Apa saja pembaharuan Muhammadiyah di bidang pendidikan?

Gerakan Amaliyah dan 5 Bentuk Pembaharuan Muhammadiyah bidang Keagamaan pada Periode Awal

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Lebih dari 1 abad ini, Muhammadiyah telah berhasil memberikan banyak sumbangsih kedalam berbagai aspek kehidupan bangsa.

Perannya dalam memajukan umat, tidak hanya berhenti di bidang keagamaan namun menembus ke berbagai aspek kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sebagainya, telah membuat Muhammadiyah seringkali disebut-sebut sebagai salah satu Pilar Umat dan Bangsa.

Namun di balik Muhammadiyah saat ini, ada banyak kisah perjuangan yang tidak hanya panjang, tapi juga terjal, yang mengiringi setiap langkah pembaharuan Muhammadiyah dalam melebarkan sayap dakwahnya.

Dimulai dari kampung kecil Kauman Yogyakarta, sosok pendiri Muhammadiyah, K.H Ahmad Dahlan lahir dan mulai menafsirkan ilmu-ilmu yang beliau dapat selama masa kecilnya dan dua kali masa Hajinya ke dalam Gerakan-gerakan Amaliyah.

Gerakan-gerakan Amaliyah yang membuat Ahmad Dahlan dijuluki Man of Action ini, terlihat sederhana jika kita pikirkan pada saat ini, tapi dulu ketika proses pembelajaran biasa dilakukan sampai sebatas pemahaman atau hafalan, gerakan ini menjadi salah satu pembaharuan dimana belum banyak yang sampai pada tahap pembelajaran dengan praktik langsung.

Apa saja pembaharuan Muhammadiyah di bidang pendidikan?
Kiai Dahlan: cuplikan Film Sang Pencerah

Kembali ke periode awal pembentukan Muhammadiyah, Ahmad Dahlan memelopori berbagai pembaharuan-pembaharuan dengan metode amaliyah di awal pendiriannya. Beberapa Pembaharuan Muhammadiyah diantaranya adalah di Bidang Keagamaan seperti:

  1. Meluruskan arah kiblat yang dinilai kurang tepat karena terlalu condong ke barat yang justru mengarah ke Afrika.
  2. Melaksanakan Sholat Ied di lapangan daripada di masjid karena Sunnah yang diajarkan Nabi Muhammad memang demikian. Adapun Sholat Ied yang dilaksanakan Nabi SAW di masjid juga hanya dilakukan sekali, pun karena kendala hujan saat itu.
  3. Menjauhkan Praktik Agama dari Syirik, Tahayul, Bid’ah, Khurafat dimana masyarakat pada saat itu cenderung mencampurkan ajaran islam dengan ajaran kejawen.
  4. Penyampaian Khutbah Jum’at dalam bahasa arab diganti dengan bahasa local
  5. Pengguna perhitungan astronomis dalam menentukan awal dan akhir bulan puasa (hisab).
Apa saja pembaharuan Muhammadiyah di bidang pendidikan?
Cuplikan Film Sang Pencerah

Gerakan Amaliyah Pembaharuan Muhammadiyah

Selain dari karya nyata Gerakan Amaliyah Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah di bidang keagamaan, ada juga beberapa karya pembaharuan yang masih nampak eksis hingga saat ini yaitu:

  1. Mempelopori pengumpulan dan pembagian zakat secara tersistem
  2. Gagasan mendirikan sekolah islam modern, perguruan tinggi Muhammadiyah, taman Pustaka dan majalah telah menjadi pondasi yang baik di bidang pendidikan.
  3. Mendirikan Lembaga pelayanan Kesehatan dan sosial seperti PKU dan panti asuhan.
  4. Mendirikan ‘Aisyiah Bersama dengan Nyai Walidah Dahlan, dimana organisasi Wanita di masa itu masih dipandang sebelah mata.

Pondasi-pondasi pembaharuan Muhammadiyah yang diletakan di awal berdiri membuat Muhammadiyah saat ini selain dikenal sebagai Gerakan Dakwah Islam, juga dikenal sebagai Gerakan Tajdid atau pembaharuan. Makna Pembaharuan Muhammadiyah di sini ialah Purifikasi atau pemurnian atas masalah akidah dan ibadah, dan Modernisasi atau reformasi untuk bidang-bidang muamalah dalam berbagai bidang kehidupan.

Pada akhirnya, seperti yang pernah disampaikan oleh Ahmad Dahlan sebelum wafatnya, Muhammadiyah saat di zaman beliau dan di masa depan akan berbeda problem dan penyelesaiannya.

Maka dari itu perlu bagi kita semua untuk tidak berhenti menuntut ilmu di mana pun dan kapanpun agar nantinya bisa membantu umat untuk mengatasi berbagai dinamika perjalanan dakwah yang ada dengan tetap memegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah.

Sehingga tujuan Pembaharuan Muhammadiyah untuk menegakan dan menjunjung tinggi agama islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dapat tercapai sesuai dengan harapan awal dibentuknya organisasi ini. (Arina)

Keywords: Pendidikan, Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam pembaharu di Indonesia. Gerakan Muhammadiyah yang dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan sesungguhnya merupakan salah satu mata rantai yang panjang dari gerakan pembaharuan Islam di Indonesia. Muhammadiyah mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam sistem pendidikan nasional, dimana dalam gerakan pendidikannya, Muhammadiyah mempunyai landasan-landasan filosofis yang sesuai dengan prinsip pendidikan di Indonesia seperti: keselarasannya dengan realitas masyarakat dan kebudayaan serta sistem sosial, ekonomi, dan politik. Gerakan pendidikan Muhamadiyah bersifat terbuka terhadap segala pengalaman yang baik (hikmah) dan bersifat universal dengan standar keilmuan yang termutakhir. Pada akhirnya, Muhammadiyah mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan pendidikan di Indonesia.

Nasir, Haedar, et.al., Materi Induk Perkaderan Muhammadiyah, (Yogyakarta: Badan Pendidikan Kader PP Muhammadiyah, 1994)

Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP. Muhammadi¬yah

Hamdan, Paradigma Pendidikan Muhammadiyah, Paradikma Baru Pendidikan Muhammadiyah, (Cet. I; Jogyakarta: Ruzz Media, 2009)

Hasan, M. Ali & Ali Mukti, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Cet. 1; Jakarta; Pedoman Ilmu Jaya, 2003)

Pasha, Kama, H. Mustafa & Darban H. Ahmad Adaby, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam “dalam Perspektif Historis dan Ideologis, (Cet. II; Yogyakarta, 2002)

Syakirman M. Noor, Pemikiran Pembaharuan Muhammadiyah: Refleksi Konseptual Aspek Teologi, Syariah dan Akhlak, (Padang: Baitul Hikmah Press, 2001)

Tanfidz Keputusan Rakernas Pendidikan Muhammadiyah se Indonesia tahun 2006.

Yusron Asrofie, KH. Ahmad Dahlan: Pemikiran dan Kepemimpinannya, (Yogyakarta: MPK-SDI PP Muhammadiyah, 2005)

Yusuf, M. Yunan (ed), Ensiklopedi Muhammadiyah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada dan Dikdasmen PP. Muhammadinya, 2005)

Zuhairini. dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Cet. 9; Jakarta: Bumi Aksara, 2008)

Lampiran IV-A: Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-45 tentang Anggaran Dasar Muhammadiyah, 2005.

Page 2

MUHAMMADIYAH adalah organisasi Islam yang banyak menaruh perhatian pada bidang dakwah, pendidikan, kesehatan dan amal usaha lainnya, juga dalam hal politik.

Organisasi tersebut dikenal sebagai gerakan tajdid, reformis, progresif pada berbagai lini termasuk lini pendidikan. Sebagai gerakan tajdid, gerakan reformis, gerakan pembaharuan yang berkemajuan sudah seharusnya Muhammadiyah berperan aktif dalam membuat strategi dan mencari solusi dari berbagai problematika sosial yang ada.

Kader Muhammadiyah yang dikenal kritis sudah sepatutnya tidak berdiam diri menyikapi berbagai persoalan yang dihadapi umat. Muhammadiyah harus berani mengambil peran dan menciptakan peluang-peluang bagi umat dalam menghadapi segala bentuk persaingan yang ada. Muhammadiyah harus berani menjawab berbagai tantangan yang menghadang di depan.

Dengan pengalamannya sebagai organisasi Islam yang sudah berdiri sejak tahun 1912 M, Muhammadiyah dirasa sudah sangat berpengalaman makan manis dan pahitnya perjuangan hidup. Muhammadiyah harus menjadi problem solver terhadap masalah yang ada, sudah saatnya Muhammadiyah berperan, minimal memberikan kontribusi nyata dengan berbagai ide cemerlang dan aksi kongkrit, solutif terhadap berbagai persoalan yang ada.

Pendidikan merupakan salah satu pilar penting suatu bangsa selain ekonomi dan keamanan. Pendidikan menjadi salah satu tolak ukur sumber daya manusia yang dimiliki atau yang ada pada satu bangsa tertentu. Maka artinya, pendidikan memiliki peran yang penting untuk kemajuan suatu bangsa.

Oleh sebab itu, perhatian terhadap pendidikan tidak boleh dikesampingkan bahkan harus menjadi prioritas utama untuk mencetak dan melahirkan insan-insan akademis yang akan menjadi tonggak bagi kemajuan bangsa. Bangsa yang penduduknya berpendidikan tinggi dan maju, akan menjadikan bangsa tersebut maju dan disegani oleh bangsa lainnya.

Muhammadiyah adalah satu organisasi Islam besar di Indonesia yang menaruh perhatian besar terhadap pendidikan. Rekam jejak Muhammadiyah dalam berkontribusi di dunia pendidikan memiliki sejarah yang sangat panjang. Sebelum Indonesia merdeka, Muhammadiyah telah bergelut dan berkecimpung dengan dunia pendidikan sejak zaman kolonial Belanda.

Sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh kolonial Belanda hanya menguntungkan para penjajah saja. Masyarakat pribumi tidak pernah merasakan hasil dari pendidikan tersebut. Oleh sebab itu, KH. Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri organisasi Muhammadiyah mulai berfikir untuk mengentaskan pribumi dari segala bentuk kebodohan yang diterapkan oleh kolonial Belanda.

Berbagai problematika dihadapi oleh masyarakat Indonesia saat itu, maka Muhammadiyah lahir sebagai jawaban dan solusi atas berbagai problematika yang ada di masyarakat di antaranya bidang agama, sosial dan pendidikan.

Langkah Muhammadiyah tidak pernah surut untuk berperan memajukan pendidikan di negeri ini. Perjuangan Muhammadiyah dalam dunia pendidikan sudah terlihat dengan jelas dan hasilnya pun dapat dinikmati bersama. Bukti sejarah Muhammadiyah dapat dilihat dengan menjamurnya lembaga-lembaga pendidikan yang beraviliasi ke Muhammadiyah.

Mulai dari tingkat taman kanak-kanak yang dikenal dengan TK Aisyiah, sampai pada perguruan tinggi Muhammadiyah. Bahkan saat ini Muhammadiyah sedang ber-fastabiqul khoirot dengan sesama organisasi Muhammadiyah yaitu Aisyiah, organisasi Muhammadiyah yang mewakili kaum hawa dalam memajukan pendidikan bangsa.

Sehingga saat ini, dapat kita lihat mulai bermunculan lembaga-lembaga pendidikan dengan nama Aisyiah. Muhammadiyah adalah organisasi dakwah amar ma’ruf nahi mungkar yang andil besar dalam bidang pendidikan yang ada di Indonesia. Muhammadiyah memiliki keterkaitan yang unik dan spesial dengan dunia pendidikan. Manifestasi gerakan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan adalah yang paling menonjol dan mengakar (Ali, 2016).

Muhammadiyah adalah organisasi Islam dan kemasyarakatan, organisasi dakwah yang menaruh perhatian besar pada dunia pendidikan. Bahkan saat ini Muhammadiyah menjadi organisasi yang berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dengan gerakan tajdidnya Muhammadiyah mampu berkembang dengan baik seiring kemajuan zaman sehingga mudah diterima oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia bahkan dunia.

Kemajuan organisasi ini tak lepas dari visi-misi, konsep pendidikan, tujuan, maupun kurikulum yang saling berkesinambungan sehingga Muhammadiyah dapat berproses dengan baik dalam masyarakat (Rusydi, 2017).

Dengan pengalaman yang sudah lama dimilikinya, seharusnya Muhammadiyah mampu menghadirkan sebuah sistem pendidikan yang maju, yang dapat menjadi contoh bagi lembaga pendidikan lainnya.

Muhammadiyah hendaknya bisa memberikan harapan bagi bangsa terkait sistem pendidikan yang ada, karena Muhammadiyah dianggap organisasi yang sudah lama terjun ke dalam dunia pendidikan. Dalam langkah gerak Pendidikan Muhammadiyah tidak lepas dari berbagai kritikan, bahkan kritikan yang ada justru memposisikan pendidikan di Muhammadiyah masih dianggap belum mampu menghadirkan sistem pendidikan yang diharapkan bersama.

Bahkan kritik keras seringkali dilontarkan oleh Prof. M. Yunan Yusuf, Ketua Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Muhammadiyah Pusat periode 2000-2005, tentang wacana robohnya sekolah Muhammadiyah sebagai bentuk gambaran dari

rendahnya kualitas dan mutu pendidikan atau sekolah yang ada di Muhammadiyah.
Kritikan yang lain juga datang karena melihat cerminan tingkah laku warga sekolah yang masih belum mencerminkan nilai-nilai Islam, sekolah Muhammadiyah belum mampu menciptakan kultur Islami, bahkan cenderung kehilangan identitasnya dan dianggap lebih kooperatif dengan kelompok penekan (Ali & Ali, 2004). Selain itu, Muhammadiyah dinilai masih bertahan dengan tradisinya yang lama dalam penyelenggaraan pendidikan sehingga terkesan tertinggal dengan sitem pendidikan lainnya yang mulai beradaptasi dengan kemajuan zaman.

Era kemajuan teknologi dapat menggerus berbagai rangkaian sistem pendidikan lama karena ketertinggalannya di era digital. Maka untuk keluar dari kondisi yang tertinggal ini, sudah seharusnya bagi Muhammadiyah untuk mengambil peran merubah sistem pendidikan yang ada, atau membuat inovasi-inovasi terkait pendidikan agar tidak tertinggal oleh lainnya.

Pendidikan merupakan sebuah usaha membentuk warga Negara menjadi good netizen untuk dapat menjalankan peranannya di negaranya (Wuryandani et al., 2016). Perkembangan pendidikan di Muhammadiyah ini tak lepas daripada pendirinya yang merupakan tokoh bangsa, pahlawan nasional yang dengan segala keikhlasan, pengorbanan dan dedikasinya berkorban tenaga, pikiran, harta, waktu dan lain sebagainya untuk perjuangan umat.

Berusaha melepaskan umat dari penindasan dan kebodohan yang menimpa bangsa Indonesia. Penindasan yang dilakukan oleh kolonial Belanda, membuat KH. Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah berfikir kritis dan cerdas bagaimana menjadikan setiap kesempatan yang ada untuk menyelamatkan umat dari segala bentuk penindasan yaitu kebodohan.
Muhammadiyah diakui memang menaruh perhatian besar pada pendidikan. Dalam pandangan umum, Muhammadiyah juga telah berusaha

untuk dapat bersaing dengan lembaga pendidikan maju lainnya baik yang bersifat lokal, nasional maupun internasional. Berbagai lompatan telah dilakukan oleh Muhammadiyah untuk memajukan pendidikan yang ada di Indonesia.

Semuanya dilakukan dengan tujuan dalam rangka peningkatan sumber daya manusia yang berkemajuan. Rancangan sistem pendidikan Islam modern Muhammadiyah sejak awal adalah memadukan antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu umum serta intergrasi trilogi pembangunan yaitu pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat. Inilah konsep pendidikan Muhammadiyah yang sejak dulu telah digagas oleh pendiri organisasi ini yaitu KH. Ahmad Dahlan.

Beliau yang merupakan seorang visioner telah melahirkan ide-ide dan gagasan cemerlang yang mampu memproyeksikan pendidikan ke depan sehingga melahirkan sebuah pendidikan modern yang berkesinambungan antara ilmu agama dan ilmu umum.

Sistem pendidikan yang dimiliki oleh Muhammadiyah sekarang ini hendaknya dapat terus dikembangkan dan diperbaiki dengan mengikuti perkembangan zaman. yang ada. Era digital dan disrupsi menuntut kita untuk memacu langkah kita lebih cepat agar tidak tertinggal oleh zaman. Muhammadiyah harus mampu menjawab setiap tantangan yang ada di depan, khususnya di era disrupsi di mana setiap kegiatan yang normal dilakukan oleh manusia akan berubah tergantikan oleh teknologi yang ada.

Muhammadiyah juga harus mampu memberikan peluang kepada generasi pelajar agar mereka memiliki harapan dan memiliki lembaga yang mampu memberikan mereka pendidikan yang baik untuk mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya.

Sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan, Muhammadiyah menjadikan pendidikan sebagai area of concern dan terlibat dalam “eksperimen pendidikan Islam modern” pada awal abad ke 20 (Listiana, 2015). Muhammadiyah melakukan modernisasi pendidikan serta menjadikannya sebagai agenda utama untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang ada di Indonesia. Muhammadiyah dianggap sebagai trendsetter dan mesin lokomotif terhadap gerakan reformasi pendidikan yang ada.

Tujuan pendidikan Muhammadiyah tidak terlepas dari apa yang digaungkan oleh pendirinya KH. Ahmad Dahlan yaitu mencetak seorang ulama yang berkemajuan dalam ilmu pengetahuan, serta tidak kenal lelah dalam memperjuangkan dan berjuang di Muhammadiyah.

Tujuan pendidikan yang digaungkan oleh KH. Ahmad Dahlan ini selanjutnya menginspirasi bagi organisasi Muhammadiyah bahwa pendidikan Muhammadiyah harus mampu melahirkan seorang yang memiliki ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum secara luas dan mendalam secara berimbang (balance) (Arofah & Jamu’in, 2015).

Di samping itu juga harus memiliki loyalitas tanpa batas untuk berjuang dalam organisasi Muhammadiyah. Hal ini juga sesuai dengan pesan Ahmad Dahlan “Hidup hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari kehidupan di Muhammadiyah”. Tujuan pendidikan yang didasari oleh keihlasan inilah yang kemudian menjadikan pendidikan Muhammadiyah sampai saat ini masih eksis bahkan berkembang dengan pesat.

Secara garis besar, tujuan pendidikan Muhammadiyah lebih menekankan pada pembentukan moral dan al akhlak al karimah yang bersumber dari ajaran-ajaran Islam, tapi dalam praktiknya Muhammadiyah selalu mengadakan pembaharuan (tajdid) dan inovasi yang bersifat progresif dengan mengikuti perkembangan zaman.

Sebuah model lembaga pendidikan Islam modern yang diintrodusir Muhammadiyah pada akhir abad 20 adalah Hollandsch-Inlandsche School (HIS) met de Qur’an, yaitu sekolah pada zaman penjajahan Belanda yang pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun 1914 seiring dengan diberlakukannya Politik Etis. Selanjutnya dikenal dengan “Sekolah Umum Plus” dan merupakan embrio daripada “Sekolah Islam Modern (Modern Islamic School)”. HIS met de Qur’an mengintegrasikan sistem pendidikan Islam tradisional dengan sistem pendidikan barat modern.

Di bawah naungan Muhammadiyah, konsep sekolah sekuler yang mengadopsi sistem kelembagaan barat modern ini ditambahkan di dalamnya mata pelajaran keagamaan sehingga ada integrasi yang kuat antara matakuliah umum dan matakuliah keagamaan.

Muhammadiyah berusaha untuk menghilangkan dikotomi keilmuan antara ilmu umum dan agama. Bagi Muhammadiyah baik ilmu umum dan ilmu agama adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Ilmu umum tanpa dilandasi ilmu agama akan sesat dan bisa mendatangkan kemadharatan bagi alam semesta, sedangkan ilmu agama yang tidak ditopang dengan ilmu pengetahuan umum lainnya maka akan pincang, tertinggal oleh arus kemajuan zaman. Mempelajari ayat-ayat qouliyah sangat penting, begitu pula mempelajari ayat-ayat kauniyah juga penting.

Oleh sebab itu, keduanya harus samasama dipelajari untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang utuh.

Inilah strategi yang ditawarkan Muhammadiyah yang akhirnya menjadi alternatif bagi lembaga pendidikan yang ada. Selain itu, model sekolah ini juga berperan penting dalam rekonsiliasi antara cendekiawan barat dan intelektual Muslim. Sebagai organisasi kemasyarakat yang menaruh perhatian di dunia pendidikan, maka Muhammadiyah dalam mendirikan pendidikan memiliki sebuah landasan tertentu.

Landasan pendirian pendidikan Muhammadiyah adalah sebuah motivasi teologis yang menjelaskan bahwa untuk mencapai kesempurnaan dalam keimanan dan ketaqwaan, seorang manusia harus memiliki kedalaman ilmu pengetahuan. Al Qur’an menjelaskan bahwa seorang yang memiliki keimanan dan memiliki ilmu pengetahuan maka akan bermartabat, derajatnya akan diangkat oleh Allah Swt (al Mujadalah: 11). Untuk memperoleh ketaqwaan yang sempurna maka harus memahami agama dengan baik dan benar. Syarat untuk dapat memahami agama dengan baik dan benar harus melalui ilmu pengetahuan. Sebuah ilmu pengetahuan dapat dipelajari dan diperoleh dengan baik melalui sebuah proses pendidikan yang baik pula.

Maka sebagai manifestasi daripada motivasi teologis ini, KH. Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri Muhammadiyah menyelenggarakan pendidikan agama sebagai bentuk amal sholeh. Selanjutnya, terjadilah pembaharuan pendidikan dikarenakan kondisi yang ada sehingga sistem pendidikan yang ada dibuat dengan cara memadukan atau integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum dengan harapan untuk melahirkan seorang intelek yang ulama atau ulama yang intelek. Jika dilihat dari aspek organisasi dan amal usaha, maka Muhammadiyah adalah organisasi Islam terbesar di dunia.

Muhammadiyah adalah organisasi Islam dengan kelembagaan modern yang paling berjaya. Berbagai amal usaha yang dimilikinya termasuk didalamnya pendidikan menjadikannya semakin kokoh dan Umar Al Faruq Ar-Risalah: Volume XVIII Nomor 1, 2020 21 Berjaya. Nurcholis Majid pernah mengatakan bahwa Muhammadiyah adalah cerita kejayaan (Binfas et al., 2014).

Sepak terjang Muhammadiyah dalam menghiasi dan mewarnai dunia pendidikan di Indonesia tidak diragukan lagi. Kejayaan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan terbukti dengan jumlah lembaga pendidikan yang dimilikinya. Sebagaimana yang tertulis di Republika, pada tahun 2015 saja Muhammadiyah telah memiliki lembaga pendidikan tingkat TK/TPQ sebanyak 4.623, Sekolah Dasar (SD)/MI 2.604, Sekolah Menengah Pertama (SMP)/MTs 1.772, Sekolah Menengah Atas (SMA)/SMK/MA 1.143, Pondok Pesantren 67, Sekolah Luar Biasa (SLB) 71, dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah sebanyak 172.

Seluruh lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Muhammadiyah ini tersebar diseluruh penjuru nusantara dari Sabang sampai Merauke, dari tanah rencong Aceh sampai tanah Papua. Jika bertolak dari cakupan tujuan awal berdirinya Muhammadiyah yaitu menyebarkan ajaran Nabi Muhammad SAW di bumi Yogyakarta, maka cakupan itu telah terpenuhi, bahkan jauh terlewati.

Lembaga pendidikan Muhammadiyah telah tersebar dihampir seluruh bumi nusantara ini, bahkan sampai daerah pelosok sekalipun. Pendidikan Muhammadiyah telah berkiprah secara nasional, bahan go internasional. Muhammadiyah kini telah membuka perguruan tinggi Muhammadiyah di luar negeri. Abdul Mu’ti (dalam prolog Mengokohkan Spirit Muhammadiyah) menyatakan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan pembaharuan Islam yang bergerak dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat.

Muhammadiyah melakukan strategi melalui pembaharuan dalam bidang pendidikan melalui tiga hal, pertama dalam hal kurikulum. Pendidikan Muhammadiyah mengajarkan studi agama dan studi umum sekaligus. Ilmu agama diajarkan untuk memberikan pondasi keimanan dan keagamaan yang kokoh bagi anak didik agar tidak salah melangkah. Pembentukan akhlak dan moral adalah yang utama sehingga terinternalisasi dalam diri anak didik nilai-nilai Islam yang akhirnya tercermin dari prilaku sehari-hari. Begitu pula ilmu umum juga diajarkan untuk memberikan pengetahuan tentang keduniaan, pengetahuan tentang alam semesta, sehingga anak didik tidak ketinggalan oleh siswa lainnya dalam pengetahuan umum.
Kedua, pembaharuan metode. Pendidikan Muhammadiyah melakukan strategi dalam pembaharuan dari metode klasik ke metode modern (Yusra, 2018). Kemajuan dan perkembangan dunia pendidikan tak lepas daripada metode pembelajaran yang digunakan. Berbagai metode modern yang dianggap berhasil dalam proses pendidikan selayaknya diterapkan untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam pendidikan. Sebaliknya, metode yang bersifat klasik yang sudah tidak relevan lagi harus mulai ditinggalkan.

Ketiga pembaharuan institusional. Muhammadiyah membuat pembaharuan dengan memadukan sistem pendidikan sekolah dan pesantren atau yang dikenal dengan istilah boarding school. Beberapa lembaga pendidikan Muhammadiyah yang berbasis boarding school kini sudah banyak ditemui di beberapa tempat.

Sistem boarding school yang dikembangkan Muhammadiyah ini bertujuan agar tercipta lingkungan yang intelektual agamis. Anak didik langsung dapat memperoleh dua keilmuan yaitu ilmu umum dan ilmu agama dalam satu tempat yang sama. Dinamika pembaharuan pendidikan Muhammadiyah ini akan terus berjalan seiring dengan perubahan zaman.

Berdasarkan Keputusan Muktamar Muhammadiyah Ke-46 tentang Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah yang termuat dalam Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah, visi pendidikan Muhammadiyah adalah “Terbentuknya manusia pembelajar yang bertaqwa, berakhlak mulia, berkemajuan dan unggul dalam IPTEKS sebagai perwujudan tajdid dakwah amar ma‘ruf nahi munkar (Muhammadiyah, 2010). Untuk mengimplementasikan visi tersebut maka ada enam nilai dasar yang dibangun dalam pendidikan Muhammadiyah. Pertama, dalam penyelenggaraan pendidikan Muhammadiyah harus merujuk pada nilai-nilai yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah.

Kedua, pelaksanaan pendidikan harus didasari oleh keikhlasan dan semata-mata mencari ridlo Allah Swt. Ketiga, ada kerjasama dengan pihak lain yang terlibat, dengan tetap bersikap kritis. Keempat, selalu memegang prinsip tajdid, dengan melakukan berbagai inovasi untuk menjalankan dan memajukan pendidikan. Kelima, berpihak kepada kaum yang lemah melalui tindakan kreatif untuk menjawab setiap tantangan yang berkembang di masyarakat. Keenam, selalu menjaga keseimbangan antara akal sehat dan kesucian hati dalam mengelola lembaga pendidikan (Suharto, 2015).

Meskipun secara eksistensi Muhammadiyah berada dibawah naungan NKRI, namun tidak setiap kebijakan perubahan terkait dengan pendidikan serta merta diikuti oleh Muhammadiyah. Muhammadiyah selalu berfikir kritis dalam menanggapi setiap kebijakan dan perubahan yang ada. Setiap kebijakan akan selalu dikaji mendalam dengan melihat berbagai sudut pandang yang ada, mempertimbangkan relevansi daripada implementasi setiap kebijakan, serta faktor terkait lainnya untuk memperoleh hasil terbaik. Pendidikan Muhammadiyah terbilang kuat dan kokoh. Ini dibuktikan dengan eksistensi yang dimilikinya sampai saat ini.

Keberadaan pendidikan Muhammadiyah yang mampu melewati berbagai lintasan zaman membuktikan bahwa pendidikan Muhammadiyah layak untuk dijadikan pedoman.

Pendidikan Muhammadiyah mampu bertahan dengan segala lika-liku yang dihadapinya mulai dari zaman kolonial Belanda, penjajah Jepang, orde lama, orde baru, era reformasi bahkan pasca reformasi. Bagi pendidikan Muhammadiyah, setiap zaman yang dilewatinya memiliki variasi problematika, rintangan dan tantangan tersendiri, namun dengan gigihnya pendidikan Muhammadiyah mampu melewati itu semua. Padahal tidak sedikit lembaga pendidikan lainnya yang seusia dengan Muhammadiyah atau bahkan tergolong lebih muda harus gulung tikar karena tergulung ombak dan tergerus oleh keadaan.

Tidak dapat dipungkiri, saat ini umat Islam sangat berharap dan memerlukan lembaga pendidikan yang maju, inovatif yang unggul dalam kualitas. Jika harapan dan keinginan tersebut tidak terpenuhi maka fenomena larinya generasi muda muslim ke lembaga pendidikan non-Muslim yang dianggap lebih berkualitas masih akan terus terjadi. Pada akhirnya, umat Islam sendiri yang akan mengalami kerugian. Oleh sebab itu, sudah menjadi sebuah keharusan untuk dapat menghadirkan pendidikan Islam yang inovatif, kreatif, unggul dan berkualitas agar dapat sejalan dengan zaman yang ada dan mampu berkompetisi dengan lembaga pendidikan lainnya.

Pendidikan yang ada hendaknya ditransformasikan untuk usaha membangun kekuatan dan kemandirian di bidang politik, ekonomi, sosial budaya secara terpadu demi kesejahteraan umat dengan tetap memegang teguh tujuan akhir pendidikan yaitu terbentuknya anak didik yang berakhlak al karimah, menjadi insan kamil yang dapat memberikan mafaat bagi kehidupan manusia alam disekitarnya sehingga dapat mewujudkan negara yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur.

PENULIS: Siti Hermiati Nurmilan., S.H
Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Video yang berhubungan