Apa tujuan dari elemen berita

Berita merupakan suatu laporan yang berisi informasi mengenai sesuatu yang baru, atau sedang terjadi. Berita bisa disampaikan dalam bentuk cetak, siaran, internet atau dari mulut ke mulut. Berita sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat luas. Namun tidak semua informasi mengenai sesuatu yang terjadi di dunia ini layak diangkat menjadi sebuah berita. Ada nilai – nilai tertentu yang harus dipenuhi agar sebuah  berita dianggap penting untuk disiarkan melalui media massa (baca juga: teori pers).

Informasi mengenai lahirnya seorang anak tetangga kita mungkin merupakan sebuah berita yang penting bagi seisi kompleks, namun itu bukan berita yang penting untuk diliput media massa. Tidak banyak orang yang akan tertarik membacanya, kecuali jika misalkan tetangga kita seorang selebriti, atau ada yang unik dan tak biasa dalam kelahiran tersebut. Hal-hal semacam itu lah yang dimaksud dengan nilai berita.

Cukup banyak ahli yang mengemukakan nilai berita, berikut ini PakarKomunikasi akan merangkum 11 nilai berita; yang penting keberadaannnya dalam sebuah berita agar berita layak untuk diliput.

Baca Juga:

1. Magnitude

Luasnya pengaruh suatu berita bagi masyarakat (Magnitude) menentukan apakah berita bernilai atau tidak. Contohnya berita tentang gempa bumi di Aceh akan lebih bernilai daripada berita kecelakaan motor di jalan raya. Sebab gempa bumi di Aceh memiliki pengaruh yang lebih luas bagi masyarakat dibandingkan sebuah kecelakaan pengendara motor biasa.

2. Kedekatan

Kedekatan suatu berita dengan pembacanya (Proximity) akan mempengaruhi ketertarikan masyarakat terhadap suatu berita. Ada dua macam kedekatan, yaitu kedekatan secara geografis dan kedekatan psikologis (baca juga: psikologi komunikasi).

Kedekatan geografis contohnya berita tentang kebakaran di pasar Minggu Jakarta, tentu akan lebih menarik bagi orang-orang yang tinggal di Jakarta daripada bagi penduduk pulau Sumatra. Pendekatan Psikologis contohnya, berita tentang  pengeboman gereja yang akan lebih menarik perhatian penganut agama Kristen.

3. Aktual

Keaktualan sebuah berita sangat penting. Berita akan jauh lebih menarik perhatian mayarakat ketika berita tersebut masih hangat dibicarakan, belum lama/ sedang terjadi. Semakin aktual sebuah berita, semakin tinggi pula nilai berita tersebut. Terdapat tiga kategori aktual, yaitu aktual kalender, aktual waktu dan aktual masalah.

Aktual kalender contohnya berita tentang peringatan hari Kartini, atau peringatan Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus. Aktual waktu contohnya berita quick count hasil pemilihan presiden. Berita tersebut tidak akan menarik lagi ketika prisiden telah terpilih. Peristiwa yang terjadi bulan lalu tentu juga akan kalah menarik dibanding peristiwa yang tengah terjadi hari ini.

Aktual masalah contohnya berita tentang pembunuhan, selama pelaku belum terungkap dan kasusnya belum tuntas, berita yang berkaitan dengan hal ini masih bernilai tinggi sebab masih hangat dibicarakan.

Baca juga:

  • Filsafat Komunikasi
  • Komunikasi Massa
  • Komunikasi Gender
  • Sosiologi Komunikasi

4. Dampak

Seberapa besar dampak (impact) suatu kejadian; seberapa banyak orang yang terkena dampak, seberapa luas, seberapa lama pula dampak tersebut dirasakan. Semakin besar dampak dari suatu peristiwa, maka akan semakin tinggi pula nilai beritanya (baca juga: sistem komunikasi indonesia ).

Contohnya berita mengenai bom Bali, menarik banyak perhatian seluruh dunia dalam jangka waktu cukup lama diwaktu lalu. Sebab dampaknya sangat besar, menimbulkan kekhawatiran akan keamanan dari serangan teroris, terutama di Indonesia. Hingga untuk beberapa waktu jumlah wisatawan mancanegara yang berlibur ke Bali turun drastis.

5. Keluarbiasaan

Sesuatu yang unik, aneh dan tidak biasa (unusualness) tentu akan lebih menarik banyak perhatian dibanding hal yang umum terjadi. Keluarbiasaan suatu kejadian dapat dilihat dari aspek lokasi, waktu terjadinya, dan dampak yang ditimbulkannya.  Contoh aspek lokasi, pohon sakura yang berbunga di Indonesia akan lebih menarik dari pada pohon sakura di Jepang.

Dari segi waktu terjadi, contohnya pohon mangga yang berbuah sepanjang tahun akan lebih menarik daripada pohon mangga yang hanya berbuah pada musimnya saja. Contoh lain misalnya  berita menganai fenomena Gerhana Matahari Total, penemuan kota tua, atau ular berkepala Sembilan.

[AdSense-A]

6. Ketokohan

Berita mengenai public figure seperti artis, kepala negara/ daerah, ilmuwan, atau seseorang yang dianggap sebagai pahlawan merupakan berita yang bernilai. Semakin terkenal sesorang, maka beritanya akan semakin bernilai. Contohnya berita tentang kunjungan Raja Arab Saudi bersama pangeran-pangerannya ke Indonesia yang cukup membuat heboh. Hal tersebut tidak akan terjadi jika yang datang hanya warga biasa dari arab Saudi.

Berita mengenai tindakan seseorang yang dianggap sebagai pahlawan juga memiliki nilai tinggi, misalnya berita penyelamatan seorang anak yang terjebak dalam kebakaran oleh seorang pemadam kebakaran.

Baca juga:

7. Kemanusiaan

Berita mengenai kemanusiaan selalu menimbulkan ketertarikan masyarakat (human interest). Berita dengan nilai kemanusiaan mampu  menyentuh perasaan pembacanya. Nilai kemanusiaan biasanya terletak pada perbedaan dari seorang individu atau kelompok individu dibandingkan masyarakat umum. Contoh berita dengan nilai kemanusiaan adalah berita mengenai perjuangan seorang anak warga  Palestina di jalur Gaza dalam mempertahankan hidupnya ditengah infansi militer dari Israel.

Baca juga:

8. Konflik

Konflik selalu terjadi dalam kehidupan manusia. Konflik merupakan sumber berita yang tak pernah ada habisnya. Contohnya konflik antara artis Mulan Jamela dan Maia mantan istri Ahmad Dhani, berita tentang Mulan Jamela selalu menarik perhatian para hatersnya. Atau berita mengenai konflik antara Indonesia dan China di perairan Natuna, akan terus menarik selama putusan pengadilan Internasional belum disetujui kedua belah pihak.

Baca juga:

  • Metode Penelitian Komunikasi
  • Jurnalistik Online

9. Kejutan

Peristiwa yang mengejutkan, yang tidak disangka – sangka akan terjadi (suprising) merupakan sebuah berita yang bernilai. Contohnya mengenai kemenangan Timnas Bridge Indonesia Indonesia di CCBA Open Team di Tiongkok pada 16-19 April 2016 lalu. Atau kemenangan pelajar Indonesia dalam Olimpiade Matematika Internasional (baca juga: komunikasi yang efektif).

10. Sex

Sex adalah berita dalam dunia jurnalistik (sex is news). Segala sesuatu yang berhubungan dengan sex mampu menarik perhatian orang banyak. Contohnya berita perselingkuhan pejabat dengan seorang artis, atau berita tentang terjadinya pelecehan sesksual pada murid di sebuah Sekolah Dasar, atau tindakan asusila lainnya (baca juga: bahasa sebagai alat komunikasi).

[AdSense-B]

11. Informasi

Informasi dalam berita sangat penting, berita harus memberikan informasi yang jelas dan dapat dipercaya bagi pembacanya. Informasi dapat menghilangkan ketidakpastian yang terjadi di masyarakat. Contohnya informasi mengenai naiknya tarif listrik bagi pelanggan listrik 900 Va karena subsidinya dicabut pemerintah dalam tiga tahap mulai tahun 2017. Atau informasi mengenai besaran suatu gempa, dan dampak yang ditimbulkannya.

Baca juga:

Demikian artikel mengenai 11 nilai berita ini. Nilai-nilai berita antara lain magnitude, kedekatan, aktual, dampak, keluarbiasaan, ketokohan, kemanusiaan, kejutan, konflik, informasi, dan sex. Semoga artikel ini bisa memberikan informasi yang anda butuhkan. Jika ada pertanyaan, penambahan, atau komentar yang membangun, silahkan tinggalkan pesan, dan jangan lupa berbagi ya jika anda merasa artikel ini bermanfaat.

ADA sejumlah prinsip dalam jurnalisme, yang sepatutnya menjadi pegangan setiap jurnalis. Prinsip-prinsip ini telah melalui masa pasang dan surut. Namun, dalam perjalanan waktu, terbukti prinsip-prinsip itu tetap bertahan.

Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001), dalam bukunya The Elements of Journalism, What Newspeople Should Know and the Public Should Expect (New York: Crown Publishers), merumuskan prinsip-prinsip itu dalam Sembilan Elemen Jurnalisme. Kesembilan elemen tersebut adalah:

1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran

Kewajiban para jurnalis adalah menyampaikan kebenaran, sehingga masyarakat bisa memperoleh informasi yang mereka butuhkan untuk berdaulat. Bentuk “kebenaran jurnalistik” yang ingin dicapai ini bukan sekadar akurasi, namun merupakan bentuk kebenaran yang praktis dan fungsional.

Ini bukan kebenaran mutlak atau filosofis. Tetapi, merupakan suatu proses menyortir (sorting-out) yang berkembang antara cerita awal, dan interaksi antara publik, sumber berita (newsmaker), dan jurnalis dalam waktu tertentu. Prinsip pertama jurnalisme—pengejaran kebenaran, yang tanpa dilandasi kepentingan tertentu (disinterested pursuit of truth)—adalah yang paling membedakannya dari bentuk komunikasi lain.

Contoh kebenaran fungsional, misalnya, polisi menangkap tersangka koruptor berdasarkan fakta yang diperoleh. Lalu kejaksaan membuat tuntutan dan tersangka itu diadili. Sesudah proses pengadilan, hakim memvonis, tersangka itu bersalah atau tidak-bersalah.

Apakah si tersangka yang divonis itu mutlak bersalah atau mutlak tidak-bersalah? Kita memang tak bisa mencapai suatu kebenaran mutlak. Tetapi masyarakat kita, dalam konteks sosial yang ada, menerima proses pengadilan –serta vonis bersalah atau tidak-bersalah– tersebut, karena memang hal itu diperlukan dan bisa dipraktikkan. Jurnalisme juga bekerja seperti itu.

2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga (citizens)

Organisasi pemberitaan dituntut melayani berbagai kepentingan konstituennya: lembaga komunitas, kelompok kepentingan lokal, perusahaan induk, pemilik saham, pengiklan, dan banyak kepentingan lain. Semua itu harus dipertimbangkan oleh organisasi pemberitaan yang sukses. Namun, kesetiaan pertama harus diberikan kepada warga (citizens). Ini adalah implikasi dari perjanjian dengan publik.

Komitmen kepada warga bukanlah egoisme profesional. Kesetiaan pada warga ini adalah makna dari independensi jurnalistik. Independensi adalah bebas dari semua kewajiban, kecuali kesetiaan terhadap kepentingan publik.

Jadi, jurnalis yang mengumpulkan berita tidak sama dengan karyawan perusahaan biasa, yang harus mendahulukan kepentingan majikannya. Jurnalis memiliki kewajiban sosial, yang dapat mengalahkan kepentingan langsung majikannya pada waktu-waktu tertentu, dan kewajiban ini justru adalah sumber keberhasilan finansial majikan mereka.

3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi

Yang membedakan antara jurnalisme dengan hiburan (entertainment), propaganda, fiksi, atau seni, adalah disiplin verifikasi. Hiburan –dan saudara sepupunya “infotainment”—berfokus pada apa yang paling bisa memancing perhatian. Propaganda akan menyeleksi fakta atau merekayasa fakta, demi tujuan sebenarnya, yaitu persuasi dan manipulasi. Sedangkan jurnalisme berfokus utama pada apa yang terjadi, seperti apa adanya.

Disiplin verifikasi tercermin dalam praktik-praktik seperti mencari saksi-saksi peristiwa, membuka sebanyak mungkin sumber berita, dan meminta komentar dari banyak pihak. Disiplin verifikasi berfokus untuk menceritakan apa yang terjadi sebenar-benarnya. Dalam kaitan dengan apa yang sering disebut sebagai “obyektivitas” dalam jurnalisme, maka yang obyektif sebenarnya bukanlah jurnalisnya, tetapi metode yang digunakannya dalam meliput berita.

Ada sejumlah prinsip intelektual dalam ilmu peliputan: 1) Jangan menambah-nambahkan sesuatu yang tidak ada; 2) Jangan mengecoh audiens; 3) Bersikaplah transparan sedapat mungkin tentang motif dan metode Anda; 4) Lebih mengandalkan pada liputan orisinal yang dilakukan sendiri; 5) Bersikap rendah hati, tidak menganggap diri paling tahu.

4. Jurnalis harus tetap independen dari pihak yang mereka liput

Jurnalis harus tetap independen dari faksi-faksi. Independensi semangat dan pikiran harus dijaga wartawan yang bekerja di ranah opini, kritik, dan komentar. Jadi, yang harus lebih dipentingkan adalah independensi, bukan netralitas. Jurnalis yang menulis tajuk rencana atau opini, tidak bersikap netral. Namun, ia harus independen, dan kredibilitasnya terletak pada dedikasinya pada akurasi, verifikasi, kepentingan publik yang lebih besar, dan hasrat untuk memberi informasi.

Adalah penting untuk menjaga semacam jarak personal, agar jurnalis dapat melihat segala sesuatu dengan jelas dan membuat penilaian independen. Sekarang ada kecenderungan media untuk menerapkan ketentuan “jarak” yang lebih ketat pada jurnalisnya. Misalnya, mereka tidak boleh menjadi pengurus parpol atau konsultan politik politisi tertentu.

Independensi dari faksi bukan berarti membantah adanya pengaruh pengalaman atau latar belakang si jurnalis, seperti dari segi ras, agama, ideologi, pendidikan, status sosial-ekonomi, dan gender. Namun, pengaruh itu tidak boleh menjadi nomor satu. Peran sebagai jurnalislah yang harus didahulukan.

5. Jurnalis harus melayani sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan

Jurnalis harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan. Wartawan tak sekedar memantau pemerintahan, tetapi semua lembaga kuat di masyarakat. Pers percaya dapat mengawasi dan mendorong para pemimpin agar mereka tidak melakukan hal-hal buruk, yaitu hal-hal yang tidak boleh mereka lakukan sebagai pejabat publik atau pihak yang menangani urusan publik. Jurnalis juga mengangkat suara pihak-pihak yang lemah, yang tak mampu bersuara sendiri.

Prinsip pemantauan ini sering disalahpahami, bahkan oleh kalangan jurnalis sendiri, dengan mengartikannya sebagai “mengganggu pihak yang menikmati kenyamanan.” Prinsip pemantauan juga terancam oleh praktik penerapan yang berlebihan, atau “pengawasan” yang lebih bertujuan untuk memuaskan hasrat audiens pada sensasi, ketimbang untuk benar-benar melayani kepentingan umum.

Namun, yang mungkin lebih berbahaya, adalah ancaman dari jenis baru konglomerasi korporasi, yang secara efektif mungkin menghancurkan independensi, yang mutlak dibutuhkan oleh pers untuk mewujudkan peran pemantauan mereka.

6. Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik maupun komentar dari publik

Apapun media yang digunakan, jurnalisme haruslah berfungsi menciptakan forum di mana publik diingatkan pada masalah-masalah yang benar-benar penting, sehingga mendorong warga untuk membuat penilaian dan mengambil sikap.

Maka, jurnalisme harus menyediakan sebuah forum untuk kritik dan kompromi publik. Demokrasi pada akhirnya dibentuk atas kompromi. Forum ini dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang sama sebagaimana halnya dalam jurnalisme, yaitu: kejujuran, fakta, dan verifikasi. Forum yang tidak berlandaskan pada fakta akan gagal memberi informasi pada publik.

Sebuah perdebatan yang melibatkan prasangka dan dugaan semata hanya akan mengipas kemarahan dan emosi warga. Perdebatan yang hanya mengangkat sisi-sisi ekstrem dari opini yang berkembang, tidaklah melayani publik tetapi sebaliknya justru mengabaikan publik. Yang tak kalah penting, forum ini harus mencakup seluruh bagian dari komunitas, bukan kalangan ekonomi kuat saja atau bagian demografis yang menarik sebagai sasaran iklan.

7. Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan relevan

Tugas jurnalis adalah menemukan cara untuk membuat hal-hal yang penting menjadi menarik dan relevan untuk dibaca, didengar atau ditonton. Untuk setiap naskah berita, jurnalis harus menemukan campuran yang tepat antara yang kurang serius dan yang kurang-serius, dalam pemberitaan hari mana pun.

Singkatnya, jurnalis harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu menyediakan informasi yang dibutuhkan orang untuk memahami dunia, dan membuatnya bermakna, relevan, dan memikat. Dalam hal ini, terkadang ada godaan ke arah infotainment dan sensasionalisne.

8. Jurnalis harus menjaga agar beritanya komprehensif dan proporsional

Jurnalisme itu seperti pembuatan peta modern. Ia menciptakan peta navigasi bagi warga untuk berlayar di dalam masyarakat. Maka jurnalis juga harus menjadikan berita yang dibuatnya proporsional dan komprehensif.

Dengan mengumpamakan jurnalisme sebagai pembuatan peta, kita melihat bahwa proporsi dan komprehensivitas adalah kunci akurasi. Kita juga terbantu dalam memahami lebih baik ide keanekaragaman dalam berita.

9. Jurnalis memiliki kewajiban untuk mengikuti suara nurani mereka

Setiap jurnalis, dari redaksi hingga dewan direksi, harus memiliki rasa etika dan tanggung jawab personal, atau sebuah panduan moral. Terlebih lagi, mereka punya tanggung jawab untuk menyuarakan sekuat-kuatnya nurani mereka dan membiarkan yang lain melakukan hal yang serupa.

Agar hal ini bisa terwujud, keterbukaan redaksi adalah hal yang penting untuk memenuhi semua prinsip jurnalistik. Gampangnya mereka yang bekerja di organisasi berita harus mengakui adanya kewajiban pribadi untuk bersikap beda atau menentang redaktur, pemilik, pengiklan, dan bahkan warga serta otoritas mapan, jika keadilan (fairness) dan akurasi mengharuskan mereka berbuat begitu.

Dalam kaitan itu, pemilik media juga dituntut untuk melakukan hal yang sama. Organisasi pemberitaan, bahkan terlebih lagi dunia media yang terkonglomerasi dewasa ini, atau perusahaan induk mereka, perlu membangun budaya yang memupuk tanggung jawab individual. Para manajer juga harus bersedia mendengarkan, bukan cuma mengelola problem dan keprihatinan para jurnalisnya.

Dalam perkembangan berikutnya, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel menambahkan elemen ke-10. Yaitu:

10. Warga juga memiliki hak dan tanggung jawab dalam hal-hal yang terkait dengan berita.

Elemen terbaru ini muncul dengan perkembangan teknologi informasi, khususnya internet. Warga bukan lagi sekadar konsumen pasif dari media, tetapi mereka juga menciptakan media sendiri. Ini terlihat dari munculnya blog, jurnalisme online, jurnalisme warga (citizen journalism), jurnalisme komunitas (community journalism) dan media alternatif. Warga dapat menyumbangkan pemikiran, opini, berita, dan sebagainya, dan dengan demikian juga mendorong perkembangan jurnalisme.

Sumber utama: Bill Kovach & Tom Rosenstiel. 2001. The Elements of Journalism. New York: Crown Publishers.a