oates menjadi kediaman Locke sepanjang sisa hidupnya, meski pada dekade 1690-an, Locke sempat tinggal di London sebab beberapa urusannya di pemerintahan.[9]

Setelah itu, Locke berusaha mendudukkan karya yang lain dalam bidang pendidikan, "Beberapa Pemikiran mengenai Pendidikan".[9] Karya itu dipublikasikan pada bulan Juli 1693 dan edisi baru mempunyai pokoknya penambahan materi terbit dua tahun yang belakang sekali.[9]

Pada tahun 1695, Locke menerbitkan lagi tulisan yang berjudul "Kerasionalan Agama Kristen" (The Reasonableness of Christianity).[9] Sebagaimana "Surat-Surat mengenai Toleransi", karya ini juga diterbitkan secara anonim dan segera menimbulkan kontroversi.[9] Kontroversi itu muncul sebab pemikiran-pemikiran Locke di dalam buku itu dinilai terlalu melemahkan agama Kristen.[9] Lawan polemik Locke kali ini merupakan John Edwards, dan polemik mereka berdua terjadi hingga tahun 1697.[9]

Pada bulan-bulan permulaan tahun 1696, Locke menghabiskan waktunya kepada beristirahat di Oates.[9] Pada bulan Juni, ia mulai melaksanakan pekerjaannya kepada pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi dan koloni-koloni Inggris, selama empat tahun yang belakang sekali.[9] Selain mengurus masalah-masalah negara, Locke pada periode ini juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, seorang uskup Gereja Anglikan.[6][9] Polemik mereka berlangsung dari bulan November 1696 hingga kesudahan tahun 1698 ketika kesehatan Stillingfleet menurun dan tidak memungkinkannya menanggapi pandangan Locke lagi.[9]

Kesudahan hidup

Pada bulan Juni 1700, Locke pensiun dari pekerjaannya di pemerintahan.[9] Ia menjalani sisa kehidupannya selama 4 tahun dengan tenang dan tidak terlalu sering mengunjungi London.[9] Walaupun demikian, Locke sedang mengerjakan tulisan yang lain yang berjudul "Parafrase dan Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (Paraphrase and Notes on the Epistles of St Paul).[9] Karya ini menyatakan kedalaman watak religius dari pemikiran Locke.[9]

Kesehatan Locke semakin menurun dalam tahun-tahun terakhir kehidupannya dan ia menderita penyakit asma.[9] Kunjungan terakhirnya ke London pada bulan Januari 1698 sebab dipanggil oleh Raja William III menciptakan kesehatannya semakin buruk.[9]

Bulan-bulan kesudahan tahun 1704 merupakan saat-saat terakhir kehidupannya.[6][9] Ia meninggal tanggal 28 Oktober 1704 dan dikuburkan di High Laver.[6][9]

Pemikiran

Mengenai pengetahuan

Sampul depan buku "Essay mengenai Pemahaman Manusia".

Salah satu pemikiran Locke yang sangat berpengaruh di dalam sejarah filsafat merupakan mengenai bagian manusia mendapatkan pengetahuan. Ia berusaha menjelaskan bagaimana bagian manusia mendapatkan pengetahuannya.[10] Menurut Locke,[7][2][11] seluruh pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Posisi ini merupakan posisi empirisme yang menolak argumen kaum rasionalis yang mengatakan sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio atau cara melakukan sesuatu manusia. Walaupun demikian, rasio atau cara melakukan sesuatu berperan juga di dalam bagian manusia memperoleh pengetahuan. Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, cara melakukan sesuatu atau rasio manusia itu belum berfungsi atau sedang kosong. Situasi tersebut diibaratkan Locke seperti sebuah kertas putih (tabula rasa) yang yang belakang sekali mendapatkan pokoknya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi kepada mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama pengetahuan menurut Locke merupakan pengalaman.

Ragam pengalaman Manusia

Bertambah lanjut, Locke menyatakan berada dua macam pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau reflection).[7][11] Pengalaman lahiriah merupakan pengalaman yang menangkap cara indrawi yaitu segala cara materiil yang berkomunikasi dengan panca indra manusia.[7] Yang belakang sekali pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki kesadaran terhadap caranya sendiri dengan prosedur 'mengingat', 'menghendaki', 'meyakini', dan kepadanya.[7] Kedua bentuk pengalaman manusia inilah yang akan membentuk pengetahuan melintasi bagian yang belakang sekali.[7]

Bagian manusia mendapatkan pengetahuan

Dari perpaduan dua bentuk pengalaman manusia, pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah, diperoleh apa yang Locke sebut 'pandangan-pandangan sederhana' (simple ideas) yang berfungsi kepada data-data empiris.[7][11] Berada empat macam pandangan sederhana:[7]

  1. Pandangan yang hanya diterima oleh satu indra manusia saja. Misalnya, warna diterima oleh mata, dan bunyi diterima oleh telinga.
  2. Pandangan yang diterima oleh beberapa indra, misalnya saja ruang dan gerak.
  3. Pandangan yang dihasilkan oleh refleksi kesadaran manusia, misalnya ingatan.
  4. Pandangan yang menyertai saat-saat terjadinya bagian penerimaan dan refleksi. Misalnya, rasa tertarik, rasa ajab, dan waktu.

Di dalam bagian terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio atau cara melakukan sesuatu manusia bersifat pasif atau belum berfungsi.[11] Setelah pandangan-pandangan sederhana ini tersedia, baru rasio atau cara melakukan sesuatu bekerja membentuk 'pandangan-pandangan kompleks' (complex ideas).[7][11] Rasio bekerja membentuk pandangan kompleks dengan prosedur membandingkan, mengabstraksi, dan menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut.[7] Berada tiga macam pandangan kompleks yang terbentuk:[7][11]

  1. substansi atau sesuatu yang berdiri sendiri, misalnya pengetahuan mengenai manusia atau tumbuhan.
  2. modi (cara mengada suatu hal) atau pandangan kompleks yang keberadaannya bergantung kepada substansi. Misalnya, siang merupakan modus dari hari.
  3. hubungan sebab-akibat (kausalitas). Misalnya saja, pandangan kausalitas dalam pernyataan: "air mendidih sebab dipanaskan hingga suhu 100° Celcius".

Mengenai negara

Sampul depan buku "Dua Tulisan mengenai Pemerintahan".

Pandangan Locke mengenai negara terdapat di dalam bukunya yang berjudul "Dua Tulisan mengenai Pemerintahan" (Two Treatises of Civil Government).[7] Ia menjelaskan pandangannya itu dengan menganalisis tahap-tahap perkembangan masyarakat.[7] Locke membagi perkembangan masyarakat menjadi tiga, yakni situasi alamiah (the state of nature), situasi perang (the state of war), dan negara (commonwealth).[7]

Tahap situasi alamiah

Situasi alamiah merupakan tahap pertama dari perkembangan masyarakat.[7] Pemikiran Locke ini serupa dengan pemikiran Hobbes namun bila Hobbes menyatakan situasi alamiah kepada situasi "perang seluruh lawan semua", maka Locke berlainan.[11][7] Menurut Locke, situasi alamiah sebuah masyarakat manusia merupakan situasi harmonis, di mana seluruh manusia memiliki kebebasan dan kesamaan hak yang sama.[11][7] Dalam situasi ini, setiap manusia bebas sama sekali menentukan dirinya dan menggunakan apa yang dipunyainya tanpa bergantung kepada kehendak orang lain.[11] Walaupun masing-masing orang bebas sama sekali terhadap sesamanya, namun tidak terjadi kekacauan sebab masing-masing orang hidup berdasarkan ketentuan hukum kodrat yang diberikan oleh Tuhan.[11] Yang dimaksud hukum kodrat dari Tuhan menurut Locke merupakan larangan kepada merusak dan memusnahkan kehidupan, kebebasan, dan harta milik orang lain.[7] Dengan demikian, Locke menyebut berada hak-hak dasariah yang terikat di dalam kodrat setiap manusia dan merupakan pemberian Allah.[7] Pemikiran ini serupa dengan pemikiran Hak Asasi Manusia (HAM) di dalam masyarakat modern.[7]

Tahap situasi perang

Tahap kedua merupakan situasi perang.[7] Locke menyebutkan bahwa ketika situasi alamiah sudah mengenal hubungan-hubungan sosial maka situasi harmoni mulai berubah.[7] Penyebab utamanya merupakan terciptanya uang.[7] Dengan uang, manusia dapat mengumpulkan kekayaan secara berlebihan, sedangkan di dalam situasi alamiah tidak berada perbedaan kekayaan yang mencolok sebab setiap orang mengumpulkan secukupnya kepada konsumsi masing-masing.[7] Ketidaksamaan harta kekayaan menciptakan manusia mengenal status tuan-budak, majikan-pembantu, dan status-status yang hierarkis yang lain.[7] Kepada mempertahankan harta miliknya, manusia menjadi iri, saling bermusuhan, dan bersaingan.[11][7] Masing-masing orang menjadi hakim dan mempertahankan miliknya sendiri.[11] Situasi alamiah yang harmonis dan penuh damai tersebut yang belakang sekali berubah menjadi situasi perang yang ditandai dengan permusuhan, kedengkian, kekerasan, dan saling menghancurkan.[7] Situasi seperti ini berpotensi memusnahkan kehidupan manusia bila tidak berada jalan keluar dari situasi perang.[7]

Tahap terbentuknya negara

Locke menyatakan bahwa kepada menciptakan jalan keluar dari situasi perang sambil menjamin milik pribadi, maka masyarakat sepakat kepada mengadakan "perjanjian asal".[11][7] Inilah ketika lahirnya negara persemakmuran (commonwealth).[7] Dengan demikian, tujuan berdirinya negara bukanlah kepada menciptakan kesamarataan setiap orang, melainkan kepada menjamin dan melindungi milik pribadi setiap warga negara yang mengadakan kontrak tersebut.[7]

Di dalam kontrak tersebut, masyarakat memberikan dua kekuasaan penting yang mereka miliki di dalam situasi alamiah kepada negara.[7] Kedua kuasa tersebut merupakan hak kepada menentukan bagaimana setiap manusia mempertahankan diri, dan hak kepada menghukum setiap pelanggar hukum kodrat yang berasal dari Tuhan.[7] Nasihat Locke ini menimbulkan dua konsekuensi:[7]

  1. Kekuasaan negara pada dasarnya merupakan terbatas dan tidak mutlak sebab kekuasaannya berasal dari warga masyarakat yang membangunnya. Jadi, negara hanya dapat berperan dalam batas-batas yang ditentukan masyarakat terhadapnya.
  2. Tujuan pembentukan negara merupakan kepada menjamin hak-hak asasi warga, terutama hak warga atas harta miliknya. Kepada tujuan inilah, warga bersedia melepaskan kebebasan mereka dalam situasi alamiah yang diancam bahaya perang kepada bersatu di dalam negara.

Dengan demikian, Locke menentang pandangan Hobbes mengenai kekuasaan negara yang absolut dan mengatasi seluruh warga negara.[11]

Pembatasan kekuasaan negara

Negara di dalam pandangan Locke dibatasi oleh warga masyarakat yang merupakan pembuatnya.[7] Kepada itu, sistem negara perlu dibangun dengan beradanya pembatasan kekuasaan negara, dan bentuk pembatasan kekuasaan tersebut dapat diterapkan dengan dua prosedur.[7] Prosedur pertama merupakan dengan membentuk konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang ditentukan oleh Parlemen berdasarkan prinsip mayoritas.[7] Prosedur kedua merupakan beradanya pembagian kekuasaan dalam tiga unsur: legistlatif, eksekutif, dan federatif.[11]

Unsur legislatif merupakan kekuasaan kepada menciptakan undang-undang dan merupakan kekuasaan tertinggi.[7] Kekuasaan ini dijalankan oleh Parlemen yang mewakili golongan kaya dan kaum bangsawan sebab mereka, dengan kekayaannya, sangat jumlah menyumbangkan sesuatu kepada negara.[7] Dalam menciptakan undang-undang, kekuasaan legislatif terikat kepada tuntutan hukum dunia yaitu keharusan menghormati hak-hak dasar manusia.[7] Unsur eksekutif merupakan pemerintah yang melaksanakan undang-undang, yaitu raja dan para bawahannya.[7] Terakhir, unsur federatif merupakan kekuasaan yang mengatur masalah-masalah bilateral, seperti mengadakan kontrak damai, kesepakatan kerja sama, atau menyatakan perang.[7] Menurut Locke, kekuasaan federatif dapat dipegang oleh pihak eksekutif, di mana dalam situasi darurat pihak eksekutif dapat mengambil tingkah laku yang dibuat yang melampaui wewenang hukum yang dipunyainya.[7]

Di dalam sistem kenegaraan Locke di atas, tetap berada kemungkinan penyalahgunaan wewenang oleh pihak-pihak yang berkuasa atas rakyat.[7] Oleh sebab itu, menurut Locke, rakyat memiliki hak kepada mengadakan perlawanan dan menyingkirkan pihak eksekutif dengan kekerasan bila mereka sudah berperan di luar wewenang mereka.[7] Di sini, rakyat merebut kembali hak yang sudah mereka berikan.[7]

Mengenai hubungan agama dan negara

Tulisan Locke yang berjudul "Surat-Surat mengenai Toleransi".

Pandangan Locke lain yang penting dan sedang berkomunikasi dengan pemikiran negara merupakan mengenai hubungan selang agama dan negara.[7] Pemikiran Locke mengenai hal ini terdapat di dalam tulisannya yang berjudul 'Surat-Surat Mengenai Toleransi' (Letters of Toleration).[7] Locke menyatakan bahwa perlu berada pemisahan tegas selang urusan agama dan urusan negara sebab tujuan masing-masing sudah berlainan.[7] Negara tidak boleh menganut agama apapun, apalagi bila membatasi atau meniadakan suatu agama.[11] Tujuan negara merupakan melindungi hak-hak dasar warganya di dunia ini sedangkan tujuan agama merupakan mengusahakan keselamatan jiwa manusia kepada kehidupan tidak berkesudahan di kehidupan setealh didunia kelak setelah kematian.[7] Jadi, negara berfungsi kepada memelihara kehidupan di dunia sekarang, sedangkan agama berfungsi kepada menjalankan ibadah kepada Tuhan dan hingga kehidupan tidak berkesudahan.[7] Agama merupakan urusan pribadi, berlainan dengan negara yang merupakan urusan masyarakat umum.[7] Pemisahan selang keduanya haruslah ditegaskan, dan masing-masing tidak boleh mencampuri urusan yang lain.[7] Negara tidak boleh mencampuri urusan keyakinan religius manusia, sedangkan agama tidak boleh melaksanakan sesuatu yang dapat menghalangi atau menggagalkan pelaksanaan tujuan negara.[7] Bila negara berhasrat menghalangi kebebasan beragama dari warganya, maka rakyat berhak kepada melawan.[7]

Mengenai agama

Pandangan Locke mengenai agama bersifat deistik.[11] Ia menganggap agama Kristen merupakan agama yang sangat masuk kecerdikan dibandingkan agama-agama lain, sebab ajaran-ajaran Kristen dapat dibuktikan oleh kecerdikan manusia.[11] Pengertian mengenai Allah juga disusun oleh pembuktian-pembuktian.[11] Locke beranjak dari kenyataan bahwa manusia merupakan makhluk berakal budi, sehingga pastilah disebabkan sebab beradanya 'Tokoh Pencipta' yang mutlak dan maha kuasa, yaitu Allah.[11] Ia meyakini bahwa Alkitab ditulis oleh ilham Ilahi, namun ia juga menyatakan bahwa setiap wahyu Ilahi haruslah diuji oleh rasio manusia.[6]

Pengaruh

Dalam filsafat pengetahuan

Hume, seorang filsuf empiris radikal yang dipengaruhi oleh Locke

Pemikiran Locke mengenai pengetahuan memiliki pengaruh luhur terhadap para filsuf setelahnya, khususnya David Hume di Inggris dan Kant di Jerman.[7][4] Pandangan Locke mengenai bagian manusia mendapat pengetahuan memiliki dua implikasi penting.[2] Pertama, munculnya anggapan bahwa seluruh pengetahuan manusia berasal dari pengalaman, dan tiadanya pengetahuan secara apriori (sebelum pengalaman) sebagaimana yang disebutkan Descartes.[2] Kedua, seluruh hal yang manusia ketahui melintasi pengalaman, bukanlah obyek atau benda pada dirinya sendiri, melainkan hanya kesan-kesan indrawi dari hal itu yang diterima oleh panca indra manusia.[2]

Kant, filsuf luhur masa Pencerahan

Pertama, mengenai pengatahuan yang berasal dari pengalaman, berarti segala pengetahuan manusia sebenarnya hanya merupakan kait-mengait dari pengalaman-pengalaman sederhana.[2] Pemikiran ini akan memengaruhi dan dipertajam oleh David Hume di yang belakang sekali hari, dan bubar mendapat bentuk sangat tajam di dalam filsafat Kant, yang merupakan seorang filsuf sangat berpengaruh di era filsafat modern.[2] Kant menolak seluruh kemungkinan metafisika, maksudnya manusia tidak dapat mengetahui sesuatu apapun di luar panca-indranya.[2] Bertambah jauh, Kant menyatakan bahwa pengetahuan atau pemikiran mengenai Allah sudah kehilangan legitimasi sebab tidak mungkin lagi, sebab Allah berada di luar jangkauan indrawi manusia.[2] Tentu saja pandangan Kant ini sudah jumlah dikritik, namun pengaruhnya tetap luhur.[2]

Kedua, bahwa manusia dalam pengalamannya sebenarnya hanya menerima kesan-kesan indrawi yang ditangkap oleh panca indra kita dari benda-benda atau hal-hal tertentu, memiliki implikasi terhadap kecenderungan subyektivisme.[2] Maksudnya subyektivisme merupakan pandangan yang menolak beradanya sesuatu yang obyektif, yang berlangsung umum, dan hal itu akan mengarah ke relativisme.[2] Hal itu disebabkan manusia yang satu dengan yang lain dapat menarik kesimpulan berlainan mengenai kesan-kesan indrawi mereka masing-masing terhadap suatu hal atau benda.[2] Apa yang obyektif, yakni benda tersebut sesungguhnya pada dirinya sendiri, tidak dapat diketahui oleh manusia.[2]

Dalam bidang politik

Pengaruh pemikiran Locke dalam bidang politik amat luhur di negara-negara Eropa, seperti Inggris, Perancis, Jerman, bahkan hingga Amerika Serikat.[6] Bapak-bapak pendiri negara Amerika Serikat, seperti Jonathan Edwards, Hamilton, dan Thomas Jefferson dipengaruhi oleh ide-ide politik Locke.[6] Yang belakang sekali para filsuf Pencerahan Perancis, seperti Voltaire dan Montesquieu, juga dipengaruhi oleh Locke.[6][7] Dengan demikian, dapat disebutkan bahwa pemikiran-pemikiran politik Locke juga memengaruhi munculnya Revolusi Perancis tanggal 14 Juli 1789.[6][7]

Dalam bidang keagamaan

Pandangan Locke mengenai agama memengaruhi perkembangan deisme atau agama alamiah.[11] Pandangan tersebut bertambah luas di Barat pada zaman ke-19 dan ke-20.[11]

Munculnya negara-negara sekularistik

Pandangan Locke yang memisahkan urusan negara dan urusan agama dengan sangat ketat merupakan permulaan dari munculnya negara-negara sekularistik di yang belakang sekali hari.[7] Negara-negara yang menganut segala sesuatu yang diajarkan sekular memisahkan dengan ketat urusan negara dan urusan agama.[7]

Terhadap psikologi dan epistemologi

Pemikiran-pemikiran Locke terhadap cara melakukan sesuatu manusia sudah membawa pengaruh dalam bidang psikologi dan epistemologi.[3] Beberapa filsuf dan pemikir setelahnya yang dipengaruhi Locke merupakan David Hartley (1705-1757), Joseph Priestley (1733-1804), Francis Hutcheson (1694-1747), James Mill (1733-1836), dan Étienne Condillac (1715-1780).[3] Mereka mendapat pengaruh Locke dalam hal menganalisis pengalaman manusia berdasarkan unsur-unsur pengalaman, kombinasi unsur-unsur tersebut, dan asosiasi-asosiasi yang terjadi.[3]

Kritik terhadap Locke

Kritik terhadap model negara Locke

Menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, gagasan Locke mengenai model negara terlalu mengedepankan keperluan kaum bangsawan dan kaum pemodal dibandingkan keperluan seluruh rakyat.[7] Hal itu terlihat dari model pembatasan kekuasaan negara yang menggunakan pembagian kekuasaan selang legislatif dan eksekutif, yang mana golongan eksekutif dan federatif didiami oleh raja dan para menteri, sedangkan golongan legislatif diisi golongan bangsawan dan orang-orang kaya.[7] Tidak berada tempat bagi rakyat biasa di dalam model pembagian kekuasaan ini.[7] Jikalau tidak berada tempat bagi rakyat biasa kepada mengawasi jalannya pemerintahan, maka pembuatan Undang-Undang dan pelaksanaannya dapat saja disalahgunakan bagi keperluan pemerintah dan kaum bangsawan saja.[7] Bila ini terjadi, rakyat tidak dapat memperjuangkan keperluannya melintasi sistem negara yang berada, dan bubar hanya akan menciptakan negara kembali ke "keadaan perang" sebab terjadi ketidakadilan.[7] Padahal situasi "keadaan perang" itulah yang mau diatasi Locke.[7]

Kritik terhadap pemisahan negara dan agama

Locke merumuskan wewenang negara dan agama dengan amat ketat sehingga keduanya menjadi terpisah dan tidak boleh saling mencampuri wewenang yang lain.[7] Urusan agama merupakan keselamatan kehidupan setealh didunia sedang urusan negara merupakan keselamatan di dunia ketika ini, ketika manusia sedang hidup.[7] Persoalannya, menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, apakah pemisahan itu sesuai dengan pandangan agama itu sendiri?[7] Biasanya agama memiliki pandangan bahwa agama wajib ikut campur dalam soal-soal publik, seperti keadilan sosial, wewenang pemerintahan, dan tuntutan moral umum.[7] Perwujudan iman setiap pemeluk agama seringkali wajib berfungsi juga di dalam persoalan-persoalan umum, sehingga pemisahan selang agama dan agama seperti yang diusulkan Locke dapat melanggar keyakinan agama-agama tertentu dan tidak dapat diterima.[7]

Bibliografi karya-karya utama Locke

  • (1689) "Sebuah Surat Perihal Toleransi" (A Letter Concerning Toleration)
    • (1690) "Surat Kedua Perihal Toleransi" (A Second Letter Concerning Toleration)
    • (1692) "Surat Ketiga Perihal Toleransi" (A Third Letter for Toleration)
  • (1689) "Dua Tulisan mengenai Pemerintahan" (Two Treatises of Government)
  • (1690) "Essay Perihal Pengetahuan Manusia" (An Essay Concerning Human Understanding)
  • (1693) "Beberapa Pemikiran Perihal Pendidikan" (Some Thoughts Concerning Education)
  • (1695) "Kerasionalan Agama Kristen, sebagaimana Disebutkan di dalam Alkitab" (The Reasonableness of Christianity, as Delivered in the Scriptures)
    • (1695) "Mempertahankan Kerasionalan Agama Kristen" (A Vindication of the Reasonableness of Christianity)

Manuskrip yang belum dipublikasikan atau dipublikasikan setelah neninggal

  • (1660) "Traktat Pertama mengenai Pemerintahan" (First Tract of Government atau the English Tract)
  • (sekitar tahun 1662) "Traktat Kedua mengenai Pemerintahan (Second Tract of Government atau the Latin Tract)
  • (1664) "Pertanyaan-Pertanyaan Perihal Hukum Alam" (Questions Concerning the Law of Nature) *(1667) "Essay Perihal Toleransi" (Essay Concerning Toleration)
  • (1706) "Mengenai Bagian Hingga Pemahaman" (Of the Conduct of the Understanding)
  • (1707) "Parafrase dan Catatan-Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (A Paraphrase and Notes on the Epistles of St. Paul)

Referensi

  1. ^ Peter Laslett (1988). "Introduction: Locke and Hobbes". Two Treatises on Government. Cambridge University Press. p. 68. ISBN 9780521357302. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n Franz Magnis-Suseno. 1992. Filsafat kepada Ilmu Kritis. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 73-74.
  3. ^ a b c d e f g h i j (Inggris)Ted Honderich, ed. 1995. The Oxford Companion to Philosophy. New York: Oxford University Press. P. 493-497.
  4. ^ a b c (Inggris)Michael Ayers. 1998. "Locke, John". In Routledge Encyclopedia of Philosophy. P. 4852. London: Routledge.
  5. ^ (Inggris)R.S. Woolhouse. 2003. "Locke". In The Blackwell Companion to Philosophy Second Edition. Nicholas Bunnin & E.P. Tsui-James, eds. 682. Malden: Blackwell Publishing.
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag (Inggris)James Gordon Clapp. 1972. "Locke, John". In The Encyclopedia of Philosophy Volume 3. Paul Edwards, ed. 487-503. New York: Macmillan Publishing.
  7. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay az ba bb bc bd be bf bg bh bi bj bk bl bm bn bo bp bq br bs Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 236-247.
  8. ^ (Inggris)Nicholas P. Wolterstorff. 1999. "Locke, John". In Cambridge Dictionary of Philosophy. Robert Audi, ed. 506-509.London: Cambridge University Press.
  9. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay az ba bb bc bd be bf bg bh bi bj bk bl bm bn bo bp bq br bs bt bu bv bw bx by bz ca cb cc cd ce cf cg ch ci cj ck cl cm cn co cp cq cr cs ct cu cv cw cx cy cz da db dc dd de df dg dh di dj dk dl dm dn (Inggris)J.R. Milton. 1999. "Locke's Life and Times". In The Cambridge Companion to Locke. Vere Chappell, ed. 5-25. London: Cambridge University Press.
  10. ^ (Inggris)Roger Woolhouse. 1999."Locke's Theory of Knowledge". In The Cambridge Companion to Locke. Vere Chappell, ed. 146. London: Cambridge University Press.
  11. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v Harun Hadiwijono. 1983. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 36-39.

Pranala Luar

Karya-Karya Locke

  • (Inggris) Karya-karya John Locke di Proyek Gutenberg
  • Links to online books by John Locke
  • The Works of John Locke
    • 1823 Edition, 10 Volumes on PDF files, and additional resources
    • 1824 Edition, 9 volumes in multiple formats
  • John Locke Manuscripts
  • Updated versions of Essay Concerning Human Understanding and Second Treatise of Government, edited by Jonathan Bennett
  • Locke, Two Treatises of Government, ed. Thomas Hollis (A. Millar et al., 1764) See original text in The Online Library of Liberty

Sumber-Sumber mengenai Locke

  • Entri John Locke di Stanford Encyclopedia of Philosophy oleh William Uzgalis, 2007-05-05
  • Macmillan Encyclopedia of Philosophy entry on Locke
  • John Locke Bibliography
  • John Locke’s Theory of Knowledge by Caspar Hewett
  • The Digital Locke Project
  • Portraits of Locke
  • Locke links
  • A complex and positive answer to question Was Locke a Liberal? – by Jerome Huyler
  • Timeline of the Life and Work of John Locke at The Online Library of Liberty
  • Locke on Property: A Bibliographical Essay by Karen Vaughn The Online Library of Liberty.

edunitas.com

Page 4

John LockeLahirMeninggalEraTradisiMinat utamaGagasan pentingTanda tangan
29 Agustus 1632
Wrington, Somerset, Inggris
29 Agustus 1632
Essex, Inggris
Filsafat Modern
Empirisme Inggris, Kontrak Sosial, Hukum Dunia
Metafisika, Epistemologi, Filsafat Politik, Pendidikan
Tabula rasa, situasi alamiah; hak-hak dasariah, kebebasan and hak milik

John Locke (lahir 29 Agustus 1632 – meninggal 28 Oktober 1704 pada umur 72 tahun) merupakan seorang filsuf dari Inggris yang menjadi salah satu tokoh utama dari pendekatan empirisme. Selain itu, di dalam bidang filsafat politik, Locke juga dikenal kepada filsuf negara liberal.[2] Bersama dengan rekannya, Isaac Newton, Locke dipandang kepada salah satu figur terpenting di era Pencerahan.[3][4] Selain itu, Locke menandai lahirnya era Modern dan juga era pasca-Descartes (post-Cartesian), sebab pendekatan Descartes tidak lagi menjadi satu-satunya pendekatan yang dominan di dalam pendekatan filsafat waktu itu.[4][5][6] Yang belakang sekali Locke juga menekankan pentingnya pendekatan empiris dan juga pentingnya eksperimen-eksperimen di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.[6]

Tulisan-tulisan Locke tidak hanya berkomunikasi dengan filsafat, tetapi juga mengenai pendidikan, ekonomi, teologi, dan medis.[3] Karya-karya Locke yang terpenting merupakan "Esai mengenai Pemahaman Manusia" (Essay Concerning Human Understanding), Tulisan-Tulisan mengenai Toleransi" (Letters of Toleration), dan "Dua Tulisan mengenai Pemerintahan" (Two Treatises of Government).[7][8][3]

Biografi

John Locke dilahirkan pada tanggal 28 Agustus 1632 di Wrington, Somerset.[6][9] Keluarganya berasal dari kelas pertengahan dan ayahnya memiliki beberapa rumah dan tanah di lebih kurang Pensford, sebuah kota kecil di anggota selatan Bristol.[9] Selain bekerja kepada pemilik tanah, ayah Locke bekerja juga kepada pengacara dan melaksanakan tugas-tugas administratif di pemerintahan lokal.[6][9]

Pada tahun 1647, Locke berlatih di Sekolah Westminster, yang pada waktu itu merupakan sekolah terkenal di Inggris.[9][6] Pendidikan di sana berpusat pada pelajaran bahasa-bahasa kuno, yaitu pertama-tama bahasa Latin, yang belakang sekali bahasa Yunani, dan juga bahasa Ibrani.[9] Setelah itu, pada tahun 1652, Locke mendapat beasiswa kepada melintasi pendidikan di Sekolah Gereja Kristus (Christ Church), Oxford, dan tinggal di sana semenjak bulan Mei 1652.[6][9]

Di sekolah itu, Locke kurang menyukai metode skolastik dalam saling berargumentasi dan juga tema-tema metafisika dan logika.[6][9] Sebab itu, Locke tidak mendapatkan nilai yang mengesankan ketika ia mendapatkan gelar hingga strata dua.[9] Ia banyakan menghabiskan waktunya kepada membaca karya-karya sastra, seperti drama, roman, dan kepadanya.[9]

Setelah itu, Locke mulai menyenangi bidang medis, sebagaimana tertulis di dalam beberapa catatan pribadi Locke yang ditulis pada periode kesudahan dekade 1650-an.[9] Ia menciptakan jumlah catatan mengenai hal-hal yang berkomunikasi dengan kesehatan dan pengobatan.[9]

Melintasi minatnya dalam bidang medis, Locke mulai meminati filsafat dunia semenjak tahun 1658.[9] Pada permulaan tahun 1660, ia berjumpa dengan Robert Boyle yang akan jumlah memengaruhinya kelak.[6][9] Semenjak tahun 1660, Locke menambah minatnya dengan membaca filsafat mekanis yang baru muncul, yang dimulai dengan membaca karya Boyle.[9] Selain itu, ia juga mulai rajin membaca karya-karya Descartes.[9]

Perhatian Locke pada waktu-waktu ini tidak terbatas pada bidang medis dan filsafat dunia saja, namun juga kepada bidang politik.[9] Situasi politik di Inggris pada waktu itu memang sedang bergejolak.[9] Cromwell, yang pada waktu itu sudah mengubah sistem politik Inggris, meninggal pada tahun 1658 sehingga terjadi perubahan lagi di bawah pemerintahan Raja Charles II.[9] Charles II menghendaki pemerintahan yang dengan kuat menguasai negara dan gereja Inggris, dan Locke pada waktu itu mendukung pemerintahan Charles II.[9] Pada bulan November hingga Desember 1660, ia menciptakan suatu karangan singkat kepada menanggapi pandangan Edward Bagshaw, yang menegaskan perlunya hakim sipil dalam menentukan bentuk-bentuk ibadah keagamaan.[9] Yang belakang sekali pada tahun 1661-1662, Locke menulis dua karya lagi dalam bahasa Latin.[9] Karya pertama menegaskan lagi tesis yang digunakan kepada melawan argumentasi Bagshaw, dan karya kedua mempunyai pokoknya penolakan terhadap posisi Gereja Katolik Roma yang menyatakan Alkitab perlu ditafsir tanpa berada kealpaan melintasi lembaga magisterium.[9] Di sini, Locke menggunakan teologi Gereja Anglikan dalam mempertahankan argumennya.[9]

Pada tahun 1661, Locke diangkatkan menjadi dosen di sekolah Gereja Kristus tempatnya berlatih dulu.[6][9] Ia mengajar bahasa Yunani dan bahasa Latin.[6][9] Yang belakang sekali pada tahun 1664, ia menjadi petugas sensor dalam bidang filsafat moral.[6][9] Selama periode ini, Locke melanjutkan minatnya pada bidang pengobatan dan filsafat dunia.[9] Yang belakang sekali Locke berlatih kepada Thomas Willis selama tahun 1661-1662 dan mempelajari kimia pada tahun 1663 kepada Boyle.[9] Selain itu, Locke juga menolong penelitian-penelitian yang mereka lakukan.[9]

Pada tahun 1665, Locke mendapat kesempatan kepada menjadi sekretaris Walter Vane yang bekerja melaksanakan misi diplomatik ke beberapa negara.[6][9] Locke meninggalkan Inggris pada bulan November dan kembali pada bulan Februari.[9] Melintasi surat yang dikirimnya, tampak bahwa Locke menikmati kunjungan luar negeri pertamanya itu.[9] Setelah itu, Locke ditawarkan pekerjaan menjadi sekretaris kepada pekerjaan diplomasi ke Spanyol namun ia menolak.[9][6] Sekembalinya Locke ke Oxford, ia melanjutkan studinya dalam bidang kimia dan fisiologi.[9]

Pada tahun 1666, Locke bertemu dengan Lord Ashley yang di yang belakang sekali hari menciptakan perubahan luhur dalam hidup Locke.[9] Pada tahun 1667, Locke pindah dari Oxford menuju London kepada bekerja di rumah Lord Ashley.[6][9][3] Locke tinggal di sini selama delapan tahun.[9] Selama di London, Locke juga membaca buku-buku pengobatan, namun di situ ia mendapatkan pengalaman langsung dalam soal-soal klinis sebab ia menjadi asisten dari Thomas Sydenham yang merupakan seorang dokter.[9][6] Locke menemani Sydenham dalam perjalanan-perjalanannya dan juga menciptakan catatan-catatan mengenai soal-soal kesehatan.[9] Di sini, Locke menciptakan catatan yang bubar dibukukan dengan judul De Arte Medica, yang di dalamnya digunakan pendekatan empiris.[9]

Pada tahun 1668, Lord Ashley mengalami gangguan kesehatan yang cukup parah.[9] Locke melaksanakan operasi terhadap liver Lord Ashley dan situasinya semakin membaik.[9] Sebab itu, Lord Ashley menganggap Locke kepada penyelamat hidupnya.[9] Setelah itu, kepada mendukung studi Locke dalam bidang kimia, Lord Ashley menyediakan laboratorium di rumahnya.[9]

Selain meningkatkan kemampuan dalam bidang kesehatan dengan praktik langsung bersama Sydenham, perkenalan Locke dengan Lord Ashley juga menambah pengalaman Locke dalam bidang politik.[9] Setahun setelah datang ke London, Locke menulis "Essay mengenai Toleransi" yang pokoknya amat berlainan dengan dua karya yang ia tulis pada tahun 1660-1662.[9] Pada tahun 1669, Lord Ashley melibatkan Locke dalam urusan pendirian koloni baru di Carolina, khususnya dalam menciptakan konstitusi Carolina.[6][9] Locke menjalani tugasnya dalam menolong Lord Ashley hingga ia meninggalkan Inggris menuju Perancis pada tahun 1675.[6][9]

Di Perancis

Hingga tahun 1670, Locke belum dapat disebutkan kepada seorang filsuf.[9] Akan tetapi, ia mulai mengorganisir suatu pertemuan dengan beberapa temannya kepada berdiskusi mengenai topik-topik tertentu.[9] Berada tulisan mengenai epistemologi yang ditulis pada tahun 1671 berdasarkan diskusi-diskusi yang diterapkan Locke.[9]

Selama tahun 1672 hingga 1675, biasanya waktu Locke digunakan kepada mengerjakan tugas-tugas administratif.[9] Pada bulan Maret 1672, Lord Ashley diangkatkan kepada pangeran dari Shaftesbury dan Locke tetap menolongnya hingga Lord Ashley keluar dari kedudukan tersebut pada tahun 1673.[9] Pada bulan November 1675, tugas Locke bubar dan Locke pergi ke Perancis.[6] Locke tinggal di sana selama kurang bertambah tiga setengah tahun.[9] Pada tanggal 4 Januari 1676, Locke tiba di Montpellier, di mana ia tinggal selama setahun.[9] Ia berteman dengan dua dokter Protestan yang bernama Charles Barbeyrac dan Pierre Magnol, serta seorang filsuf Cartesian, Sylvain Regis, yang menjadi guru bahasa Perancis bagi Locke.[9] Setelah mempelajari bahasa Perancis, Locke mulai membaca buku-buku dalam bahasa Perancis.[9]

Selama di Montpellier, Locke meneruskan pembelajarannya dalam bidang filsafat, sebagaimana tertulis di dalam jurnal pribadinya.[9] Bulan Februari 1677, Locke meninggalkan Montpellier dan menuju Paris.[9] Ia bermukim sebentar di Paris lalu pergi ke beberapa tempat hingga tahun 1678 kembali ke Inggris.[9]

Kembali ke Inggris dan pergi ke Belanda

Ketika Locke memutuskan kembali ke Inggris pada bulan Mei 1679, situasi politik Inggris sedang mengalami krisis.[6] Terdapat rumor yang menyatakan akan terjadinya pembunuhan terhadap Raja Charles II kepada digantikan dengan saudaranya, James, yang beragama Katolik.[9] Selama empat tahun yang belakang sekali, hingga Locke melarikan diri ke Belanda kepada mencari suaka politik, Locke memusatkan perhatian kepada politik.[9] Hal itu disebabkan Lord Ashley, yang merupakan sahabat Locke, merupakan salah satu pimpinan kaum yang anti terhadap pemerintahan Raja Charles II.[9]

Raja Charles II melihat Lord Ashley kepada musuhnya yang amat berbahaya dan mau membunuhnya, namun beberapa kali usahanya gagal.[9] Hal itu mendorong Lord Ashley kepada melarikan diri dari Inggris menuju Belanda pada kesudahan tahun 1682 dan meninggal di Belanda pada bulan Januari 1683.[6][9] Kehidupan Locke di Inggris turut terancam sebab gerakan-gerakan dari kaum anti pemerintahan Charles II sedang terus berada sehingga ia terus dicurigai kepada pengkhianat oleh pemerintah.[9] Akhirnya, Locke meninggalkan Inggris pada tahun 1683 dan menuju Rotterdam, Belanda.[6][9][3]

Buku Locke yang terkenal berjudul "Dua Tulisan mengenai Pemerintahan" ditulis ketika Locke berada di Belanda.[6][9] Tentu saja bagian penulisan buku itu sudah dimulai sebelumnya.[9] Di dalam karya ini, Locke memberikan kritik terhadap buku "Patriarcha" karangan Robert Filmer sebab Filmer menganjurkan monarki absolut.[3][9]

Buku tersebut bukan satu-satunya karya Locke dalam bidang politik pada periode ini.[9] Pada periode ini, Locke juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, yang menulis buku kepada menyerang kaum Protestan Inggris yang tidak mau menerima Gereja Anglikan.[9] Jikalau pada tahun 1660-1662 Locke pernah saling berargumentasi kepada membela Gereja Anglikan, kini justru Locke menyanggah posisi Gereja Anglikan.[9] Locke menulis karya yang menyanggah buku Stillingfleet bersama dengan seorang teman dari Oxford yang bernama James Tyrrell.[9]

Di Belanda, Locke melaksanakan kontak kepada beberapa politikus Inggris yang sedang melarikan diri juga.[9] Pada tahun 1684, nama Locke tercantum di dalam daftar pencarian orang dari pemerintahan Belanda sehingga Locke wajib bersembunyi dan berpindah-pindah tempat hingga bulan Mei 1685.[9] Di sinilah Locke mendudukkan karya terpenting yang lain, "Essay mengenai Pemahaman Manusia", yang mana ia kirim salinannya ke Inggris pada tahun 1686 dengan amat hati-hati.[9] Pada kesudahan tahun 1686, naskah-naskah dari tulisan itu hampir bubar dan mirip bentuk kesudahan yang berada ketika ini.[9]

Dalam mengerjakan buku tersebut, Locke sempat terinterupsi sebab pekerjaannya dalam menulis karya lain, "Surat Perihal Toleransi".[6][9] Karya itu dikerjakan selama tahun 1685 hingga 1686 di Amsterdam.[9] Locke memang sudah lama bergumul soal toleransi agama sesuai konteks politik Inggris, namun sorongan langsung terhadap pembuatan karya itu merupakan pencabutan kembali Edik Nantes pada bulan Oktober 1685.[9] Pemilihan bahasa Latin dalam karya itu menunjukkan bahwa karya itu ditujukan Locke kepada pembaca Eropa secara luas.[9] Karya itu terbit pada bulan Mei 1689, setelah Locke kembali ke Inggris, dan diterbitkan secara anonim.[6][9]

Kembali ke Inggris pada periode pemerintahan William dari Orange

John Locke pada tahun 1697

Situasi politik Inggris kembali berubah ketika William dari Orange berhasil menjadi pimpinan Inggris dan menyebabkan James II wajib melarikan diri dari Inggris.[9] Locke kini dapat pulang dengan tenang ke Inggris pada bulan Februari 1689, bahkan ditawari posisi kepada diplomat namun ia menolak sebab argumen kesehatan.[6][9][3]

Pada tahun 1689, Locke bertemu dan menjalin hubungan dengan Newton.[9] Locke menjadi salah satu pembaca pertama dari "Principia", karya penting Newton.[9] Keduanya juga sering bertemu kepada berdiskusi dan mengirim surat kepada membahas topik-topik tertentu.[9] Topik yang menjadi minat utama mereka berdua bukanlah ilmu dunia tetapi penafsiran Alkitab.[9]

Setelah bukunya "Essay mengenai Pemahaman Manusia" terbit, ia segera mempersiapkan revisi dari buku itu dan juga buku "Dua Tulisan mengenai Pemerintahan".[9] Selain itu, buku "Surat-Surat Perihal Toleransi" juga sedang diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh William Popple.[9] Setelah diterbitkan pada bulan Oktober 1689, buku itu terjual keras dan menimbulkan beragam reaksi.[9] Salah satu yang menanggapi buku itu dengan keras merupakan Jonas Proast pada tahun 1690 dan ditanggapi kembali oleh Locke pada tahun yang sama.[9] Akan tetapi, identitas Locke tetap menjadi rahasia.[9] Perdebatan mereka berlanjut hingga Juni 1692 ketika Locke menulis "Surat Ketiga mengenai Toleransi", dan Proast tidak menanggapi lagi.[9]

Setelah Locke kembali ke Inggris, Locke menetap beberapa waktu di London.[9] Ia kehilangan posisinya di Sekolah Gereja Kristus dan tidak pernah berusaha mengambilnya kembali.[9] Pada permulaan tahun 1691, ia diundang kepada tinggal di Oates, Essex anggota utara, yang merupakan kediaman Francis Masham.[9] Istri Masham, Damaris, merupakan anak dari Ralph Cudworth dan merupakan teman diskusi Locke melintasi surat selama bertahun-tahun.[9] Akhirnya, Oates menjadi kediaman Locke sepanjang sisa hidupnya, meski pada dekade 1690-an, Locke sempat tinggal di London sebab beberapa urusannya di pemerintahan.[9]

Setelah itu, Locke berusaha mendudukkan karya yang lain dalam bidang pendidikan, "Beberapa Pemikiran mengenai Pendidikan".[9] Karya itu dipublikasikan pada bulan Juli 1693 dan edisi baru mempunyai pokoknya penambahan materi terbit dua tahun yang belakang sekali.[9]

Pada tahun 1695, Locke menerbitkan lagi tulisan yang berjudul "Kerasionalan Agama Kristen" (The Reasonableness of Christianity).[9] Sebagaimana "Surat-Surat mengenai Toleransi", karya ini juga diterbitkan secara anonim dan segera menimbulkan kontroversi.[9] Kontroversi itu muncul sebab pemikiran-pemikiran Locke di dalam buku itu dinilai terlalu melemahkan agama Kristen.[9] Lawan polemik Locke kali ini merupakan John Edwards, dan polemik mereka berdua terjadi hingga tahun 1697.[9]

Pada bulan-bulan permulaan tahun 1696, Locke menghabiskan waktunya kepada beristirahat di Oates.[9] Pada bulan Juni, ia mulai melaksanakan pekerjaannya kepada pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi dan koloni-koloni Inggris, selama empat tahun yang belakang sekali.[9] Selain mengurus masalah-masalah negara, Locke pada periode ini juga berpolemik dengan Edward Stillingfleet, seorang uskup Gereja Anglikan.[6][9] Polemik mereka berlangsung dari bulan November 1696 hingga kesudahan tahun 1698 ketika kesehatan Stillingfleet menurun dan tidak memungkinkannya menanggapi pandangan Locke lagi.[9]

Kesudahan hidup

Pada bulan Juni 1700, Locke pensiun dari pekerjaannya di pemerintahan.[9] Ia menjalani sisa kehidupannya selama 4 tahun dengan tenang dan tidak terlalu sering mengunjungi London.[9] Walaupun demikian, Locke sedang mengerjakan tulisan yang lain yang berjudul "Parafrase dan Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (Paraphrase and Notes on the Epistles of St Paul).[9] Karya ini menyatakan kedalaman watak religius dari pemikiran Locke.[9]

Kesehatan Locke semakin menurun dalam tahun-tahun terakhir kehidupannya dan ia menderita penyakit asma.[9] Kunjungan terakhirnya ke London pada bulan Januari 1698 sebab dipanggil oleh Raja William III menciptakan kesehatannya semakin buruk.[9]

Bulan-bulan kesudahan tahun 1704 merupakan saat-saat terakhir kehidupannya.[6][9] Ia meninggal tanggal 28 Oktober 1704 dan dikuburkan di High Laver.[6][9]

Pemikiran

Mengenai pengetahuan

Sampul depan buku "Essay mengenai Pemahaman Manusia".

Salah satu pemikiran Locke yang sangat berpengaruh di dalam sejarah filsafat merupakan mengenai bagian manusia mendapatkan pengetahuan. Ia berusaha menjelaskan bagaimana bagian manusia mendapatkan pengetahuannya.[10] Menurut Locke,[7][2][11] seluruh pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Posisi ini merupakan posisi empirisme yang menolak argumen kaum rasionalis yang mengatakan sumber pengetahuan manusia yang terutama berasal dari rasio atau cara melakukan sesuatu manusia. Walaupun demikian, rasio atau cara melakukan sesuatu berperan juga di dalam bagian manusia memperoleh pengetahuan. Dengan demikian, Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, cara melakukan sesuatu atau rasio manusia itu belum berfungsi atau sedang kosong. Situasi tersebut diibaratkan Locke seperti sebuah kertas putih (tabula rasa) yang yang belakang sekali mendapatkan pokoknya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi kepada mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama pengetahuan menurut Locke merupakan pengalaman.

Ragam pengalaman Manusia

Bertambah lanjut, Locke menyatakan berada dua macam pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau reflection).[7][11] Pengalaman lahiriah merupakan pengalaman yang menangkap cara indrawi yaitu segala cara materiil yang berkomunikasi dengan panca indra manusia.[7] Yang belakang sekali pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki kesadaran terhadap caranya sendiri dengan prosedur 'mengingat', 'menghendaki', 'meyakini', dan kepadanya.[7] Kedua bentuk pengalaman manusia inilah yang akan membentuk pengetahuan melintasi bagian yang belakang sekali.[7]

Bagian manusia mendapatkan pengetahuan

Dari perpaduan dua bentuk pengalaman manusia, pengalaman lahiriah dan pengalaman batiniah, diperoleh apa yang Locke sebut 'pandangan-pandangan sederhana' (simple ideas) yang berfungsi kepada data-data empiris.[7][11] Berada empat macam pandangan sederhana:[7]

  1. Pandangan yang hanya diterima oleh satu indra manusia saja. Misalnya, warna diterima oleh mata, dan bunyi diterima oleh telinga.
  2. Pandangan yang diterima oleh beberapa indra, misalnya saja ruang dan gerak.
  3. Pandangan yang dihasilkan oleh refleksi kesadaran manusia, misalnya ingatan.
  4. Pandangan yang menyertai saat-saat terjadinya bagian penerimaan dan refleksi. Misalnya, rasa tertarik, rasa ajab, dan waktu.

Di dalam bagian terbentuknya pandangan-pandangan sederhana ini, rasio atau cara melakukan sesuatu manusia bersifat pasif atau belum berfungsi.[11] Setelah pandangan-pandangan sederhana ini tersedia, baru rasio atau cara melakukan sesuatu bekerja membentuk 'pandangan-pandangan kompleks' (complex ideas).[7][11] Rasio bekerja membentuk pandangan kompleks dengan prosedur membandingkan, mengabstraksi, dan menghubung-hubungkan pandangan-pandangan sederhana tersebut.[7] Berada tiga macam pandangan kompleks yang terbentuk:[7][11]

  1. substansi atau sesuatu yang berdiri sendiri, misalnya pengetahuan mengenai manusia atau tumbuhan.
  2. modi (cara mengada suatu hal) atau pandangan kompleks yang keberadaannya bergantung kepada substansi. Misalnya, siang merupakan modus dari hari.
  3. hubungan sebab-akibat (kausalitas). Misalnya saja, pandangan kausalitas dalam pernyataan: "air mendidih sebab dipanaskan hingga suhu 100° Celcius".

Mengenai negara

Sampul depan buku "Dua Tulisan mengenai Pemerintahan".

Pandangan Locke mengenai negara terdapat di dalam bukunya yang berjudul "Dua Tulisan mengenai Pemerintahan" (Two Treatises of Civil Government).[7] Ia menjelaskan pandangannya itu dengan menganalisis tahap-tahap perkembangan masyarakat.[7] Locke membagi perkembangan masyarakat menjadi tiga, yakni situasi alamiah (the state of nature), situasi perang (the state of war), dan negara (commonwealth).[7]

Tahap situasi alamiah

Situasi alamiah merupakan tahap pertama dari perkembangan masyarakat.[7] Pemikiran Locke ini serupa dengan pemikiran Hobbes namun bila Hobbes menyatakan situasi alamiah kepada situasi "perang seluruh lawan semua", maka Locke berlainan.[11][7] Menurut Locke, situasi alamiah sebuah masyarakat manusia merupakan situasi harmonis, di mana seluruh manusia memiliki kebebasan dan kesamaan hak yang sama.[11][7] Dalam situasi ini, setiap manusia bebas sama sekali menentukan dirinya dan menggunakan apa yang dipunyainya tanpa bergantung kepada kehendak orang lain.[11] Walaupun masing-masing orang bebas sama sekali terhadap sesamanya, namun tidak terjadi kekacauan sebab masing-masing orang hidup berdasarkan ketentuan hukum kodrat yang diberikan oleh Tuhan.[11] Yang dimaksud hukum kodrat dari Tuhan menurut Locke merupakan larangan kepada merusak dan memusnahkan kehidupan, kebebasan, dan harta milik orang lain.[7] Dengan demikian, Locke menyebut berada hak-hak dasariah yang terikat di dalam kodrat setiap manusia dan merupakan pemberian Allah.[7] Pemikiran ini serupa dengan pemikiran Hak Asasi Manusia (HAM) di dalam masyarakat modern.[7]

Tahap situasi perang

Tahap kedua merupakan situasi perang.[7] Locke menyebutkan bahwa ketika situasi alamiah sudah mengenal hubungan-hubungan sosial maka situasi harmoni mulai berubah.[7] Penyebab utamanya merupakan terciptanya uang.[7] Dengan uang, manusia dapat mengumpulkan kekayaan secara berlebihan, sedangkan di dalam situasi alamiah tidak berada perbedaan kekayaan yang mencolok sebab setiap orang mengumpulkan secukupnya kepada konsumsi masing-masing.[7] Ketidaksamaan harta kekayaan menciptakan manusia mengenal status tuan-budak, majikan-pembantu, dan status-status yang hierarkis yang lain.[7] Kepada mempertahankan harta miliknya, manusia menjadi iri, saling bermusuhan, dan bersaingan.[11][7] Masing-masing orang menjadi hakim dan mempertahankan miliknya sendiri.[11] Situasi alamiah yang harmonis dan penuh damai tersebut yang belakang sekali berubah menjadi situasi perang yang ditandai dengan permusuhan, kedengkian, kekerasan, dan saling menghancurkan.[7] Situasi seperti ini berpotensi memusnahkan kehidupan manusia bila tidak berada jalan keluar dari situasi perang.[7]

Tahap terbentuknya negara

Locke menyatakan bahwa kepada menciptakan jalan keluar dari situasi perang sambil menjamin milik pribadi, maka masyarakat sepakat kepada mengadakan "perjanjian asal".[11][7] Inilah ketika lahirnya negara persemakmuran (commonwealth).[7] Dengan demikian, tujuan berdirinya negara bukanlah kepada menciptakan kesamarataan setiap orang, melainkan kepada menjamin dan melindungi milik pribadi setiap warga negara yang mengadakan kontrak tersebut.[7]

Di dalam kontrak tersebut, masyarakat memberikan dua kekuasaan penting yang mereka miliki di dalam situasi alamiah kepada negara.[7] Kedua kuasa tersebut merupakan hak kepada menentukan bagaimana setiap manusia mempertahankan diri, dan hak kepada menghukum setiap pelanggar hukum kodrat yang berasal dari Tuhan.[7] Nasihat Locke ini menimbulkan dua konsekuensi:[7]

  1. Kekuasaan negara pada dasarnya merupakan terbatas dan tidak mutlak sebab kekuasaannya berasal dari warga masyarakat yang membangunnya. Jadi, negara hanya dapat berperan dalam batas-batas yang ditentukan masyarakat terhadapnya.
  2. Tujuan pembentukan negara merupakan kepada menjamin hak-hak asasi warga, terutama hak warga atas harta miliknya. Kepada tujuan inilah, warga bersedia melepaskan kebebasan mereka dalam situasi alamiah yang diancam bahaya perang kepada bersatu di dalam negara.

Dengan demikian, Locke menentang pandangan Hobbes mengenai kekuasaan negara yang absolut dan mengatasi seluruh warga negara.[11]

Pembatasan kekuasaan negara

Negara di dalam pandangan Locke dibatasi oleh warga masyarakat yang merupakan pembuatnya.[7] Kepada itu, sistem negara perlu dibangun dengan beradanya pembatasan kekuasaan negara, dan bentuk pembatasan kekuasaan tersebut dapat diterapkan dengan dua prosedur.[7] Prosedur pertama merupakan dengan membentuk konstitusi atau Undang-Undang Dasar yang ditentukan oleh Parlemen berdasarkan prinsip mayoritas.[7] Prosedur kedua merupakan beradanya pembagian kekuasaan dalam tiga unsur: legistlatif, eksekutif, dan federatif.[11]

Unsur legislatif merupakan kekuasaan kepada menciptakan undang-undang dan merupakan kekuasaan tertinggi.[7] Kekuasaan ini dijalankan oleh Parlemen yang mewakili golongan kaya dan kaum bangsawan sebab mereka, dengan kekayaannya, sangat jumlah menyumbangkan sesuatu kepada negara.[7] Dalam menciptakan undang-undang, kekuasaan legislatif terikat kepada tuntutan hukum dunia yaitu keharusan menghormati hak-hak dasar manusia.[7] Unsur eksekutif merupakan pemerintah yang melaksanakan undang-undang, yaitu raja dan para bawahannya.[7] Terakhir, unsur federatif merupakan kekuasaan yang mengatur masalah-masalah bilateral, seperti mengadakan kontrak damai, kesepakatan kerja sama, atau menyatakan perang.[7] Menurut Locke, kekuasaan federatif dapat dipegang oleh pihak eksekutif, di mana dalam situasi darurat pihak eksekutif dapat mengambil tingkah laku yang dibuat yang melampaui wewenang hukum yang dipunyainya.[7]

Di dalam sistem kenegaraan Locke di atas, tetap berada kemungkinan penyalahgunaan wewenang oleh pihak-pihak yang berkuasa atas rakyat.[7] Oleh sebab itu, menurut Locke, rakyat memiliki hak kepada mengadakan perlawanan dan menyingkirkan pihak eksekutif dengan kekerasan bila mereka sudah berperan di luar wewenang mereka.[7] Di sini, rakyat merebut kembali hak yang sudah mereka berikan.[7]

Mengenai hubungan agama dan negara

Tulisan Locke yang berjudul "Surat-Surat mengenai Toleransi".

Pandangan Locke lain yang penting dan sedang berkomunikasi dengan pemikiran negara merupakan mengenai hubungan selang agama dan negara.[7] Pemikiran Locke mengenai hal ini terdapat di dalam tulisannya yang berjudul 'Surat-Surat Mengenai Toleransi' (Letters of Toleration).[7] Locke menyatakan bahwa perlu berada pemisahan tegas selang urusan agama dan urusan negara sebab tujuan masing-masing sudah berlainan.[7] Negara tidak boleh menganut agama apapun, apalagi bila membatasi atau meniadakan suatu agama.[11] Tujuan negara merupakan melindungi hak-hak dasar warganya di dunia ini sedangkan tujuan agama merupakan mengusahakan keselamatan jiwa manusia kepada kehidupan tidak berkesudahan di kehidupan setealh didunia kelak setelah kematian.[7] Jadi, negara berfungsi kepada memelihara kehidupan di dunia sekarang, sedangkan agama berfungsi kepada menjalankan ibadah kepada Tuhan dan hingga kehidupan tidak berkesudahan.[7] Agama merupakan urusan pribadi, berlainan dengan negara yang merupakan urusan masyarakat umum.[7] Pemisahan selang keduanya haruslah ditegaskan, dan masing-masing tidak boleh mencampuri urusan yang lain.[7] Negara tidak boleh mencampuri urusan keyakinan religius manusia, sedangkan agama tidak boleh melaksanakan sesuatu yang dapat menghalangi atau menggagalkan pelaksanaan tujuan negara.[7] Bila negara berhasrat menghalangi kebebasan beragama dari warganya, maka rakyat berhak kepada melawan.[7]

Mengenai agama

Pandangan Locke mengenai agama bersifat deistik.[11] Ia menganggap agama Kristen merupakan agama yang sangat masuk kecerdikan dibandingkan agama-agama lain, sebab ajaran-ajaran Kristen dapat dibuktikan oleh kecerdikan manusia.[11] Pengertian mengenai Allah juga disusun oleh pembuktian-pembuktian.[11] Locke beranjak dari kenyataan bahwa manusia merupakan makhluk berakal budi, sehingga pastilah disebabkan sebab beradanya 'Tokoh Pencipta' yang mutlak dan maha kuasa, yaitu Allah.[11] Ia meyakini bahwa Alkitab ditulis oleh ilham Ilahi, namun ia juga menyatakan bahwa setiap wahyu Ilahi haruslah diuji oleh rasio manusia.[6]

Pengaruh

Dalam filsafat pengetahuan

Hume, seorang filsuf empiris radikal yang dipengaruhi oleh Locke

Pemikiran Locke mengenai pengetahuan memiliki pengaruh luhur terhadap para filsuf setelahnya, khususnya David Hume di Inggris dan Kant di Jerman.[7][4] Pandangan Locke mengenai bagian manusia mendapat pengetahuan memiliki dua implikasi penting.[2] Pertama, munculnya anggapan bahwa seluruh pengetahuan manusia berasal dari pengalaman, dan tiadanya pengetahuan secara apriori (sebelum pengalaman) sebagaimana yang disebutkan Descartes.[2] Kedua, seluruh hal yang manusia ketahui melintasi pengalaman, bukanlah obyek atau benda pada dirinya sendiri, melainkan hanya kesan-kesan indrawi dari hal itu yang diterima oleh panca indra manusia.[2]

Kant, filsuf luhur masa Pencerahan

Pertama, mengenai pengatahuan yang berasal dari pengalaman, berarti segala pengetahuan manusia sebenarnya hanya merupakan kait-mengait dari pengalaman-pengalaman sederhana.[2] Pemikiran ini akan memengaruhi dan dipertajam oleh David Hume di yang belakang sekali hari, dan bubar mendapat bentuk sangat tajam di dalam filsafat Kant, yang merupakan seorang filsuf sangat berpengaruh di era filsafat modern.[2] Kant menolak seluruh kemungkinan metafisika, maksudnya manusia tidak dapat mengetahui sesuatu apapun di luar panca-indranya.[2] Bertambah jauh, Kant menyatakan bahwa pengetahuan atau pemikiran mengenai Allah sudah kehilangan legitimasi sebab tidak mungkin lagi, sebab Allah berada di luar jangkauan indrawi manusia.[2] Tentu saja pandangan Kant ini sudah jumlah dikritik, namun pengaruhnya tetap luhur.[2]

Kedua, bahwa manusia dalam pengalamannya sebenarnya hanya menerima kesan-kesan indrawi yang ditangkap oleh panca indra kita dari benda-benda atau hal-hal tertentu, memiliki implikasi terhadap kecenderungan subyektivisme.[2] Maksudnya subyektivisme merupakan pandangan yang menolak beradanya sesuatu yang obyektif, yang berlangsung umum, dan hal itu akan mengarah ke relativisme.[2] Hal itu disebabkan manusia yang satu dengan yang lain dapat menarik kesimpulan berlainan mengenai kesan-kesan indrawi mereka masing-masing terhadap suatu hal atau benda.[2] Apa yang obyektif, yakni benda tersebut sesungguhnya pada dirinya sendiri, tidak dapat diketahui oleh manusia.[2]

Dalam bidang politik

Pengaruh pemikiran Locke dalam bidang politik amat luhur di negara-negara Eropa, seperti Inggris, Perancis, Jerman, bahkan hingga Amerika Serikat.[6] Bapak-bapak pendiri negara Amerika Serikat, seperti Jonathan Edwards, Hamilton, dan Thomas Jefferson dipengaruhi oleh ide-ide politik Locke.[6] Yang belakang sekali para filsuf Pencerahan Perancis, seperti Voltaire dan Montesquieu, juga dipengaruhi oleh Locke.[6][7] Dengan demikian, dapat disebutkan bahwa pemikiran-pemikiran politik Locke juga memengaruhi munculnya Revolusi Perancis tanggal 14 Juli 1789.[6][7]

Dalam bidang keagamaan

Pandangan Locke mengenai agama memengaruhi perkembangan deisme atau agama alamiah.[11] Pandangan tersebut bertambah luas di Barat pada zaman ke-19 dan ke-20.[11]

Munculnya negara-negara sekularistik

Pandangan Locke yang memisahkan urusan negara dan urusan agama dengan sangat ketat merupakan permulaan dari munculnya negara-negara sekularistik di yang belakang sekali hari.[7] Negara-negara yang menganut segala sesuatu yang diajarkan sekular memisahkan dengan ketat urusan negara dan urusan agama.[7]

Terhadap psikologi dan epistemologi

Pemikiran-pemikiran Locke terhadap cara melakukan sesuatu manusia sudah membawa pengaruh dalam bidang psikologi dan epistemologi.[3] Beberapa filsuf dan pemikir setelahnya yang dipengaruhi Locke merupakan David Hartley (1705-1757), Joseph Priestley (1733-1804), Francis Hutcheson (1694-1747), James Mill (1733-1836), dan Étienne Condillac (1715-1780).[3] Mereka mendapat pengaruh Locke dalam hal menganalisis pengalaman manusia berdasarkan unsur-unsur pengalaman, kombinasi unsur-unsur tersebut, dan asosiasi-asosiasi yang terjadi.[3]

Kritik terhadap Locke

Kritik terhadap model negara Locke

Menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, gagasan Locke mengenai model negara terlalu mengedepankan keperluan kaum bangsawan dan kaum pemodal dibandingkan keperluan seluruh rakyat.[7] Hal itu terlihat dari model pembatasan kekuasaan negara yang menggunakan pembagian kekuasaan selang legislatif dan eksekutif, yang mana golongan eksekutif dan federatif didiami oleh raja dan para menteri, sedangkan golongan legislatif diisi golongan bangsawan dan orang-orang kaya.[7] Tidak berada tempat bagi rakyat biasa di dalam model pembagian kekuasaan ini.[7] Jikalau tidak berada tempat bagi rakyat biasa kepada mengawasi jalannya pemerintahan, maka pembuatan Undang-Undang dan pelaksanaannya dapat saja disalahgunakan bagi keperluan pemerintah dan kaum bangsawan saja.[7] Bila ini terjadi, rakyat tidak dapat memperjuangkan keperluannya melintasi sistem negara yang berada, dan bubar hanya akan menciptakan negara kembali ke "keadaan perang" sebab terjadi ketidakadilan.[7] Padahal situasi "keadaan perang" itulah yang mau diatasi Locke.[7]

Kritik terhadap pemisahan negara dan agama

Locke merumuskan wewenang negara dan agama dengan amat ketat sehingga keduanya menjadi terpisah dan tidak boleh saling mencampuri wewenang yang lain.[7] Urusan agama merupakan keselamatan kehidupan setealh didunia sedang urusan negara merupakan keselamatan di dunia ketika ini, ketika manusia sedang hidup.[7] Persoalannya, menurut Simon Petrus L. Tjahjadi, apakah pemisahan itu sesuai dengan pandangan agama itu sendiri?[7] Biasanya agama memiliki pandangan bahwa agama wajib ikut campur dalam soal-soal publik, seperti keadilan sosial, wewenang pemerintahan, dan tuntutan moral umum.[7] Perwujudan iman setiap pemeluk agama seringkali wajib berfungsi juga di dalam persoalan-persoalan umum, sehingga pemisahan selang agama dan agama seperti yang diusulkan Locke dapat melanggar keyakinan agama-agama tertentu dan tidak dapat diterima.[7]

Bibliografi karya-karya utama Locke

  • (1689) "Sebuah Surat Perihal Toleransi" (A Letter Concerning Toleration)
    • (1690) "Surat Kedua Perihal Toleransi" (A Second Letter Concerning Toleration)
    • (1692) "Surat Ketiga Perihal Toleransi" (A Third Letter for Toleration)
  • (1689) "Dua Tulisan mengenai Pemerintahan" (Two Treatises of Government)
  • (1690) "Essay Perihal Pengetahuan Manusia" (An Essay Concerning Human Understanding)
  • (1693) "Beberapa Pemikiran Perihal Pendidikan" (Some Thoughts Concerning Education)
  • (1695) "Kerasionalan Agama Kristen, sebagaimana Disebutkan di dalam Alkitab" (The Reasonableness of Christianity, as Delivered in the Scriptures)
    • (1695) "Mempertahankan Kerasionalan Agama Kristen" (A Vindication of the Reasonableness of Christianity)

Manuskrip yang belum dipublikasikan atau dipublikasikan setelah neninggal

  • (1660) "Traktat Pertama mengenai Pemerintahan" (First Tract of Government atau the English Tract)
  • (sekitar tahun 1662) "Traktat Kedua mengenai Pemerintahan (Second Tract of Government atau the Latin Tract)
  • (1664) "Pertanyaan-Pertanyaan Perihal Hukum Alam" (Questions Concerning the Law of Nature) *(1667) "Essay Perihal Toleransi" (Essay Concerning Toleration)
  • (1706) "Mengenai Bagian Hingga Pemahaman" (Of the Conduct of the Understanding)
  • (1707) "Parafrase dan Catatan-Catatan terhadap Surat-Surat Rasul Paulus" (A Paraphrase and Notes on the Epistles of St. Paul)

Referensi

  1. ^ Peter Laslett (1988). "Introduction: Locke and Hobbes". Two Treatises on Government. Cambridge University Press. p. 68. ISBN 9780521357302. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n Franz Magnis-Suseno. 1992. Filsafat kepada Ilmu Kritis. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 73-74.
  3. ^ a b c d e f g h i j (Inggris)Ted Honderich, ed. 1995. The Oxford Companion to Philosophy. New York: Oxford University Press. P. 493-497.
  4. ^ a b c (Inggris)Michael Ayers. 1998. "Locke, John". In Routledge Encyclopedia of Philosophy. P. 4852. London: Routledge.
  5. ^ (Inggris)R.S. Woolhouse. 2003. "Locke". In The Blackwell Companion to Philosophy Second Edition. Nicholas Bunnin & E.P. Tsui-James, eds. 682. Malden: Blackwell Publishing.
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag (Inggris)James Gordon Clapp. 1972. "Locke, John". In The Encyclopedia of Philosophy Volume 3. Paul Edwards, ed. 487-503. New York: Macmillan Publishing.
  7. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay az ba bb bc bd be bf bg bh bi bj bk bl bm bn bo bp bq br bs Simon Petrus L. Tjahjadi. 2004. Petualangan Intelektual. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 236-247.
  8. ^ (Inggris)Nicholas P. Wolterstorff. 1999. "Locke, John". In Cambridge Dictionary of Philosophy. Robert Audi, ed. 506-509.London: Cambridge University Press.
  9. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay az ba bb bc bd be bf bg bh bi bj bk bl bm bn bo bp bq br bs bt bu bv bw bx by bz ca cb cc cd ce cf cg ch ci cj ck cl cm cn co cp cq cr cs ct cu cv cw cx cy cz da db dc dd de df dg dh di dj dk dl dm dn (Inggris)J.R. Milton. 1999. "Locke's Life and Times". In The Cambridge Companion to Locke. Vere Chappell, ed. 5-25. London: Cambridge University Press.
  10. ^ (Inggris)Roger Woolhouse. 1999."Locke's Theory of Knowledge". In The Cambridge Companion to Locke. Vere Chappell, ed. 146. London: Cambridge University Press.
  11. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v Harun Hadiwijono. 1983. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 36-39.

Pranala Luar

Karya-Karya Locke

  • (Inggris) Karya-karya John Locke di Proyek Gutenberg
  • Links to online books by John Locke
  • The Works of John Locke
    • 1823 Edition, 10 Volumes on PDF files, and additional resources
    • 1824 Edition, 9 volumes in multiple formats
  • John Locke Manuscripts
  • Updated versions of Essay Concerning Human Understanding and Second Treatise of Government, edited by Jonathan Bennett
  • Locke, Two Treatises of Government, ed. Thomas Hollis (A. Millar et al., 1764) See original text in The Online Library of Liberty

Sumber-Sumber mengenai Locke

  • Entri John Locke di Stanford Encyclopedia of Philosophy oleh William Uzgalis, 2007-05-05
  • Macmillan Encyclopedia of Philosophy entry on Locke
  • John Locke Bibliography
  • John Locke’s Theory of Knowledge by Caspar Hewett
  • The Digital Locke Project
  • Portraits of Locke
  • Locke links
  • A complex and positive answer to question Was Locke a Liberal? – by Jerome Huyler
  • Timeline of the Life and Work of John Locke at The Online Library of Liberty
  • Locke on Property: A Bibliographical Essay by Karen Vaughn The Online Library of Liberty.

edunitas.com

Page 5

Tags (tagged): john maynard keynes, unkris, john, maynard, keynes, maynard keynes, raya kebangsaan britania, bidang ekonomi, politik, 62 tahun seorang, ahli ekonomi, inggris, ide idenya, ekonom dosen, universitas, cambridge, interest and, money 1936, s career and, biographical, center, of, studies june 1998, keynes and, australia, by donald markwell, reserve john, john maynard

Page 6

Tags (tagged): john maynard keynes, unkris, john, maynard, keynes, maynard keynes, merupakan reaksi terhadap, depresi besar, amerika, serikat, pada jangka, panjang kita, semua, telah mati j, m keynes, the, theory of employment, interest and, money, 1936 keynes s, keynes their, intellectual, life spans the, convergence of, center, of studies maynard, keynes don, t, call it a, comeback by, salon, magazine john maynard, john maynard

Page 7

Tags (tagged): john maynard keynes, unkris, john, maynard, keynes, maynard keynes, merupakan reaksi terhadap, depresi besar, amerika, serikat, pada jangka, panjang kita, semua, telah mati j, m keynes, the, theory of employment, interest and, money, 1936 keynes s, keynes their, intellectual, life spans the, convergence of, pusat, ilmu pengetahuan maynard, keynes don, t, call it a, comeback by, salon, magazine john maynard, john maynard

Page 8

Tags (tagged): john maynard keynes, unkris, john, maynard, keynes, maynard keynes, raya kebangsaan britania, bidang ekonomi, politik, 62 tahun seorang, ahli ekonomi, inggris, ide idenya, ekonom dosen, universitas, cambridge, interest and, money 1936, s career and, biographical, pusat, ilmu, pengetahuan june 1998, keynes and, australia, by donald markwell, reserve john, john maynard

Page 9

John Maynard Keynes, pencetus Keynesianisme

Keynesianisme, atau ekonomi ala Keynes atau Teori Keynes, adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide ekonom Inggris 100 tahun ke-20, John Maynard Keynes. Teori ini mempromosikan suatu ekonomi campuran, di mana tidak memihak negara maupun sektor swasta memegang peranan penting. Kebangkitan ekonomi Keynesianisme menandai habisnya ekonomi laissez-faire, suatu teori ekonomi yang berdasarkan pada keyakinan bahwa pasar dan sektor swasta dapat berlangsung sendiri tanpa campur tangan negara.

Teori ini mencetuskan bahwa trend ekonomi makro dapat memengaruhi perilaku individu ekonomi mikro. Tidak sama dengan teori ekonom klasik yang mencetuskan bahwa proses ekonomi didasari oleh pengembangan output potensial, Keynes menekankan pentingnya permintaan agregat sebagai faktor utama penggerak perekonomian, terutama dalam perekonomian yang sedang lesu. Dia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dapat digunakan sebagai meningkatkan permintaan pada level makro, sebagai mengurangi pengangguran dan deflasi. Bila pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar di warga akan bertambah sehingga warga akan terdorong sebagai berbelanja dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga akan meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan kondisi perekonomian akan kembali ke tingkat normal.

Kesimpulan utama dari teori ini adalah bahwa tidak telah tersedia kecenderungan otomatis sebagai menggerakan output dan lapangan pekerjaan ke kondisi full employment (lapangan kerja penuh). Kesimpulan ini bertentangan dengan prinsip ekonomi klasik seperti ekonomi supply-side yang menganjurkan sebagai tidak menambah peredaran uang di warga sebagai menjaga titik keseimbangan di titik yang ideal.

Pranala luar

  • (Inggris) Karya-karya John Maynard Keynes di Proyek Gutenberg
  • (Inggris) The Keynesian Revolution
  • (Inggris) John Maynard Keynes, The Economic Consequences of the Peace (1919)
  • (Inggris) John Maynard Keynes, The end of laissez-faire (1926)
  • (Inggris) John Maynard Keynes, An Open Letter to President Roosevelt (1933)
  • (Inggris) John Maynard Keynes, The General Theory of Employment, Interest and Money (1936)
  • (Inggris) Pidato Alan Greenspan mengkritik ekonomi Keynesian

edunitas.com

Page 10

John Maynard Keynes, pencetus Keynesianisme

Keynesianisme, atau ekonomi ala Keynes atau Teori Keynes, adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide ekonom Inggris 100 tahun ke-20, John Maynard Keynes. Teori ini mempromosikan suatu ekonomi campuran, di mana tidak memihak negara maupun sektor swasta memegang peranan penting. Kebangkitan ekonomi Keynesianisme menandai habisnya ekonomi laissez-faire, suatu teori ekonomi yang berdasarkan pada keyakinan bahwa pasar dan sektor swasta dapat berlangsung sendiri tanpa campur tangan negara.

Teori ini mencetuskan bahwa trend ekonomi makro dapat memengaruhi perilaku individu ekonomi mikro. Tidak sama dengan teori ekonom klasik yang mencetuskan bahwa proses ekonomi didasari oleh pengembangan output potensial, Keynes menekankan pentingnya permintaan agregat sebagai faktor utama penggerak perekonomian, terutama dalam perekonomian yang sedang lesu. Dia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dapat digunakan sebagai meningkatkan permintaan pada level makro, sebagai mengurangi pengangguran dan deflasi. Bila pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar di warga akan bertambah sehingga warga akan terdorong sebagai berbelanja dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga akan meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan kondisi perekonomian akan kembali ke tingkat normal.

Kesimpulan utama dari teori ini adalah bahwa tidak telah tersedia kecenderungan otomatis sebagai menggerakan output dan lapangan pekerjaan ke kondisi full employment (lapangan kerja penuh). Kesimpulan ini bertentangan dengan prinsip ekonomi klasik seperti ekonomi supply-side yang menganjurkan sebagai tidak menambah peredaran uang di warga sebagai menjaga titik keseimbangan di titik yang ideal.

Pranala luar

  • (Inggris) Karya-karya John Maynard Keynes di Proyek Gutenberg
  • (Inggris) The Keynesian Revolution
  • (Inggris) John Maynard Keynes, The Economic Consequences of the Peace (1919)
  • (Inggris) John Maynard Keynes, The end of laissez-faire (1926)
  • (Inggris) John Maynard Keynes, An Open Letter to President Roosevelt (1933)
  • (Inggris) John Maynard Keynes, The General Theory of Employment, Interest and Money (1936)
  • (Inggris) Pidato Alan Greenspan mengkritik ekonomi Keynesian

edunitas.com

Page 11

John Maynard Keynes, pencetus Keynesianisme

Keynesianisme, atau ekonomi ala Keynes atau Teori Keynes, adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide ekonom Inggris 100 tahun ke-20, John Maynard Keynes. Teori ini mempromosikan suatu ekonomi campuran, di mana tidak memihak negara maupun sektor swasta memegang peranan penting. Kebangkitan ekonomi Keynesianisme menandai habisnya ekonomi laissez-faire, suatu teori ekonomi yang berdasarkan pada keyakinan bahwa pasar dan sektor swasta dapat berlangsung sendiri tanpa campur tangan negara.

Teori ini mencetuskan bahwa trend ekonomi makro dapat memengaruhi perilaku individu ekonomi mikro. Tidak sama dengan teori ekonom klasik yang mencetuskan bahwa proses ekonomi didasari oleh pengembangan output potensial, Keynes menekankan pentingnya permintaan agregat sebagai faktor utama penggerak perekonomian, terutama dalam perekonomian yang sedang lesu. Dia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dapat digunakan sebagai meningkatkan permintaan pada level makro, sebagai mengurangi pengangguran dan deflasi. Bila pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar di warga akan bertambah sehingga warga akan terdorong sebagai berbelanja dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga akan meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan kondisi perekonomian akan kembali ke tingkat normal.

Kesimpulan utama dari teori ini adalah bahwa tidak telah tersedia kecenderungan otomatis sebagai menggerakan output dan lapangan pekerjaan ke kondisi full employment (lapangan kerja penuh). Kesimpulan ini bertentangan dengan prinsip ekonomi klasik seperti ekonomi supply-side yang menganjurkan sebagai tidak menambah peredaran uang di warga sebagai menjaga titik keseimbangan di titik yang ideal.

Pranala luar

  • (Inggris) Karya-karya John Maynard Keynes di Proyek Gutenberg
  • (Inggris) The Keynesian Revolution
  • (Inggris) John Maynard Keynes, The Economic Consequences of the Peace (1919)
  • (Inggris) John Maynard Keynes, The end of laissez-faire (1926)
  • (Inggris) John Maynard Keynes, An Open Letter to President Roosevelt (1933)
  • (Inggris) John Maynard Keynes, The General Theory of Employment, Interest and Money (1936)
  • (Inggris) Pidato Alan Greenspan mengkritik ekonomi Keynesian

edunitas.com

Page 12

John Maynard Keynes, pencetus Keynesianisme

Keynesianisme, atau ekonomi ala Keynes atau Teori Keynes, adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide ekonom Inggris 100 tahun ke-20, John Maynard Keynes. Teori ini mempromosikan suatu ekonomi campuran, di mana tidak memihak negara maupun sektor swasta memegang peranan penting. Kebangkitan ekonomi Keynesianisme menandai habisnya ekonomi laissez-faire, suatu teori ekonomi yang berdasarkan pada keyakinan bahwa pasar dan sektor swasta dapat berlangsung sendiri tanpa campur tangan negara.

Teori ini mencetuskan bahwa trend ekonomi makro dapat memengaruhi perilaku individu ekonomi mikro. Tidak sama dengan teori ekonom klasik yang mencetuskan bahwa proses ekonomi didasari oleh pengembangan output potensial, Keynes menekankan pentingnya permintaan agregat sebagai faktor utama penggerak perekonomian, terutama dalam perekonomian yang sedang lesu. Dia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dapat digunakan sebagai meningkatkan permintaan pada level makro, sebagai mengurangi pengangguran dan deflasi. Bila pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang beredar di warga akan bertambah sehingga warga akan terdorong sebagai berbelanja dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga akan meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan kondisi perekonomian akan kembali ke tingkat normal.

Kesimpulan utama dari teori ini adalah bahwa tidak telah tersedia kecenderungan otomatis sebagai menggerakan output dan lapangan pekerjaan ke kondisi full employment (lapangan kerja penuh). Kesimpulan ini bertentangan dengan prinsip ekonomi klasik seperti ekonomi supply-side yang menganjurkan sebagai tidak menambah peredaran uang di warga sebagai menjaga titik keseimbangan di titik yang ideal.

Pranala luar

  • (Inggris) Karya-karya John Maynard Keynes di Proyek Gutenberg
  • (Inggris) The Keynesian Revolution
  • (Inggris) John Maynard Keynes, The Economic Consequences of the Peace (1919)
  • (Inggris) John Maynard Keynes, The end of laissez-faire (1926)
  • (Inggris) John Maynard Keynes, An Open Letter to President Roosevelt (1933)
  • (Inggris) John Maynard Keynes, The General Theory of Employment, Interest and Money (1936)
  • (Inggris) Pidato Alan Greenspan mengkritik ekonomi Keynesian

edunitas.com

Page 13

Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia ketika dia merasa cukup kenal dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran.[1] Sebab keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu sah -- atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Contoh: Pada suatu ketika, manusia pernah meyakini bahwa bumi merupakan pusat kelola surya, belakang disadari bahwa keyakinan itu keliru.

Keyakinan adalah suatu kondisi psikologis pada ketika seseorang menganggap suatu premis sah.[2]

Rujukan

  1. ^ Vardiansyah, Dani. Filsafat Pengetahuan Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.5
  2. ^ Schwitzgebel, Eric (2006), "Belief", dalam Zalta, Edward, The Stanford Encyclopedia of Philosophy, Stanford, CA: The Metaphysics Research Lab, //plato.stanford.edu/entries/belief/, diakses pada 2008-09-19

Pranala luar

  • Entri Belief di Stanford Encyclopedia of Philosophy oleh Eric Schwitzgebel
  • Beliefnet - Belief-o-matic
  • Compare Different Beliefs Information on different religions/beliefs
  • Beliefs and Practices Belief refers to a part of a wider Spirituality
  • Think without Beliefs Does rational thinking require the adherence to beliefs at all?
  • Religious Beliefs Submit a belief and read about others' thoughts.
  • Ethics of Belief Classic WK Clifford essay that belief by its nature is unethical, with counterpoint by William James

edunitas.com

Page 14

Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia ketika dia merasa cukup kenal dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran.[1] Sebab keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu sah -- atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Contoh: Pada suatu ketika, manusia pernah meyakini bahwa bumi merupakan pusat kelola surya, belakang disadari bahwa keyakinan itu keliru.

Keyakinan adalah suatu kondisi psikologis pada ketika seseorang menganggap suatu premis sah.[2]

Rujukan

  1. ^ Vardiansyah, Dani. Filsafat Pengetahuan Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.5
  2. ^ Schwitzgebel, Eric (2006), "Belief", dalam Zalta, Edward, The Stanford Encyclopedia of Philosophy, Stanford, CA: The Metaphysics Research Lab, //plato.stanford.edu/entries/belief/, diakses pada 2008-09-19

Pranala luar

  • Entri Belief di Stanford Encyclopedia of Philosophy oleh Eric Schwitzgebel
  • Beliefnet - Belief-o-matic
  • Compare Different Beliefs Information on different religions/beliefs
  • Beliefs and Practices Belief refers to a part of a wider Spirituality
  • Think without Beliefs Does rational thinking require the adherence to beliefs at all?
  • Religious Beliefs Submit a belief and read about others' thoughts.
  • Ethics of Belief Classic WK Clifford essay that belief by its nature is unethical, with counterpoint by William James

edunitas.com

Page 15

Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia ketika dia merasa cukup kenal dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran.[1] Sebab keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu sah -- atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Contoh: Pada suatu ketika, manusia pernah meyakini bahwa bumi merupakan pusat kelola surya, belakang disadari bahwa keyakinan itu keliru.

Keyakinan adalah suatu kondisi psikologis pada ketika seseorang menganggap suatu premis sah.[2]

Rujukan

  1. ^ Vardiansyah, Dani. Filsafat Pengetahuan Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.5
  2. ^ Schwitzgebel, Eric (2006), "Belief", dalam Zalta, Edward, The Stanford Encyclopedia of Philosophy, Stanford, CA: The Metaphysics Research Lab, //plato.stanford.edu/entries/belief/, diakses pada 2008-09-19

Pranala luar

  • Entri Belief di Stanford Encyclopedia of Philosophy oleh Eric Schwitzgebel
  • Beliefnet - Belief-o-matic
  • Compare Different Beliefs Information on different religions/beliefs
  • Beliefs and Practices Belief refers to a part of a wider Spirituality
  • Think without Beliefs Does rational thinking require the adherence to beliefs at all?
  • Religious Beliefs Submit a belief and read about others' thoughts.
  • Ethics of Belief Classic WK Clifford essay that belief by its nature is unethical, with counterpoint by William James

edunitas.com

Page 16

Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia ketika dia merasa cukup kenal dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran.[1] Sebab keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu sah -- atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Contoh: Pada suatu ketika, manusia pernah meyakini bahwa bumi merupakan pusat kelola surya, belakang disadari bahwa keyakinan itu keliru.

Keyakinan adalah suatu kondisi psikologis pada ketika seseorang menganggap suatu premis sah.[2]

Rujukan

  1. ^ Vardiansyah, Dani. Filsafat Pengetahuan Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal.5
  2. ^ Schwitzgebel, Eric (2006), "Belief", dalam Zalta, Edward, The Stanford Encyclopedia of Philosophy, Stanford, CA: The Metaphysics Research Lab, //plato.stanford.edu/entries/belief/, diakses pada 2008-09-19

Pranala luar

  • Entri Belief di Stanford Encyclopedia of Philosophy oleh Eric Schwitzgebel
  • Beliefnet - Belief-o-matic
  • Compare Different Beliefs Information on different religions/beliefs
  • Beliefs and Practices Belief refers to a part of a wider Spirituality
  • Think without Beliefs Does rational thinking require the adherence to beliefs at all?
  • Religious Beliefs Submit a belief and read about others' thoughts.
  • Ethics of Belief Classic WK Clifford essay that belief by its nature is unethical, with counterpoint by William James

edunitas.com

Page 17

Sudan (nama resmi: Republic of Sudan) yaitu negara yang terletak di timur laut benua Afrika. Sebelum referendum yang memisahkan Sudan menjadi dua proses, Sudan adalah negara terluas di Afrika dan di kawasan Arab, serta terluas kesepuluh di lingkungan kehidupan. Negara ini bersamaan batasnya dengan Mesir di utara, Laut Merah di timur laut, Kongo dan Afrika Tengah di barat daya, Chad di barat, dan Libya di barat laut. Sungai Nil yang adalah sungai terpanjang di lingkungan kehidupan.

Sebagai proses dari PBB, Sudan juga proses dari Arab Union, Liga Arab, OKI, dan Gerakan Non-Blok, dan juga sebagai pengamat di WTO. Ibu kota negara ini yaitu Khartoum, yang adalah pusat politik, kebudayaan, dan perdagangan. Sementara Omdurman sebagai kota terbesarnya. Dengan banyak populasi sebesar 42 juta jiwa, Islam Sunni adalah agama resmi dan terbanyak dianut, sementara bahasa Arab adalah bahasa resmi negara ini secara de jure dan bahasa Inggris secara de facto.

Pembagian administratif

Sudan dibagi ke dalam 25 negara proses yang kemudian dipecah lagi ke dalam 87 distrik.

Pada bulan Agustus 2005, Kurdufan Barat dihentikan dan wilayahnya menjadi proses dari Kurdufan Selatan dan Kurdufan Utara. Selain itu, terdapat 10 negara proses lainnya yang sejak 9 Juli 2011 menjadi negara proses Sudan Selatan.

Pendidikan

Pendidikan di Sudan digratiskan dan diwajibkan untuk seluruh anak-anak usia 6 sampai 13 tahun. Pendidikan dimulai dari pendidikan dasar selama dari delapan tahun, kemudian pendidikan menengah tiga tahun. Jenjang pendidikan diubah menjadi berformat 6 + 3 + 3 pada tahun 1990.

Bahasa pengantar pedidikan yang dipakai di semua tingkatan yaitu bahasa Arab. Lokasi sekolah terkonsentrasi di sejumlah kawasan perkotaan, yang mana sejumlah sekolah yang terletak di proses Selatan dan Barat telah rusak bahkan hancur dampak konflik di Negara tersebut.

Pada tahun 2001, Bank Lingkungan kehidupan memperkirakan bahwa partisipasi murni siswa Sekolah Dasar yaitu 46% dan 21 persen dari pelajar sekolah menengah yang terdiri dari siswa yang memenuhi syarat. Tingkat kelangsungan pendidikan di Sudan sangat bervariasi, di beberapa provinsi bahkan hanya mencapai di bawah 20 persen.

Sudan memiliki 19 universitas berbahasa Arab. Pendidikan di tingkat menengah dan pendidikan tinggi di universitas merasakan masalah penghambat yang serius disebabkan oleh sebagian agung masyarakat berjenis kelamin laki-laki menerapkan dinas militer sebelum mampu menyelesaikan pendidikan mereka.

Menurut kira-kira Bank Dunia, pada tahun 2000 tingkat baca-tulis pada orang dewasa berusia 15 tahun keatas hampir 58% (69% untuk laki-laki, 46 %untuk wanita). Sedangkan pada tahun 2002, tingkat baca-tulis pada orang dewasa berusia 15 tahun keatas mencapai 60 persen dan tingkat buta aksara pemuda (usia 15-24) dianggarkan sebesar 23%.

Lihat pula


edunitas.com

Page 18

Sudan (nama resmi: Republic of Sudan) yaitu negara yang terletak di timur laut benua Afrika. Sebelum referendum yang memisahkan Sudan menjadi dua proses, Sudan adalah negara terluas di Afrika dan di kawasan Arab, serta terluas kesepuluh di lingkungan kehidupan. Negara ini bersamaan batasnya dengan Mesir di utara, Laut Merah di timur laut, Kongo dan Afrika Tengah di barat daya, Chad di barat, dan Libya di barat laut. Sungai Nil yang adalah sungai terpanjang di lingkungan kehidupan.

Sebagai proses dari PBB, Sudan juga proses dari Arab Union, Liga Arab, OKI, dan Gerakan Non-Blok, dan juga sebagai pengamat di WTO. Ibu kota negara ini yaitu Khartoum, yang adalah pusat politik, kebudayaan, dan perdagangan. Sementara Omdurman sebagai kota terbesarnya. Dengan banyak populasi sebesar 42 juta jiwa, Islam Sunni adalah agama resmi dan terbanyak dianut, sementara bahasa Arab adalah bahasa resmi negara ini secara de jure dan bahasa Inggris secara de facto.

Pembagian administratif

Sudan dibagi ke dalam 25 negara proses yang kemudian dipecah lagi ke dalam 87 distrik.

Pada bulan Agustus 2005, Kurdufan Barat dihentikan dan wilayahnya menjadi proses dari Kurdufan Selatan dan Kurdufan Utara. Selain itu, terdapat 10 negara proses lainnya yang semenjak 9 Juli 2011 menjadi negara proses Sudan Selatan.

Pendidikan

Pendidikan di Sudan digratiskan dan diwajibkan untuk seluruh anak-anak usia 6 sampai 13 tahun. Pendidikan dimulai dari pendidikan dasar selama dari delapan tahun, kemudian pendidikan menengah tiga tahun. Jenjang pendidikan diubah menjadi berformat 6 + 3 + 3 pada tahun 1990.

Bahasa pengantar pedidikan yang dipakai di seluruh tingkatan yaitu bahasa Arab. Lokasi sekolah terkonsentrasi di sejumlah kawasan perkotaan, yang mana sejumlah sekolah yang terletak di proses Selatan dan Barat telah rusak bahkan hancur dampak konflik di Negara tersebut.

Pada tahun 2001, Bank Lingkungan kehidupan memperkirakan bahwa partisipasi murni siswa Sekolah Dasar yaitu 46% dan 21 persen dari pelajar sekolah menengah yang terdiri dari siswa yang memenuhi syarat. Tingkat kelangsungan pendidikan di Sudan sangat bervariasi, di beberapa provinsi bahkan hanya sampai di bawah 20 persen.

Sudan memiliki 19 universitas berbahasa Arab. Pendidikan di tingkat menengah dan pendidikan tinggi di universitas merasakan masalah penghambat yang serius disebabkan oleh sebagian agung masyarakat berjenis kelamin laki-laki menerapkan dinas militer sebelum mampu menyelesaikan pendidikan mereka.

Menurut kira-kira Bank Dunia, pada tahun 2000 tingkat baca-tulis pada orang dewasa berusia 15 tahun keatas hampir 58% (69% untuk laki-laki, 46 %untuk wanita). Sedangkan pada tahun 2002, tingkat baca-tulis pada orang dewasa berusia 15 tahun keatas sampai 60 persen dan tingkat buta aksara pemuda (usia 15-24) dianggarkan sebesar 23%.

Lihat juga


edunitas.com

Page 19

Sudan (nama resmi: Republic of Sudan) yaitu negara yang terletak di timur laut benua Afrika. Sebelum referendum yang memisahkan Sudan menjadi dua proses, Sudan adalah negara terluas di Afrika dan di kawasan Arab, serta terluas kesepuluh di lingkungan kehidupan. Negara ini bersamaan batasnya dengan Mesir di utara, Laut Merah di timur laut, Kongo dan Afrika Tengah di barat daya, Chad di barat, dan Libya di barat laut. Sungai Nil yang adalah sungai terpanjang di lingkungan kehidupan.

Sebagai proses dari PBB, Sudan juga proses dari Arab Union, Liga Arab, OKI, dan Gerakan Non-Blok, dan juga sebagai pengamat di WTO. Ibu kota negara ini yaitu Khartoum, yang adalah pusat politik, kebudayaan, dan perdagangan. Sementara Omdurman sebagai kota terbesarnya. Dengan banyak populasi sebesar 42 juta jiwa, Islam Sunni adalah agama resmi dan terbanyak dianut, sementara bahasa Arab adalah bahasa resmi negara ini secara de jure dan bahasa Inggris secara de facto.

Pembagian administratif

Sudan dibagi ke dalam 25 negara proses yang kemudian dipecah lagi ke dalam 87 distrik.

Pada bulan Agustus 2005, Kurdufan Barat dihentikan dan wilayahnya menjadi proses dari Kurdufan Selatan dan Kurdufan Utara. Selain itu, terdapat 10 negara proses lainnya yang semenjak 9 Juli 2011 menjadi negara proses Sudan Selatan.

Pendidikan

Pendidikan di Sudan digratiskan dan diwajibkan untuk seluruh anak-anak usia 6 sampai 13 tahun. Pendidikan dimulai dari pendidikan dasar selama dari delapan tahun, kemudian pendidikan menengah tiga tahun. Jenjang pendidikan diubah menjadi berformat 6 + 3 + 3 pada tahun 1990.

Bahasa pengantar pedidikan yang dipakai di seluruh tingkatan yaitu bahasa Arab. Lokasi sekolah terkonsentrasi di sejumlah kawasan perkotaan, yang mana sejumlah sekolah yang terletak di proses Selatan dan Barat telah rusak bahkan hancur dampak konflik di Negara tersebut.

Pada tahun 2001, Bank Lingkungan kehidupan memperkirakan bahwa partisipasi murni siswa Sekolah Dasar yaitu 46% dan 21 persen dari pelajar sekolah menengah yang terdiri dari siswa yang memenuhi syarat. Tingkat kelangsungan pendidikan di Sudan sangat bervariasi, di beberapa provinsi bahkan hanya sampai di bawah 20 persen.

Sudan memiliki 19 universitas berbahasa Arab. Pendidikan di tingkat menengah dan pendidikan tinggi di universitas merasakan masalah penghambat yang serius disebabkan oleh sebagian agung masyarakat berjenis kelamin laki-laki menerapkan dinas militer sebelum mampu menyelesaikan pendidikan mereka.

Menurut kira-kira Bank Dunia, pada tahun 2000 tingkat baca-tulis pada orang dewasa berusia 15 tahun keatas hampir 58% (69% untuk laki-laki, 46 %untuk wanita). Sedangkan pada tahun 2002, tingkat baca-tulis pada orang dewasa berusia 15 tahun keatas sampai 60 persen dan tingkat buta aksara pemuda (usia 15-24) dianggarkan sebesar 23%.

Lihat juga


edunitas.com

Page 20

Sudan (nama resmi: Republic of Sudan) yaitu negara yang terletak di timur laut benua Afrika. Sebelum referendum yang memisahkan Sudan menjadi dua proses, Sudan adalah negara terluas di Afrika dan di kawasan Arab, serta terluas kesepuluh di lingkungan kehidupan. Negara ini bersamaan batasnya dengan Mesir di utara, Laut Merah di timur laut, Kongo dan Afrika Tengah di barat daya, Chad di barat, dan Libya di barat laut. Sungai Nil yang adalah sungai terpanjang di lingkungan kehidupan.

Sebagai proses dari PBB, Sudan juga proses dari Arab Union, Liga Arab, OKI, dan Gerakan Non-Blok, dan juga sebagai pengamat di WTO. Ibu kota negara ini yaitu Khartoum, yang adalah pusat politik, kebudayaan, dan perdagangan. Sementara Omdurman sebagai kota terbesarnya. Dengan banyak populasi sebesar 42 juta jiwa, Islam Sunni adalah agama resmi dan terbanyak dianut, sementara bahasa Arab adalah bahasa resmi negara ini secara de jure dan bahasa Inggris secara de facto.

Pembagian administratif

Sudan dibagi ke dalam 25 negara proses yang kemudian dipecah lagi ke dalam 87 distrik.

Pada bulan Agustus 2005, Kurdufan Barat dihentikan dan wilayahnya menjadi proses dari Kurdufan Selatan dan Kurdufan Utara. Selain itu, terdapat 10 negara proses lainnya yang sejak 9 Juli 2011 menjadi negara proses Sudan Selatan.

Pendidikan

Pendidikan di Sudan digratiskan dan diwajibkan untuk seluruh anak-anak usia 6 sampai 13 tahun. Pendidikan dimulai dari pendidikan dasar selama dari delapan tahun, kemudian pendidikan menengah tiga tahun. Jenjang pendidikan diubah menjadi berformat 6 + 3 + 3 pada tahun 1990.

Bahasa pengantar pedidikan yang dipakai di semua tingkatan yaitu bahasa Arab. Lokasi sekolah terkonsentrasi di sejumlah kawasan perkotaan, yang mana sejumlah sekolah yang terletak di proses Selatan dan Barat telah rusak bahkan hancur dampak konflik di Negara tersebut.

Pada tahun 2001, Bank Lingkungan kehidupan memperkirakan bahwa partisipasi murni siswa Sekolah Dasar yaitu 46% dan 21 persen dari pelajar sekolah menengah yang terdiri dari siswa yang memenuhi syarat. Tingkat kelangsungan pendidikan di Sudan sangat bervariasi, di beberapa provinsi bahkan hanya mencapai di bawah 20 persen.

Sudan memiliki 19 universitas berbahasa Arab. Pendidikan di tingkat menengah dan pendidikan tinggi di universitas merasakan masalah penghambat yang serius disebabkan oleh sebagian agung masyarakat berjenis kelamin laki-laki menerapkan dinas militer sebelum mampu menyelesaikan pendidikan mereka.

Menurut kira-kira Bank Dunia, pada tahun 2000 tingkat baca-tulis pada orang dewasa berusia 15 tahun keatas hampir 58% (69% untuk laki-laki, 46 %untuk wanita). Sedangkan pada tahun 2002, tingkat baca-tulis pada orang dewasa berusia 15 tahun keatas mencapai 60 persen dan tingkat buta aksara pemuda (usia 15-24) dianggarkan sebesar 23%.

Lihat pula


edunitas.com

Page 21

Republik Sudan SelatanKota terbesarBahasa resmiPemerintahanLegislatifKemerdekaanLapangWargaMata uangZona waktuKode telepon
Bendera
Motto: "Justice, Liberty, Prosperity"
Lagu: "South Sudan Oyee!"

Ibu kotaJuba (akan berpindah ke Ramciel[1])
04°51′LU 31°36′BT / 4,85°LU 31,6°BT / 4.850; 31.600
Juba
Inggris
Bahasa daerah
yang diakui
Arab Juba adalah bahasa pengantar (lingua franca) di sekitar Juba. Dinka 2–3 juta; bahasa utama lainnya adalah Nuer, Zande, Bari, Shilluk
Kumpulan etnik Dinka, Nuer, Bari, Lotuko, Kuku, Zande, Mundari, Kakwa, Pojulu, Shilluk, Moru, Acholi, Madi, Lulubo, Lokoya, Toposa, Lango, Didinga, Murle, Anuak, Makaraka, Mundu, Jur, Kaliko, dan lain-lain.
Republik demokratik presidensial federal
 - PresidenSalva Kiir Mayardit
 - Wakil PresidenJames Wani Igga
Majelis Legislatif
dari Sudan 
 - Akad Damai Komprehensif6 Januari 2005 
 - Otonomi9 Juli 2005 
 - Kemerdekaan dari Sudan9 Juli 2011 
 - Total619,745 km2 (42)
 - Perkiraan 7.500.000–9.700.000 (2006, UNFPA)[2]
11,000,000–13,000,000 (Klaim Sudan Selatan, 2009)[3] 
 - Sensus 20088.260.490 (dipertentangkan)[4] (94)
PDB (KKB)Perkiraan 2012
 - Total$10,450 milyar 
 - Per kapita$1.006 
Pound Sudan Selatan
Waktu Afrika Timur (UTC+3)
+211

Sudan Selatan, secara resmi bernama Republik Sudan Selatan,[5] adalah sebuah negara di Afrika Timur. Ibu kota dan kota terbesarnya adalah Juba, terletak di negara babak Khatulistiwa Tengah sebelah selatan. Negara terkurung daratan ini bersamaan batasnya dengan Ethiopia di sebelah timur; Kenya, Uganda, dan Republik Demokratik Kongo di sebelah selatan; Republik Afrika Tengah di sebelah barat; dan Sudan di sebelah utara. Sudan Selatan meliputi kawasan rawa yang lapang, Sudd, yang dibuat oleh Nil Putih, secara lokal dinamakan Bahrul Jabal.

Negara ini awalnya adalah babak dari Sudan Anglo-Mesir, kondominium Britania dan Mesir, dan akhir menjadi babak dari Republik Sudan ketika sampai kemerdekaan pada 1956. Sesudah Perang Saudara Sudan Pertama, Wilayah Otonomi Sudan babak Selatan dibuat pada 1972 dan berlangsung sampai dengan 1983. Akhir terjadi Perang Saudara Sudan Kedua yang habis dengan Akad Damai Komprehensif 2005. Berikutnya pada tahun itu, otonomi selatan dikembalikan ketika Pemerintah Otonomi Sudan babak Selatan dibuat. Sudan Selatan menjadi sebuah negara merdeka pada 9 Juli 2011 tengah malam (00:00) waktu setempat sesudah referendum yang dipersiapkan pada Januari 2011 menghasilkan sekitar 99% pemilih memilih untuk memisahkan diri dari Sudan.[6]

Pada 14 Juli 2011, Sudan Selatan menjadi negara bagian PBB.[7] Negara ini juga adalah bagian Uni Afrika. Sudan Selatan juga sudah mendaftarkan diri untuk bergabung dengan Persemakmuran,[8] Komunitas Afrika Timur,[9][10] Dana Moneter Internasional,[11] dan Bank Dunia.[12] Negara ini juga dinyatakan dapat mendaftarkan diri untuk keanggotaan Liga Arab.[13]

Negara babak dan konti

Sudan Selatan terbagi menjadi 10 negara babak yang mencakup tiga kawasan historis Sudan: Bahrul Ghazal, Khatulistiwa, dan Nil Hulu Raya. Ke-10 negara babak ini sebelumnya adalah negara babak Sudan.

Bahrul Ghazal
  • Bahrul Ghazal Utara
  • Bahrul Ghazal Barat
  • Lakes
  • Warab
Khatulistiwa
  • Khatulistiwa Barat
  • Khatulistiwa Tengah
  • Khatulistiwa Timur
Nil Hulu Raya

Ke-10 negara babak ini akhir dibagi lagi menjadi 86 konti.

Lihat pula

  • Pengakuan internasional Sudan Selatan

Referensi


edunitas.com

Page 22

Republik Sudan SelatanKota terbesarBahasa resmiPemerintahanLegislatifKemerdekaanLuasMasyarakatMata uangZona saatKode telepon
Bendera
Motto: "Justice, Liberty, Prosperity"
Lagu: "South Sudan Oyee!"

Ibu kotaJuba (akan berpindah ke Ramciel[1])
04°51′LU 31°36′BT / 4,85°LU 31,6°BT / 4.850; 31.600
Juba
Inggris
Bahasa daerah
yang diakui
Arab Juba yaitu bahasa pengantar (lingua franca) di sekitar Juba. Dinka 2–3 juta; bahasa utama lainnya yaitu Nuer, Zande, Bari, Shilluk
Kumpulan etnik Dinka, Nuer, Bari, Lotuko, Kuku, Zande, Mundari, Kakwa, Pojulu, Shilluk, Moru, Acholi, Madi, Lulubo, Lokoya, Toposa, Lango, Didinga, Murle, Anuak, Makaraka, Mundu, Jur, Kaliko, dan lain-lain.
Republik demokratik presidensial federal
 - PresidenSalva Kiir Mayardit
 - Wakil PresidenJames Wani Igga
Majelis Legislatif
dari Sudan 
 - Akad Damai Komprehensif6 Januari 2005 
 - Otonomi9 Juli 2005 
 - Kemerdekaan dari Sudan9 Juli 2011 
 - Total619,745 km2 (42)
 - Perkiraan 7.500.000–9.700.000 (2006, UNFPA)[2]
11,000,000–13,000,000 (Klaim Sudan Selatan, 2009)[3] 
 - Sensus 20088.260.490 (dipertentangkan)[4] (94)
PDB (KKB)Perkiraan 2012
 - Total$10,450 milyar 
 - Per kapita$1.006 
Pound Sudan Selatan
Saat Afrika Timur (UTC+3)
+211

Sudan Selatan, secara resmi bernama Republik Sudan Selatan,[5] yaitu suatu negara di Afrika Timur. Ibu kota dan kota terbesarnya yaitu Juba, terletak di negara babak Khatulistiwa Tengah sebelah selatan. Negara terkurung daratan ini bersamaan batasnya dengan Ethiopia di sebelah timur; Kenya, Uganda, dan Republik Demokratik Kongo di sebelah selatan; Republik Afrika Tengah di sebelah barat; dan Sudan di sebelah utara. Sudan Selatan meliputi kawasan rawa yang luas, Sudd, yang dibuat oleh Nil Putih, secara lokal dinamakan Bahrul Jabal.

Negara ini awalnya yaitu babak dari Sudan Anglo-Mesir, kondominium Britania dan Mesir, dan akhir menjadi babak dari Republik Sudan ketika sampai kemerdekaan pada 1956. Sesudah Perang Saudara Sudan Pertama, Wilayah Otonomi Sudan babak Selatan dibuat pada 1972 dan berlangsung sampai dengan 1983. Akhir terjadi Perang Saudara Sudan Kedua yang habis dengan Akad Damai Komprehensif 2005. Berikutnya pada tahun itu, otonomi selatan dikembalikan ketika Pemerintah Otonomi Sudan babak Selatan dibuat. Sudan Selatan menjadi suatu negara merdeka pada 9 Juli 2011 tengah malam (00:00) saat setempat sesudah referendum yang dipersiapkan pada Januari 2011 menghasilkan sekitar 99% pemilih memilih untuk memisahkan diri dari Sudan.[6]

Pada 14 Juli 2011, Sudan Selatan menjadi negara bagian PBB.[7] Negara ini juga yaitu bagian Uni Afrika. Sudan Selatan juga sudah mendaftarkan diri untuk bergabung dengan Persemakmuran,[8] Komunitas Afrika Timur,[9][10] Dana Moneter Internasional,[11] dan Bank Dunia.[12] Negara ini juga dinyatakan dapat mendaftarkan diri untuk keanggotaan Liga Arab.[13]

Negara babak dan konti

Sudan Selatan terbagi menjadi 10 negara babak yang mencakup tiga kawasan historis Sudan: Bahrul Ghazal, Khatulistiwa, dan Nil Hulu Raya. Ke-10 negara babak ini sebelumnya yaitu negara babak Sudan.

Bahrul Ghazal
  • Bahrul Ghazal Utara
  • Bahrul Ghazal Barat
  • Lakes
  • Warab
Khatulistiwa
  • Khatulistiwa Barat
  • Khatulistiwa Tengah
  • Khatulistiwa Timur
Nil Hulu Raya

Ke-10 negara babak ini akhir dibagi lagi menjadi 86 konti.

Lihat pula

  • Pengakuan internasional Sudan Selatan

Referensi


edunitas.com

Page 23

Republik Sudan SelatanKota terbesarBahasa resmiPemerintahanLegislatifKemerdekaanLuasMasyarakatMata uangZona saatKode telepon
Bendera
Motto: "Justice, Liberty, Prosperity"
Lagu: "South Sudan Oyee!"

Ibu kotaJuba (akan berpindah ke Ramciel[1])
04°51′LU 31°36′BT / 4,85°LU 31,6°BT / 4.850; 31.600
Juba
Inggris
Bahasa daerah
yang diakui
Arab Juba yaitu bahasa pengantar (lingua franca) di sekitar Juba. Dinka 2–3 juta; bahasa utama lainnya yaitu Nuer, Zande, Bari, Shilluk
Kumpulan etnik Dinka, Nuer, Bari, Lotuko, Kuku, Zande, Mundari, Kakwa, Pojulu, Shilluk, Moru, Acholi, Madi, Lulubo, Lokoya, Toposa, Lango, Didinga, Murle, Anuak, Makaraka, Mundu, Jur, Kaliko, dan lain-lain.
Republik demokratik presidensial federal
 - PresidenSalva Kiir Mayardit
 - Wakil PresidenJames Wani Igga
Majelis Legislatif
dari Sudan 
 - Akad Damai Komprehensif6 Januari 2005 
 - Otonomi9 Juli 2005 
 - Kemerdekaan dari Sudan9 Juli 2011 
 - Total619,745 km2 (42)
 - Perkiraan 7.500.000–9.700.000 (2006, UNFPA)[2]
11,000,000–13,000,000 (Klaim Sudan Selatan, 2009)[3] 
 - Sensus 20088.260.490 (dipertentangkan)[4] (94)
PDB (KKB)Perkiraan 2012
 - Total$10,450 milyar 
 - Per kapita$1.006 
Pound Sudan Selatan
Saat Afrika Timur (UTC+3)
+211

Sudan Selatan, secara resmi bernama Republik Sudan Selatan,[5] yaitu suatu negara di Afrika Timur. Ibu kota dan kota terbesarnya yaitu Juba, terletak di negara babak Khatulistiwa Tengah sebelah selatan. Negara terkurung daratan ini bersamaan batasnya dengan Ethiopia di sebelah timur; Kenya, Uganda, dan Republik Demokratik Kongo di sebelah selatan; Republik Afrika Tengah di sebelah barat; dan Sudan di sebelah utara. Sudan Selatan meliputi kawasan rawa yang luas, Sudd, yang dibuat oleh Nil Putih, secara lokal dinamakan Bahrul Jabal.

Negara ini awalnya yaitu babak dari Sudan Anglo-Mesir, kondominium Britania dan Mesir, dan akhir menjadi babak dari Republik Sudan ketika sampai kemerdekaan pada 1956. Sesudah Perang Saudara Sudan Pertama, Wilayah Otonomi Sudan babak Selatan dibuat pada 1972 dan berlangsung sampai dengan 1983. Akhir terjadi Perang Saudara Sudan Kedua yang habis dengan Akad Damai Komprehensif 2005. Berikutnya pada tahun itu, otonomi selatan dikembalikan ketika Pemerintah Otonomi Sudan babak Selatan dibuat. Sudan Selatan menjadi suatu negara merdeka pada 9 Juli 2011 tengah malam (00:00) saat setempat sesudah referendum yang dipersiapkan pada Januari 2011 menghasilkan sekitar 99% pemilih memilih untuk memisahkan diri dari Sudan.[6]

Pada 14 Juli 2011, Sudan Selatan menjadi negara bagian PBB.[7] Negara ini juga yaitu bagian Uni Afrika. Sudan Selatan juga sudah mendaftarkan diri untuk bergabung dengan Persemakmuran,[8] Komunitas Afrika Timur,[9][10] Dana Moneter Internasional,[11] dan Bank Dunia.[12] Negara ini juga dinyatakan dapat mendaftarkan diri untuk keanggotaan Liga Arab.[13]

Negara babak dan konti

Sudan Selatan terbagi menjadi 10 negara babak yang mencakup tiga kawasan historis Sudan: Bahrul Ghazal, Khatulistiwa, dan Nil Hulu Raya. Ke-10 negara babak ini sebelumnya yaitu negara babak Sudan.

Bahrul Ghazal
  • Bahrul Ghazal Utara
  • Bahrul Ghazal Barat
  • Lakes
  • Warab
Khatulistiwa
  • Khatulistiwa Barat
  • Khatulistiwa Tengah
  • Khatulistiwa Timur
Nil Hulu Raya

Ke-10 negara babak ini akhir dibagi lagi menjadi 86 konti.

Lihat pula

  • Pengakuan internasional Sudan Selatan

Referensi


edunitas.com

Page 24

Republik Sudan SelatanKota terbesarBahasa resmiPemerintahanLegislatifKemerdekaanLapangWargaMata uangZona waktuKode telepon
Bendera
Motto: "Justice, Liberty, Prosperity"
Lagu: "South Sudan Oyee!"

Ibu kotaJuba (akan berpindah ke Ramciel[1])
04°51′LU 31°36′BT / 4,85°LU 31,6°BT / 4.850; 31.600
Juba
Inggris
Bahasa daerah
yang diakui
Arab Juba adalah bahasa pengantar (lingua franca) di sekitar Juba. Dinka 2–3 juta; bahasa utama lainnya adalah Nuer, Zande, Bari, Shilluk
Kumpulan etnik Dinka, Nuer, Bari, Lotuko, Kuku, Zande, Mundari, Kakwa, Pojulu, Shilluk, Moru, Acholi, Madi, Lulubo, Lokoya, Toposa, Lango, Didinga, Murle, Anuak, Makaraka, Mundu, Jur, Kaliko, dan lain-lain.
Republik demokratik presidensial federal
 - PresidenSalva Kiir Mayardit
 - Wakil PresidenJames Wani Igga
Majelis Legislatif
dari Sudan 
 - Akad Damai Komprehensif6 Januari 2005 
 - Otonomi9 Juli 2005 
 - Kemerdekaan dari Sudan9 Juli 2011 
 - Total619,745 km2 (42)
 - Perkiraan 7.500.000–9.700.000 (2006, UNFPA)[2]
11,000,000–13,000,000 (Klaim Sudan Selatan, 2009)[3] 
 - Sensus 20088.260.490 (dipertentangkan)[4] (94)
PDB (KKB)Perkiraan 2012
 - Total$10,450 milyar 
 - Per kapita$1.006 
Pound Sudan Selatan
Waktu Afrika Timur (UTC+3)
+211

Sudan Selatan, secara resmi bernama Republik Sudan Selatan,[5] adalah sebuah negara di Afrika Timur. Ibu kota dan kota terbesarnya adalah Juba, terletak di negara babak Khatulistiwa Tengah sebelah selatan. Negara terkurung daratan ini bersamaan batasnya dengan Ethiopia di sebelah timur; Kenya, Uganda, dan Republik Demokratik Kongo di sebelah selatan; Republik Afrika Tengah di sebelah barat; dan Sudan di sebelah utara. Sudan Selatan meliputi kawasan rawa yang lapang, Sudd, yang dibuat oleh Nil Putih, secara lokal dinamakan Bahrul Jabal.

Negara ini awalnya adalah babak dari Sudan Anglo-Mesir, kondominium Britania dan Mesir, dan akhir menjadi babak dari Republik Sudan ketika sampai kemerdekaan pada 1956. Sesudah Perang Saudara Sudan Pertama, Wilayah Otonomi Sudan babak Selatan dibuat pada 1972 dan berlangsung sampai dengan 1983. Akhir terjadi Perang Saudara Sudan Kedua yang habis dengan Akad Damai Komprehensif 2005. Berikutnya pada tahun itu, otonomi selatan dikembalikan ketika Pemerintah Otonomi Sudan babak Selatan dibuat. Sudan Selatan menjadi sebuah negara merdeka pada 9 Juli 2011 tengah malam (00:00) waktu setempat sesudah referendum yang dipersiapkan pada Januari 2011 menghasilkan sekitar 99% pemilih memilih untuk memisahkan diri dari Sudan.[6]

Pada 14 Juli 2011, Sudan Selatan menjadi negara bagian PBB.[7] Negara ini juga adalah bagian Uni Afrika. Sudan Selatan juga sudah mendaftarkan diri untuk bergabung dengan Persemakmuran,[8] Komunitas Afrika Timur,[9][10] Dana Moneter Internasional,[11] dan Bank Dunia.[12] Negara ini juga dinyatakan dapat mendaftarkan diri untuk keanggotaan Liga Arab.[13]

Negara babak dan konti

Sudan Selatan terbagi menjadi 10 negara babak yang mencakup tiga kawasan historis Sudan: Bahrul Ghazal, Khatulistiwa, dan Nil Hulu Raya. Ke-10 negara babak ini sebelumnya adalah negara babak Sudan.

Bahrul Ghazal
  • Bahrul Ghazal Utara
  • Bahrul Ghazal Barat
  • Lakes
  • Warab
Khatulistiwa
  • Khatulistiwa Barat
  • Khatulistiwa Tengah
  • Khatulistiwa Timur
Nil Hulu Raya

Ke-10 negara babak ini akhir dibagi lagi menjadi 86 konti.

Lihat pula

  • Pengakuan internasional Sudan Selatan

Referensi


edunitas.com

Page 25

Sudan (nama resmi: Republic of Sudan) yaitu negara yang terletak di timur laut benua Afrika. Sebelum referendum yang memisahkan Sudan menjadi dua anggota, Sudan yaitu negara terluas di Afrika dan di daerah Arab, serta terluas kesepuluh di dunia. Negara ini bersamaan batasnya dengan Mesir di utara, Laut Merah di timur laut, Kongo dan Afrika Tengah di barat daya, Chad di barat, dan Libya di barat laut. Sungai Nil yang yaitu sungai terpanjang di dunia.

Bagi anggota dari PBB, Sudan juga anggota dari Arab Union, Liga Arab, OKI, dan Gerakan Non-Blok, dan juga bagi pengamat di WTO. Ibu kota negara ini yaitu Khartoum, yang yaitu pusat politik, norma budaya istiadat, dan perdagangan. Sementara Omdurman bagi kota terbesarnya. Dengan jumlah populasi sebesar 42 juta jiwa, Islam Sunni yaitu agama formal dan paling jumlah dianut, sementara bahasa Arab yaitu bahasa formal negara ini secara de jure dan bahasa Inggris secara de facto.

Pembagian administratif

Sudan dibagi ke dalam 25 negara anggota yang yang belakang sekali dipecah lagi ke dalam 87 distrik.

Pada bulan Agustus 2005, Kurdufan Barat dihentikan dan wilayahnya menjadi anggota dari Kurdufan Selatan dan Kurdufan Utara. Selain itu, terdapat 10 negara anggota lainnya yang sejak 9 Juli 2011 menjadi negara anggota Sudan Selatan.

Pendidikan

Pendidikan di Sudan digratiskan dan diwajibkan bagi seluruh anak-anak usia 6 sampai 13 tahun. Pendidikan dimulai dari pendidikan dasar selama dari delapan tahun, yang belakang sekali pendidikan menengah tiga tahun. Jenjang pendidikan diubah menjadi berformat 6 + 3 + 3 pada tahun 1990.

Bahasa pengantar pedidikan yang digunakan di semua tingkatan yaitu bahasa Arab. Lokasi sekolah terkonsentrasi di sejumlah daerah perkotaan, yang mana sejumlah sekolah yang terletak di anggota Selatan dan Barat telah rusak bahkan hancur dampak konflik di Negara tersebut.

Pada tahun 2001, Bank Dunia memperkirakan bahwa partisipasi murni siswa Sekolah Dasar yaitu 46% dan 21 prosen dari pelajar sekolah menengah yang terdiri dari siswa yang memenuhi syarat. Tingkat kelangsungan pendidikan di Sudan sangat bervariasi, di beberapa provinsi bahkan hanya mencapai di bawah 20 prosen.

Sudan mempunyai 19 universitas bicara Arab. Pendidikan di tingkat menengah dan pendidikan tinggi di universitas mengalami persoalan penghambat yang serius dikarenakan oleh sebagian luhur masyarakat berjenis kelamin laki-laki melaksanakan dinas militer sebelum mampu menempatkan pendidikan mereka.

Menurut agak Bank Dunia, pada tahun 2000 tingkat baca-tulis pada orang matang berusia 15 tahun keatas nyaris 58% (69% bagi laki-laki, 46 %untuk wanita). Sedangkan pada tahun 2002, tingkat baca-tulis pada orang matang berusia 15 tahun keatas mencapai 60 prosen dan tingkat buta aksara pemuda (usia 15-24) diperkirakan sebesar 23%.

Lihat pula

  • Sudan Selatan
  • Darfur
  • Konflik Darfur
  • Daftar Negara-Negara di Dunia

edunitas.com

Page 26

Sudan (nama resmi: Republic of Sudan) adalah negara yang terletak di timur laut benua Afrika. Sebelum referendum yang memisahkan Sudan menjadi dua anggota, Sudan adalah negara terluas di Afrika dan di daerah Arab, serta terluas kesepuluh di dunia. Negara ini bersamaan batasnya dengan Mesir di utara, Laut Merah di timur laut, Kongo dan Afrika Tengah di barat daya, Chad di barat, dan Libya di barat laut. Sungai Nil yang adalah sungai terpanjang di dunia.

Bagi anggota dari PBB, Sudan juga anggota dari Arab Union, Liga Arab, OKI, dan Gerakan Non-Blok, dan juga bagi pengamat di WTO. Ibu kota negara ini adalah Khartoum, yang adalah pusat politik, kebudayaan, dan perdagangan. Sementara Omdurman bagi kota terbesarnya. Dengan jumlah populasi sebesar 42 juta jiwa, Islam Sunni adalah agama formal dan paling jumlah dianut, sementara bahasa Arab adalah bahasa formal negara ini secara de jure dan bahasa Inggris secara de facto.

Pembagian administratif

Sudan dibagi ke dalam 25 negara anggota yang yang belakang sekali dipecah lagi ke dalam 87 distrik.

Pada bulan Agustus 2005, Kurdufan Barat dibubarkan dan wilayahnya menjadi anggota dari Kurdufan Selatan dan Kurdufan Utara. Selain itu, terdapat 10 negara anggota lainnya yang sejak 9 Juli 2011 menjadi negara anggota Sudan Selatan.

Pendidikan

Pendidikan di Sudan digratiskan dan diwajibkan bagi seluruh anak-anak usia 6 sampai 13 tahun. Pendidikan dimulai dari pendidikan dasar selama dari delapan tahun, yang belakang sekali pendidikan menengah tiga tahun. Jenjang pendidikan diubah menjadi berformat 6 + 3 + 3 pada tahun 1990.

Bahasa pengantar pedidikan yang digunakan di semua tingkatan adalah bahasa Arab. Lokasi sekolah terkonsentrasi di sejumlah daerah perkotaan, yang mana sejumlah sekolah yang terletak di anggota Selatan dan Barat telah rusak bahkan hancur dampak konflik di Negara tersebut.

Pada tahun 2001, Bank Dunia memperkirakan bahwa partisipasi murni siswa Sekolah Dasar adalah 46% dan 21 prosen dari pelajar sekolah menengah yang terdiri dari siswa yang memenuhi syarat. Tingkat kelangsungan pendidikan di Sudan sangat bervariasi, di beberapa provinsi bahkan hanya mencapai di bawah 20 prosen.

Sudan mempunyai 19 universitas bicara Arab. Pendidikan di tingkat menengah dan pendidikan tinggi di universitas mengalami persoalan penghambat yang serius dikarenakan oleh sebagian luhur masyarakat berjenis kelamin laki-laki melaksanakan dinas militer sebelum mampu mendudukkan pendidikan mereka.

Menurut agak Bank Dunia, pada tahun 2000 tingkat baca-tulis pada orang matang berusia 15 tahun keatas hampir 58% (69% bagi laki-laki, 46 %untuk wanita). Sedangkan pada tahun 2002, tingkat baca-tulis pada orang matang berusia 15 tahun keatas mencapai 60 prosen dan tingkat buta aksara pemuda (usia 15-24) diperkirakan sebesar 23%.

Lihat pula

  • Sudan Selatan
  • Darfur
  • Konflik Darfur
  • Daftar Negara-Negara di Dunia

edunitas.com

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA