Apa tujuan mengucapkan kalimat thayyibah Hauqalah?

Manfaat membaca hauwqalah sangat beragam.

REPUBLIKA.CO.ID, Membaca zikir berupa kalimat thayyibah "la hauwla wa la quwwata illa billah"  لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّة َاِلَّا باِللهِ atau yang sering disebut dengan hauwqalah dalam hidup sehari-hari ternyata memberikan sejumlah manfaat langsung dan tak langsung. 

Sayyid Muhammad bin al-Alawy al-Maliki al-Hasani, dalam kitabnya Abwab al-Faraj, membeberkan beberapa di antaranya yaitu pertama, kalimat ini termasuk salah satu brankas kekayaan surga.  

Hal ini ditegaskan dalam hadis riwayat Bukhari, Muslim ,Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan an-Nasai melalui jalur Abu Musa al-Asy’ari.

Kedua, Rasulullah menganjurkan kita memperbanyak membaca kalimat ini. Sebab sebagaimana yang dituturkan Rasulullah kepada Abu Hurairah, karena manfaat dari kalimat ini adalah membuka 70 pintu cobaan, kefakiran, dan malapetaka. 

Ketiga, membaca kalimat thayyibah ini akan membantu menjauhkan penyakit, terutama yang berkaitan dengan kegundahan hati. Imam at-Thabrani dalam al-Awsath, menjelaskan riwayat dari Abu Hurairah. Bahwa, Rasul pernah mensabdahkan membaca hauwqalah adalah obat untuk 99 penyakit paling ringan yaitu menghilangkan kegundahan hati.

Lantas apa sebenarnya makna dari kalimat thayyibah tersebut? Sayyid Muhammad menjelaskan, makna dari hauwqalah. Dia mengutip pernyataan Imam as-Syadzili bahwa, kalimat ini adalah bentuk penolakan segala keburukan yang menimpa seorang hamba.

Dengan mengucapkan kalimat ini, seakan hamba tersebut menyatakan ‘Jauhkan segala keburukan dariku, dan aku alihkan daya upayaku kepada daya dan upaya Allah SWT.’

Dengan kepasrahan dan kesadaran penuh terhadap daya dan upaya Sang Khaliq tersebut, maka Allah SWT akan mendatangkan pertolongan baik langsung ataupun tak langsung kepada hamba-Nya. Prinsip ini sesuai dengan QS at-Thalaq ayat ke-3: “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.”    

Apa tujuan mengucapkan kalimat thayyibah Hauqalah?

Ilustrasi mengucapkan Kalimat Thayyibah. Foto: Shutterstock

Secara sederhana kalimat thayyibah memiliki makna kalimat yang baik tentang Allah SWT. Salah satu bukti keimanan seorang Muslim dapat ditunjukkan secara lisan, karena ini mengisyaratkan bahwa seseorang selalu mengingat Allah dalam kesehariannya. Seperti ketika hendak mengerjakan sesuatu, ketika melakukan kesalahan, dan lain sebagainya.

Tujuan dari mengucapkan kalimat thayyibah adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengingat kebesaran-Nya. Oleh sebab itu, umat Islam perlu mengetahui apa saja kalimat Thayyibah dan kapan harus megucapkannya.

Berikut ini adalah bunyi kalimat Thayyibah:

Yang dimaksud takbir adalah kalimat الله أَكْبَر atau Allahu Akbar yang artinya "Allah Maha Besar". Makna takbir adalah meyakini bahwa Allah adalah dzat yang paling besar dan berkuasa, tidak ada satupun yang lebih agung dari-Nya. Kalimat tersebut sebaiknya diucapkan dalam situasi berikut ini:

  • Merasakan keagungan Allah SWT

  • Menghadapi bahaya atau masalah

  • Malam takbiran di Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

  • Wirid setelah selesai sholat Fardhu.

Kalimat tahmid alhamdulillah (الْحَمْدُ لِلَّهِ) memiliki arti "Segala puji bagi Allah." Kalimat ini diucapkan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas segala rahmat yang diterima.

Seorang Muslim sepatutnya mengucapkan tahmid ketika mendapatkan rezeki dari Allah, selesai megerjakan sesuatu, setelah makan dan minum, seusai bersin, dan masih banyak lagi.

Ilustrasi tasbih. Foto: Shutterstock

Kalimat tasbih yaitu subhanallah ( سُبْحَانَ اللَّه ) artinya "Maha Suci Allah". Fokusnya adalah memuji Allah SWT. Kalimat tasbih sebaiknya diucapkan ketika berdzikir, melihat atau mendengar keburukan atau hal tidak baik, serta ketika melakukan kesalahan di suatu majelis

Bacaan tahlil لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ artinya “Tiada Tuhan selain Allah”. Kalimat tahlil merupakan bagian dari kalimat syahadat, yang diucapkan untuk menegaskan tauhid. Tahlil juga diucapkan sebagai dzikir setelah sholat, ketika berhadapan dengan kesusahan, dan saat mentalqin orang yang sedang sakaratul maut.

Kalimat basmalah yaitu بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ (bismillahirrahman nirrahiim) memiliki arti “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”.

Mengutip Keajaiban Melimpah dari Kalimat Tayyibah tulisan Ridhoul Wahidi, basmalah diucapkan ketika mengawali suatu pekerjaan. Tujuannya adalah agar pekerjaan yang dilakukan berjalan dengan baik dan mendapat berkah dari Allah SWT.

Ilustrasi memohon ampun pada Allah. Foto: Pixabay

Sebagai manusia yang tidak luput dari dosa, sebaiknya kita mengucapkan istighfar dari waktu ke waktu. Bunyi kalimat thayyibah istighfar yaitu أستغفرالله (astaghfirullah) yang artinya “Aku memohon ampun kepada Allah.” Istighfar adalah perwujudan dari keinginan untuk bertaubat dari segala dosa, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Kalimat istirja yang berbunyi Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun artinya “Sesungguhnya kita ini milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya lah kita akan kembali”.

Mengutip Musibah dan Kalimat Istirja' Perspektif Tafsir Corak Kalam dan Sufi tulisan Nisa Fathunnisa (2019), Ibn Katsir dan al-Sya’rawi berkata istirja’ diucapkan ketika seorang hamba ditimpa musibah. Tidak hanya ketika mendengar kabar duka, tetapi juga peristiwa lain yang menyakiti seorang Muslim.

Kalimat thayyibah al-Hauqalah yaitu لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ (laa haula walaa quwwata illa billaahil aliyyil adziim) memiliki arti “Tiada daya upaya dan tiada kekuatan kecuali atas kehendak Allah”.

Kalimat ini merupakan pengakuan terhadap ke-Maha Kuasaan Allah SWT. Hawqalah sebaiknya diucapkan ketika seseorang menghadapi kesulitan yang berat dan setelah mendengar muadzin mengucapkan ‘Hayya ‘alash shalaah, hayya ‘alal falaah.

Ilustrasi salam. Foto: Freepik

Kalimat thayyibah salam yaitu as-salamua’laikum ( السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ ) artinya “Semoga keselamatan dan kasih sayang Allah serta kebaikan terlimpah kepada kalian.

Kalimat ini diucapkan ketika bertemu dengan sesama muslim, bertamu, memulai suatu pertemuan atau majelis, dan berpisah. Mengutip M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah (2008), ucapan yang dianjurkan bukan hanya “Assalamualaikum” saja, tetapi ditambah dengan “wa rahmatullahi wabarakatuh”. Ini untuk menunjukkan bahwa bukan hanya keselamatan yang diharapkan kepada seseorang, tetapi juga curahan rahmat dan berkah dari Allah SWT.